Home Blog Page 140

Gereja Mencari Jati Diri

Selama dua pekan, 1-4 Agustus dan 8-11 Agustus 2011, Uskup Agung Jakarta bersama ratusan imam menyelenggarakan Temu Pastoral (Tepas) dalam dua gelombang di Via Renata, Cimacan. Vikaris Jendral Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Pastor Yohanes Subagyo Pr, menekankan tujuan umum Tepas, yang sudah diadakan sejak 1994. Tujuan itu adalah agar para pastor di KAJ bisa belajar bersama tentang aneka topik pastoral aktual. Adapun topik yang diangkat adalah ”Membangun Kepemimpinan Pastoral Berdasarkan Arah Dasar KAJ 2011-2015”. Arah Dasar (Ardas) KAJ 2011-2015 ini dipromulgasikan oleh Mgr I. Suharyo pada Minggu Paskah, 24 April 2011.

Ardas ini diharapkan menjadi inspirasi dan aspirasi dasar bagi dinamika seluruh imam dan umat KAJ menuju keadaan yang dicita-citakan. Tiga tujuan pokok yang hendak dicapai dalam Temu Pastoral ini adalah memahami kepemimpinan pastoral, menentukan sasaran strategis, serta membangun budaya pastoral KAJ.

Kepemimpinan pastoral

Ardas KAJ sebagai sebuah teks adalah cita-cita yang dituju oleh Gereja Katolik sebagai ”umat Allah” di wilayah Jakarta, Tangerang, dan Bekasi, yang ingin bertumbuh dalam kesetiaan kepada Tuhan dan kepada bangsa. Ardas ini mengandung tiga pilar pokok yang diarah oleh KAJ, yakni berakar dalam ‘iman’, bertumbuh dalam ‘persaudaraan sejati’, berbuah dalam ‘karya pelayanan’.

”Iman-Persaudaraan-Pelayanan” adalah tiga kata yang ingin menampilkan wajah dan jatidiri Gereja KAJ secara utuh. Gereja meyakini bahwa, ”iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan, dan oleh perbuatan-perbuatan itu, iman menjadi sempurna” (Yak 2:22). Sedangkan ungkapan ”umat Allah” yang berziarah sepanjang zaman dalam dorongan dan tuntunan Roh Kudus bersama umat beragama lain dinyatakan dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium Bab II, art 14-17.

Berangkat dari sebuah kesadaran bahwa para pastor adalah garda depan sosialisasi serta implementasi Ardas KAJ, maka setiap pastor diajak merefleksikan kembali arti kepemimpinan pastoral. Secara umum, dalam banyak sharing antarpastor yang notabene sebagai pemimpin umat, dirasakan kebutuhan sebuah Tata Pelayanan Pastoral yang menekankan jatidiri kepemimpinan berdimensi partisipatif (keterlibatan) dan transformatif (perubahan).

Salah satu isi Tata Pelayanan Pastoral di atas adalah penjabaran tiga entitas pokok yang semestinya dibuat oleh para pastor sebagai pemimpin pastoral.

Tiga entitas pokok itu adalah (1) Kesadaran: Menentukan arah, cita-cita dan tujuan, sesuai dengan Ardas KAJ; (2) Kesaksian: Menunjukkan kualitas karakter pribadi yang ditampilkan secara nyata dalam hidup kesehariannya; (3) Keterlibatan: Menggerakkan setiap umat secara sinergis.

Sasaran strategis

Secara ideal, seorang pemimpin perlu merumuskan sasaran strategis untuk mewujudkannya. Secara riil, para pastor – sebagai pemimpin umat – kerap hanya berhenti pada ”kegiatan” apa yang ingin diadakan, bukan dilihat dari ”pencapaian” sesuai dengan acuan Ardas KAJ. Mereka jatuh pada ”pastoral kegiatan”. Maka, perlulah setiap pastor bersama umat KAJ mengartikan konteks sekaligus melihat sasaran strategis Ardas. Sasaran strategis ini bisa berangkat dari tiga konteks sosial yang diangkat oleh Ardas KAJ, antara lain kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup, dan intoleransi dalam masyarakat.

Di sekitar Pelayanan Iman, pelbagai sasaran strategis yang perlu dituju, yakni (1) Meningkatkan kecintaan dan penghayatan umat terhadap Sakramen Ekaristi; (2) Meningkatkan penghayatan umat akan aneka sakramentali, khususnya kaitan antara liturgi dan devosi, maupun tradisi berdoa bersama dalam keluarga; (3) Membangun kebanggaan dan kesetiaan umat akan iman Katolik (sensus catholicus); (4) Meningkatkan kecintaan dan pemahaman umat terhadap dunia Kitab Suci; (5) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman Ajaran Iman, khususnya Ajaran Sosial Gereja, baik dalam katekisasi maupun mistagogi; Memberikan per-HATI-an pada pelayanan Bina Iman Anak dan Remaja serta pelbagai kelompok Orang Muda Katolik untuk menjadi komunitas beriman yang semakin berkualitas.

Di sekitar Pembangunan Persaudaraan, pelbagai sasaran strategis, antara lain (1) Meningkatkan persaudaraan dan keterlibatan umat di lingkungan basis; (2) Mengembangkan relasi Gereja dengan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh umat beragama lain; (3) Menggiatkan komunikasi antarumat, khususnya komunikasi lintas unit, baik kategorial maupun teritorial; (4) Meningkatkan keterlibatan umat (khususnya orang muda) dalam pelbagai acara masyarakat; (5) Mengadakan dialog karya antara umat Katolik dengan umat beragama lain; (6) Mempererat kolegialitas imam, biarawan biarawati dalam kesatuan gerak di keuskupan; (7) Menggalakkan kerjasama Dewan Paroki dan seksi-seksi antarparoki dan dekanat di dalam keuskupan.

Di sekitar Pelayanan Kasih, pelbagai sasaran strategis, antara lain (1) Meningkatkan kepedulian umat pada sesama manusia, terutama pada masalah pendidikan, kesehatan, dan kematian; (2) Menggalakkan kepedulian umat akan gerakan orangtua asuh; (3) Meningkatkan kecintaan dan kepedulian Gereja terhadap lingkungan hidup; (4) Memberdayakan OMK dalam aneka keterlibatan sosial; (5) Meningkatkan pelayanan pastoral di penjara dan rumah sakit; (6) Mendorong keterlibatan aktif semua umat pada momentum Aksi Puasa Pembangunan dan Hari Pangan se-Dunia.

Pelbagai sasaran strategis di atas dilaksanakan dengan mengembangkan tata layanan pastoral berbasis data, memberdayakan komunitas teritorial lingkungan dan kategorial, menggerakkan karya-karya pastoral yang kontekstual, menggiatkan kerasulan awam, serta menjalankan kaderisasi dan pendampingan berkelanjutan bagi para pelayan pastoral.

Budaya pastoral

Ardas KAJ dilandasi oleh dua budaya dasar, yakni spiritualitas Gembala Baik dan pelayanan murah hati. Spiritualitas Gembala Baik berarti bertindak seturut teladan Yesus, Sang Gembala Baik. Gembala baik mengenal dan dikenal domba-domba-Nya (Yoh 1:14) serta peduli pada domba-Nya yang kesusahan dan tersesat (Yeh 34:16). Sedangkan pelayanan murah hati berarti bersumber pada Allah (Luk 6:36) dan dilakukan dengan kerendahan hati (Kis 20:19).

Berangkat dari dua budaya dasar di atas, dihasilkan enam budaya pastoral yang menjadi simpulan para pastor di KAJ, yakni ”berpeduli, berintegritas, bermisioner, beriman, bersukacita, serta bersaudara”.

Tercatat juga tiga rekomendasi akhir yang disimpulkan, antara lain: (1) Menerapkan proses perencanaan strategis dalam perencanaan reksa pastoral di paroki dan kategorial; (2) Membangun mekanisme koordinasi, monitoring, dan evaluasi penerapan tersebut di tingkat dekanat dan kategorial; (3) Mengolah lebih lanjut hasil/temuan Temu Pastoral sebagai panduan bersama dalam membudayakan cara berpastoral sesuai Ardas KAJ.

Di KAJ, para imam, bruder, dan suster berjumlah sekitar 1.500 orang dengan aneka puluhan tarekat, sementara jumlah umat sekitar 465 ribu. Dari perbandingan kasar ini, Gereja KAJ terdiri dari mayoritas kaum awam. Dengan demikian, budaya kerjasama imam dengan awam mutlak diperlukan dalam membangun jatidiri Gereja. Karena, bukankah tepat sebuah pameo lama, ”Ecclesia semper reformanda – Gereja selalu memperbarui diri?”

Semangat Pertobatan

Realita: Para pemimpin agama Yahudi memandang para pemungut cukai dan orang-orang berdosa sebagai orang-orang tak bermoral yang harus disingkirkan.

Refleksi Kitab Suci: Perumpamaan tentang domba dan dirham yang hilang menggambarkan sukacita besar atas ditemukannya kembali domba dan dirham itu. Pemilik domba dan dirham itu pun mengundang para sahabat dan tetangganya untuk ikut bersukacita. Sukacita secara komunal itu mengumpamakan sukacita Allah dan seisi surga atas seorang berdosa yang bertobat.

Jika Yesus mengalamatkan perumpamaan itu kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, itu karena mereka bukannya mencari dan membawa pada pertobatan, tetapi malah mengucilkan dan menjauhi orang-orang berdosa. Yesus mau memperkenalkan Allah yang bukan saja mau mengampuni orang berdosa setelah orang itu dihukum habis-habisan. Tetapi Allah yang penuh belas kasih, maha pengampun, dan mau mencari orang-orang berdosa demi pertobatan mereka. Perumpamaan itu menggambarkan inisiatif dan belas kasih Allah terhadap umat-Nya, terutama para pendosa yang mau bertobat.

Rekonsiliasi: Tidak jarang kita memandang hina dan tak mau bergaul dengan orang-orang berdosa. Padahal, kita adalah anak-anak Allah yang harus menghargai sesama.

Latest Gadget

http://www.hidupkatolik.com/2011/11/03/bertobat-renungan-kamis-3-november-2011

St. Agustinus Sang Pengkhotbah Ulung

Kisah hidup St Agustinus membuat imannya kepada Yesus semakin mantap. Pengalaman panjang yang dilewati membuat Agustinus dikenal sebagai pengkhotbah terkenal. Hingga kini, lebih dari 350 naskah khotbahnya tetap dilestarikan dan otentik. Isi khotbahnya itu melawan ajaran sesat, Manikeanisme, yang pernah dianutnya.

Pandangan Agustinus yang paling popular adalah rahmat dan predestinasi. Dalam pandangan umat Katolik Roma, Agustinus adalah seorang santo, doktor Gereja yang terkenal. Kini, St Agustinus menjadi pelindung para seminaris.

Berkaitan dengan pemahaman tentang Allah, St Agustinus banyak berpegang pada surat-surat Santo Paulus. Setelah pertobatannya, St Agustinus menyadari kembali jalan hidupnya yang terpenjara dalam perhambaan seks dan ambisi.

Pada 28 Agustus 430 St Agustinus meninggal dalam usia 76 tahun. Makamnya terletak di Basilika St Petrus. Kumpulan surat dan khotbah serta tulisan-tulisannya merupakan warisan Gereja yang sangat berharga. Di antara ratusan buku karyanya, yang paling terkenal berjudul “Pengakuan-Pengakuan” dan “Kota Tuhan”. St Agustinus dikenal sebagai orator ulung, uskup, dan pujangga Gereja. Gereja memperingatinya setiap 28 Agustus.

http://www.hidupkatolik.com/2011/10/31/st.-agustinus-sang-pengkhotbah-ulung

Penerbit Jerman Bantah Terbitkan Materi Porno

Penerbit buku asal Jerman, Weltbild, membantah keras menerbitkan materi pornografi seperti yang diberitakan oleh harian Die Welt pekan lalu. Mereka mengatakan artikel tersebut sebagai fitnah dan mengandung unsur pencemaran nama baik.

“Headline berjudul “Gereja Katolik Mendapatkan Untung dari Pornografi” sangat tidak benar dan merupakan pencemaran nama baik. Saat ini, perusahaan kami telah mengambil langkah hukum kepada media tersebut,” ujar Weltbild dalam pernyataan resminya tanggal 27 Oktober 2011.

Dalam artikel Die Welt, dikatakan sebuah keuskupan gereja Katolik Jerman yang memiliki 100 persen saham mendapatkan untung jutaan euro dari penjualan 2.500 judul materi pornografi. Weltbild membantah keras soal ini dan menegaskan bahwa pornografi bukan merupakan materi cetakan di perusahaan mereka.

“Weltbild tidak pernah menawarkan pornografi di cetakannya, dan sebelumnya juga tidak pernah,” tulis pernyataan tersebut. Sejumlah situs Gereja  di Jerman seperti http://kath.net/ membantah keras bahwa Weltbild berkaitan atau dimiliki oleh salah satu keuskupan di negara itu.

Dalam pernyataan tertulisnya, Weltbild juga mempertanyakan klaim keuntungan hingga miliaran euro yang ditulis Die Welt.  “Buku yang mengandung kata erotis, berdasarkan laporan tahun 2011, hanya mendapatkan keuntungan kurang dari 0,017 persen dari penjualan di seluruh dunia,” tulis pernyataan Weltbild.

Weltbild mengatakan patokan percetakan mereka sesuai dengan nilai-nilai yang dianut Gereja. Di antaranya yang tidak dimasukkan dalam materi cetakan adalah yang dinilai dapat menimbulkan polemik.

“Penyangkal holocaust, pendukung perang, pecinta kekerasan dan seks, ini adalah batasan Weltbild. Dalam kasus yang ekstrem, perusahaan berhak untuk menarik buku-buku tersebut dari peredaran,” ujar pernyataan itu.

Saat ini, tulis Weltbild, perusahaan masih terus melakukan penyisiran materi terlarang dari sekitar 775.000 buku yang telah disebarkan dan akan melakukannya untuk 100.000 buku yang diterbitkan setiap tahunnya.

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?