Home Blog Page 43

RENUNGAN HARIAN 16 MARET 2023, Kamis Prapaskah III

Businessman plugging ears with fingers

Yer. 7: 23-28; Mzm.95: 1-2.6-7.8-9;
Luk. 11: 14-23.

Bukan Mengada-ada

Di jalan rimba sebuah hutan, terjadilah sebuah keributan. Rupanya  ditemukan keong dan siput terluka parah di tepi jalan. Infonya, kedua bertabrakan. Seekor kura-kura yang mengaku sebagai saksi mata, ditanya oleh sang ayam hutan tentang kejadian itu, “bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi?” Kura-kura itu lalu menjawab, ” saya tidak bisa melihatnya dengan jelas, kejadiannya terjadi dengan begitu cepat.” Ayam hutan hanya geleng-geleng saja. Ayam hutan sudah menjadi malas mendengarkan kura-kura. Keterangan kura-kura telalu mengada-ada.

Dengan Bangsa Israel, Allah kerap menghadapi masalah besar. Bangsa ini berkali kali gagal mendengarkan gagal mendengarkan Allah mereka. Apa yang disampaikan Allah tentu bukan hal yang mengada-ada. _”Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!”_  (Yer 7:23). Ini yang disayangkan. Israel malas untuk mendengarkan Allah mereka. Israel memilih bahagia dengan caranya sendiri. Jika sudah begini, _”Sekalipun engkau mengatakan kepada mereka segala perkara ini, mereka tidak akan mendengarkan perkataanmu, dan sekalipun engkau berseru kepada mereka, mereka tidak akan menjawab engkau.”_ (Ul 7:27). Jika saatnya nanti mereka celaka, masihkah Allah patut disalahkan?

Lalu?
Bisa saja terjadi, kita berada seperti Israel yang sudah malas mendengarkan Allah, meski kita percaya Allah tidak pernah mengada-ada. Namun kita tetap bersyukur bahwa Allah tidak pernah malas mendengarkan kita.

PHW

RENUNGAN HARIAN 15 MARET 2023, Rabu Prapaskah III

Bacaan I : Ul 4: 1.5-9
Mazmur Tgp : Mzm 147: 12-13.15-16.19-20
Injil : Mat 5: 17-19


“Menyelaraskan Diri”



Mungkin kita sudah akrab dengan berbagai bentuk peraturan atau perintah. Mulai dari situasi di rumah sampai masyarakat luas, kita pasti akan menemukan adanya perintah. Tidak jarang pula kita enggan untuk selalu menurutinya. Misalnya dengan tata aturan sederhana yang ada di rumah. Bisa jadi kita kerap mencari alasan dan pengecualian. Seperti, kebiasaan makan di meja makan. Hanya saja, karena ingin sambil menonton tv atau sambil mengerjakan tugas sehingga tidak makan di meja makan.

Bacaan-bacaan hari ini mengingatkan kita untuk setia dengan peraturan atau perintah. Hal ini tidak ingin menunjukkan bahwa kita tidak memiliki kebebasan. Justru sebaliknya, kita diajak untuk menyelaraskan diri dengan tata aturan yang ada. Yesus adalah contohnya. Ketika semua orang memandang diriNya sebagai nabi besar dan pembawa pembaharuan, Yesus lebih memilih menjalankan hukum Taurat. Dia ingin tetap selaras dengan perintah Tuhan.

Dalam masa Prapaskah ini, kita diajak untuk memiliki kerendahan hati. Bertobat berarti kembali kepada Tuhan dan memperbaiki relasi dengan Tuhan. Salah satu caranya adalah dengan menyelaraskan diri dengan kehendak Tuhan. Apa yang Tuhan sampaikan kepada kita? Apa yang Dia ingin kita untuk lakukan? Dan dalam kerendahan hati, kita menjalankannya dengan gembira. Di situlah kita belajar menyelaraskan diri dengan kehendak Tuhan.

Selamat mengalami perjalanan bersama Tuhan. Tuhan senantiasa memberkati.


RENUNGAN HARIAN 14 MARET 2023, Selasa Prapaskah III

Tamb Dan 3:25.34-43
Mat 18:21-35


“Berapa kali aku harus mengampuni saudaraku?”



Pertanyaan ini dilontarkan Petrus kepada Yesus. Kok bisa dia bertanya seperti itu? Mungkin Petrus sedang punya musuh, atau sedang sakit hati karena ada yang memusuhi dia.

Yesus menjawab, “Sampai tujuh puluh kali tujuh kali”. Jumlah ini bisa jadi mengisyaratkan, seberapa banyak pun batas yang kamu buat untuk mengampuni seseorang, Yesus meminta puluhan kali dari batas itu. Begitu seterusnya sampai tak terbatas.

Mengapa Yesus minta kita memiliki kapasitas pengampunan unlimited seperti itu?

Karena Allah berbuat demikian kepada kita. Sebesar apapun dosa yang kita buat, Allah mengampuni.

Ingat kata Paulus dalam Suratnya di Roma dalam Minggu Prapaskah III yg lalu, “Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, karena KRISTUS TELAH MATI UNTUK KITA KETIKA KITA MASIH BERDOSA”.

Saat kita masih berdosa, bahkan belum mengaku dosa sekalipun, Kristus juga mati untuk keselamatan kita. 

Tapi kan susah mengampuni tanpa batas seperti itu?

Ya siapa yang bilang mudah?

Mengikut Kristus tidak mudah, kalau mudah semua orang di dunia sudah jadi pengikut-Nya.

Tapi karena tidak mudah, banyak orang tidak kuat dan menyerah.

Karena tidak mudah perlu diusahakan, diperjuangkan.

Karena tidak mudah tidak mungkin hanya mengandalkan kekuatan sendiri.

Serahkan Tuhan, mohon selalu rahmat-Nya untuk membantu kita.

Jadi, kamu gimana?

RA 

RENUNGAN HARIAN 13 MARET 2023, Senin Prapaskah III

2Raj 5:1-5a

Lukas 4:24-30

 

“Kita Semua Istimewa”

Pernahkah kita bertanya, mengapa kita mesti menghormati sesama kita? Mengapa kita mesti punya sopan santun dalam hidup? Jawabnya sederhana. Ya, karena kita hidup bersama dengan orang lain. Kita tidak bisa hidup seorang diri. Dari awalnya, kita lahir dari seorang ibu dan nanti akhirnya kita akan kembali ke pangkuan ibu pertiwi.

Selalu ada orang lain di dalam hidup kita yang membantu kita secara langsung atau tidak. Pada saat yang bersamaan, kita juga menjadi penolong bagi sesama kita secara langsung atau tidak. Contohnya, dengan kita membeli makanan, kita dibantu orang lain untuk makan dan tidak kelaparan. Di sisi lain, kita juga mendukung mereka yang bermata-pencaharian sebagai pembuat atau penjual makanan.

Hidup selalu demikian. Kita semua saling terhubung satu dengan yang lain. Karena demikian, ya sudah otomatis pula, kita perlu memiliki sikap hormat terhadap sesama kita juga. Ukurannya tidak terletak pada diri sendiri saja, tetapi juga terletak pada diri sesama kita. Bukan hanya aku bahagia, tetapi kamu bahagia, dan kita bahagia.

Dengan demikian, tidak ada alasan untuk merendahkan sesama kita atau tidak menganggap mereka sebagai orang yang istimewa. Kita semua istimewa dan Yesus yang istimewa itu pun hadir di dalam diri sesama kita tiap harinya. Menghormati sesama kita artinya menghormati dan mencintai Yesus setiap hari.

Semoga hati kita penuh syukur atas kehadiran sesama kita setiap harinya dan semoga kita pun bisa menjadi penolong bagi mereka. Mari bersaksi dan berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!

RAB

RENUNGAN HARIAN 12 MARET 2023, Minggu Prapaskah III

Keluaran 17:3-7
Roma 5:1-2.5-8
Yohanes 4:5-42


“Adakah Tuhan di tengah-tengah kita”



Judul kalimat itu adalah kalimat dari umat Allah yg mencobai Tuhan. Di padang gurun, mereka bersungut-sungut. Apa yang diperbuat Tuhan bagi mereka tidak mengenakkan. Mereka kehausan. Padahal mereka telah dibebaskan dari perbudakan. Tapi masih kurang.

Kurang, selalu kurang, itu yang kadang kita rasakan akan kebaikan Tuhan. Padahal apa yang Dia sudah berikan terlalu banyak untuk kita.

“Tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita oleh karena KRISTUS telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa.” Begitu tulis Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma – bacaan kedua.

Kristus tinggal di tengah-tengah kita, hadir untuk kita bahkan mati untuk kita, padahal harusnya kita yang berdosa ini menerima hukuman dari Allah, tetapi Kristus mengambil hukuman itu.



Perjumpaan Yesus dengan perempuan Samaria menjadi tanda bahwa Kasih Allah hadir untuk semua orang. Juga bagi mereka yang “disingkirkan”.

“Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria”. Dalam sejarah, orang-orang Samaria dianggap tidak murni, keturunan campuran dari bangsa-bangsa non Yahudi. Orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Tapi Yesus tetap menawarkan diri-Nya sebagai Air Kehidupan kepada siapapun yang haus.

“Kehausan” perempuan Samaria nampak dalam hidupnya. Dia sudah mempunyai lima suami, dan yang ada sekarang padanya pun bukan suaminya. Perempuan ini dalam hubungan yang tidak resmi. Yesus datang berbicara kepadanya, menawarkan jalan keselamatan baginya. 

Yesus menawarkan hidupnya sebagai air kehidupan bagi kita yang haus. 

Jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN HARIAN 11 MARET 2023, Sabtu Prapaskah II

Mikha 7:14-15.18-20
Luk 15:1-3.11-32


“Kasih Bapa tanpa batas”


Kisah dalam Injil hari ini lebih dikenal dengan kisah “Anak yang hilang”. Tapi sebetulnya lebih tepat adalah kisah seorang Bapa yang murah hati. Kisah ini diceritakan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang bersungut-sungut karena melihat Yesus makan bersama para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. 

Semua manusia sama martabatnya di hadapan Allah. Kita dianugerahi kehidupan dan dilimpahi kasih Allah. 

Seperti anak bungsu, terkadang kita lalai. Kasih Allah yang begitu besar kita anggap biasa saja. Lalu dengan dalih “kebebasan” kita mau menentukan apa yang menyenangkan untuk diri kita sendiri. “Bapa berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku”. Padahal kepunyaan Allah adalah kepunyaan kita juga. 

Seperti anak sulung, terkadang kita tidak bersikap seperti Allah sendiri. Dia yang kasihnya tanpa batas, menerima pertobatan pendosa seberat apapun. Tapi yang mengaku dan berlaku sangat dekat dengan Allah, malah tidak mencerminkan sifat Allah sendiri. Jadi mudah menghakimi, sulit mengampuni dan murah hati.

Allah akan selalu mengampuni dosa-dosa kita, seberat apapun. Itu terjadi jika memutuskan untuk bertobat, kembali kepada-Nya. 

Dia tidak pernah menghukum. Pergi meninggalkan Allah, adalah juga keputusan kita. Kehilangan rahmat dan segala berkat-Nya. 

 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

RENUNGAN HARIAN 10 MARET 2023, Jumat Prapaskah II

Kej 37:3-4.12-13a.17b-28
Matius 21:33-43.45-46



“Yang Dibuang, Menyelamatkan”



Kisah Yusuf dan saudara-saudaranya dalam bacaan pertama, dan perumpamaan tentang kebun anggur dalam bacaan Injil memiliki kemiripan inti kisah.

Yusuf “dibuang” – dijual oleh saudara-saudaranya sendiri. Yusuf lebih disayang oleh ayahnya. Hal itu membuat iri saudara-saudaranya. Yusuf diam saja, tidak melawan, sampai akhirnya dia pergi ke Mesir. Dia jadi terkemuka di sana, bahkan kelak menjadi penyelamat keluarga manakala bencana kelaparan menerjang Israel.

Terkadang, kehidupan memang aneh seperti itu. Karna iri, antar saudara bisa saling sikut, bahkan membunuh. Tapi justru yang dibuang menjadi penyelamat. Bukan karna Yusuf kuat, tapi karna Yusuf setia pada imannya, dan Tuhan menyertainya.



Batu yang dibuang menjadi batu penjuru.
Mereka yang terbuang atau dibuang justru dipakai Allah untuk menyelamatkan sesamanya. Injil sedang berbicara tentang Yesus, yang dibuang, disalib oleh bangsa-Nya sendiri tapi justru menjadi juruselamat. Allah menyertai-Nya.

Kamu sedang merasa disingkirkan? Dibuang dan dipinggirkan? Setia dan tetap berharaplah kepada Tuhan. Bisa jadi pengalaman itu bisa menjadi pengalaman yg menyelamatkan, bagi dirimu atau orang-orang terdekatmu.

Jadi, kamu gimana?
RA

RENUNGAN HARIAN 9 MARET 2023, Kamis Prapaskah II

Yer 17:5-10;

Mzm 1:1-2.3.4.6;

Luk 16:19-31.

 

Harapan Kosong

 

Seorang pemuda berkisah tentang kisah cintanya yang kandas. Pujaan hatinya meninggalkan dirinya. Padahal menurut rencana, mereka hendak beranjak ke jenjang serius. Pacarnya lebih memilih pilihan orang tuanya. Mengandalkan harapan pada manusia belaka memungkinkan rasa kecewa. Banyak korban yang jatuh akibat tergoda iming-imaing keuntungan besar dalam sebuah investasi, menjadi gambaran lain juga bahwa begitu mudah kita hanya mengandalkan harapan dari manusia saja.

Yeremia memberi peringatan kepada bangsa yang hanya mengandalkan kekuatannnya sendiri (Yer 17:5). Hidup yang hanya mengandalkan manusia akan hidup dalam kekeringan. Hari-harinya menjadi gersang. Setiap orang yang hanya mempercayakan hidupnya kepada sesama manusia adalah orang-orang yang malang. Untuk itu, manusia perlu mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya, Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering (Yer 17:8).

Lalu?
Orang kaya dalam injil, akhirnya menyadari bahwa dirinya perlu mengandalkan Tuhan, “sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini” (Luk 16:28). Mengandalkan Tuhan memang bukan berarti hanya mendengar janji manis, ada kalanya Ia memperingatkan, menegur, atau bahkan mengarahkan kita kembali. Harapan manusia kepada Tuhan tidak pernah kosong.

PHW

RENUNGAN HARIAN 8 MARET 2023, Rabu Prapaskah II

Bacaan I          : Yer 18: 18-20

Mazmur Tgp   : Mzm 31: 5-6.14.15-16

Injil                 : Mat 20: 17-28

 

“Tidak Tahu Malu: Hilangkan Kepekaan akan suatu Kebaikan”

Dalam Injil, Yesus mengatakan bahwa diri-Nya akan menderita, wafat dan kemudian akan bangkit. Namun, perkataan Yesus ini dipahami secara keliru oleh ibu anak-anak Zebedeus. Sang ibu meminta kepada Yesus agar kedua anaknya dipilih sebagai pengganti dan penerus-Nya. Permintaan si ibu membuat situasi kala itu menjadi canggung dan terkesan lancang. Dikatakan, bahwa kesepuluh murid lainnya menjadi marah.

Yang menarik bagi saya, situasi ini mengaburkan makna kehadiran Yesus sesungguhnya. Yesus hadir membawa cinta kasih, memperkenalkan Bapa, mengajarkan tentang Kerajaan Allah dan bertindak belas kasih. Itu semua dilakukan Yesus untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Sementara di mata anak-anak Zebedeus, Yesus hanyalah seorang pemimpin dan posisi kepemimpinannya sangat berpengaruh di tengah masyarakat. Maka, jika mendapatkan posisi sebagai pengganti Yesus, sudah pasti akan mendapat kehormatan.

Kalau kita merenungkannya dalam konteks upaya pertobatan kita, mungkin kita juga pernah bertindak „tidak tahu malu“ ini. Kita mengupayakan segala cara untuk mendapatkan keinginan. Atau, bisa juga, kita menggampangkan sesuatu. Misalnya, kita berbuat dosa yang sama, bahkan setelah mengaku dosa, dosa itu tetap dilakukan kembali. Lalu kemudian kita berpikir, “ya sudah tidak apa-apa, khan nanti masih bisa mengaku dosa.” Artinya, kita sudah diberikan kesempatan berkali-kali dan tak terbatas pengampunannya, namun sikap kita justru menggampangkan. Padahal, rahmat tobat adalah kekuatan iman untuk memperbaharui diri terus menerus.

Mungkin, di hadapan Allah, kita pernah menggampangkan karunia Tuhan. Kita bertindak tidak tahu malu. Kita hanya ingin Tuhan mengikuti keinginan kita. Kita menjadi kurang bersyukur atas semua yang telah disediakan Tuhan bagi kita. Kita sibuk mengikuti ego tanpa mencari tahu makna dan tujuan kebaikan Tuhan dalam hidup. Dengan hanya mengikuti ego, kita akan kehilangan kepekaan akan kebaikan dari Tuhan. Maka, di masa tobat ini, kita mulai memeriksa batin, apakah aku selama ini menjadi orang yang tidak tahu malu di hadapan Tuhan? Apa yang telah aku syukuri? Dan bilamana aku kurang bersyukur kepada Tuhan?

Selamat mengalami perjalanan bersama Tuhan.

AL

RENUNGAN HARIAN 7 MARET 2023, Selasa Prapaskah II

Yesaya 1:10.16-20
Matius 23:1-2



“Belajarlah Berbuat Baik”




Homo sapiens. Manusia adalah mahkluk yang cerdas.
Karna manusia cerdas, ia mampu mempelajari sesuatu, menjadi bisa lalu menjadi ahli.

Sepanjang hidup kita berusaha keras belajar. Belajar supaya menjadi kuat, menjadi bisa, agar dalam kegiatan dasarnya manusia dapat melakukannya secara mandiri. Semakin kuat dan semakin ahli seseorang semakin membuka peluang juga untuk bisa menolong dan membantu orang lain.

Kalau seseorang tidak bisa apa2, tidak mau belajar. Apa yang bisa ia berikan bagi dirinya sendiri, juga bagi orang lain dan masyarakat dia hidup?

Maka belajar, perlu guru. Guru bisa apa dan siapa saja. Bisa orang yang lebih ahli. Bisa juga sebuat alat. Bisa juga pengalaman yang mengoncang hidup. Bisa juga orang yg membenci kita, menganiaya bahkan memusuhi kita. Mereka semua guru yang mengajari untuk kita lebih baik. Pilihan untuk mau menjadi lebih baik atau lebih buruk ada di tangan kita.


“Berhentilah berbuat jahat, BELAJARLAH berbuat baik. Usahakan keadilan, kendalikan orang-orang kejam”. Itu nasihat Nabi Yesaya untuk manusia Gomora. Buat kita juga ya kayanya.

Berbuat baik perlu belajar. Keadilan perlu diusahakan. Yang indah-indah dan baik-baik memang perlu diusahakan. Diam-diam saja tanpa berbuat apa-apa hanya mengundang apa-apa yang buruk semakin merajalela.



“Tetapi kamu, janganlah suka disebut Rabi, hanya satu Rabimu, dan kamu adalah saudara”.

Sebagai orang beriman, hanya satu Guru kita, Tuhan Yesus. Dia yang mengajar kita. Seorang guru ahli Teologi sekalipun, semestinya membawa murid-murid-Nya kepada sang Guru Sejati Kristus. Dia pun harus terus menjadi murid yang belajar dari Sang Guru.

Sangat disayangkan kalau orang tinggi hati, merasa sudah bisa, dan tidak mau membuka diri belajar sesuatu yg baru.



Rendah hatilah, belajarlah selalu dalam setiap kesempatan.

Jadi kamu gimana?

RA

Terbaru

Populer