Yesaya 45:1.4-6
1Tes 1:1-5b
Matius 22:15-21

APA YANG WAJIB DIBERIKAN KEPADA ALLAH?

Dalam Bacaan Kedua, kita menemukan salam pembuka Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika. Dalam salam itu disertakan juga salam dari rekan kerjanya, Silvanus (Silas) dan Timotius. Paulus selalu membawa jemaat dalam doa-doa dan ungkapan syukurnya. Ia selalu mengingat akan usaha kasih jemaat dan ketekunan mereka. Paulus juga mengingatkan bahwa jemaat terbentuk itu karena Allah yang telah memilih mereka untuk menjadi anak-anak-Nya. Dan karunia ini semakin diperkokoh lewat pewartaan dan pelayanan yang diberikan oleh Paulus dan teman-temannya. 

Maka kita lihat bagaimana pemberian diri Paulus kepada Allah dilaksanakan dengan kepastian pelayanan kepada jemaat. Oleh karenanya, jemaat dapat tumbuh menuju kesempurnaan kasih. Itulah arti dari memberikan apa yang menjadi hak Allah. Allah telah mengaruniakan banyak rahmat bagi manusia. Dan apa yang menjadi hak-Nya adalah supaya apa yang telah dikaruniakan itu tidak menjadi sia-sia tetapi sungguh tumbuh dan berbuah mencapai kesempurnaan. 

Problem yang sama menjadi dasar dari pertanyaan dari orang-orang Farisi dan orang-orang Herodian kepada Yesus.

“Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak?”. 

Kita tentu tau, bahwa pertanyaan ini dilontarkan untuk menjebak Yesus. Kalau Yesus bilang “boleh” – maka Ia akan dicap pengkhianat bangsa Yahudi karena memihak penjajah Roma. Kalau Yesus bilang “tidak” – sebaliknya akan dianggap pemberontak oleh kekaisaran Roma. 

Yesus menjawab dengan bijak, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”. Apa yang harus diberikan kepada kaisar itu tidak menjadi soal, berikan uang dinar yang bergambar dan tulisan kaisar itu. 

Yang menjadi soal tentu mencari jawab – apa yang wajib kita berikan kepada Allah? Apakah Allah perlu sesuatu dari kita sehingga kita harus mencari apa yang wajib diberikan kepada-Nya? Saya kira tidak. 

Maka kembali ke poin pertama di atas. Apa yang wajib kita berikan kepada Allah? Pertama-tama, adalah ungkapan syukur dan doa-doa kepada-Nya. Yang kedua, hidup sungguh sebagai umat-umat pilihan-Nya. Menerima rahmat karunia yang dianugerahkannya dengan baik – tidak dengan sia-sia – bagi pertumbuhan kita sebagai pribadi dan juga untuk pertumbuhan jemaat. 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here