Bacaan I : Tb. 3:1-11a,13,16-17
Mazmur Tgp : Mzm. 25:2-4a,4b-5ab,6-7bc,8-9
Injil : Mrk. 12:18-27
“Tolok Ukur Allah itu Menghidupkan”
Istanbul, Turki, 25 Mei 2005. Ini adalah tanggal final Liga Champion Eropa antara AC Milan melawan Liverpool. Pada babak pertama, AC Milan telah unggul 3-0 atas Liverpool. Banyak orang berpikir bahwa final malam itu telah usai dan piala itu akan menjadi milik Milan. Bahkan, pemain Liverpool sendiri sempat khawatir bahwa mereka akan kebobolan lebih banyak. Tapi, kemudian situasi berbalik, para pemain Liverpool berhasil menang lewat perjuangan yang luar biasa. Menariknya, tolok ukur yang dipakai untuk memprediksi pertandingan ternyata tidak sesuai dengan hasil akhir.
Pada Injil hari ini, Yesus mengangkat kembali kisah perjumpaan Allah dengan Musa dalam rupa semak duri yang terbakar. Mengapa? Pada umumnya, sesuatu yang terbakar dengan api akan terbakar dan hancur, apalagi waktu itu adalah sebuah semak. Logikanya, semak akan terbakar dan hancur. Tetapi, pengalaman Musa tidaklah demikian. Selain itu, Musa berbicara langsung kepada Tuhan. Pada masa Musa, melihat dan berbicara kepada Tuhan adalah hal yang sangat tidak mungkin. Seseorang pasti akan mati. Tetapi, Musa tetap hidup dan mendapat berkat. Yesus ingin menunjukkan bahwa Allah yang hidup adalah Allah yang memberikan, memelihara dan tidak merampas kehidupan manusia.
Mungkin dalam pengalaman hidup, kita pernah menghakimi seseorang dengan tolok ukur yang kita miliki. Bahkan, bisa jadi itu menjadi stigma yang kita berikan kepadanya, seakan-akan penilaian kita benar dan valid. Hari ini kita diingatkan kembali bahwa tidak sepenuhnya tolok ukur manusia selalu benar. Kita belajar untuk mewartakan Allah yang hidup. Allah yang hidup tampak dalam pemberian kesempatan, pengampunan, dan memberikan dukungan untuk perubahan yang baik. Tolok ukur yang dipakai Allah senantiasa memberi ruang untuk tumbuh dan berbuah kembali.
Tuhan memberkati.
AL