Home Blog

HR Pengenangan Arwah Semua Umat Beriman – 2 November 2025

Bacaan Pertama, 2Mak 12:43-46
Setelah menguburkan tentara yang gugur dalam pertempuran, Yudas, panglima Israel, menyuruh mengumpulkan uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.
Bacaan Kedua, 1Kor 15:20-24a.25-28
Saudara-saudara, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.
Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.
Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya.
Tetapi kalau dikatakan, bahwa ”segala sesuatu telah ditaklukkan”, maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya.
Dan kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.
Bacaan Injil, Yoh 6:37-40
Dalam rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.
Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
Renungan Padat
Minggu ini, Gereja seluruh dunia mengaplikasikan seluruh perayaan ekaristi yang dirayakan untuk arwah semua orang beriman. Kita tau, Ekaristi adalah kurban silih penebus dosa, terkhusus bagi mereka yang sedang dimurnikan dalam api penyucian. Mereka menanti saatnya kapan terbebas dari pemurnian suci itu sampai akhirnya diperkenankan dalam kehidupan kekal dalam Kerajaan Bapa di surga. Perayaan Ekaristi dipersembahkan bagi mereka, agar membantu menghapus dosa-dosa yang masih harus dibersihkan.
Berhadapan dengan tradisi di atas kita boleh bertanya: mengapa masih perlu api penyucian? Bukankah kita telah dibaptis, mendapat jaminan keselamatan dalam Kristus akan kehidupan kekal?
Kita perlu tau dulu, seperti apa api penyucian. Ia bukan neraka. Bukan siksaan kekal. Api penyucian adalah pemurnian, saat di mana luka-luka, dosa-dosa kita sedang dibersihkan oleh kasih kerahiman Allah. Bagaimana rasanya? Mungkin mirip ketika kita sedang mengobati luka baru. Perih, sakit, tapi penuh harapan karena kita tahu pengobatan yang dilakukan akan berbuah kesembuhan pada waktunya.
Lalu mengapa setiap orang beriman – kebanyakan – harus mampir dulu ke sana? Tidak langsung saja dibawa masuk ke Kerajaan Surga. Jawabannya sederhana. Kita tidak sesempurna itu. Kita tidak sesempurna kehidupan Para Kudus.
Paulus menegaskan kembali, semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Masalahnya, benar kita telah dipersatukan dengan-Nya dalam pembaptisan. Tapi dalam perjalanan berikutnya, persekutuan kita dengan-Nya tidak selalu sempurna. Sering terjadi karena kelalaian, ketidaksetiaan, ketidaktaatan dari pihak kita sendiri. Jatuh lagi dalam dosa, diampuni, jatuh lagi, diampuni begitu terus. Namun, kita boleh percaya terus memperbaiki diri karena Bapa menghendaki siapa yang percaya pada Kristus akan beroleh hidup yang kekal. Api penyucian adalah one step closer to heaven. 
Dan kita sedang membantu mereka yang sedang berjuang di sana. Mari kita datang misa weekend ini ramai-ramai. Bawa foto mereka yang mau kita doakan, sebut nama mereka. Ini tanda, bahwa kematian bukanlah akhir yang memisahkan tapi justru sebuah awal kehidupan baru bagi mereka yang akan menerima janji kerahiman Allah.

Jadi, kamu gimana?
RA

Libera Siap Gelar Konser Perdana di Indonesia Bersama The Resonanz Children’s Choir

Paduan suara anak laki-laki asal London Selatan, Libera, yang dikenal sebagai Voice of Angels, dipastikan akan menggelar konser perdana mereka di Indonesia pada Sabtu, 1 November 2025. Konser yang dipromotori oleh Springboard ini akan berlangsung di JIEXPO Convention Center & Theater dengan dua jadwal pertunjukan, pukul 16.00 WIB dan 19.30 WIB. Tidak hanya menghadirkan suara harmoni khas mereka yang telah memikat jutaan penikmat musik di seluruh dunia, Libera juga menyiapkan kolaborasi spesial bersama paduan suara anak-anak kebanggaan Indonesia, The Resonanz Children’s Choir (TRCC).

Libera, yang beranggotakan anak laki-laki berusia 7 hingga 16 tahun, dikenal luas melalui perpaduan musik klasik dan kontemporer dengan nuansa ethereal. Berawal dari St. Philip’s Boys Choir, grup ini sempat dikenal dengan nama “Angel Voices” sebelum mendunia dengan nama Libera. Mereka telah tampil di berbagai ajang internasional bergengsi, termasuk di hadapan Paus pada acara World Youth Day, serta merilis album yang berhasil menembus tangga lagu dunia.

Di panggung Jakarta nanti, Libera akan tampil bersama TRCC yang didirikan oleh maestro Avip Priatna pada tahun 2007 dan kini dibina oleh konduktor Devi Fransisca. TRCC telah mengukir prestasi gemilang di berbagai kompetisi internasional, mulai dari Bali International Choir Competition (2012), Hong Kong International Youth and Children’s Choir Competition (2013), hingga kemenangan di Hungaria (2014) dan Amerika Serikat (2015). Puncaknya, TRCC berhasil meraih juara pertama di Tolosa Choral Competition, Spanyol (2017), serta memenangkan trofi bergengsi European Grand Prix for Choral Singing di Slovenia (2018).

Kolaborasi antara Libera dan TRCC dipastikan akan menghadirkan pengalaman musikal yang memadukan harmoni indah dari dua paduan suara ternama. Tiket konser “Libera Live in Jakarta” sudah resmi dijual dan dapat dibeli melalui tiket.com.  

Harga tiket belum termasuk admin dan pajak:
Diamond Rp 2.000.000.
VVIP Rp. 1.850.000.
VIP Rp. 1.650.000.
CAT 1 Rp. 1.450.000.
CAT 2 Rp. 1.050.000.
CAT 3 Rp. 850.000.

RENUNGAN MINGGU BIASA XXX, 26 Oktober 2025

Bacaan Pertama, Sir 35:12-14.16-18

Tuhan adalah Hakim yang tidak memihak. Ia tidak memihak dalam perkara orang miskin, tetapi doa orang yang terjepit didengarkan-Nya. Jeritan yatim piatu tidak diabaikan-Nya, ataupun jeritan janda yang mencurahkan permohonannya.

Tuhan berkenan kepada siapa yang dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya, dan doanya naik sampai ke awan. Doa orang miskin menembusi awan, dan ia tidak akan terhibur sampai mencapai tujuannya. a tidak berhenti hingga Yang Mahatinggi memandangnya, dan memberikan hak kepada orang benar dan menjalankan pengadilan.

Bacaan Kedua, 2Tim 4:6-9.16-18

Saudaraku terkasih, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorang pun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku – kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka –, tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa. Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di sorga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.”

Bacaan Injil, Luk 18:9-14

Sekali peristiwa Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: ”Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.

Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.

Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

RENUNGAN PADAT

Kita telah merenungkan nasihat-nasihat Tuhan mengenai iman. Muaranya minggu lalu ketika Ia meminta kita untuk berdoa tidak jemu-jemu. Semoga doa-doa kita menjadi cara kita untuk memelihara iman.

Namun, Yesus tidak berhenti di sana. Minggu ini Ia mengingatkan agar iman yg kita miliki harusnya pada saat yang sama menjadikan kita semakin rendah hati. Perumpamaan yg Yesus berikan dilandasi karna adanya sikap beberapa yang menggangap dirinya benar dan memandang rendah orang lain.

Bagi saya, sikap ini menunjukkan satu hal. Kita tidak bisa mengganggap diri benar. Kita tidak bisa membenarkan diri kita. Karna kita adalah orang yg selalu salah, selalu saja ada kurangnya. Justru karna itu, hanya Allah yang bisa membenarkan kita. Dan kita dibenarkan oleh karna perendahan diri Kristus di kayu salib sampai pada kematian-Nya.

Jadi kalau kita sendiri dibenarkan oleh Allah, mengapa masih menganggap rendah orang lain?

RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XXIX, 19 Oktober 2025

Bacaan Pertama, Kel 17:8-13
“Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim. Musa berkata kepada Yosua: ”Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku.” Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit. Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang.”
‭‭
Bacaan Kedua, 2Tim 3:14-4:2
“Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya: Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.”
Bacaan Injil, Luk 18:1-8
“Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: ”Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan: ”Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?
Renungan Padat
Kapan kita berdoa?  Bagaimana kita berdoa? Apa yang kita ungkapkan dalam doa? Mungkin pertanyaan itu sepintas muncul saat kita merenungkan Sabda Tuhan minggu ini. Minggu lalu kita merenungkan tentang iman yang menyelamatkan. Iman milik seorang Samaria yang taat pada perintah Yesus dan membuahkan pentahiran. Minggu ini Yesus mengajar kita. Ia memberi perintah lagi – “berdoalah dengan tak jemu-jemu”.
Mungkin satu pertanyaan dasar yang pernah kita lontarkan: untuk apa kita berdoa? Kita bisa menjawab dengan banyak alasan. Tapi kalau kita lihat pola pesan sabda Tuhan beberapa minggu ini, sepertinya apa yang mau disampaikan masih berhubungan dengan Iman.
Dua Minggu lalu kita diajar untuk memiliki iman sebesar biji sesawi aja. Dan itu sudah cukup untuk melakukan hal yang nampaknya mustahil untuk dikerjakan. Minggu lalu kita juga belajar dari kisah 10 orang kusta yang disembuhkan. Iman yang menggerakkan untuk menggapai keselamatan – dalam berbagai macam bentuknya. Iman yang membawa kita untuk selalu bersyukur memuliakan Allah. Iman yang membawa kita untuk selalu datang bersujud di depan Tuhan Yesus.
Minggu ini, kita diajak untuk melihat bahwa tanda orang beriman adalah doa yang tak kunjung putus. Atau dengan kata lain, berhenti berdoa – anda berhenti beriman. Harusnya doa menjadi ungkapan iman kita. Bahkan ketika berhadapan dengan satu hal yang mustahil terjadi, Tuhan ingin kita tetap berdoa. Seperti gambaran seorang hakim yang tidak mungkin mengabulkan permohonan si janda, tapi akhirnya membenarkan karna si janda selalu menyusahkan.
Namun, di akhir Injil tadi, Yesus mengatakan, “ketika Anak Manusia datang adakah ia mendapati iman di bumi?”. Akhirnya memang, konsisten dengan bacaan minggu-minggu lalu Yesus menghendaki agar iman bertumbuh. Iman yang dari biji sesawi itu tumbuh, karena mukjizat, karena kesembuhan, kesehatan, karena doa yang tak jemu-jemu.
Jadi, kamu gimana?
RA

 

 

RENUNGAN MINGGU BIASA XXVIII, 12 Oktober 2025

Bacaan Pertama, 2Raj 5:14-17
Sekali peristiwa, turunlah Naaman, Panglima raja Aram ke sungai Yordan, lalu membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai itu, sesuai dengan perkataan Elisa abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.
Kemudian kembalilah ia dengan seluruh pasukannya kepada abdi Allah itu. Setelah sampai, tampillah ia ke depan Elisa dan berkata: ”Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hambamu ini!”
Tetapi Elisa menjawab: ”Demi Tuhan yang hidup, yang di hadapan-Nya aku menjadi pelayan, sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa.” Dan walaupun Naaman mendesaknya supaya menerima sesuatu, ia tetap menolak. Akhirnya berkatalah Naaman: ”Jikalau demikian, biarlah diberikan kepada hambamu ini tanah sebanyak muatan sepasang bagal, sebab hambamu ini tidak lagi akan mempersembahkan korban bakaran atau korban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada Tuhan.”
Bacaan Kedua, 2Tim 2:8-13
Saudaraku terkasih, ingatlah akan ini: Yesus Kristus, keturunan Daud, yang telah bangkit dari antara orang mati, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. Karena pewartaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi sabda Allah tidak terbelenggu. Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.
Benarlah sabda ini: ”Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita; jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”
Bacaan Injil, Luk 17:11-19
Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: ”Yesus, Guru, kasihanilah kami!”
Yesus lalu memandang mereka dan berkata: ”Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang di antara mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: ”Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?”
Lalu Ia berkata kepada orang itu: ”Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”
RENUNGAN PADAT
Sepuluh orang kusta ini sejak awal memang sudah tau dan sadar bahwa mereka sakit. Tentu mereka mengharapkan kesembuhan. Maka begitu melihat Yesus, mereka sadar tidak datang mendekat. Mereka berdiri agak jauh dan berteriak, Yesus, Guru, Kasihanilah Kami.
Yesus mendengar teriakan mereka, Ia memandang mereka lalu memberi perintah berikut: pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam. Kita bisa bertanya, apa yang yang ada dalam pikiran mereka saat mendengar perintah itu? Bisa jadi ada yang bertanya-tanya, kok malah disuruh pergi ke imam, sembuh saja belum. Mengapa Yesus tidak datang menemui dan menyentuh kita? Kalau kita ikut perintah-Nya, bagaimana kalau ternyata keadaan tidak berubah, yang ada kita ditolak mentah-mentah oleh para imam. Ini perjudian. Karena semuanya mungkin dan bisa terjadi apapun. Tapi ternyata, mereka pergi juga. Itu faktanya. Di tengah keragu-raguan dan muncul tanda tanya, mereka memutuskan untuk taat pada perintah Yesus.
Coba bandingkan dengan kisah penyembuhan lain di Lukas 5:12. Ada orang kusta juga yang disembuhkan juga oleh Yesus – tapi caranya berbeda. Yesus datang dan menjamah-Nya dan kustanya sembuh seketika. Di akhir kisah itu disebutkan, banyak orang berbondong-bondong datang kepada Yesus minta disembuhkan. Yesus lantas hanya dianggap menjadi tukang bikin sembuh aja. Sementara itu di Lukas 17 ini, Yesus tidak menjamah lagi. Mungkin Yesus sadar, kesembuhan seketika hanya berbuah kesembuhan saja, tidak menghasilkan iman. Oleh karena itu kali ini Ia memberi perintah. Kesembuhan terjadi bukan karena sentuhan Yesus, tapi ketaatan untuk menjalankan perintah-Nya. Itulah iman.
Sementara mereka berjalan, terjadi mukjizat. Mereka semua menjadi tahir. Sakit kustanya hilang. Kita tidak tahu persis di mana terjadinya ini. Lukas menyebut, seorang di antara mereka melihat dirinya – menyadari kesembuhannya, lalu kembali kepada Yesus. Sambil memuliakan Allah, tersungkur di depan Yesus dan mengucap syukur kepada Yesus. Ia memuliakan Allah dengan sujud syukur kepada Yesus. Yesus yang tadinya disebut sebagai “guru” – kini ia anggap sebagai Allah. Orang itu adalah orang Samaria, orang asing. Selain kesembuhan, orang ini dapat iman, juga ketaatan kepada Allah.
Tapi menarik apa dikatakan Yesus di akhir kisah ini. “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau”. Iman orang itu yang menyelamatkan dan menyembuhkannya. Iman yang membuatnya menaati perintah Tuhan. Iman yang membuatnya kembali dan sujud syukur. Iman yang membuatnya mampu berdiri dan pergi sebagai orang yang diselamatkan.
Jadi bagi saya sendiri, pusat kisah ini bukan tentang mukjizat kesembuhannya, atau juga ajakan untuk selalu bersyukur. Dua itu baik. Namun, yang paling mendasar adalah apakah kita sungguh memiliki iman sedemikian, sehingga kita yakin bahwa imanku menggerakkanku untuk menggapai keselamatan – dalam berbagai macam bentuknya.
Jangan-jangan kesembuhan kita terletak bukan melulu pada jamahan Yesus, tapi pada kemauan kita menaati perintah Yesus – bergerak menuju arah keselamatan.
Tuhan mau saya jadi sehat, kuat, menjadi berkat. Tuhan tidak ingin saya jadi orang sakit, bahkan lama-lama bersama dengan yang sakit. Tuhan ingin saya ingin selamat sehingga saya wajib mengusahakan segala yang baik bagi hidupku, dan keluargaku. Berkarya untuk kesejahteraan bersama, bagi banyak orang dan makhkluk hidup lainnya. Itulah wujud ungkapan syukur terbaik yang bisa terlahir dari iman kita.
Jadi, Kamu gimana?
RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XXVII, 5 Oktober 2025

Bacaan Pertama, Hab 1:2-3, 2:2-4
Tuhan berapa lama lagi aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: Penindasan!” tetapi tidak Kautolong? Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi.”
Lalu Tuhan menjawab aku, demikian: ”Catatlah penglihatan ini, guratlah pada loh batu agar mudah terbaca. Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi segera akan terpenuhi dan tidak berdusta. Bila pemenuhannya tertunda, nantikanlah itu, akhirnya pasti akan datang, dan tidak batal!. Sungguh, orang yang sombong tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup berkat imannya.
Bacaan Kedua, 2Tim 1:6-8.13-14
Saudaraku terkasih, aku memperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.
Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus. Berkat Roh Kudus yang diam dalam kita, peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita.
Bacaan Injil, Luk 17:5-10
Sekali peristiwa setelah Yesus menyampaikan beberapa nasihat, para rasul itu berkata kepada-Nya: ”Tambahkanlah iman kami!” Jawab Tuhan: ”Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan menuruti perintahmu.”
Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?
Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.
RENUNGAN PADAT
Iman
Menulis adalah jawaban atas seruan Nabi Habakuk dalam bacaan pertama ketika melihat penindasan, kejahatan, kelaliman, aniaya dan kekerasan serta perbantahan dan pertikaian. Bukankah situasi seperti ini masih terjadi di zaman ini? Lalu apa yang mesti kita lakukan sebagai umat beriman?

Belajar dari bacaan pertama sebenarnya suatu peristiwa terjadi untuk mengetuk hati kita. Ketika saya dulu di Tahun Orientasi Rohani (TOR) ada saatnya menonton TV dan ketika ada berita bencana atau kejahatan entah bagaimana saya bercaka-kaca. Lalu oleh romo pembimbing disarankan untuk menulisnya dalam refleksi kemudian membawanya dalam doa dan dengan cara itulah Tuhan menyapa saya. Dari pengalaman menuju kepada iman.
Hari ini para rasul memohon iman yang lebih tetapi jawaban Tuhan Yesus rasa-rasanya membuat kita bertanya apakah para rasul sudah mempunyai iman atau belum sebab Yesus bersabda, “Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.” Menurut sabda ini iman bukan soal kuantitas tetapi kualitas.

Tekanan dari sabda ini adalah “mempunyai iman” dan kekuatan iman itu sangat luar biasa bahkan jika hanya “sebesar biji sesawi”. Iman adalah jawaban “ya” manusia yang merdeka atas wahyu Ilahi. Berikut kutipan lengkapnya dari dokumen Konsili Vatikan II Dei Verbum artikel 5. “Kepada Allah yang menyampaikan wahyu manusia wajib menyatakan “ketaatan iman” (Rom16:26 ; lih. Rom1:5 ; 2Kor10:5-6). Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan “kepatuhan akalbudi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan”, dan dengan secara sukarela menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikurniakan oleh-Nya. Supaya orang dapat beriman seperti itu, diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan batin Roh Kudus, yang menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan “pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran”. (DV art. 5)

Lalu Tuhan Yesus menyampaikan kisah tuan dan hamba yang ditutup dengan kata-kata berikut “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Luk 17:10). Beriman dengan demikian melakukan apa yang menjadi kehendak Allah sebab telah “dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah” tanpa beban bahkan tanpa keinginan untuk mendapat balasan. Inilah semangat yang ditanamkan kepada para rasul sebagai pelayan untuk mendengarkan, memelihara dan melakukan firman Tuhan.
Tugas ini tentu sangat berharga tetapi karena sudah menjadi tugas mereka, maka hendaknya mereka tidak membanggakan dirinya sebagai hamba yang sangat berjasa dan berhak di hadapan Tuhan.
Maka marilah merawat dan menumbuhkan serta membuahkan iman itu dalam tindakan yang nyata di dalam setiap tugas dan tanggung jawab serta pelayanan kita. Seberapa kita beriman akan terlihat saat kita menghadapi situasi konkret, apakah mengandalkan kekuatan sendiri atau terus berjuang dan mengandalkan Allah?

Selamat merenungkan!

RW

Renungan Minggu Biasa XXVI, 28 September 2025

Bacaan Pertama, Am 6:1a.4-7
Beginilah Firman Tuhan, Allah semesta alam, ”Celakalah orang-orang yang merasa aman di Sion, yang merasa tenteram di gunung Samaria. Celakalah  yang berbaring di tempat tidur dari gading dan duduk berjuntai di ranjang; yang memakan anak-anak lembu dari tengah-tengah kawanan binatang yang tambun; yang bernyanyi-nyanyi mendengar bunyi gambus, dan seperti Daud menciptakan bunyi-bunyian bagi dirinya; yang minum anggur dari bokor, dan berurap dengan minyak yang paling baik, tetapi tidak berduka karena hancurnya keturunan Yusuf! Sebab itu sekarang, mereka akan pergi sebagai orang buangan di kepala barisan, dan berlalulah keriuhan pesta orang-orang yang duduk berjuntai itu.”
‭‭
Bacaan Kedua, 1Tim 6:11-16
Hai engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.
Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu: Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya, yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorang pun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.”
‭‭
Bacaan Injil, Luk 16:19-31
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, ”Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.
Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.
Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.”

‭‭

Renungan Padat

JURANG

Kapan terakhir kali anda gelisah? Gelisah memikirkan masa depan atau masa kini. Gelisah karena belum memiliki pekerjaan sementara tagihan bulanan harus dibayar. Gelisah karena ada sesuatu yang tidak beres atau tidak benar. 
Ada seorang teman yang tadinya merasa sehat-sehat saja, menjadi gelisah ketika diberitahu bahwa detak jantung istirahatnya 100bpm (detak per menit), sementara detak normal manusia saat rehat adalah 60-80 bpm. Ia menjadi gelisah karena ternyata jantungnya berdetak keras padahal dia tidak sedang beraktivitas. Ini peringatan. Dirinya terancam serangan jantung atau stroke kapan pun jika dia tidak segera melakukan sesuatu untuk menurunkan detak jantungnya. Kalau ia mau hidup sehat lebih lama, ia harus mulai mengatur pola makan, latihan rutin kardio, dan lebih banyak bergerak dan beraktivitas.
Mungkin bagi sebagian orang situasi macam itu bisa berbuah overthinking. Overthinking disamakan stress. Padahal ketiganya adalah hal yang berbeda.
Stress muncul sebagai akibat dari tanggung jawab yang wajib kita kerjakan tapi tidak kita kerjakan. Overthinking muncul dari rasa khawatir yang berlebihan – yang belum atau bahkan tidak pernah terjadi. Sementara kegelisahan – adalah sikap hati menyadari ada sesuatu yang tidak baik sehingga tergerak terus untuk memperbaiki.
Dalam Injil, saya merasa pesannya bukan untuk menggambarkan Allah membalas perbuatan orang-orang jahat di dunia ini. Allah ingin semua orang dipangku oleh Abraham dalam kerajaan surga. Lalu mengapa orang kaya itu setelah mati berakhir di alam maut?
Bagi saya, Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk memelihara rasa kegelisahan. Gelisah kalau ada sesuatu yang tidak benar, tidak baik, tidak adil – yang tidak hanya terjadi pada diri kita tapi juga di sekitar kita. Dan rasa gelisah itu menggerakkan kita untuk datang berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan.
Nabi Amos menggelitik rasa gelisah ini bagi mereka yang sudah hidup nyaman. Kenyamanan itu membuat jurang tak kasat mata antara mereka dengan masyarakat kebanyakan yang sedang berjuang dalam kehancuran. Ketidakadilan terjadi karena kita sendiri yang membuat jurang – antara diri kita dengan orang-orang sekitar kita. 
Seorang kaya di dalam Bacaan Injil juga mematikan rasa gelisah itu, karena dia berada dalam pesta makanan bersama rekan-rekannya. Dia tidak gelisah akan kebutuhan lazarus, yang lapar penuh luka dan borok. Jurang sosial ini dibiarkan begitu saja oleh si orang kaya. 
Orang kaya itu baru gelisah ketika di alam baka menderita di alam maut dan Lazarus dipangku Abraham. Dia baru gelisah memikirkan nasib teman-temannya yang masih hidup, supaya jangan bernasib sama dengannya kelak di alam maut. Tapi itu kegelisahan semacam itu di tempat itu sudah tak ada faedahnya. Ada jurang yang membentang membatasi surga dan neraka.
Padahal jurang itu dapat dihilangkan di dunia , ketika mereka juga mau membangun jembatan di antara mereka yang kaya dan miskin. 
Maka, biarlah jurang tak tersebrangi itu ada di sana. Di dunia kita sekarang, jurang ketidakadilan itu bisa diseberangi, sepanjang kita sendiri yang mau bergerak datang memperbaiki apa yang tidak adil dan tidak benar.
Yesus Kristus di dunia tidak membuat jurang itu semakin lebar. Tapi sebaliknya, Ia datang untuk membuat jembatan, agar jurang itu terseberangi. Jembatannya adalah salib-Nya sendiri.
Jadi, kamu gimana?
RA

Renungan Minggu Biasa XXV, 21 September 2025

Bacaan Pertama, Am 8:4-7

Dengarkanlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini dan berpikir: ”Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan?”

Beginilah Tuhan telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: ”Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka!”

Bacaan Kedua, 1Tim 2:1-8

Saudaraku yang terkasih, pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.

Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan. Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul – yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta – dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.

Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan. 

Bacaan Injil, Luk 16:1-13

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, ”Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.

Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.

Lalu bendahara itu memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.
Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.

Renungan Padat

Kita masih ingat, gelombang protes masyarakat terhadap pejabat-pejabat pemerintahannya di awal Bulan September 2025 ini. Bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di beberapa negara lain. Yang paling dahsyat, Nepal. Kita tau beritanya dari media internasional bagaimana situasi di sana. Akar penyebabnya sama. Rakyat gerah dengan keadaan mereka yang serba sulit. Sementara itu para pejabat (baca:pelayan) pemerintahan dirasa tidak mencarikan solusi bagi rakyat. Yang ada justru joget-joget, pamer kekayaan pribadi, Flexing sana-sini. Kegerahan berubah menjadi kemarahan.
Situasi semacam itu memang menjadi penyakit sepanjang sejarah. Ketika orang-orang yang dipercaya untuk mengelola sumber daya untuk kesejahteraan bersama malah memakainya untuk kesejahteraan pribadi. Amanat yang diberikan oleh rakyat dilupakan demi keuntungan sendiri. Amos berdiri di tengah-tengah situasi seperti itu.
Amos, seorang peternak domba biasa tiba-tiba diutus oleh Tuhan untuk menyuarakan kebenaran dan keresahan hati Tuhan terhadap kondisi umat-Nya. Perutusannya hanya sebentar, tiga bulan, tapi itu cukup untuk menunjukkan ketidakadilan yang sedang terjadi pada umat pilihan Allah itu. Mereka melakukan ibadat dengan meriah, tapi masyarakat tidak diperlakukan dengan adil. Menginjak-injak orang miskin, membinasakan orang sengsara, berniaga dengan curang dan penuh tipuan.

Mari kita ingat pesan Sabda Tuhan dalam Injil hari ini. Barangsiapa setia pada perkara-perkara kecil, juga akan setia pada perkara-perkara besar. Ujian pertama kesetiaan kita kepada Tuhan adalah, apakah kita bisa setia dengan benar mengelola mamon yang tidak jujur, mengelola harta orang lain. Kalau itu tidak mampu kita lakukan, bagaimana kita juga bisa dengan setia dan benar mengelola harta milik kita sendiri?
Kita tidak bisa mengabdi pada dua Tuan. Abdilah pada kebenaran Allah dan kesetiaan kepada Allah – dengan demikian kita bisa mengambil jarak pada Mamon dan harta dunia ini.

Jadi kamu gimana?

RA

Renungan Pesta Pemuliaan Salib Suci, Minggu 14 September 2025

Bacaan Pertama, Bil 21:4-9

Ketika umat Israel berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: ”Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.”

Lalu Tuhan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: ”Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan Tuhan dan engkau; berdoalah kepada Tuhan, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami.”

Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa: ”Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.”

Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.”

‭‭
Bacaan Kedua, Filipi 2:6-11
Saudara-saudara, Yesus Kristus, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ”Yesus Kristus adalah Tuhan,”.

‭‭
Bacaan Injil, Yoh 3:13-17

Dalam percakapan dengan Nikodemus, Yesus berkata, “Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.

Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.”
‭‭
Renungan Padat

Kunci untuk memahami pesan sabda Tuhan hari ini adalah Kristus. Dalam Kristus, semuanya menjadi baru. Termasuk pemaknaan kita tentang salib. Di luar Kristus, salib adalah hukuman bagi orang yang melakukan kesalahan. Kalau kita melihat sejarah bagaimana hukuman salib itu diadakan oleh pemerintah roma, kita akan tau betapa hinanya hukuman salib itu. Mereka yang bersalah dan pantas dihukum mati, tidak langsung dihukum mati. Misalnya, dipenggal gitu lebih enak, tanpa rasa sakit, hilang hitam dalam sekejap. Tapi jika kematian itu harus melalui salib, kematian menjadi semakin menyakitkan, memalukan dan menakutkan. Bagaimana tidak, lihat saja apa yang dialami Yesus saat Dia disalib. Ia ditelanjangi, tubuh-Nya digantung tangan dan kaki diikat dan dipaku pada kayu sehingga tidak berbuat apa-apa. Itu dilakukan di depan umum dan dilihat orang.  Betul-betul hukuman yang merendahkan martabat manusia serendah-rendahnya sampai hina tak ada harganya.

Tapi dalam Kristus, salib yang hina seperti itu menjadi tanda keselamatan. Tanda pemuliaan. Oleh Tuhan, apa yang hina diubah menjadi yang mulia. Tanda karya Allah ini sudah ada sejak kisah dalam Kitab Bilangan. Ular yang menjadi alat hukuman bagi umat Allah yang bersungut-sungut, sekaligus menjadi tanda yang menyelamatkan bagi mereka yang memandang tiang ular.

Mengapa bisa demikian? Salib yang hina, dalam Kristus menjadi salib yang mulia. Sebab Kristus yang tersalib, adalah Allah yang mengosongkan diri-Nya. Yang tidak menganggap keserupaan-Nya dengan Allah sebagai sesuatu yang perlu dipertahankan. Melainkan, dalam salib Kristus memberikan diri-Nya, hidup-Nya bagi kita, sehingga siapapun yang memandang, melihat dan menyatukan diri dengan salib dan kematian-Nya akan memperoleh kehidupan yang kekal. Memandang dan menyatukan diri dengan Salib Kristus, bahkan wafat bersama-Nya akan memperoleh hidup juga bersama-Nya.

Jadi, masih takut buat-buat tanda salib?

RA

 

Terbaru

Populer