Home Blog Page 44

RENUNGAN HARIAN 6 MARET 2023, Senin Prapaskah II

 

“Gagal dan Salah”


Gagal, salah, sakit, dan kalah adalah kenyataan pahit yang ada dalam hidup. Pastinya, tiap dari kita pernah punya pengalaman seperti ini. Orang bijak memperindah pengalaman gagal dan kalah itu dengan peribahasa, “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”. Ia ingin memberikan penghiburan bagi mereka yang gagal dan kalah. Namun, nyatanya, tetap saja gagal dan kalah itu telah terjadi dalam hidup kita.

Lalu, kita mesti bagaimana? Ya, rasanya, yang pertama-tama perlu dilakukan adalah menerima dan mengakui bahwa aku gagal dan aku kalah. Pasti tidak enak rasanya. Mengakui kegagalan dan kesalahan adalah hal yang tak mudah, tetapi mesti dilakukan sebagai langkah awal pemulihan. Bahkan, istilah “sakramen pengakuan dosa” pun tak ayal menjadi istilah yang tak mudah untuk dihidupi oleh umat beriman. Mungkin, lebih nyaman untuk dikatakan “sakramen pengampunan dosa”. Nuansanya lebih baik dan terbuka pada harapan untuk sebuah kebangkitan.

Ya, tidak keliru pandangan itu. Namun, yang perlu disadari kembali adalah kebangkitan dan pengampunan itu diawali oleh pengakuan akan kegagalan dan kesalahan. Pengakuan dan penerimaan bahwa aku gagal dan salah, akan membuka sudut pandang baru tentang hari ini dan esok. Yang gagal itu telah berlalu. Yang salah itu telah terjadi. Bukan untuk meratapi itu semua, namun mengakui itu semua untuk sebuah langkah pertobatan dan kebangkitan.

Allah kita itu Allah yang murah hati (Luk 6:36). Ia mengampuni kita dan Ia mengajak kita untuk bangkit bersamaNya dan membuka lembar baru hidup. Allah memberi kita kesempatan untuk berjuang kembali dan Ia memberikan kepercayaan besar kepada kita.

Semoga kita berani mengakui kegagalan/kesalahan dan tidak menyia-nyiakan kepercayaan Allah.
Mari bersaksi. Mari berbahagia sebagai orang beriman.

Thank God It’s Monday!

RAB

RENUNGAN HARIAN 5 MARET 2023, Minggu Prapaskah II

Kej 12:1-4
2Tim 1:8-10
Matius 17:1-9


“Allah Memanggil Kamu”



Biasanya karena apa kita melakukan panggilan?
Karena orang yang ingin kita temui atau ajak bicara berada di tempat yang jauh. Kita bisa panggil dengan agak teriak, panggil lewat telpon atau chat via aplikasi medsos. Yang dipanggil pun memiliki kebebasan, mau menanggapi atau tidak. Datang atau tidak, ya terserah dia. Tapi biasanya kalau dia dipanggil untuk sesuatu yang menarik hati, hampir pasti jawabannya adalah ya!

Kalau posisinya dekat, apakah butuh kita panggil. Ngapain? Langsung aja kita yang mendekat, dan utarakan apa yang ingin disampaikan.


Abraham dipanggil Allah untuk pergi meninggalkan tanahnya menuju tanah asing. Namun lebih daripada itu, Abraham dipanggil Allah untuk menjadi berkat.

“Dialah yang menyelamatkan kita, dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri”. Begitu kata Paulus kepada Timotius dalam bacaan kedua.

Iya, Tuhan memanggil kita. Karna kayanya posisi kita sedang jauh dari-Nya. Dia memanggil kita menawarkan kehidupan kudus, suci dan mulia.



Dalam Yesus jarak hidup kudus, suci dan mulia yang jauh itu semakin terasa dekat. Kemuliaan jadi lebih dekat, bisa digapai oleh siapapun. Bukan karna perbuatan kita, tapi karna kasih karunia-Nya. 

Meski dekat, tapi tidak berarti mudah. Harus dicapai dengan perjuangan dan kesetiaan. Seperti Yesus dengan tiga murid-Nya naik ke atas gunung. Naik gunung tidak mudah. Butuh semangat, kesabaran, dan kesetiaan. Seberapa banyak pun kita ingin menyerah untuk sampai ke puncak, kaki tidak pernah boleh berhenti melangkah.

Allah memanggil kamu menuju hidup kudus dan mulia. Jalannya sekarang dekat. Butuh perjuangan semangat, kesetiaan untuk menggapainya. Karna itu tidak mudah.


Jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN HARIAN 4 MARET 2023, Sabtu Prapaskah I

Bacaan I: Ul 26:16-19; 

Mzm 119:1-2.4-5.7-8;
Bacaan Injil: Mat 5:43-48.

_Diligite inimicos vestros, benefacite his qui oderunt vos, et orate pro persequentibus et calumniantibus vos: ut sitis filii Patris vestri, qui in caelis est_ ; “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga”.

Tidak ada manusia yang sempurna, tiap dari kita pasti memiliki keterbatasan. Melalui keterbatasan itulah kita menyadari keterpautan kita kepada Allah. Kita dipanggil untuk senantiasa hidup dengan dan bersama Allah. Di dalam Kasih-Nya, kita yang terbatas akan disempurnakan. Dengan Kasih-Nya, Allah mengajak kita untuk senantiasa menjalankan ketetapan dan perintah-Nya. Dan Ia akan menjadi Allah dan Bapa kita, dan kitapun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Hidup dan mengamalkan Kasih-Nya dalam kehidupan sehari-hari.

Itulah yang disuarakan oleh Musa di padang gurun seberang Sungai Yordan. Musa berbicara kepada bangsanya, “Pada hari ini Tuhan, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu”. Melalui Kristus, ketetapan dan peraturan dari Hukum Taurat digenapi/disempurnakan dengan hukum Kasih. Kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia. Bahkan Yesus mengatakan: “Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”. Doa menjadi titik pemersatu antara kasih pada Allah dan bagi sesama.

Dengan mendoakan sesama, kita telah mengungkapkan kasih yang sempurna, baik kepada manusia maupun bagi Tuhan. Doa menjadi perwujudan kasih yang menghidupkan sebagaimana Bapa mencipta melalui Sabda Kehidupan. Kitapun bisa menata perkataan yang baik sebagai perwujudan Sabda yang menghidupkan di dalam doa-doa kita. Sebagaimana diungkapkan Theresia Lisieux: “Dengan berdoa, kita disadarkan pada kerapuhan manusiawi sekaligus kemuliaan ilahi, karena panggilan untuk berdoa melampaui kemanusiaan, dan hanya dapat dilakukan melalui bantuan ilahi. Dengan demikian kitapun diilahikan dan menjadi anak-anak Bapa di surga, yang sempurna dalam tindakan dan kasih”.

AY

RENUNGAN HARIAN 3 MARET 2023, Jumat Prapaskah I

“Sebuah Pemberian Diri”

Kisah dari Papua

Dalam perjalanan pulang dari Stasi Ugida (salah satu nama sebuah kampung dekat Bomomani), Pater Joseph melihat sekelompok babi di pinggir jalan yang berjalan mengikuti pemiliknya. Menariknya lagi, ada satu babi yang tertinggal karena mencari makan sendiri sehingga berjalannya lebih lambat dari kelompoknya. Apa yang dilakukan pemilik babi itu? la tetap terus berjalan karena yakin babi yang tertinggal itu tetap akan kembali ke pemiliknya. Kawanan babi ternyata sudah terbiasa bersama dengan pemiliknya dan tentu mengenal betul pemiliknya.

Kisah Yesus, Sang Gembala yang Baik, menceritakan bahwa Yesus mengenal dan dikenal domba-domba-Nya. “Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.” Mengenal di sini bukan sekadar tahu nama, rumah, keluarga, dan apa-apa saja yang kelihatan. Yesus sungguh mengenal diri kita apa adanya. Tidak ada yang bisa ditutup-tutupi dari diri kita di hadapan Than Yesus. Sudahkah kita mengenal Yesus yang kita ikuti sebagai Gembala kita?

Mengikuti Yesus berarti lebih dari sekadar mengenal Dia, melainkan mengasihi-Nya lebih sungguh. Gembala kita telah memberikan nyawa-Nya, sehabis-habisnya bagi kita. Kini, beranikah aku memberikan diriku sepenuh-Nya untuk Yesus, Gembalaku? Ketika musim kemarau tiba, masyarakat Papua diajak untuk memberikan diri dengan berjuang lebih giat untuk mengairi kebun. Anak-anak yang akan menghadapi ujian atau ulangan juga perlu memberikan diri dengan belajar lebih giat lagi. Pemberian diri ini ditempatkan semata-mata bersama Yesus, Gembala Baik yang mengenal kita sebagai domba-domba-Nya.
Tuhan memberkati. Amin.

JBM

RENUNGAN HARIAN 2 MARET 2023, Kamis Prapaskah I

T.Est. 4:10a,10c-12,17-19; Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8;
Mat. 7:7-12.

“Bukan Sekedar Meminta”

Agama hanyalah sebagai candu. Kritik itu pada masanya pernah dilontarkan. Kaum beragama dengan mudahnya melemparkan persoalan hidupnya kepada Allah. Seolah-olah dengan menjatuhkan keluhan kepada Tuhan, persoalan hidup mereka beres. Mereka yang beragama dianggap seperti pemalas, asyik menikmati kehidupan dan candunya sendiri, menghindari realitas hidup di sekitarnya.

Pendapat itu bisa saja benar, jika hanya berhenti pada kebanggaan harapan semu saja. Tidak benar jika itu memberikan suatu kekuatan untuk bangkit dan semangat untuk mengasihi sesamanya. Nyatanya, orang semakin beriman kepada Tuhan, hidupnya semakin bernilai bagi sesama. 

Ratu Ester dalam Bacaan I , datang kepada Tuhan ketika dia dan bangsa Israel berada dalam keadaan terancam. Ester menyampaikan keluh-kesah dan kesulitan yang dialami. Dia yakin akan kebaikan Tuhan Allah dan pertolongan-Nya. Keluhan Ester bisa juga menjadi candu kalau permohonannya hanya untuk dirinya saja. Tetapi yang ia lakukan adalah berjuang bagi kebaikan seluruh bangsa.

Lalu?
3 kata kunci yang digunakan Yesus dalam berdoa, ‘mintalah..carilah..ketoklah’ (Mat 7:7-8). Dengan kata-kata itu menjadi jelas bahwa doa membutuhkan usaha dan keaktifan manusia untuk datang kepada Tuhan. Doa bukan hanya meminta. Doa adalah membuka hati bagi Tuhan, bersyukur serta bicara dengan Tuhan. Dengannya, manusia akan selalu terarah kepada Tuhan.

PHW

RENUNGAN HARIAN 1 MARET 2023, Rabu Prapaskah I

Bacaan I : Yun 3: 1-10
Mazmur Tgp : Mzm 51: 3-4. 12-13. 18-19
Injil : Luk 11: 29-32


“Keterbukaan Hati: Dengar, Lihat dan Rasakan”



Mungkin kita mengenal istilah retret atau rekoleksi, dan juga pernah mengikuti kegiatan tersebut. Dalam kegiatan tersebut, kita memiliki waktu tenang sejenak untuk melihat kembali perjalanan hidup kita. Pada umumnya, kita mengumpulkan kembali pengalaman, merasakan perasaan yang muncul, mencari inspirasi, dan menimbang keputusan yang baik dilakukan untuk kemudian hari. Kegiatan ini mengasah kita untuk memiliki keterbukaan hati.

Dalam Injil, Yesus mengangkat dua tokoh penting dalam Perjanjian Lama, yaitu Yunus dan Salomo. Orang Yahudi pada saat itu tahu siapa kedua tokoh ini, apa peran mereka dan karuna apa yang mereka dapatkan dari Tuhan. Artinya, kedua orang ini adalah tokoh penting pada masanya sebagai pilihan Allah. Dan, orang pada masa itu sangat mendengarkannya sebagai utusan Allah. Yesus ingin para pendengar-Nya mendengar kisah dua tokoh ini, melihat pengalaman orang-orang di masa itu dan merasakan kehadiran Allah yang dialami mereka. Bukankah perubahan itu terjadi karena mereka mengalami kehadiran Allah?

Demikianlah di masa pantang dan puasa ini. Telinga, mata dan hati kita diasah terus menerus untuk mendengarkan, melihat dan meraakan kehadiran Allah. Kadang kita berharap ada tanda-tanda khusus yang menggugah hati sehingga mendorong pertobatan. Tetapi, Yesus mengajak kita untuk mengasah kemampuan daya tangkap kehadiran Allah.

Kita dibiasakan mendengar sabda Allah dan nasehat yang baik, melihat pengalaman hidup yang mendewasakan dan merasakan pertumbuhan di dalam hidup. Di masa Prapaskah ini, kita diajak untuk mengasah telinga, mata dan hati kita sehingga kita dapat merasakan kehadiran dan penyertaan Allah dalam kegiatan harian kita.

Selamat mengalami perjalanan bersama Tuhan.


AL


RENUNGAN HARIAN 28 FEBRUARI 2023, Selasa Prapaskah I

Yesaya 55:10-11

Matius 6:7-15

Dalam Injil hari ini Yesus mengingatkan, “Dalam doamu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah”.

Hmm.. doa yang bertele-tele menandakan orang itu tidak mengenal Allah?

Apa yang dimaksud dengan doa yg bertele-tele itu?
Bisa jadi adalah doa yang terlalu banyak kata-kata, seolah-olah Tuhan tidak tahu apa yang terbaik untuk kita.
Makanya seringkali kita banyak mohon, banyak minta, banyak ini itu, banyak berjanji juga –  kalau Engkau begini.. aku berjanji akan melakukan ini. Kita kurang cukup, kurang bersyukur.
Lalu ketika sudah terlaksana, janji itu dilupakan. Habis manis sepah dibuang, begitu kata peribahasa.

Tuhan mengajarkan doa “Bapa Kami” supaya kita tidak bingung apa yang mau kita doakan. Lalu jatuh dalam doa yang bertele-tele. Sebab, sebetulnya isi dari doa Bapa Kami itulah yang kita butuhkan.

Bapa Kami yang ada di sorga, dimuliakanlah nama-Mu

datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam sorga.

Berilah kami rezeki pada hari ini.

Dan Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.

Dan Janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat. Amin.

 

Jadi, kamu gimana?

 

RA.

RENUNGAN HARIAN 27 FEBRUARI 2023, Senin Prapaskah I

Imamat 19:1-2.11-18
Matius 25:31-46

THANK GOD IT’S MONDAY!
Senin, 27 Februari 2023 – Prapaskah I


Apa yang membuat kita happy? Punya banyak teman? Memiliki banyak kekayaan? Banyak follower? Dagangan kita laku? Memiliki kesehatan? Memiliki gelar dan jabatan?

Pastinya banyak hal yang bisa membuat kita happy, baik yang sudah terwujud atau masih dalam penantian. Jika sudah terwujud mimpi kita, lalu kita happy dan kemudian setelahnya happy itu pergi begitu saja. Kita jadi biasa lagi. Lantas, di manakah si happy itu sendiri? Sebaliknya, kalau kita gagal, kecewa, diperlakukan curang, dan sebagainya, kita menjadi tidak happy dan bisa jadi marah atau sedih. Lalu, si happy tidak datang.

Lalu, di manakah si happy itu berasal? Dari mana datangnya dia? Apakah dia datang dan pergi sesuka hati? Atau jangan-jangan kita memahami happy itu berasal dari luar diri kita sendiri?

Rm Frans Magnis Suseno SJ, dalam akhir salah satu wawancara di kanal Youtube, pernah ditanya tentang hal ini, “what does make you happy?” Dan, beliau menjawab kira-kira demikian, “Saya bersyukur karena berada dalam lindungan Tuhan. Saya merasa aman dan kemudian berpikir apa yang bisa saya lakukan untuk yang lain”.

Beliau kemudian menambahkan, “hidup kita berarti apabila ada satu atau dua orang merasa bersyukur jumpa dengan kita”.

Artinya, tidak perlu memperdebatkan dari mana si happy itu datang dan bagaimana mendatangkannya.

Yang penting sekarang adalah bagaimana hidup kita berarti untuk orang-orang di sekitar kita.

Semoga kita awali hari ini dengan rencana baik bagi orang-orang terdekat kita.
Mari bersaksi. Mari berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!

“Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”

RAB

RENUNGAN HARIAN 26 FEBRUARI 2023, Minggu Prapaskah I

Kej 2:7-9.3:1-7

Rm 5:12-19

Mat 4:1-11

“TIDAK ADA KONTRIBUSINYA KOK DIDENGERIN?”

 

Minggu Prapaskah Pertama ini membawa kita pada dua pertanyaan permenungan:

Siapa yang aku dengarkan?

Siapa yang aku percaya?

Manusia pertama hidup di antara dua kubu, Perintah Allah dan godaan ular.

Allah meminta manusia jangan makan buah pohon yang dilarang. Ular menggoda manusia melanggar perintah itu.

Manusia pertama memilih yang kedua, sehingga jatuh dalam dosa.

Padahal, siapa yang menganugerahi kehidupan? Siapa yang mencintai kita tanpa syarat? Siapa yang menjamin kita akan kehidupan kekal?

Allah.

Lah kok mengapa seringnya kita malah mendengarkan godaan Iblis? Apa hebatnya Iblis? Kasih makan engga, kasih support engga, jaminan kebahagiaan juga engga. Yuk mikirr..

Tanpa nafas hidup dari Allah, manusia hanya sedebu tanah tanpa arti. Seharusnya perintah-Nyalah yang kita dengar dan kita taati.

Godaan, dosa dan kejahatan tidak pernah menjadi bagian integral dari manusia sejak awal mulanya. Mereka merasuki manusia karena dibiarkan masuk begitu saja oleh kebebasan memilih yang kita punya. Padahal, kebebasan memilih diberikan agar manusia dapat memilih Allah dengan seluruh kebebasan yang kita punya.

Ketegasan dan ketaatan Yesus di padang gurun menunjukkan agar manusia taat kepada Dia sang pemberi kehidupan. Taat kepada Allah membawa hidup, ketidaktaatan membawa maut. Firman Allah-lah yang musti kita dengar dan taati, bukan segala bujuk rayu iblis yang menjatuhkan kita ke dalam dosa.

Jadi, kamu gimana?

 

RA

 

 

Terbaru

Populer