Konon katanya, makin pandai seorang, makin lihai ia mencari celah berbuat salah. Apakah memang demikian? Mungkin tidak ya. Nasihat Kebijaksaan Salomo mengatakan, “Roh pendidik yang suci menghindarkan tipu daya dan pikiran pandir dijauhinya. Kebijaksanaan yang dicarinya” (Keb 1: 5-6).
Dengan begitu, benarlah pepatah bahasa Indonesia, “seperti padi, kian berisi kian merunduk”. Makin padi itu berisi, ia akan merunduk. Itu menghadirkan wajah kebijaksaan akan pengetahuan yang diperoleh. Makin hari pun makin banyak hal kita mengerti. Makin jeli pula kita memandang sesuatu. Namun, semoga makin bijak juga hendaknya.
Semoga makin bijak mengenali-Nya dalam banyak hal. Mari bersaksi & berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday! (RAB)
Ada idiom “menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan”. Tua berkaitan dengan usia yang semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Menjadi tua tidak bisa ditolak meskipun bisa dimanipulasi. Beragam alat-alat produk wajah dan kulit tersedia untuk memanipulasi ketuaan. Tapi menjadi dewasa adalah soal bagaimana kita mengambil sikap terhadap dunia. Dunia yang selalu berubah dan menantang kita untuk ikut larut dalam perubahan dan kemajuan, atau kita hanya fokus pada hal-hal yang penting dan berharga dalam hidup kita. Menjadi dewasa adalah cara kita memandang hidup dengan bijaksana.
Menjadi bijaksana kadang tidak ditemukan dalam pendidikan formal, tetapi justru dialami dalam banyak pengalaman hidup. Misalnya, seseorang akhirnya belajar mengampuni orang lain yang bersalah kepadanya. Mungkin karena dia punya pengalaman juga diampuni saat dia melakukan kesalahan. Dan itu hal yang baik. Ada lagi orang yang akhirnya terbebas dari pikiran dan prasangka buruk. Itu terjadi ketika ia melihat suatu peristiwa sebagaimana adanya, tanpa berpikir apa-apa. Ada lagi orang yang akhirnya tidak lagi mencari ketenaran dan popularitas sebagai yang paling penting, karena ia menganggap itu pun tidak ada artinya.
—
Bacaan-bacaan minggu ini terus terang menantang keyakinan iman saya. Percayakah kamu bahwa ada hidup lain sesudah kematian? Percayakah kamu akan “kebangkitan badan” yang setiap minggu diucapkan dalam syahadat para rasul? Percayakah kamu akan datangnya akhir zaman, yang keadaannya dituliskan oleh Paulus dalam bacaan kedua hari ini?
Lalu bagaimana kita menyikapi tentang akhir zaman itu? Yang kita tidak tahu kapan dan bagaimana terjadinya? Pilihannya percaya atau tidak. Dan dua pilihan ini akhirnya juga akan menentukan sikap kita dalam menjalani kehidupan.
Misalnya, aku memilih untuk percaya. Percaya bahwa ada kehidupan lain setelah kematian bersama dengan Allah bagi mereka mereka yang meninggal dalam Yesus. Percaya bahwa kematian ini bukanlah akhir dari segala sesuatu. Maka, pilihan ini akan membuatku bersikap bijaksana dalam menjalani hidup. Aku lantas hidup bukan untuk hidup di dunia ini saja. Tapi aku ingin meninggal dalam Yesus. Setia kepada-Nya sampai akhir hidup sambil berharap apa yang aku percayai ini akan menerima ganjarannya. Sikap inilah yang mau digambarkan dalam tokoh gadis-gadis bijaksana. Mereka menyiapkan juga minyak cadangan untuk pelita. Berjaga-jaga jika pengantin datang dan pelitanya mulai redup.
Apakah Allah menyesal mencintai kita yang selalu tidak setia, oportunis, dan seenaknya sendiri? Jawabnya, tidak! Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya (Rm 11:29). Apa yang Ia lakukan untuk kita adalah pemberian terbaik dan terus menanti kita berjalan bersama dengan-Nya. Sampai kapan Ia setia? Sampai selama-lamanya.
Lalu, kapan kita mulai mencintai-Nya? Kapan kita mulai berjalan bersama dengan-Nya dalam tiap perutusan kita?
Semoga makin mampu mencintai Dia yang tak pernah menyesal cintai kita. Mari bersaksi & berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday! (RAB)
Yesus kembali melancarkan kritik-Nya kepada para ahli Taurat dan Orang Farisi. Mereka diberikan wewenang/kuasa untuk mengajar, mengatur, menjaga adat istiadat Yahudi. Dalam prakteknya mereka membebani umat Allah, sedangkan mereka sendiri tidak mau memanggul juga beban itu. Mereka sengaja memisahkan diri dari orang banyak, duduk di tempat terhormat dan terdepan.
Yesus tidak menghendaki mental yang sama ada pada diri murid-murid-Nya. Gereja – para murid harus menyadari – apapun jabatan dan tugas serta wewenangnya – kita semua adalah pelayan satu sama lain. Kita semua murid – di hadapan satu Guru yang sama yakni Kristus. Kita semua pelayan – pengabdi di hadapan satu Allah yang sama, yakni Bapa di surga. Pengabdi Allah dan pelayan Kristus.
Menjadi pelayan berarti berada di bawah semua. Ikut memanggul beban dan kesulitan bersama. Bersama-sama terlibat mencari jalan-jalan kreatif demi kesejahteraan bersama.
Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.
Menjadi pelayan berarti semakin merendahkan diri. Inilah jalan yang ditawarkan Yesus untuk mencapai keselamatan. Yesus tidak hanya mengajar jalan ini, Ia sendiri juga melakukannya. Dia yang adalah Allah, merendahkan diri mengambil rupa seorang manusia dan mati demi keselamatan kita.
—
Semangat pelayan yang rendah hati ditampakkan juga dalam peneguhan yang diberikan Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Paulus dan rekan-rekannya tidak hanya sekedar mewartakan Injil. Tetapi juga membiarkan Injil hidup dalam dirinya, dan membagi dirinya itu dalam pelayanan kepada jemaat. Rasa syukur ia ucapkan karena jemaat menerima dengan terbuka pewartaan yang ia bagikan itu, dan semoga hidup dan bekerja di tengah-tengah jemaat.
—
Menjadi rendah hati dan menjadi pelayan untuk semua adalah identitas sejati murid Kristus.
Kho Hwie Hong (Anggota Presidium II), Elly Kusumawati Handoko (Ketua Presidium), Lusia Willar (Anggota Presidium I), setelah pelantikan di Jakarta pada Minggu, 29 Oktober 2023. Credit foto: Humas WKRI
Tiga pemimpin baru Wanita Katolik RI (WKRI) dikukuhkan pada hari ini, Minggu, 29 Oktober 2023.Berlangsung tiga hari di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Kongres Wanita Katolik RI XXI berhasil memilih Elly Kusumawati Handoko, 53 tahun, sebagai Ketua Presidium (Kapres) WKRI 2023- 2028. Dia didampingi Lusia Willar, 57 tahun, sebagai Anggota Presidium (Angpres) dan Kho Hwie Hong, 54 tahun, sebagai Anggota Presidum II.
Ketiga pemimpin kolektif-kolegial ini akan memandu organisasi massa (ormas) Katolik tertua dan terbesar di Indonesia memasuki 100 tahun WKRI yan jatuh pada Juni, 2024. “Ini momentum untuk bergerak bersama, melakukan perubahan bersama. Saya mengajak seluruh Wanita Katolik menghadirkan transformasi signifikan bagi Gereja dan tanah air – terutama di ambang satu abad WKRI,” ujar Elly sesaat setelah terpilih.
Sarjana hukum lulusan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto ini meyakini selalu ada jalan untuk mengggerakkan perubahan. “Kami akan bahu-membahu dalam kerja pemberdayaan ekonomi melalui usaha kecil – menengah, pendidikan, kesehatan, lingkungan melalui tangan perempuan,” Elly menambahkan.
Jejak leadership Elly tercatat rapi selama 18 tahun: dua kali menjadi Ketua Presidium (Kapres) DPD WKRI Purwokerto, Elly masuk ke lingkar Dewan Pimpinan Pusat pada 2018, menangani Bidang Kaderisasi.
Jaman studi master di Roma, saya selalu potong rambut dengan bantuan teman se-college. Hasilnya tidak penting. Yang penting, rambut pendek dan gratis. Namun, beberapa tahun setelahnya, tepatnya ketika studi doktoral di Roma, mata saya dibuka untuk satu kenyataan lain. Saya memilih pergi ke tukang cukur dekat stasiun kereta. Dia adalah seorang sederhana sekali dan kakaknya meninggal karena covid. Jasa cukurnya 8 euro. Hasilnya memang jauh lebih baik dari potongan teman se-college.
Namun, dari itu, saya melihat: datang ke tukang cukur artinya saya mau berbagi dengannya. Dengan mengurangi jajan setiap 2 bulan sekali, saya bisa berbagi dengan tukang cukur itu dan ia bisa mengaktualisasikan diri dengan karyanya.
Sudut pandang saya berubah dan melihat bahwa dunia perlu saling bahu membahu untuk kebaikan bersama. Bukan karena berlebihan, tetapi karena kesadaran.
Semoga mampu membuka mata dan hati untuk dunia. Mari bersaksi & berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!
Dalam setiap kali kunjungan ke rumah umat, saya selalu memosisikan diri sebagai pihak pendengar, bukan sebagai imam yang seolah-olah datang dan harus menasihati apa-apa. Rupanya dengan mengambil posisi seperti itu, ada banyak inspirasi yang saya temukan. Misalnya, suatu kali saya mengunjungi seorang oma yang tinggal sendirian bersama pengasuhnya di satu flat apartemen mewah jakarta selatan. Usianya hampir 90 tahun. Ketika saya datang, saya pasang telinga saya baik-baik, membiarkan oma cerita pengalamannya di Amerika – berjuang dalam hidup dan juga imannya di negara asing pada saat itu.
Dari sana, perintah Yesus untuk mengasihi sesama seperti dirimu sendiri menjadi sangat masuk akal. Mengapa kita diminta mengasihi sesama seperti dirimu sendiri? Karena sesama kita, manusia lain, siapapun dia juga punya perjuangannya, pergulatannya, kesusahan, kegembiraannya sendiri – sama seperti kita. Kasih – bisa kita berikan sebagai wujud penghiburan, peneguhan bagi kita sesama manusia yang sama-sama berjuang dalam menjalani kehidupan. Mengasihi sesama adalah wujud solidaritas kita terhadap yang lain. Sebagaimana Allah menunjukkan solidaritasnya kepada manusia yang terasing dan miskin dalam bacaan pertama hari ini. Solidaritas Allah itu ditampakkan melalui hukum/perintah yang disampaikan kepada Musa di gunung Sinai.
Bangsa Israel diperintahkan agar jangan menindas orang asing. Alasannya, sebab Bangsa Israel sendiri pernah menjadi orang asing yang ditindas di Mesir. Perintah Tuhan ini patut menjadi renungan juga, apalagi jika menyaksikan peperangan Israel Palestina yang kini masih berlangsung.
Yang kedua, aturan pinjam meminjam bagi orang miskin. Aturannya sederhana. Kalau meminjamkan uang, janganlah berlaku sebagai penagih utang terhadap dia, dan jangan membebankan uang kepadanya. Peraturan ini juga patut menjadi renungan. Apalagi di tengah maraknya aplikasi pinjaman online (pinjol) yang seringkali membawa seseorang pada putus asa, depresi bahkan pembunuhan. Kita sering liat berita di media, betapa beringasnya teror-teror penagih utang pinjaman online. Mereka menggunakan berbagai macam cara untuk memaksa peminjam membayar utangnya. Bunga yang dibebankan pun besar dan bergulung dalam tempo yang singkat. Semata-mata untuk mencari untung dari uang yang mereka pinjamkan.
—
Dalam bacaan kedua, Rasul Paulus memberikan pujian lagi kepada jemaat Tesalonika. Jemaat Tesalonika mampu bertahan dalam penindasan yang berat. Dan dalam situasinya, mereka dengan gembira menerima Firman Tuhan. Teladan yang baik ini lantas tersebar ke wilayah lain di Makedonia (25) dan Akhaya yang masih satu daratan dengan Tesalonika (23). Bukan hanya itu. Iman ini tersebar kemana-kemana sehingga meringankan usaha pewartaan Paulus di tempat-tempat lain.
Tesalonika salah satu kota di tanah Yunani, sedaratan dengan wilayah Makedonia dan Akhaya
—
Karena Allah adalah Kasih. Jika Allah mengasihi manusia, maka manusia pun wajib mengasihi sesamanya Perintah itu semua terangkum dalam jawaban Yesus terhadap pertanyaan seorang ahli Taurat:
“Guru, hukum manakah yang terbesar dalam Hukum Taurat?”.
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi dan hukum kedua yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Yesus menambahkan lagi. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi. Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi adalah Kitab Suci Perjanjian Lama yang kita miliki sekarang.
St. Yohanes dr Kapestrano
Rm. 4:20-25, Luk. 12: 13-21
THANK GOD IT’S MONDAY!
“Dimensi sosial dari hak milik kita”
23 Oktober 2023
Dalam ajaran iman Katolik, ada istilah “dimensi sosial dari hak milik kita”. Apa artinya? Artinya, apa yang kita miliki itu selalu terarah pada orang lain. Sederhananya, kita hanya menjadi orang yang rakus dan kikir tetapi kita diajak untuk jadi orang yang berani berbagi untuk sesama kita yang membutuhkan. Janganlah kita menjadi orang kaya yang selalu membangun lumbungnya untuk menyimpan hasil panennya untuk dirinya sendiri (Luk 12,13-21).
Memang, kita berjuang dan kerja kerjas untuk mendapatkan apa yang kita miliki hari ini. Akan tetapi, berbagi milik kepada yang membutuhkan adalah berkat dan tanda bahwa cinta-Nya tak hanya berhenti pada kita, namun pada dunia.
Semoga mampu berbagi dan bersyukur. Mari bersaksi & berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!
Dalam Bacaan Kedua, kita menemukan salam pembuka Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika. Dalam salam itu disertakan juga salam dari rekan kerjanya, Silvanus (Silas) dan Timotius. Paulus selalu membawa jemaat dalam doa-doa dan ungkapan syukurnya. Ia selalu mengingat akan usaha kasih jemaat dan ketekunan mereka. Paulus juga mengingatkan bahwa jemaat terbentuk itu karena Allah yang telah memilih mereka untuk menjadi anak-anak-Nya. Dan karunia ini semakin diperkokoh lewat pewartaan dan pelayanan yang diberikan oleh Paulus dan teman-temannya.
Maka kita lihat bagaimana pemberian diri Paulus kepada Allah dilaksanakan dengan kepastian pelayanan kepada jemaat. Oleh karenanya, jemaat dapat tumbuh menuju kesempurnaan kasih. Itulah arti dari memberikan apa yang menjadi hak Allah. Allah telah mengaruniakan banyak rahmat bagi manusia. Dan apa yang menjadi hak-Nya adalah supaya apa yang telah dikaruniakan itu tidak menjadi sia-sia tetapi sungguh tumbuh dan berbuah mencapai kesempurnaan.
—
Problem yang sama menjadi dasar dari pertanyaan dari orang-orang Farisi dan orang-orang Herodian kepada Yesus.
“Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak?”.
Kita tentu tau, bahwa pertanyaan ini dilontarkan untuk menjebak Yesus. Kalau Yesus bilang “boleh” – maka Ia akan dicap pengkhianat bangsa Yahudi karena memihak penjajah Roma. Kalau Yesus bilang “tidak” – sebaliknya akan dianggap pemberontak oleh kekaisaran Roma.
Yesus menjawab dengan bijak, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”. Apa yang harus diberikan kepada kaisar itu tidak menjadi soal, berikan uang dinar yang bergambar dan tulisan kaisar itu.
Yang menjadi soal tentu mencari jawab – apa yang wajib kita berikan kepada Allah? Apakah Allah perlu sesuatu dari kita sehingga kita harus mencari apa yang wajib diberikan kepada-Nya? Saya kira tidak.
—
Maka kembali ke poin pertama di atas. Apa yang wajib kita berikan kepada Allah? Pertama-tama, adalah ungkapan syukur dan doa-doa kepada-Nya. Yang kedua, hidup sungguh sebagai umat-umat pilihan-Nya. Menerima rahmat karunia yang dianugerahkannya dengan baik – tidak dengan sia-sia – bagi pertumbuhan kita sebagai pribadi dan juga untuk pertumbuhan jemaat.
Romo Yullius Ediyanto, MSF saat melakukan Pembukaan Uji Emisi Gratis di Paroki Rawamangun (14/10/2023)
Saat ini kita dihadapkan situasi dimana kualitas udara di Jakarta berada dalam katagori tidak sehat. Jakarta dinobatkan sebagai kota dengan polusi udara yang cukup tinggi. Sejumlah analis kesehatan mengatakan kualitas udara berakibat fatal bagi kesehatan tubuh manusia. Terdapat banyak faktor penyebab. Namun, faktor paling dominan menurut data yang tersedia adalah tranpotasi.
Data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga menunjukkan bahwa sektor transpotasi merupakan faktor terbesar pencemaran udara di DKI Jakarta yaitu sebesar 44%. Studi Institut Tehnologi Bandung (ITB) bersama vital strategis (2022) menyebutkan asap kenalpot kendaraan menjadi sumber utama polusi pada musim hujan maupun musim kemarau.
Pada musim hujan emisi dari asap knalpot kendaraan berkisar 32 – 41 persen, sedangkan pada musim kemarau emisinya berkisar 42 – 57 persen. Pesatnya jumlah kendaraan baru dan masih banyaknya kendaraan tua menyumbang polutan terbanyak. Saat ini terdapat lebih dari 25 juta kendaraan melintas di jalan-jalan Jakarta.
Dalam rangka mendukung perubahan kualitas udara Jakarta Gereja Keluarga Kudus Rawamangun terpanggil untuk ambil bagian dalam kepedulian pada situasi yang ada saat ini dengan menggelar Aksi Uji Emisi Gratis.
Gereja Keluarga Kudus bersinergi bersama instasi pemerintah (Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur), Walikota Jakarta Timur, Camat Pulogadung, Kelurahan Rawamangun, Sekolah Tarakanita Blok Rawamangun, Rw, masyarakat setempat dan tentunya umat paroki sendiri.
Aksi yang dibuka untuk umum ini mendapat tanggapan positif baik dari umat paroki sendiri maupun umat paroki lain dan juga warga. Bahkan terbilang memperoleh antusias yang sangat tinggi, terbukti kendaraan roda dua dan roda empat sudah panjang mengantri sebelum kegiatan uji emisi dibuka. Jumlah pendaftaran melebihi kapasitas yang sudah disediakan.
Romo Yullius Ediyanto, MSF selaku Romo Kepala Paroki Gereja Rawamangun mengajak umat dan masyarakat bergandengan tangan untuk mengurangi pencemaran udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Banyak hal yang bisa kita lakukan dengan berbagai usaha sekecil dan sesederhana apapun.
Kegiatan uji emisi ini adalah salah satunya, kita diajak untuk melakukan hal kecil tapi dampaknya kalau dilakukan bersama-sama akan terasa manfaatnya untuk kepentingan bersama. Ajakan inipun sejalan dengan arah dasar Keuskupan Agung Jakarta tahun 2023, semakin mengasihi, semakin peduli, semakin bersaksi untuk kesejahteraan bersama.
Dalam kegiatan aksi kolaborasi ini diharapkan membangun kesadaran umat, masyarakat dan dunia pendidikan untuk menanamkan pentingnya menjaga dan merawat lingkungan dengan melakukan aksi-aksi kecil yang hasilnya bermanfaat untuk kebaikan bersama sehingga makin tampak wajah Tuhan untuk hidup dalam damai dan sejahtera. (Mona Windoe (Jakarta)