Home Blog Page 139

PMKAJ Unit Selatan, Rumah Kedua bagi Mahasiswa

“Keutamaan pastoral mahasiswa adalah menjadi sahabat bagi mereka. Kesannya memang buang-buang waktu untuk ngobrol, tetapi di situlah peluang pastoralnya. Karena kebutuhan untuk itu sangat besar,” ungkap Pastor Markus Yumartana SJ. Romo Yu, demikian Markus Yumartana SJ akrab disapa, mengaku senang berada di tengah orang-orang muda. Sudah enam tahun ia bertugas mendampingi mahasiswa di unit selatan.

Serikat Jesus, sejak tahun 1979-an mulai mengakomodasi para mahasiswa Katolik Universitas Indonesia (UI) di Salemba. Jarak antara kampus UI Salemba dengan pastoran Yesuit di Kramat VII No 25 cukup dekat, sekitar satu kilometer. Mahasiswa membutuhkan kesegaran rohani, dan Serikat Jesus menganggapi kebutuhan tersebut. Bagi Serikat Jesus, peduli pada mahasiswa adalah basis strategis bagi masa depan bangsa. Rasa saling membutuhkan inilah yang semakin menciptakan lahirnya sebuah komunitas.

Sejarah paroki mahasiswa

Menurut Peter Kasenda, penulis buku “Sejarah Paroki Mahasiswa”, Paroki Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta (PMKAJ) dimulai ketika mahasiswa tidak mau berafiliasi ke dunia politik, adanya depolitisasi kampus, Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK), dan tidak eksisnya Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) saat itu. Para mahasiswa yang tidak interest ke bidang politik, secara khusus hanya mau melakukan kegiatan yang bernuansa rohani, seperti Misa, rekoleksi, dan retret.

Ludi Sumardi, mahasiswa Fakultas Ekonomi UI angkatan 1979, memelopori Misa kampus di Aula Theresia, yang dihadiri sekitar 50 mahasiswa. Rumah Yesuit di Kramat VII menjadi basecamp.

Uskup Agung Jakarta Mgr Leo Soekoto SJ sempat mempertanyakan kehadiran kelompok ini, sehubungan dengan pemberian nama atas kelompok yang berembrio dari para mahasiswa. Apalagi, ketika mereka ingin menggunakan nama “Paroki Mahasiswa”. Namun, dalam perjalanan waktu hingga saat ini, justru nama itulah yang menjadikan kelompok ini tetap eksis. Mereka mau beraktivitas dalam wilayah kerohanian saja. Nama “Paroki Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta” dipakai hingga sekarang ini.

Perjalanan panjang membuat mereka pindah dan terpisah, antara mahasiswa yang berasal dari UI dan non-UI. Mahasiswa UI didampingi oleh pastor mahasiswa Ignatius Ismartono SJ, dan mahasiswa non-UI bersama pastor pendamping Herman Roborgh SJ. Mahasiswa non-UI pernah pindah ‘markas’ ke Pejambon dan Tebet, sebelum pada akhirnya PMKAJ dibagi per wilayah utara, selatan, timur, dan barat.

Napak tilas

Siang itu, di depan perpustakaan Wisma SJ, beberapa mahasiswa Universitas Gunadarma tampak sibuk menyusun rencana kegiatan. Mereka akan melakukan retret. “Kami akan mengadakan retret di puncak.” ucap Alexander Ragil Caesar yang menjadi Wakil Ketua Koordinator PMKAJ. “Saya merasa senang bisa aktif di PMKAJ. Di sini saya dapat berkumpul bersama saudara seiman. Kalau di kampus tidak semuanya seiman,” ungkap Belle, mahasiswi Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Gunadarma, angkatan 2009.

Selain itu, menurut Belle, PMKAJ mempunyai beberapa program tetap, seperti Misa Natal, Misa Paskah, dan Tahun Baru. Ditambah sekarang ada program menarik, yaitu napak tilas, untuk diikuti oleh seluruh unit. Acaranya adalah berjalan kaki dari wisma masing-masing menuju Keuskupan Agung Jakarta (KAJ).

Tujuan napak tilas ini adalah untuk menghayati kesengsaraan Yesus. Acara ini dilaksanakan pada malam Jumat Agung. Mereka berjalanan kaki dari unit masing-masing pada pukul 20.30 dan tiba di KAJ sekitar pukul 05.00 WIB. Tahun ini pesertanya mencapai 250 mahasiswa. Kedatangan mereka disambut oleh Uskup Agung Jakarta. Dalam pelaksanaannya, mereka biasanya dibantu oleh para frater dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (STF) Jakarta.

PMKAJ Unit Selatan memiliki wilayah jangkauan mulai dari Cikarang sampai Tangerang. Ada 13 universitas, antara lain Universitas Indonesia, Politeknik Negeri Jakarta, Universitas Gunadarma, Universitas Pancasila, Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Institut Sains dan Teknik Nasional, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Universitas Nasional, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Bina Sarana Informatika Depok, Presiden University Cikarang, Interstudi, dan Institut Teknologi Indonesia.

Keanggotaan PMKAJ sangat dinamis. Setiap tahun terjadi perubahan keanggotaan, karena ada yang lulus dan ada yang masuk. Jumlah mereka pun selalu berubah. Jumlah mahasiswa yang berasal dari UI sekitar 300-an. Sedangkan dari kampus lain, masing-masing berkisar 50-an mahasiswa.

Rumah kedua

Sebagian besar problem mahasiswa berakar dari keluarga. Maka, motto Spiritualitas Hospitality PMKAJ tepat sasaran. Seringkali mahasiswa menjadi tidak kerasan di rumah, setelah letih belajar di kampus. Ada baiknya jika mereka menganggap PMKAJ sebagai ‘rumah keduaku’.

“Alangkah baiknya, kalau wisma ini dianggap sebagai rumah kedua mereka setelah penat seharian kuliah,” demikian Romo Yu, Moderator PMKAJ Unit Selatan.

Dengan motto tersebut, mahasiswa lebih mudah diajak berbicara. Mereka akan mau datang serta betah dengan suasana pertemanan. “Suguhan yang baik ini sengaja diciptakan, demi terciptanya kader Katolik masa depan,” ungkap Romo Yu. Sepanjang hari di kampus, mereka sudah dibekali intelektualitas. Maka, ketika datang ke PMKAJ, hal lain yang akan mereka dapatkan adalah ‘inspirasi iman’.

PMKAJ Unit Selatan ini memang berbeda dari unit lainnya. Fasilitas yang dimiliki cukup lengkap. Ada perpustakaan dengan koleksi 8.000 buku, pendopo untuk tempat pembinaan (friendship formation), serta halaman luas dengan pepohonan yang rimbun.

Ranah pembinaan spiritual kental di PMKAJ. Harapannya, para mahasiswa ini memiliki iman Katolik dan tidak picik, hingga kelak menjadi kader Gereja serta dapat berperan di tengah masyarakat.

Meski sampai saat ini mahasiswa Katolik yang datang ke PMKAJ tidak mencapai setengahnya, segala kegiatan berjalan baik. Romo Yu tetap berharap agar yang belum pernah datang menyempatkan datang, mencicipi dan menikmati sebagai orang Katolik, serta memiliki kekuatan menatap masa depan, bukan sebuah masa depan yang suram (madesu).

Wisma SJ, yang menjadi basecamp PMKAJ Unit Selatan, terletak di sudut pertigaan Jalan Raya Margonda, Kelapa Dua, dan Universitas Indonesia. Area PMKAJ berpagar tinggi berwarna hijau, dengan pepohonan yang rindang.

Wisma SJ
Jl Margonda Raya No 531
Depok 16424, Jawa Barat
Telp 021-78887959
Angela Rianti

http://www.hidupkatolik.com/2011/09/22/pmkaj-unit-selatan-rumah-kedua-bagi-mahasiswa

ISKA & PMKRI: Advokasi GKI Yasmin

Majelis Pendamping GKI: Yasmin Alexander Paulus, Lily Wahid, Hermawi Fransiskus Taslim
Majelis Pendamping GKI: Yasmin Alexander Paulus, Lily Wahid, Hermawi Fransiskus Taslim

Beberapa organisasi massa Katolik, yaitu Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Bogor, bersama Anggota Komisi I DPR RI Lily Wahid dan Ketua Forum Komunikasi Alumni PMKRI, Hermawi Fransiskus Taslim, melakukan advokasi ke GKI Yasmin Bogor, Jawa Barat, Minggu, 2/10.

Latest Gadget

Rombongan ini bertemu dengan Majelis Jemaat GKI Jl Pengadilan Bogor. Majelis pendamping GKI Yasmin, Alexander Paulus, mengatakan, gereja yang belum selesai dibangun ini telah mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada 2006. Namun, Walikota Bogor, Diani Budiarto, membekukan IMB pada 2008.

Hermawi Fransiskus Taslim menegaskan bahwa penyegelan dan penggembokan gereja merupakan persoalan serius. Tindakan ini adalah pengkhianatan terhadap Pancasila.

Lily Wahid berjanji akan menindaklanjuti temuan-temuan di lapangan sebagai bahan rapat kerja di Komisi I DPR RI.

http://www.hidupkatolik.com/2011/11/03/bogor-jawa-barat-advokasi-gki-yasmin

Semangat Fransiskus di Paroki Tebet

“Semangat Fransiskus Asisi yang berciri khas persaudaraan, cinta lingkungan, dan cinta sesama menjiwai pelayanan kami di paroki, yakni pendidikan, kesehatan, dan pelayanan lainnya. Dari kedalaman hati, kami mengusahakan semuanya ini.” Optimisme ini ditegaskan Pastor Paroki St Fransiskus Asisi Tebet, Jakarta Selatan, Heribertus Samuel OFMCap (47) saat ditemui Rabu, 3/8. Ia menambahkan, spiritualitas Santo Fransiskus Asisi harus dinyatakan.

“Selain mendirikan paroki, kita juga mendirikan sekolah dan balkesmas sehingga warga sekitar sungguh merasakan pelayanan kami yang bersemangat Fransiskus Asisi. Kita tidak hanya menyandang nama, tetapi berusaha mewujud-nyatakan semangatnya,” imbuhnya.

Tentang persaudaraan, pastor yang merayakan 25 tahun hidup membiara pada Senin, 1/8, ini menekankan bahwa persaudaraan yang digalakkan adalah persaudaraan yang tidak inklusif, tetapi eksklusif yang bisa dirasakan oleh masyarakat sekitar.

“Contoh konkret di Balkesmas, warga sekitar yang bukan Katolik juga berobat dengan subsidi dari paroki. Di sinilah letak keberpihakan kita. Kita menerima siapa saja,” urai pastor asal Sanggau, Kalimantan Barat ini.

http://www.hidupkatolik.com/2011/09/23/st-fransiskus-asisi-semangat-fransiskus-di-paroki-tebet

Paus Doakan Korban Banjir Italia

Paus Benediktus XVI menghubungi Kardilan Genoa Angelo Bagnasco untuk mengungkapkan solidaritasnya bagi warga kota tersebut yang dilanda banjir yang telah menewaskan setidaknya enam orang. Keadaan darurat dinyatakan di wilayah barat Area, sehari setelah hujan lebat menyebabkan banjir di Genoa dari dua sungai yang meluap di kota tersebut.

“Paus menawarkan doa bagi para korban dan semua warga yang terpegaruh banjir tersebut,” ujar Bagnasco.

http://www.mediaindonesia.com/read/2011/11/07/274313/39/6/Paus-Doakan-Korban-Banjir-Italia

Teologi Cinta Kidung Agung

Cinta, salah satu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Mencintai dan Dicintai adalah sebuah kebutuhan. Dan Kidung Agung merupakan kitab yang menjelaskan tentang Makna Cinta yang sesungguhnya, meski terkadang kita menjadi risih jika membacanya. Tidak mengherankan jika kitab ini menjadi kitab yang jarang tersentuh dalam kebaktian umum, padahal kitab ini sangat dramatis berbicara tentang cinta dan seksualitas, yang merupakan kenyataan hidup yang tidak bisa kita hindari, dan bahkan merupakan anugerah Allah yang dimaksudkan untuk kita nikmati.

Seksualitas merupakan bagian dari penataan Ilahi mula-mula, tetapi bukan bagian dari kejatuhan manusia. Hubungan seksual yang demikian akrab antara sepasang kekasih mencerminkan hubungan dalam lingkup yang lebih tinggi, yaitu hubungan yang berkaitan dengan diri Allah dan ciptaannya.

Kekuatan Cinta tidak diragukan lagi, dimana kekuatannya diibaratkan seperti nyala api TUHAN (Kid 8:6c-7a), Cinta bertujuan untuk menyatukan seseorang dengan yang lainnya, bukan hanya tubuh/jasmaniah tetapi jiwa dan pikiran. (Kej 2:23-24, 1 Sam 18:1). Cinta adalah suatu perasaan yang suci dan murni, tidak dapat dipaksakan (Kid 2:7; 3:5; 8:4) , dan bukan pula barang yang bisa diperjual-belikan, baik dengan materi, jabatan, maupun status sosial (Kid 8:7b).

Ibarat bunga mawar, cinta akan mekar dengan sendirinya hingga pada waktunya. Janganlah membangkitkan cinta dalam diri orang lain jika kita tidak memiliki maksud sama sekali untuk bersatu dengannya (menikah). Sekali cinta bersemi maka ia pasti menghasilkan buah, namun juga bisa mati. Lembut tetapi mudah sekali untuk layu. Karena itu janganlah kita berpetualang dalam perasaan cinta kita maupun orang lain.

 Berpacaranpun bukanlah main-main, karena ini merupakan sebuah perjalanan sepasang kekasih yang saling mengasihi untuk menuju kesatuan penuh sebagaimana yang diharapkan oleh cinta itu sendiri pada mulanya, yakni pernikahan kudus yang diberkati oleh Allah sendiri. Apapun kondisi kita, belajarlah untuk menyesuaikan diri dengan pasangan, dan jagalah cinta itu agar selalu hangat di sepanjang waktu.

Dan sebagai orang percaya, ingatlah bahwa hubungan kasih sayangmu terhadap orang lain, baik orang-tua, keluarga, saudara, sahabat, kekasih, dan hewan peliharaan sekalipun, mencerminkan hubungan kasih sayang antara engkau dan Allah.

http://www.sabdaspace.org/kidung_agung_sebuah_teologi_tentang_cinta

Ulang Tahun ke-61 Mgr Haryo

Mgr. Ignatius Suharyo, KAJ, keuskupan agung jakarta

Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo akan menginjak usia 61 tahun, Sabtu, 9 Juli 2011. Menurut Mgr Suharyo, tidak akan ada acara apa-apa menyambut ulang tahun kelahirannya. Mgr Suharyo diangkat sebagai Uskup Koadjutor Keuskupan Agung Jakarta pada 25 Juli 2009. Sebelumnya, ia adalah Uskup Agung Semarang sejak 22 Agustus 1997. Uskup Agung kelahiran Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta, ini menjadi Uskup Agung Jakarta pada tanggal 28 Juni 2010, bersamaan dengan kepensiunan Julius Kardinal Darmaatmadja SJ.

Selain itu, Mgr Haryo juga menjadi Uskup untuk Ordinariat Militer Indonesia, sejak 2 Januari 2006. Uskup yang ditahbiskan imam tanggal 26 januari 1976 adalah putra dari Almarhum Florentinus Amir Hardjodisastra dan Theodora Murni Hardjodisastra.

Mgr Suharyo sepuluh bersaudara, satu orang meninggal. Ada dua orang yang menjadi imam yaitu Mgr Haryo dan Pastor Suitbertus Sunardi OCSO. Selain menjadi uskup, Mgr Haryo antara lain pernah menjadi Dosen Pengantar dan Ilmu Tafsir Perjanjian Baru pada Fakultas Teologi Wedabhakti Kentungan Yogyakarta dan Ketua UNIO – Persaudaraan imam-imam Diosesan Keuskupan Agung Semarang.

Pemikat dan Choice Gelar Kemudi

Sebagian besar orang muda Katolik di wilayah Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) ternyata orang-orang yang sibuk bekerja dan kuliah. Karena begitu sibuk, mereka jadi asyik dengan diri sendiri dan jarang kontak dengan keluarga dan berperan dalam masyarakat. Karena realita itulah, Pertemuan Mitra Kategorial (PEMIKAT) KAJ dan CHOICE KAJ mengadakan Kemping Muda Mudi (KEMUDI), di Santa Monica Resort Caringin, Sukabumi, Jawa Barat.

Sebanyak 97 orang muda Katolik mengikuti kegiatan bertema “Berani Hidup Beda”, Jumat-Minggu, 23-25/9. Peserta yang mengikuti acara ini berusia antara 22-35 tahun dan belum menikah.

Sebagian besar kelompok usia ini sedang dalam masa sibuk bekerja atau kuliah. Ada yang tinggal di tempat kos dan mungkin jarang berkontak dengan keluarga.

Untuk menanggapi hal tersebut, PEMIKAT KAJ berusaha mengenalkan dan mengarahkan mereka ke komunitas kategorial yang ada di KAJ. Komunitas tersebut yang akan mengarahkan orang muda Katolik untuk kembali kepada keluarga.

http://www.hidupkatolik.com/2011/10/21/sukabumi-jawa-barat-pemikat-dan-choice-gelar-kemudi

Gereja Mencari Jati Diri

Selama dua pekan, 1-4 Agustus dan 8-11 Agustus 2011, Uskup Agung Jakarta bersama ratusan imam menyelenggarakan Temu Pastoral (Tepas) dalam dua gelombang di Via Renata, Cimacan. Vikaris Jendral Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Pastor Yohanes Subagyo Pr, menekankan tujuan umum Tepas, yang sudah diadakan sejak 1994. Tujuan itu adalah agar para pastor di KAJ bisa belajar bersama tentang aneka topik pastoral aktual. Adapun topik yang diangkat adalah ”Membangun Kepemimpinan Pastoral Berdasarkan Arah Dasar KAJ 2011-2015”. Arah Dasar (Ardas) KAJ 2011-2015 ini dipromulgasikan oleh Mgr I. Suharyo pada Minggu Paskah, 24 April 2011.

Ardas ini diharapkan menjadi inspirasi dan aspirasi dasar bagi dinamika seluruh imam dan umat KAJ menuju keadaan yang dicita-citakan. Tiga tujuan pokok yang hendak dicapai dalam Temu Pastoral ini adalah memahami kepemimpinan pastoral, menentukan sasaran strategis, serta membangun budaya pastoral KAJ.

Kepemimpinan pastoral

Ardas KAJ sebagai sebuah teks adalah cita-cita yang dituju oleh Gereja Katolik sebagai ”umat Allah” di wilayah Jakarta, Tangerang, dan Bekasi, yang ingin bertumbuh dalam kesetiaan kepada Tuhan dan kepada bangsa. Ardas ini mengandung tiga pilar pokok yang diarah oleh KAJ, yakni berakar dalam ‘iman’, bertumbuh dalam ‘persaudaraan sejati’, berbuah dalam ‘karya pelayanan’.

”Iman-Persaudaraan-Pelayanan” adalah tiga kata yang ingin menampilkan wajah dan jatidiri Gereja KAJ secara utuh. Gereja meyakini bahwa, ”iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan, dan oleh perbuatan-perbuatan itu, iman menjadi sempurna” (Yak 2:22). Sedangkan ungkapan ”umat Allah” yang berziarah sepanjang zaman dalam dorongan dan tuntunan Roh Kudus bersama umat beragama lain dinyatakan dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium Bab II, art 14-17.

Berangkat dari sebuah kesadaran bahwa para pastor adalah garda depan sosialisasi serta implementasi Ardas KAJ, maka setiap pastor diajak merefleksikan kembali arti kepemimpinan pastoral. Secara umum, dalam banyak sharing antarpastor yang notabene sebagai pemimpin umat, dirasakan kebutuhan sebuah Tata Pelayanan Pastoral yang menekankan jatidiri kepemimpinan berdimensi partisipatif (keterlibatan) dan transformatif (perubahan).

Salah satu isi Tata Pelayanan Pastoral di atas adalah penjabaran tiga entitas pokok yang semestinya dibuat oleh para pastor sebagai pemimpin pastoral.

Tiga entitas pokok itu adalah (1) Kesadaran: Menentukan arah, cita-cita dan tujuan, sesuai dengan Ardas KAJ; (2) Kesaksian: Menunjukkan kualitas karakter pribadi yang ditampilkan secara nyata dalam hidup kesehariannya; (3) Keterlibatan: Menggerakkan setiap umat secara sinergis.

Sasaran strategis

Secara ideal, seorang pemimpin perlu merumuskan sasaran strategis untuk mewujudkannya. Secara riil, para pastor – sebagai pemimpin umat – kerap hanya berhenti pada ”kegiatan” apa yang ingin diadakan, bukan dilihat dari ”pencapaian” sesuai dengan acuan Ardas KAJ. Mereka jatuh pada ”pastoral kegiatan”. Maka, perlulah setiap pastor bersama umat KAJ mengartikan konteks sekaligus melihat sasaran strategis Ardas. Sasaran strategis ini bisa berangkat dari tiga konteks sosial yang diangkat oleh Ardas KAJ, antara lain kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup, dan intoleransi dalam masyarakat.

Di sekitar Pelayanan Iman, pelbagai sasaran strategis yang perlu dituju, yakni (1) Meningkatkan kecintaan dan penghayatan umat terhadap Sakramen Ekaristi; (2) Meningkatkan penghayatan umat akan aneka sakramentali, khususnya kaitan antara liturgi dan devosi, maupun tradisi berdoa bersama dalam keluarga; (3) Membangun kebanggaan dan kesetiaan umat akan iman Katolik (sensus catholicus); (4) Meningkatkan kecintaan dan pemahaman umat terhadap dunia Kitab Suci; (5) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman Ajaran Iman, khususnya Ajaran Sosial Gereja, baik dalam katekisasi maupun mistagogi; Memberikan per-HATI-an pada pelayanan Bina Iman Anak dan Remaja serta pelbagai kelompok Orang Muda Katolik untuk menjadi komunitas beriman yang semakin berkualitas.

Di sekitar Pembangunan Persaudaraan, pelbagai sasaran strategis, antara lain (1) Meningkatkan persaudaraan dan keterlibatan umat di lingkungan basis; (2) Mengembangkan relasi Gereja dengan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh umat beragama lain; (3) Menggiatkan komunikasi antarumat, khususnya komunikasi lintas unit, baik kategorial maupun teritorial; (4) Meningkatkan keterlibatan umat (khususnya orang muda) dalam pelbagai acara masyarakat; (5) Mengadakan dialog karya antara umat Katolik dengan umat beragama lain; (6) Mempererat kolegialitas imam, biarawan biarawati dalam kesatuan gerak di keuskupan; (7) Menggalakkan kerjasama Dewan Paroki dan seksi-seksi antarparoki dan dekanat di dalam keuskupan.

Di sekitar Pelayanan Kasih, pelbagai sasaran strategis, antara lain (1) Meningkatkan kepedulian umat pada sesama manusia, terutama pada masalah pendidikan, kesehatan, dan kematian; (2) Menggalakkan kepedulian umat akan gerakan orangtua asuh; (3) Meningkatkan kecintaan dan kepedulian Gereja terhadap lingkungan hidup; (4) Memberdayakan OMK dalam aneka keterlibatan sosial; (5) Meningkatkan pelayanan pastoral di penjara dan rumah sakit; (6) Mendorong keterlibatan aktif semua umat pada momentum Aksi Puasa Pembangunan dan Hari Pangan se-Dunia.

Pelbagai sasaran strategis di atas dilaksanakan dengan mengembangkan tata layanan pastoral berbasis data, memberdayakan komunitas teritorial lingkungan dan kategorial, menggerakkan karya-karya pastoral yang kontekstual, menggiatkan kerasulan awam, serta menjalankan kaderisasi dan pendampingan berkelanjutan bagi para pelayan pastoral.

Budaya pastoral

Ardas KAJ dilandasi oleh dua budaya dasar, yakni spiritualitas Gembala Baik dan pelayanan murah hati. Spiritualitas Gembala Baik berarti bertindak seturut teladan Yesus, Sang Gembala Baik. Gembala baik mengenal dan dikenal domba-domba-Nya (Yoh 1:14) serta peduli pada domba-Nya yang kesusahan dan tersesat (Yeh 34:16). Sedangkan pelayanan murah hati berarti bersumber pada Allah (Luk 6:36) dan dilakukan dengan kerendahan hati (Kis 20:19).

Berangkat dari dua budaya dasar di atas, dihasilkan enam budaya pastoral yang menjadi simpulan para pastor di KAJ, yakni ”berpeduli, berintegritas, bermisioner, beriman, bersukacita, serta bersaudara”.

Tercatat juga tiga rekomendasi akhir yang disimpulkan, antara lain: (1) Menerapkan proses perencanaan strategis dalam perencanaan reksa pastoral di paroki dan kategorial; (2) Membangun mekanisme koordinasi, monitoring, dan evaluasi penerapan tersebut di tingkat dekanat dan kategorial; (3) Mengolah lebih lanjut hasil/temuan Temu Pastoral sebagai panduan bersama dalam membudayakan cara berpastoral sesuai Ardas KAJ.

Di KAJ, para imam, bruder, dan suster berjumlah sekitar 1.500 orang dengan aneka puluhan tarekat, sementara jumlah umat sekitar 465 ribu. Dari perbandingan kasar ini, Gereja KAJ terdiri dari mayoritas kaum awam. Dengan demikian, budaya kerjasama imam dengan awam mutlak diperlukan dalam membangun jatidiri Gereja. Karena, bukankah tepat sebuah pameo lama, ”Ecclesia semper reformanda – Gereja selalu memperbarui diri?”

Semangat Pertobatan

Realita: Para pemimpin agama Yahudi memandang para pemungut cukai dan orang-orang berdosa sebagai orang-orang tak bermoral yang harus disingkirkan.

Refleksi Kitab Suci: Perumpamaan tentang domba dan dirham yang hilang menggambarkan sukacita besar atas ditemukannya kembali domba dan dirham itu. Pemilik domba dan dirham itu pun mengundang para sahabat dan tetangganya untuk ikut bersukacita. Sukacita secara komunal itu mengumpamakan sukacita Allah dan seisi surga atas seorang berdosa yang bertobat.

Jika Yesus mengalamatkan perumpamaan itu kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, itu karena mereka bukannya mencari dan membawa pada pertobatan, tetapi malah mengucilkan dan menjauhi orang-orang berdosa. Yesus mau memperkenalkan Allah yang bukan saja mau mengampuni orang berdosa setelah orang itu dihukum habis-habisan. Tetapi Allah yang penuh belas kasih, maha pengampun, dan mau mencari orang-orang berdosa demi pertobatan mereka. Perumpamaan itu menggambarkan inisiatif dan belas kasih Allah terhadap umat-Nya, terutama para pendosa yang mau bertobat.

Rekonsiliasi: Tidak jarang kita memandang hina dan tak mau bergaul dengan orang-orang berdosa. Padahal, kita adalah anak-anak Allah yang harus menghargai sesama.

Latest Gadget

http://www.hidupkatolik.com/2011/11/03/bertobat-renungan-kamis-3-november-2011

St. Agustinus Sang Pengkhotbah Ulung

Kisah hidup St Agustinus membuat imannya kepada Yesus semakin mantap. Pengalaman panjang yang dilewati membuat Agustinus dikenal sebagai pengkhotbah terkenal. Hingga kini, lebih dari 350 naskah khotbahnya tetap dilestarikan dan otentik. Isi khotbahnya itu melawan ajaran sesat, Manikeanisme, yang pernah dianutnya.

Pandangan Agustinus yang paling popular adalah rahmat dan predestinasi. Dalam pandangan umat Katolik Roma, Agustinus adalah seorang santo, doktor Gereja yang terkenal. Kini, St Agustinus menjadi pelindung para seminaris.

Berkaitan dengan pemahaman tentang Allah, St Agustinus banyak berpegang pada surat-surat Santo Paulus. Setelah pertobatannya, St Agustinus menyadari kembali jalan hidupnya yang terpenjara dalam perhambaan seks dan ambisi.

Pada 28 Agustus 430 St Agustinus meninggal dalam usia 76 tahun. Makamnya terletak di Basilika St Petrus. Kumpulan surat dan khotbah serta tulisan-tulisannya merupakan warisan Gereja yang sangat berharga. Di antara ratusan buku karyanya, yang paling terkenal berjudul “Pengakuan-Pengakuan” dan “Kota Tuhan”. St Agustinus dikenal sebagai orator ulung, uskup, dan pujangga Gereja. Gereja memperingatinya setiap 28 Agustus.

http://www.hidupkatolik.com/2011/10/31/st.-agustinus-sang-pengkhotbah-ulung

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?