Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-4/2013
Refleksi: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”

(Kis 4:13-21; Mrk 16:9-15)
“Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya.
Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya.
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk 16:9-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Kiranya kita semua setiap hari senantiasa bepergian, entah dekat atau jauh, dalam kota atau luar kota, dalam negeri atau luar negeri. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati kita semua dipanggil kemana pun kita pergi maupun dimana pun kita berada untuk senantiasa `memberitakan Injil kepada segala makhluk’.
Dengan kata lain hendaknya cara hidup, cara bertindak maupun sepak terjang kita senantiasa menggembirakan dan menggairahkan orang lain untuk semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Yesus yang telah bangkit dari mati hidup dan bertindak melalui RohNya, maka marilah kita lihat dan imani karya Roh Kudus dalam ciptaan-ciptaanNya dan tentu saja terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Kita berharap siapapun yang bertemu kita atau melihat kita akan melihat dan bertemu dengan Allah yang hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.
Yesus adalah Penyelamat Dunia, maka kita yang masih hidup di dunia ini dan beriman kepadaNya dipanggil untuk menjadi pewarta-pewarta Kabar Gembira kepada dunia. Pada masa kini lingkungan hidup sungguh memprihatinkan, maka semoga kehadiran dan sepak terjang kita dimana pun senantiasa membuat lingkungan hidup semakin bergairah, mempesona dan menarik.
Marilah lingkungan hidup dimana kita hidup maupun bekerja kita usahakan semenarik dan semempesona mungkin: berilah tanaman yang memadai, jaga kebersihan lingkungan dst.. Usaha penghijauan dengan penanaman pohon-pohon hendaknya menjadi gerakan masal dimana-mana, dan kita hentikan pembabatan hutan yang tak tahu aturan demi kepentingan komersial.
• “Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.”(Kis 4:19-20), demikian kata Petrus dan Yohanes terhadap para tokoh bangsa Yahudi yang ingin mengadili dan menghukum mereka.
Apa yang dikatakan oleh Petrus dan Yohanes ini kiranya dapat menjadi teladan bagi siapapun yang dipanggil menjadi saksi. Secara khusus kami berharap kepada mereka yang dipanggil menjadi saksi di pengadilan untuk “berkata-kata tentang apa yang dilihat dan didengar” alias memberi informasi yang benar dan akurat. Jangan coba-coba menjadi saksi palsu atau melakukan kebohongan dalam memberikan kesaksian, karena dengan demikian anda akan berbalik menjadi tersangka serta kemudian harus diadili dan dihukum.
Kejujuran merupakan keutamaan yang sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan dalam kehidupan bersama. Maka kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dididik dan dibina dalam hal kejujuran, dan tentu saja teladan orangtua atau generasi tua sungguh penting dalam hal hidup jujur. Sekali lagi saya angkar rumor bahwa `jujur akan hancur’, memang hidup jujur akan hancur untuk sementara, tetapi akan mulia dan bahagia serta damai sejahtera untuk selamanya.
Semoga mereka yang berkarya di dua departemen yang sangat erat dengan pembinaan manusia, yaitu Departemen Agama dan Departemen Pendidikan, dapat menjadi teladan dalam hal kejujuran, tidak melakukan korupsi sebagaimana masih marak sampai kini. Jika mereka yang bekerja di dua departemen ini tidak jujur lagi dan selalu berkorupsi apa yang dapat diharapkan dari negeri tercinta ini.
Para tokoh atau pemuka agama yang pada umumnya menjadi panutan hidup umatnya kami harapkan juga dapat menjadi teladan atau saksi kejujuran.
“TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku. Suara sorak-sorai dan kemenangan di kemah orang-orang benar: “Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan,”
(Mzm 118:14-15)
marya_sj (marya_sj@yahoo.com)
Konferensi Pers Uskup KAJ terkait Paskah 2013: Iman yang tidak berbuah pada Persaudaraan bukanlah Iman Sejati
Pada Paskah Tahun 2013 ini, Uskup Agung Gereja Katedral mempunyai pesan khusus dan pantangan bagi umat Katolik untuk menjaga kondisi lingkungan yang terancam pemanasan global. Caranya adalah dengan ‘puasa’ menggunakan bahan-bahan mengandung plastik dan styrofoam.
“Ada pantangan dan puasa baru yang telah kami terapkan di keuskupan, yaitu pantang gunakan plastik dan styrofoam. Pesan tersebut adalah sebagai salah satu pesan Paskah tahun ini,” ujar Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Ignatius Suharyo usai melakukan Perayaan Paskah di Gereja Katedral, Jakarta, Minggu (31/3/2013).
Menurut Suharyo, tindakan puasa dan pantangan menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kantong ataupun wadah merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga kelestarian bumi yang terancam pemanasan global.
“Menurut orang pandai, penggunaan keduanya dapat merusak lingkungan hidup. Karena itu ketika makan dan lain sebagainya hindari menggunakan barang-barang itu,” ujar Beliau.
Dia pun mendukung berbagai macam upaya masyarakat yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari pemanasan global yang dapat merusak ekosistem makhluk hidup lainnya.
“Seperti 23 Maret lalu, kita menyambut Hari Bumi. Ajak seluruh keluarga ikut gerakan itu. Ini merupakan bentuk kesadaran kita pelihara bumi dengan menghemat sumber daya alam,” lanjutnya.
Dalam misa Minggu Paskah ini, dia berpesan agar setelah melewati Paskah untuk tidak hanya menjalani ibadah secara ritual semata, namun harus diwujudkan dalam bentuk perbuatan nyata menolong sesama.
“Ibadah saja enggak cukup. Harus berbuat nyata dalam kehidupan dengan wujud kongkret Persaudaraan. Persaudaraan mesti memuat semangat bela rasa. Iman yang tidak berbuah pada Persaudaraan bukanlah Iman Sejati,” tegas Uskup. (liputan6.com dan beberapa sumber lainnya)
Misa Krisma dan Pembaharuan Janji Imamat 2013 – Homili Bapa Uskup: “Terpecah akibat Permainan Status”
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada hari menjelang Perayaan Kamis Putih (pagi harinya) diadakan misa bersama di Gereja Katedral Jakarta. Misa dipimpin secara konselebran oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo, Pr (28/3).
Misa ini dihadiri oleh ratusan imam (pastor) Katolik di Keuskupan Agung Jakarta dan juga ribuan umat Katolik. Dalam kesempatan ini, para pastor membarui Janji Imamat mereka. Selain pembaruan janji, ada juga pemberkatan minyak untuk pelayanan sakramen seperti minyak Krisma (sacrum chrisma) yang digunakan untuk memberkati para baptisan, tahbisan diakonat, tahbisan imamat, tahbisan uskup, dan sakramen krisma, minyak Katekumen (oleum catecumenorum) untuk memberkati mereka yang ingin menjadi katolik (para katekumen), dan minyak untuk Pengurapan orang sakit (oleum infirmorum) yang digunakan untuk memberkati mereka yang dalam kondisi sakit serius atau menjelang ajal. Pemberkatan ini dilakukan oleh Bapak Uskup.
“Dalam Perayaan Ekaristi ini akan diberkati minyak-minyak yang akan digunakan dalam perayaan sakramen Gereja dan kami para imam juga berkesempatan untuk memperbaharui janji imamat kami agar semakin dekat dengan Kristus dan semakin serupa dengan-Nya. Semoga kami para imam semakin hadir sebagai Gembala yang Baik, Murah Hati dan Setia pada Allah,” ungkap Bapa Uskup membuka homilinya. Misa Krisma dan Pembaharuan Janji Imamat ini dipercayakan kepada Dekenat Barat II, jumlah umat Katolik yang hadir meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam kesempatan itu juga dilakukan prosesi penyerahan Tongkat Gembala Uskup yang memiliki Logo Baru Keuskupan Agung Jakarta. “Saya merasa grogi kali ini karena menggunakan mitra baru dengan tulisan dan logo KAJ, rasanya seperti memikul seluruh keuskupan di kepala saya,” papar Bapa Uskup lagi sambil tersenyum dan disambut senyuman juga oleh para umat yang mendengarkan.
Dalam khotbahnya Bapa Uskup mengangkat tema Persaudaraan sebagai bagian dari tema APP 2013. “Kita ingin belajar dari rasul Paulus yang membangun Persaudaraan di tengah-tengah komunitas kita. Saudari/a terkasih,Umat korintus mnghadapi masalah perpecahan dalam komunitasnya, karena perilaku persaingan antara gereja-“gereja rumah” jaman itu. Mereka bersaing satu dengan lain dan ingin dianggap paling hebat dan setia pada ajaran Tuhan.
Perpecahan itu diperparah dengan masalah perkawinan, perilaku dalam ibadat, tentang makan daging yang sudah dipersembahkan pada dewa/i dan juga kemudian masalah karunia-karunia Roh khususnya “bahasa roh”.Paulus pertama-tama tidak memberikan nasihat-nasihat praktis, tapi memberikan landasan iman yang utama, yaitu:
“Bahwa kamu semua adalah Tubuh Kristus, kamu semua masing-masing adalah anggotanya.” Setelah itu Paulus memberikan landasan konseptual bahwa semua masalah harus ditempatkan dalam kerangka pembangunan iman umat dalam pembangunan komunitas. Dengan kata lain, anugerah-anugerah khusus itu harus digunakan untuk kepentingan bersama. Perkataan Paulus itu justru memberikan tempat bagi adanya perbedaan dan pembaharuan. Perbedaan-perbedaan itu tidak dihilangkan oleh uniformitas, tapi harus saling melengkapi dengan dinamis.
Nah terkait adanya penerimaan perbedaan-perbedaan dan sikap saling melengkapi itu, kita smua tahu hal itu!!
Tetapi rupanya ada sesuatu yang tersembunyi yang sering tidak kita sadari dan akhirnya perbedaaan yang tidak dikelola akan membuat komunitas malah semakin terpecah bukannya semakin berbela rasa dan bersaudara.
Hal ini menimbulkan kesan bahwa bukannya keberagaman yang diberikan tempat tapi justru keseragaman yang dipaksakan.
Lalu apakah yang tersembunyi itu? Yaitu:
Permainan Status (Status Game).
Permainan Status ini lazim digunakan dalam dunia perpolitikan kita. Namun kini mulai merasuk ke dalam kehidupan menggereja. Itu terjadi ketika seseorang berlomba-lomba mengumpulkan Kredit Poin demi prestise dan status yang dianggap baik.
Semua berlomba-lomba! Ini membuat orang menjadi egois, seperti dalam Kisah Kitab Suci tentang “Menara Babel”. Permainan Status seperti ini bagi banyak orang sudah menjadi zona nyaman yang umum. Ini menyedihkan!
Saking nyamannya sehingga sulit keluar dari permainan itu.
Sebaliknya dalam hidup bersama dengan intelegensi yang tinggi perbedaan diterima bahkan disyukuri untuk dikelola dengan baik, dengan demikian komunitas akan menjadi dinamis, terbuka untuk perubahan dan tidak berhenti dalam zona nyaman.
Tentu diperlukan figur pimpinan seperti Paulus. Yang ingin membawa komunitasnya keluar dari zona nyaman dengan Permainan Statusnya yang telah melekat lama, untuk kemudian masuk ke Zona Kristus yang lebih baik di masa depan.
Paulus mampu melakukan itu karena ia sudah mengalami perubahan radikal terlebih dahulu dalam perjumpaan dengan Kristus.
Marilah kita memohon rahmat Tuhan agar kita menyadari zona nyaman yang membuat kita siap untuk berkelahi tapi tidak siap bersaudara, meskipun kita sudah sering berbicara soal Persaudaraan. Dan kemudian kita dapat menuju ke Zona Kristus yang berisi Persaudaraan Sejati.
(Foto: Jo Hanapi)
Paus Fransiskus Akan Pimpin Misa Kamis Putih di Penjara
Paus Fransiskus telah memutuskan untuk merayakan Misa Kamis Putih, 28 Maret 2013 yang akan datang di Penjara Khusus untuk Remaja ”Casal del Marmo” di kota Roma, Italia. Di tempat ini direncanakan Paus Fransiskus akan membasuh kaki 12 orang tahanan remaja yang menghuni penjara tersebut, demikian dilaporkanradiovaticana.va, Kamis, 21/3.
Agenda Paus Fransiskus pada hari itu rencananya diawali dengan memimpin Misa Krisma di Basilika Santo Petrus terlebih dahulu. Baru kemudian pada sore hari, Ia menuju penjara dan memimpin Misa Kamis Putih ditempat dimana pada bulan Maret tahun 2007 pernah dikunjungi Paus Emiritus Benediktus XVI. Dalam kunjungan tersebut, Paus Emiritus Benediktus XVI juga merayakan Misa Kudus namun bukan dalam rangka pembasuhan kaki atau merayakan Misa Kamis Putih.
Biasanya, perayaan Kamis Putih dan praktek pembasuhan kaki diadakan di Basilika Santo Petrus atau Basilika Santo Yohanes Lateran dengan mencuci kaki para imam atau awam. Namun bagi Paus Fransiskus pada kesempatan perayaan Kamis Putih ini, ingin Ia rayakan seperti sewaktu menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires, Argentina.
Menurut Juru bicara Vatikan yang diberitakan ncronline.org mengatakan bahwa, sebelum menjabat sebagai Paus, Imam Ordo Jesuits yang pernah menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires ini terbiasa mengadakan dan memimpin Misa di rumah sakit, penjara atau rumah sakit khusus orang miskin dan terpinggirkan.
Tindakan ini menurut Paus Fransiskus dilakukan sebagai panggilan untuk mengenang Kristus dengan melayani sesama yang sedang ada di penjara, yang sedang sakit di rumah sakit atau tempat penampungan masyarakat miskin dan terpinggirkan. “Dengan merayakan Kamis Putih di Penjara Casal del Marmo, Paus Fransiskus ingin melanjutkan praktek hidup dan pelayanan dalam kesederhanaan,” kata juru bicara Vatikan dalam sebuah pernyataannya pada hari Kamis, 21 Maret kemarin. (www.hidupkatolik.com/)
Pertemuan Bersejarah antara Paus Fransiskus dan Benediktus XVI
Pertama-tama: Terpujilah Allah Tritunggal Maha Kudus!
Berikut ini saya informasikan pertemuan bersejarah antara Paus Fransiskus dan Benediktus XVI.
Baru saja Juru bicara Vatikan, Padre Federico Lombardi SJ, memberikan keterangan bahwa setelah Paus Fransiskus tiba di heliport Castel Gandolfo, Benediktus XVI dengan tongkat yang menyanggah kakinya sudah menantikan Paus baru itu, dan pada saat Paus Fransiskus turun dari helikopter, Mereka saling bersalaman dan saling berpelukan. Suatu momen yang menggembirakan dan mengharukan….
Setelah itu, mereka bersama naik mobil kepausan menuju Istana Apostolik.
Pada saat mereka tiba di Istana Apostolik, mereka langsung menuju Kapel Pribadi di sana untuk berdoa bersama. Ada hal yang sangat menarik untuk diperhatikan di sini, karena saat Benediktus XVI menunjukkan kepada Fransiskus di mana dapat berdoa, dan dia hendak menunggu saja menunjukkan penghormatannya kepada Paus yang baru, justru Paus Fransiskus memegang tangan Benediktus XVI dan mengajaknya berdoa bersama dia. Sehingga keduanya berdoa bersama berdampingan di hadapan Ikon Maria.
Setelah berdoa bersama, Paus Fransiskus memberikan sebuah hadiah kepada Benediktus XVI berupa sebuah ikon Maria bernama Maria Bunda Rendah Hati (Madonna dell’ Umiltà). Fransiskus berkata kepada pendahulunya bahwa ketika ia mengetahui nama dari ikon tersebut, pikirannya langsung tertuju kepada Benediktus XVI yang katanya telah memberikan kepada kita contoh kerendahan hati dan kelembutan selama masa kepausannya selama 8 tahun ini.
Saat itu, Benediktus XVI segera menyambut dan merangkul tangan Fransiskus serta mengucapkan terima kasih kepadanya.
Kemudian mereka mulai mengadakan percakapan pribadi dan dilanjutkan dengan acara makan bersama yang dihadiri oleh kedua Sekretaris Fransiskus dan Benediktus.
Juru bicara Vatikan mengatakan kepada kita bahwa Paus Fransiskus telah menunjukkan devosinya kepada Benediktus XVI setelah 2 kali menelpon dirinya di Castel Gandolfo, yaitu pada saat setelah terpilih dan pada hari Pesta Santo Yosef.
Setelah acara pertemuan bersejarah dan mengharukan itu selesai, Paus Fransiskus dijadwalkan kembali ke Vatikan dengan helikopter dan Benediktus XVI tentu saja kembali mendampingi dirinya menuju helikopter.
Terlampir saya sertakan pula beberapa foto hasil pertemuan kedua Paus kita tercinta, yang satu Paus bertugas, yang satu lagi Paus emeritus. Keduanya akan memimpin Gereja dan kita semua, yang satu dengan karya pastoral, yang satu lagi dengan doa-doanya.
Tiada kata lain yang dapat terucapkan di dalam hati, hanya: Terpujilah Allah Tritunggal.
(Shirley Hadisandjaja – Italia)
Misa Inaugurasi (Penahbisan) Paus Fransiskus
Di depan ratusan ribu jemaat yang berkumpul di alun-alun St Peter, Vatikan, Paus Fransiskus resmi dilantik (19/3). Misa penahbisan Paus Fransiskus diadakan di Lapangan Santo Petrus, Roma, di hadapan pemimpin dunia dan pemuka agama. Paus meninggalkan kediaman sementaranya di Casa Santa Marta sebelum pukul 0900 waktu setempat.
Paus berkeliling Lapangan Santo Petrus dengan mengendarai mobil terbuka. Paus berkali-kali berhenti untuk menyambut warga dan memberkati penyandang cacat. Paus Fransiskus kemudian memasuki Basilica dan mengenakan baju kebesaran.
Cincin Emas-Perak
Ia kemudian menerima pallium kepausan yang terbuat dari bulu domba. Ini menandakan perannya sebagai penggembala umat. Paus juga menerima “cincin nelayan” bergambar Santo Petrus yang memegang dua kunci. Cincin ini bukan cincin baru dan terbuat dari perak berlapiskan emas, bukan emas murni seperti cincin yang dikenakan oleh pendahulunya.
Setelah menerima pallium dan cincin maka Fransiskus resmi menjadi paus ke-266. Para kepala negara, tokoh politik dan agama dari berbagai negara menghadiri pentahbisan yang menandai kepemimpinan resmi Paus Fransiskus sebagai pemimpin bagi 1,2 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Di antara pemimpin yang hadir adalah Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou. Kehadiran presiden Taiwan ini membuat marah Cina yang menganggap Taiwan sebagai provinsinya yang membangkang. Vatikan adalah salah satu dari 23 negara yang mengakui Taiwan sebagai negara.
Ia tercatat sebagai Paus bertama dari benua Amerika. Paus Fransiskus telah menegaskan akan menempuh pendekatan sederhana dalam menjalankan tugas-tugasnya. (detik.com)
“Fransiskus, Pergilah dan Perbaikilah Gerejaku yang hampir roboh itu!” : Catatan Kecil Tentang Paus Fransiskus
“Fransiskus, Pergilah dan Perbaikilah Gerejaku
yang hampir Roboh itu!”
Restorasi Gereja
Catatan Kecil Tentang Paus Fransiskus
(Oleh : Rm. Yohanes Kristo Tara, OFM, Paroki Paskalis Jakarta)
Habemus Papam! Kita memiliki Paus. Seorang Kardinal Jesuit asal Argentina, Jorge Mario Bergoglio terpilih menjadi Paus baru. Nama yang dipilihnya adalah Fransiskus. Semua pengamat, bahkan internal Vatikan hampir sepakat bahwa nama ini merujuk pada St. Fransiskus Assisi.
Dalam sejarah Gereja, St. Fransiskus Assisi menjadi ikon reformis yang pada zamannya melakukan restorasi dan reformasi dalam Gereja. Dengan kekudusan dan keterlibatan langsungnya, dia menentang korupsi patriarkal, hirarkisme dan triumvirat Gereja yg bertumbuh subur pada zaman itu.
St. Fransiskus secara radikal berusaha mengembalikan Gereja pada kemurnian Gereja Kristus, menyegarkan kembalian kelesuan evangelisasi, bahkan mendefinisikan kembali Gereja Katolik sebagai Gereja Kaum Miskin, mengedepankan teologi pembebasan dengan cara yang berbeda, membangun spiritualitas persaudaraan semesta yg adil dan bermartabat.
Bukan karena kecerdasan dan kejeniusannya, atau kesuksesannya dalam menegakkan 3 keutamaan Kristiani (iman, pengharapan dan kasih), tetapi karena kesederhanaan dan keterlibatan langsung Fransiskus-lah, maka Allah mengutusnya untuk mengembalikan Gereja Universal pada hakikatnya sebagai Gereja Kristus. Dalam sejarah Gereja, tidak ada Santo lain yang diutus langsung oleh Allah untuk menjalankan misi khusus merestorasi/memulihkan Gereja, kecuali Santo Fransiskus Assisi.
Saat itu, tepatnya Februari tahun 1206, pada masa awal pertobatannya, Fransiskus, manusia hedonis yang gemar berfoya-foya itu datang ke Gereja San Damiano di pinggiran kota Assisi. Saat sedang berlutut dan berdoa di depan Salib Bizantium, Fransiskus mendengar suara yang keluar dari mulut Yesus yang Tersalib, “FRANSISKUS, PERGI DAN PERBAIKILAH GEREJA-KU YANG KAU LIHAT HAMPIR ROBOH ITU!” Awalnya, Fransiskus memahami Gereja sebagai bangunan fisik.
Namun kemudian, ia segera sadar bahwa Gereja yang dimaksudkan Allah untuk direnovasi bukan pertama-tama bangunan fisik melainkan lembaga sekaligus persekutuan orang-orang yang beriman dalam Yesus Kristus. Maka mulailah Fransiskus membangun Gereja dengan menghayati Injil secara radikal dalam hidupnya.
Dengan amat militan, Fransiskus menjalankan misi perutusannya untuk menyembuhkan penyakit-penyakit Gereja dan dunia pada zamannya. Ketidaksetiaan kepada Allah dijawab dengan kesetiaan kepada Kristus Yang Tersalib dalam kemiskinan melalui pertobatan dan kekudusan. Ia menjadi muzafir dan perantau, pengemis jalanan, melayani dan tinggal bersama orang-orang kusta yang dikucilkan masyarakat. Ia mengirim para saudaranya untuk bermisi ke seluruh Eropa bahkan Asia, termasuk Indonesia.
Ia mempromosikan dialog dengan saudara-saudara Muslim (berdialog dengan Sultan Malik al Khamil) di tengah kobaran perang salib, bercengkrama di tengah alam semesta sebagai saudara dan saudari yang diciptakan oleh Allah yang sama dan ditebus oleh Kristus yang sama. Dengan cara hidupnya, ia mengkritik jurang antara kaya dan miskin, termasuk melawan kecenderungan Gereja menumpuk harta kekayaan.
Fransiskus amat menekankan Spiritualitas kemiskinan dan persaudaraan sebagai jalan menuju keharmonisan universal, terutama mengembalikan Gereja pada hakikatnya sebagai Gereja Kristus.
Habemus Papam!
Kini kita punya seorang Paus Fransiskus. Ia memiliki sejumlah keutamaan yang kurang lebih mirip dengan St. Fransiskus Assisi: kesalehan, kesederhanaan, kecintaannya pada orang kusta bahkan bersedia mencuci dan mencium kaki para pengidap AIDS, serta kesediaan untuk menggunakan kendaraan umum.
Dengan latar Gereja Amerika Latin, Ia menghayati secara sungguh-sungguh teologi pembebasan namun dengan pemahaman yang berbeda. Ia menunjukkan kepedulian dan keterlibatannya pada persoalan keadilan sosial, dll.
Berbekal sejumlah keutamaan dan berhadapan dengan berbagai penyakit yang sedang dialami Gereja pada masa ini: skandal korupsi dan seks, degradasi dan defisit iman, kelesuan evangelisasi, masalah sosial kemanusiaan, dll, maka Paus Fransiskus diharapkan mampu melakukan sejumlah agenda restorasi, renovasi dan reformasi Gereja, baik ke dalam maupun ke luar layaknya St. Fransiskus Assisi.
Banyak orang berharap visi dan misi besar inilah yang akan dilakukan oleh Paus Fransiskus untuk mengembalikan kemurnian dan kekudusan Gereja sebagai Gereja Kristus yang berdaya guna dan kehadirannya tetap relevan di tengah dunia ini.
Melihat keadaan dan kondisi aktual Gereja dan Dunia saat ini, Semoga Paus Fransiskus adalah pilihan yang paling tepat.
Yesus, Si Miskin yang tersalib dalam ketelanjangan itu memberi mandat suci “Restorasi Gereja” kepada Paus Fransiskus: “Fransiskus, pergilah dan Perbaikilah Gerejaku yang hampir roboh itu!”
Mudah-mudahan demikian adanya, Amin, ya Aminnn….





















