Keb 6:13-17
1Tes 4:13-18
Mat 25:1-13

KEBIJAKSANAAN


Ada idiom “menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan”. Tua berkaitan dengan usia yang semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Menjadi tua tidak bisa ditolak meskipun bisa dimanipulasi. Beragam alat-alat produk wajah dan kulit tersedia untuk memanipulasi ketuaan. Tapi menjadi dewasa adalah soal bagaimana kita mengambil sikap terhadap dunia. Dunia yang selalu berubah dan menantang kita untuk ikut larut dalam perubahan dan kemajuan, atau kita hanya fokus pada hal-hal yang penting dan berharga dalam hidup kita. Menjadi dewasa adalah cara kita memandang hidup dengan bijaksana.

Menjadi bijaksana kadang tidak ditemukan dalam pendidikan formal, tetapi justru dialami dalam banyak pengalaman hidup. Misalnya, seseorang akhirnya belajar mengampuni orang lain yang bersalah kepadanya. Mungkin karena dia punya pengalaman juga diampuni saat dia melakukan kesalahan. Dan itu hal yang baik. Ada lagi orang yang akhirnya terbebas dari pikiran dan prasangka buruk. Itu terjadi ketika ia melihat suatu peristiwa sebagaimana adanya, tanpa berpikir apa-apa. Ada lagi orang yang akhirnya tidak lagi mencari ketenaran dan popularitas sebagai yang paling penting, karena ia menganggap itu pun tidak ada artinya. 

Bacaan-bacaan minggu ini terus terang menantang keyakinan iman saya. Percayakah kamu bahwa ada hidup lain sesudah kematian? Percayakah kamu akan “kebangkitan badan” yang setiap minggu diucapkan dalam syahadat para rasul? Percayakah kamu akan datangnya akhir zaman, yang keadaannya dituliskan oleh Paulus dalam bacaan kedua hari ini?

Lalu bagaimana kita menyikapi tentang akhir zaman itu? Yang kita tidak tahu kapan dan bagaimana terjadinya? Pilihannya percaya atau tidak. Dan dua pilihan ini akhirnya juga akan menentukan sikap kita dalam menjalani kehidupan. 

Misalnya, aku memilih untuk percaya. Percaya bahwa ada kehidupan lain setelah kematian bersama dengan Allah bagi mereka mereka yang meninggal dalam Yesus. Percaya bahwa kematian ini bukanlah akhir dari segala sesuatu. Maka, pilihan ini akan membuatku bersikap bijaksana dalam menjalani hidup. Aku lantas hidup bukan untuk hidup di dunia ini saja. Tapi aku ingin meninggal dalam Yesus. Setia kepada-Nya sampai akhir hidup sambil berharap apa yang aku percayai ini akan menerima ganjarannya. Sikap inilah yang mau digambarkan dalam tokoh gadis-gadis bijaksana. Mereka menyiapkan juga minyak cadangan untuk pelita. Berjaga-jaga jika pengantin datang dan pelitanya mulai redup. 

Jadi kamu gimana?

RA

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here