Itu yang sepintas muncul dalam pikiran saya ketika saya berkunjung ke STIKOM Yos Sudarso, Purwokerto. Kunjungan ini terjadi sebagai rangkaian acara Temu Komsos Regio Jawa 2025 di Keuskupan Purwokerto. Setelah disambut dengan begitu meriah, rombongan dibawa ke lantai 3. Rupanya di aula itu sudah dipersiapkan pameran karya-karya Mahasiswa. Dan bagi saya, isi pamerannya keren.

Ada satu alat awalnya saya kira mesin giling kopi. Saya datang untuk melihat. Rupanya bukan. Ternyata itu adalah mesin pencacah/pengiling sampah otomatis dengan sensor.

Mesin pencacah sampah produk mahasiswa Stikom

Ada lagi prototype smarthome. Rumah pintar dengan berbagai macam sensor. Misalnya, sensor otomatis bernyala ketika hujan turun langsung menarik tiang jemuran masuk ke dalam. Rumah ini juga lengkap dengan sensor panas ruangan, yang ketika menyentuh angka 30 derajat langsung menyalakan kipas exhaust. Dan masih banyak lagi karya-karya mereka.

Para Peserta Temu Regio Jawa sedang melihat salah satu pameran mahasiswa STIKOM, prototype Smarthome

Saat berkeliling melihat pameran ini, muncul pertanyaan dalam diri saya. Kok bisa, Keuskupan Purwokerto – organisasi gereja yang identik dengan kegiatan rohani – justru malah mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Komputer. Bukannya Sekolah Teologi – Kitab Suci atau sejenisnya?

Parkiran Motor
Prasasti peresmian gedung
Gedung STIKOM dalam proses renovasi

Dan ternyata, Sekolah Tinggi yang tahun 2025 akan merayakan Dies Natalis ke-20 ini merupakan buah visioner dari alm Mgr Julianus Sunarko, SJ Uskup Keuskupan Purwokerto saat itu. Dari hasil wawancara saya dengan Rm. Christy Mahendra, Pr salah satu staf di sana terungkap bahwa dulu awal rencananya adalah pendirian Sekolah Tinggi Ekonomi. Tapi rupanya nomenklatur dari kementerian yang keluar adalah Sekolah Tinggi Ilmu Komputer.

“Uskup Julianus Sunarko kala itu melihat kurangnya kaderisasi di Keuskupan. Dan salah satu solusi kaderisasi adalah pendidikan, yang bisa masuk ke semua masyarakat. Kalau hanya Teologi yang didik terbatas, kalangan katolik saja. Sedangkan Mgr Sunarko kala itu ingin Gereja punya dampak di wilayah Keuskupan Purwokerto. Maka yang dipilih adalah ilmu profan (baca:dunia)” demikian penjelasan Romo yang meraih gelar Master di bidang ilmu komputer.

Senada dengan itu, Ketua Yayasan STIKOM – Rm Dr Antonius Ary Setiawan Pr menjelaskan dalam kata sambutannya, bahwa STIKOM ini hadir bagi pendidikan anak-anak muda – khususnya yang kesulitan ekonomi dan intelektualnya kurang menonjol tapi mereka mau belajar.

Sampai saat tulisan ini dibuat, STIKOM terbuka untuk mahasiswa-mahasiswa yang ingin belajar. Menurut penjelasan ketua STIKOM, Bp Romanus Edy Prabowo, PHD, 80% mahasiswa yang kuliah dibiayai dengan beasiswa KIP. Dan kebanyakan berasal dari luar jawa. Sehingga masih terbuka juga beasiswa bagi mereka yang tertarik untuk sekolah di STIKOM Yos Sudarso. Informasi lebih lengkap dalam dilihat di stikomyos.ac.id

Kita berdoa semoga cita-cita pendiri STIKOM dapat terus berkembang. Siapa tau lahir calon “Elon Musk” baru dari kota Purwokerto ini. Selamat Dies Natalis ke – 20 bagi STIKOM YOS SUDARSO, Purwokerto.

Rm Aldo (langsung dari Purwokerto).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here