Mgr. Suharyo Menetapkan Dewan Karya Pastoral (DKP) KAJ

Populer

Keuskupan Agung Jakarta, kajDalam hari studi komisi-komisi dan pemikat KAJ (Sabtu, 3/5) di Aula Bawah Paroki Katedral Jakarta, Uskup Agung Jakarta Mgr. Suharyo memutuskan menetapkan keanggotaan Dewan Karya Pastoral (DKP) KAJ. DKP ini adalah bentuk lain dari Dewan Pastoral sebagaimana diatur dalam KHK 1983 Kanon 511-514. “Setelah mendengar penjelasan dan paparan dalam hari studi ini saya tidak perlu berlama-lama lagi membentuk DKP KAJ. Embrio dari DKP adalah komisi-komisi dan pemikat yang sudah ada selama ini. Sedangkan DKP Harian adalah Tim Karya Pastoral. Saya segera akan membuat surat keputusan sekaligus melengkapi susunan DKP maupun DKP Harian ini,” jelas Mgr. Suharyo.

Sebelumnya, Rm. Purbo Tamtomo, Pr mengatakan bahwa pemilihan nama Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Jakarta (DKP KAJ) untuk membedakan dengan Dewan Pastoral sebagaimana diatur dalam KHK 1983 kanon 511-514. Selain itu situasi dan kebutuhan pastoral KAJ juga ikut melatarbelakangi pembentukan Dewan Karya Pastoral KAJ  ini. Antara lain Rm. Purbo mengatakan KAJ belum mampu memenuhi tuntutan persyaratan pembentukan Dewan Pastoral Keuskupan sebagaimana ditentukan dalam KHK 1983 itu.

“Padahal kita membutuhkan kehadiran dewan seperti itu. Karena itu dengan sadar dinamailah dewan ini Dewan Karya Pastoral. Tambahan kata ‘karya’ mau menggarisbawahi fokus perhatian yang mau diemban yaitu Karya Pastoral.” Dengan istilah karya mau menujukkan bahwa suatu kebijakan pastoral harus  berlanjut dengan suatu tindakan dan gerakan bersama. Tidak cukup bila pelayanan dewan ini hanya sibuk dengan konsep-konsep pastoral yang tidak kontekstual dan realistis. Sebagai sebuah gerakan bersama (komunio/kolegialitas umat beriman) maka karya-karya ini sungguh  menghidupi semangat ini dengan mengutamakan perjumpaan dan komunikasi bersama,” tandas Rm. Purbo. Segala upaya ini, lanjut Rm. Purbo, akhirnya akan semakin mewujudnyatakan  kerajaan Allah dan kerahimanNya di dalam Gereja kita.

Setidaknya ada tiga tugas penting Dewan Karya Pastoral yang diungkapkan oleh Rm. Purbo yaitu melakukan penelitian, membuat pertimbangan menyangkut karya pastoral KAJ serta membuat kesimpulan praktis dari penelitian tersebut, yang kemudian akan disampaikan kepada Uskup untuk selanjutnya jadi rujukan keputusan untuk diwujudkan bersama.

Untuk lebih mematangkan pembentukan DKP KAJ ini, Rm. Adi Prasojo menawarkan sebuah organikgram DKP untuk KAJ. “Paroki tetap menjadi fokus pelayanan. Kehadiran DKP ini untuk membantu uskup melayani paroki. Untuk itu perlu  ada perangkat-perangkatnya (seperti dewan konsul, dewan pertimbangan, dewan keuangan, dsb) agar uskup memberi keputusan komprehensif. Karena itu uskup akan menjadi penggerak DKP,” jelas Rm. Adi. Untuk itu DKP perlu didukung oleh DKP  Harian serta sekretariat bersama komisi-komisi dan pemikat guna memudahkan koordinasi.

Rm. Adi mengusulkan agar sekretariat DKP ditempatkan di UUP Samadi Klender yang sekaligus akan menjadi pusat pastoral KAJ. Dengan demikian  Direktur Samadi bisa sekaligus menjadi sekjen DKP. Sedangkan untuk menjadi ketua DKP, Rm. Adi mengusulkan Vikjen atau langsung Uskup.

Melihat apa yang selama ini telah dilakukan Tim Karya Pastoral, rasanya tidak ada masalah jika tim tersebut menjadi DKP Harian KAJ. Seperti diungkapkan oleh Felix Iwan Wijayanto, sekretaris Vikjen KAJ (saat ini sekretaris DKP KAJ) bahwa apa yang dikerjakan Tim Karya Pastoral selama ini sudah mirip dengan tugas-tugas yang diusulkan Rm. Purbo mapun Rm. Adi.  Felix mengutip surat  pengangkatan dan pengangkatan kembali anggota Tim Karya Pastoral per 30 sept 2013: Tugas tim karya pastoral memberi usul, saran dan pertimbangan kepada uskup dalam memberi pelayanan kepada umat KAJ. “Ada sumbangan gagasan. Namun setelah berjalan ternyata tidak cukup hanya gagasan. Ada muncul kebutuhan dalam tataran pelaksanaan. Contoh lain Tim Karya Pastoral juga telah menghasilkan Ardas 2011-2015, Pedoman Dasar Dewan Paroki tahun 2014, Draf Pedoman reksa pastoral komisi 2014 dan menyiapkan draf gerakan pastoral tahunan. Jadi Tim Karya pastoral tidak sekedar memberi gagasan tetapi juga ikut melaksanakan dan menyosialisasikannya ke paroki-paroki dan kegiatan lainnya,” ungkap Felix.

Rm. J. Subagyo, Vikjen KAJ juga mengatakan bahwa gagasan menghadirkan DKP ini guna melengkapi pelayanan keuskupan kepada umatnya. “Agar semakin mewujudnyatakan semangat gembala baik yang murah hati itu dalam semangat kebersamaan (komunio). Semua fungsi baik komisi maupun pemikat maupun tim khusus dapat semakin berperan sebagai animator, inspirator, koordinator dan fasilitator dalam menggerakkan paroki-paroki  menuju pelayanan yang lebih baik kepada umat,” tegas Rm. Bagyo.

Mengutip pernyataan Jan Hendrikcx, Rm Bagyo menekankan perlu adanya semacam corporate culture seperti yang berlaku  di setiap perusahaan. “KAJ telah merumuskan nilai utama yang dijunjung yaitu menjadi gembala yang baik dan murah hati. Bagaimana ini kita wujudkan dalam setiap gereja melalui berbagai pelayanannya. Apa saja yang dibutuhkan untuk lebih memudahkan kita mencapai jati diri itu. Sekretariat Bersama telah memulai menggagas  pelayanan yang excellent. Bagaimana hal ini bisa menular ke semua pihak termasuk para romo, dewan paroki, ketua lingkungan?” tegas Rm. Bagyo.

Menutup Hari Studi Komisi-komisi dan Pemikat KAJ 3 Mei 2014 Mgr. Suharyo berharap kehadiran DKP dan DKP Harian akan semakin memadukan karya antara komisi-misi dan pemikat. “Dengan disebut sebagai dewan berarti semua pihak dalam dewan akan bekerja bersama dengan predikat kepemimpinan partisipatif. Kita harapkan dewan ini bisa bertemu setiap tiga bulan sekali,” ungkap Mgr. Suharyo. Segala karya dan kebijakan dewan ini  akan dibuat dan dilaksanakan berbasis data bahkan melalui proses penelitian yang ilmiah. “Tetapi gereja bukan seperti perusahaan. Pimpinannya adalah Roh Kudus. Roh Kudus bergerak kemana dia mau. Artinya disana ada unsur ketidakpastian. Karena itu saya mengambil istilah manajemen heordik artinya yang tidak mutlak dan yang tidak pasti. Kita merencanakan tetapi sekaligus kita juga harus mengikuti gerakan roh. Saya sekedar mengingatkan supaya kita jangan frustrasi kalau suatu saat hasil penelitian itu tidak sesuai,” tandasnya.

Uskup lalu memberikan contoh  panggilan Abraham. Dia disuruh ke suatu negeri yang tidak pasti. Yang pasti dia diminta meninggalkan tempatnya yang saat itu. “Maka menurut saya manajemen heordik menjadi hakekat gereja. Paus Fransiskus sesudah terpilih menjadi paus mengatakan: mari kita berjalan bersama (sinode) menuju ke depan meninggalkan kemapanan kita menjadi Gereja yang tidak introvert. Berjalan menuju mereka yang tersingkir dan terpinggirkan. Banyak orang tersingkir baik di dalam Gereja maupun dalam masyarakat. Tersingkir dari gereja karena berbagai aturan yang membuat mereka  tidak terlayani. Karena itu Gereja perlu mewujudkan kerahiman Tuhan. Gereja harus berjalan diurutan paling depan dalam berbagai urusan,” tandasnya.

Sonar Sihombing, Komisi Komsos KAJ

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

RADIO LINE KAJ

INFO TERBARU

TERPOPULER

ARTIKEL LAINNYA

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?