Yesaya 25:6-10a
Flp 4:12-14.19-20
Matius 22:1-14

Undangan Kerajaan Surga

Dalam Injil, kita dapat menjumpai rupa-rupa perumpamaan mengenai Kerajaan Surga. Minggu ini lain lagi. Kerajaan Surga itu seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya. Semua orang diundang untuk ikut serta, berpesta, ambil bagian dan terlibat dalam pesta perjamuan nikah itu. 

Mereka yang diundang, menolak datang dan memilih sibuk sendiri dalam rutinitas keseharian mereka. Mungkin para undangan itu berpikir: mempersiapkan macam-macam untuk hadir di pesta itu menyita waktu dan tenaga mereka. Capek. Ga worth it. Mending urusin pekerjaan pribadi, lebih cuan. 

Lalu Raja ini akhirnya mengundang semua orang. Baik orang jahat dan baik untuk ikut serta dalam perjamuan nikah itu. Banyak orang datang. Tapi, ada satu yang tidak berpakaian pesta. Tidak melayakkan dirinya. Tidak mempersiapkan baik-baik untuk datang undangan itu. Hanya mau pestanya saja. Cari enaknya saja. 

Perumpamaan ini dekat kok dengan kehidupan keseharian kita. Coba ingat. Ada berapa kali dalam sehari peristiwa “undangan kerajaan surga” itu datang “mengganggu” rutinitas harian kita? Tiba-tiba ada orang datang, meminta bantuan di saat kita sedang sibuk bekerja. Tiba-tiba ada undangan datang pertemuan lingkungan, saat kita sudah ada rencana makan malam dengan keluarga. Tiba-tiba ada undangan terlibat dalam kegiatan di paroki, saat kita sudah merencanakan liburan ke luar kota. Tiba-tiba ada teman yang ingin jumpa, saat kita sedang berdoa. 

Bagaimana respon kita terhadap undangan semacam itu? Bisa jadi Tuhan menawarkan satu jalan baru-lain bagi kita untuk menjadi berkat untuk orang lain.

Terkadang pun kita juga lalai untuk “berpakaian pesta”. Undangan Tuhan dianggap murahan. Taken for Granted. Kita anggap remeh. Yang penting saya ikut, datang, hadir — tapi tak terlibat penuh. Yang penting sudah katolik, ikut misa saja. Tidak lebih. Yang penting sudah katolik. Ambil donasiku, tapi jangan waktuku… dan banyak lagi…

Sebuah hal yang patut kita renungkan juga ini. 

Jemaat Filipi dipuji oleh Paulus karena mereka mau ambil bagian dalam kesusahan Paulus. Mereka terlibat membantu perjalanan Paulus mewartakan Injil. Meski Paulus sadar, semuanya akan dicukupkan oleh Tuhan sendiri yang mengutusnya. 

Jadi kamu gimana?

RA

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here