Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-5/3/2014
Doa-Doa Islam dilantunkan di Vatikan
Doa malam akan menjadi “jeda dalam politik” dan tidak memiliki tujuan politik selain menghidupkan kembali keinginan perdamaian Israel-Palestina pada tingkat politik dan lainnya.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, doa dan bacaan Islam dari Al-Qur’an dilantunkan di Vatikan pada hari Minggu (8/6), dalam sebuah langkah yang digawangi oleh Paus Fransiskus untuk mengantarkan perdamaian antara Israel dan Palestina.
Fransiskus membagikan undangan kepada Presiden Israel Shimon Peres dan Presiden Otorita Palestina Mahmoud Abbas dalam kunjungannya pekan lalu ke Yordania, Israel, dan Otoritas Palestina.
Abbas, Peres, dan Fransiskus bergabung dengan para pemimpin agama Yahudi, Kristen dan Islam, disebutkan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicara Peres kepada Times of Israel, seperti dilansir Al Arabiya pada Sabtu (07/06).
Pejabat Tahta Suci mengatakan, doa malam menjadi “jeda dalam politik” dan tidak memiliki tujuan politik selain menghidupkan kembali keinginan perdamaian Israel-Palestina pada tingkat politik dan lainnya, sebagaimana dilansir Associated Press.
Tetap Berharap Walau Rendah
Vatikan menyiarkan secara live acara doa bersama ini agar bisa didengar oleh pemirsa di seluruh dunia. Namun, menurut Wahyu Pierbattista Pizzaballa, salah satu penjaga properti Gereja Katolik di Tanah Suci, harapan untuk acara ini tetap ada walaupun rendah.
Tidak seorang pun harus berpikir, “tiba-tiba perdamaian akan terwujud pada hari Senin, atau lebih cepat lagi,” kata Wahyu seperti dilaporkan AP. (AP.org)
Uskup Agung Semarang: Tindak tegas pelaku kekerasan
Uskup Agung Semarang Johannes Pujasumarta menegaskan, aksi kekerasan merupakan solusi yang buruk untuk membangun masyarakat yang baik. Selain itu aksi penyerangan telah mencederai Yogyakarta sebagai city of tolerance.
“Apapun itu, jika sudah melakukan penyerangan dan melukai itu sudah melanggar hukum. Pihak berwajib yang mempunyai wewenang untuk menindak tegas dan harus ditindak,” kata Uskup Agung Semarang Johannes Pujasumarta saat menemui wartawan di Kantor Gubernur DIY, Rabu (4/6/2014).
Mgr Pujasumarta mengungkapkan, Jogja City of Tolerance harus dijaga secara bersama-sama. Dinamika persaudaraan, perdamaian, saling menghargai dalam perbedaan itu yang perlu dilestarikan dan dikuatkan kembali.
“Kekerasan merupakan solusi yang buruk untuk membangun masyarakat yang baik di Yogyakarta. Saya rasa aksi-aksi itu telah menciderai dan melukai Yogyakarta sebagai city of tolerance,” ujarnya.
Terkait peristiwa penyerangan pada Kamis (29/05/2014), Uskup Pujasumarta mengaku telah menghubungi Romo Paroki Banteng untuk terlibat aktif dalam dialog dengan beberapa pihak.
Dengan dialog tersebut diharapkan hati yang terbuka untuk mencari solusi yang baik. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah para korban. Ada tiga korban, Julius korban yang paling parah bahkan pundaknya patah dan telah dioperasi. Lalu Nur Wahid dan anak berusia 8 tahun. Mereka sampai saat ini trauma dan ketakutan untuk kembali ke rumah.
“Nanti selanjutnya akan kita upayakan, saya harap masih ada kehendak baik dari siapa pun,” tandasnya.
Uskup Agung Pujasumarta, kemarin pagi menemui Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Kantor Kepatihan. Kedatangannya dalam rangka mengundang Sri Sultan untuk meresmikan Gua Maria Sendangsono. (Kompas.com)
Surat Gembala KWI Terkait PILPRES 9 Juli 2014: “Pilihlah Secara Bertanggungjawab, Berlandaskan Suara Hati”
Segenap Umat Katolik Indonesia yang terkasih,
Kita bersyukur karena salah satu tahap penting dalam Pemilihan Umum 2014 yaitu pemilihan anggota legislatif telah selesai dengan aman. Kita akan memasuki tahap berikutnya yang sangat penting dan menentukan perjalanan bangsa kita ke depan. Pada tanggal 9 Juli 2014 kita akan kembali memilih Presiden dan Wakil Presiden yang akan memimpin bangsa kita selama lima tahun ke depan. Marilah Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ini kita jadikan kesempatan untuk memperkokoh bangunan demokrasi serta sarana bagi kita untuk ambil bagian dalam membangun dan mangembangkan negeri tercinta kita agar menjadi damai dan sejahtera sesuai dengan cita-cita kemerdekaan bangsa kita.
Ke depan bangsa kita akan menghadapi tantangan-tantangan berat yang harus diatasi di bawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden yang baru, misalnya masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial, pendidikan, pengangguran, tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Masalah dan tantangan lain yang tidak kalah penting adalah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, kerusakan lingkungan hidup dan upaya untuk mengembangkan sikap toleran, inklusif dan plural demi terciptanya suasana rukun dan damai dalam masyarakat. Tantangan-tantangan yang berat ini harus diatasi dengan sekuat tenaga dan tanpa henti. Kita semua berharap semoga di bawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden yang akan terpilih, bangsa Indonesia mampu menghadapi, mengatasi dan menyelesaikan masalah-masalah itu.
Kami mendorong agar pada saat pemilihan mendatang umat memilih sosok yang mempunyai integritas moral. Kita perlu mengetahui rekam jejak para calon Presiden dan Wakil Presiden, khususnya mengamati apakah mereka sungguh-sungguh mempunyai watak pemimpin yang melayani dan yang memperjuangkan nilai-nilai sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja : menghormati kehidupan dan martabat manusia, memperjuangkan kebaikan bersama, mendorong dan menghayati semangat solidaritas dan subsidiaritas serta memberi perhatian lebih kepada warga negara yang kurang beruntung. Kita sungguh mengharapkan pemimpin yang gigih memelihara, mempertahankan dan mengamalkan Pancasila. Oleh karena itu kenalilah sungguh-sungguh para calon sebelum menjatuhkan pilihan.
Agar pemilihan Presiden dan Wakil Presiden bisa berjalan dengan langsung, umum, bebas dan rahasia serta berkualitas, kita harus mau terlibat. Oleh karena itu kalau saudara dan saudari memiliki kesempatan dan kemampuan, sungguh mulia jika Anda bersedia ikut menjaga agar tidak terjadi kecurangan pada tahap-tahap pemilihan. Hal ini perlu kita lakukan melulu sebagai wujud tanggungjawab kita, bukan karena tidak percaya kepada kinerja penyelenggara Pemilu.
Kami juga menghimbau agar umat katolik yang terlibat dalam kampanye mengusahakan agar kampanye berjalan dengan santun dan beretika, tidak menggunakan kampanye hitam dan tidak menggunakan isu-isu SARA. Khususnya kami berharap agar media massa menjalankan jurnalisme damai dan berimbang. Pemberitaan media massa hendaknya mendukung terciptanya damai, kerukunan serta persaudaraan, mencerdaskan dan tidak melakukan penyesatan terhadap publik, sebaliknya menjadi corong kebenaran.
Marilah kita berupaya sungguh-sungguh untuk mempertimbangkan dan menentukan pilihan dengan hati dan pikiran yang jernih. Konferensi Waligereja Indonesia menyerukan agar saudara-saudari menggunakan hak untuk memilih dan jangan tidak ikut memilih. Hendaknya pilihan Anda tidak dipengaruhi oleh uang atau imbalan-imbalan lainnya. Sikap demikian merupakan perwujudan ajaran Gereja yang menyatakan, “Hendaknya semua warga negara menyadari hak maupun kewajibannya untuk secara bebas menggunakan hak suara mereka guna meningkatkan kesejahteraan umum” (Gaudium et Spes 75).
Pada akhirnya, marilah kita dukung dan kita berikan loyalitas kita kepada siapa pun yang akan terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014 – 2019. Segala perbedaan pendapat dan pilihan politik, hendaknya berhenti saat Presiden dan Wakil Presiden terpilih dilantik pada bulan Oktober 2014. Kita menempatkan diri sebagai warga negara yang baik, menjadi seratus prosen Katolik dan seratus prosen Indonesia, karena kita adalah bagian sepenuhnya dari bangsa kita, yang ingin menyatu dalam kegembiraan dan harapan, dalam keprihatinan dan kecemasan bangsa kita (bdk GS 1).
Marilah kita mengiringi proses pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan memohon berkat dari Tuhan, agar semua berlangsung dengan damai dan berkualitas dan dengan demikian terpilihlah pemimpin yang tepat bagi bangsa Indonesia. Semoga Bunda Maria, Ibu segala bangsa, senantiasa melindungi bangsa dan negara kita dengan doa-doanya.
Jakarta, 26 Mei 2014
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA
+ I. Suharyo (Ketua)
+ Y. Pujasumarta (Sekretaris Jendral)
Download Surat Gembala KWI tentang PILPRES 9 Juli 2014
Paus Fransiskus: “Saya menangis melihat orang Kristen disalib di Suriah”
Lihat Artikel Terbaru tentang Doa Paus bagi Penderitaan Umat Kristen Katolik Syria di Mosul, Irak karena kekejaman ISIS.
Hari ini masih saja ada orang yang membunuh dan menganiaya sesamanya atas nama Allah dan itu sangat menyedihkan. Paus Fransiskus menangisi orang Kristen yang disalibkan di Suriah. Dia mengingatkan keadaan sangat buruk yang dialami orang Kristen telah terjadi di negara-negara bukan Kristen selama Misa di Casa Santa Marta, demikian diberitakan pada Jumat (2/5).
Dia mengomentari bacaan dari Kisah Para Rasul (Kis 5:34-42). Dalam bacaan itu disebutkan murid-murid Yesus yang dicambuki Dewan Sanhedrin Yahudi. Murid-murid Yesus dipaksa untuk tidak mewartakan Yesus. “Mereka iri pada Yesus dan tidak bisa menerima orang-orang mengikuti-Nya, kata Paus Francis. “Mereka tidak bisa mentolerir kelemahlembutan Yesus , tidak bisa mentolerir kelemahlembutan dari Injil , dan tidak bisa mentolerir cinta . “
Keadaan serupa juga dialami orang Kristen kini di banyak negara-negara bukan Kristen dan negara-negara sekular. Mereka dapat dimasukkan dalam penjara dan bahkan dihukum mati hanya karena memiliki Injil atau mengenakan salib.
“Saya menangis ketika saya melihat laporan berita tentang umat Kristen yang disalibkan di negara tertentu yang bukan Kristen. Hingga hari ini masih ada orang-orang yang membunuh dan menganiaya, dalam nama Tuhan.”
“Di lain pihak kita umat Kristiani sebenarnya justru semakin teguh beriman ketika mengalami penderitaan. Kita tahu bahwa banyak orang seperti para rasul yang bersukacita karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan dalam nama Kristus,” kata Paus Fransiskus, seperti dilansir Catholicherald.Co.Uk tentang peristiwa penyaliban yang dilakukan pemberontak Suriah.
Lebih lanjut Paus Francis mengatakan bahwa tidak seperti pemerintahan Sanhedrin , Yesus tidak khawatir tentang berapa banyak orang yang mengikutinya, melainkan “….Dia berbicara , Dia berkhotbah , Dia mencintai , menyertai dan berjalan dengan semua orang, dengan lemah lembut dan rendah hati. Dia mewartakan cinta, menghibur yang sedih, menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati, mengusir roh jahat dan memberikan pengampunan dosa”.
Menghayati Makna Bhineka Tunggal Ika sebagai Tantangan untuk Memberikan Kesaksian Iman
Di tengah maraknya kasus intoleransi umat beragama di negara kita yang ber-Bhineka Tunggal Ika ini, maka Seksi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan (HAAK) paroki-paroki se-KAJ bekerjasama dengan komisi HAAK KAJ, Penerbit Obor serta KWI mengadakan Seminar Sehari Ber-Tema “Iman, Hati Nurani dan Kebenaran dalam Tantangan Zaman,” pada Sabtu, 3 Mei 2014 di Aula Paroki Katedral Jakarta.
Dalam kesempatan itu dihadirkan dua narasumber berbobot yaitu Dosen Pasca Sarjana STF Driyarkara, Rm. Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno SJ dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, MA. Seminar yang dimoderatori oleh Ketua HAAK KAJ, Bpk. Yohanes Haryono itu dihadiri lebih dari 300 orang dari berbagai paroki dan tokoh lintas agama.
Din Syamsuddin mengimbau kepada seluruh umat beragama di Indonesia untuk tetap selalu menjaga kerukunan antaragama guna menciptakan kedamaian dan juga menghindari perpecahan.
“Umat berbagai agama akan bisa bekerja sama akan menampilkan kehidupan dengan damai. Bekerja sama, toleransi, dan akan cukup kuat untuk menghadapi pemeluk-pemeluk agama yang ingin memecah belah,” kata Din, dalam seminar dan bedah buku Romo Franz Magnis Suseno SJ berjudul ‘Iman dan Hati Nurani’.
Din mengatakan, saat ini banyak pihak yang mencoba mempolitisasi agama baik di bidang politik maupun ekonomi. Hal itu menurutnya yang sering memperkeruh suasana dan membuat perpecahan sehingga mengganggu kedamaian.
“Saya ini penganut kerukunan sejati bukan kerukunan yang basa-basi. Bagimu agamamu, bagiku agamaku tapi kita sebagai saudara bisa hidup. Itu tanggung jawab bersama-sama. Maka ini perlu pendekatan kerukunan tertentu,” jelas Din.
Selain itu, Din juga mengaku sering mendapat kecaman dari beberapa kalangan Muslim jika dirinya menghadiri acara hari besar umat non-Muslim seperti perayaan Natal ataupun perayaan hari besar umat Hindu ataupun Buddha.
“Saya sering mendapatkan kecaman kiri kanan, karena ada fatwa MUI tidak dapat menghadiri acara agama lain. Tidak boleh mengucapkan salam, ucapan selamat Natal, tapi hal itu tetap saya kesampingkan. Karena menurut saya, saya meyakini kalau keimanan agama masing-masing itu kuat, itu akan memanifestasikan kebersamaan,” tandas Din yang juga ketua Indonesian Committee on Religion for Peace (IComRP) ini.
Ia juga mengajak semua elemen untuk tidak menilai kafir terhadap orang atau agama lain. “Kadang kita mengklaim kebenaram yang akhirnya mengkafirkan orang lain. Ini muncul juga di agama saya. Kita jangan saling kafir-mengkafirkan, lebih baik kita mencari kebenaran untuk dijadikan titik temu untuk kebaikan bersama,” kata Din.
Dalam hidup beragama, lanjutnya, “kita harus mantap dalam iman kita, dan jangan ragu dengan iman kita. Iman kita perlu didalami.”
Terkait kegusaran umat Kristiani tentang eksistensi Pancasila, Din mengajak umat Kristiani tidak perlu takut. “Kawan-kawan dari Kristiani tidak usah khawatir, NU dan Muhammadiyah akan tetap menegakkan Pancasila.”
Menurutnya, dialog aksi perlu terus dilakukan. Ia mencontohkan di Yogyakarta tiga rumah sakit — Katolik, Muhammadiyah dan Protestan — menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk membangun kerjasama tiga rumah sakit itu ke depan.
Sementara itu Romo Magnis mengajak semua pihak untuk tidak menilai agama lain itu buruk. “Kita jangan menilai agama lain itu buruk. Kita tidak boleh mempersalahkan orang lain tapi mempertanggungjawabkan iman kita.”
Ia mengajak umat Kristiani terus membangun komunikasi dan silaturahim. “Saya selalu minta para pastor paroki untuk membangun komunikasi atau silahturahim dengan para tokoh Muslim di wilayah mereka.”
Romo Magnis mengamati, dalam 40 tahun terakhir Indonesia lebih Islami. Dan trend ini masih berlangsung terus, umat Kristiani baik Katolik maupun Protestan mengalami Islamisasi ini sebagai tantangan. Intoleransi di tingkat akar rumput bertambah. Tapi ini tidak menghalang umat Kristiani untuk terus berupaya membangun hubungan baik.
Ia mengatakan banyak dari kaum rohaniwan mempunyai hubungan yang cukup baik dengan pelbagai pribadi dan kelompok Muslim. Kami merasakan bahwa Islam, termasuk banyak yang sering disebut radikal, menghormati para pastor dan suster. Dengan itu, kata Romo Magnis, “kita bisa menghadapi umat Muslim dengan lebih terbuka. Karena itu kita kaum rohaniwan juga dapat membantu umat untuk bersikap dengan saudara-saudari Muslim secara wajar dalam semangat Kristus.”
Terkait sejumlah kasus pembangunan gereja, Romo Magnis mengatakan, “Tentu saja, kita juga boleh dan kadang-kadang harus membela hak-hak kita sampai di depan pengadilan. Tetapi, fokus kita adalah pada kesaksian: kesaksian akan kekuatan cinta kasih yang tidak bisa dipadamkan.” (indonesia. ucanews.com dan sumber lainnya)
Mgr. Suharyo Menetapkan Dewan Karya Pastoral (DKP) KAJ
Dalam hari studi komisi-komisi dan pemikat KAJ (Sabtu, 3/5) di Aula Bawah Paroki Katedral Jakarta, Uskup Agung Jakarta Mgr. Suharyo memutuskan menetapkan keanggotaan Dewan Karya Pastoral (DKP) KAJ. DKP ini adalah bentuk lain dari Dewan Pastoral sebagaimana diatur dalam KHK 1983 Kanon 511-514. “Setelah mendengar penjelasan dan paparan dalam hari studi ini saya tidak perlu berlama-lama lagi membentuk DKP KAJ. Embrio dari DKP adalah komisi-komisi dan pemikat yang sudah ada selama ini. Sedangkan DKP Harian adalah Tim Karya Pastoral. Saya segera akan membuat surat keputusan sekaligus melengkapi susunan DKP maupun DKP Harian ini,” jelas Mgr. Suharyo.
Sebelumnya, Rm. Purbo Tamtomo, Pr mengatakan bahwa pemilihan nama Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Jakarta (DKP KAJ) untuk membedakan dengan Dewan Pastoral sebagaimana diatur dalam KHK 1983 kanon 511-514. Selain itu situasi dan kebutuhan pastoral KAJ juga ikut melatarbelakangi pembentukan Dewan Karya Pastoral KAJ ini. Antara lain Rm. Purbo mengatakan KAJ belum mampu memenuhi tuntutan persyaratan pembentukan Dewan Pastoral Keuskupan sebagaimana ditentukan dalam KHK 1983 itu.
“Padahal kita membutuhkan kehadiran dewan seperti itu. Karena itu dengan sadar dinamailah dewan ini Dewan Karya Pastoral. Tambahan kata ‘karya’ mau menggarisbawahi fokus perhatian yang mau diemban yaitu Karya Pastoral.” Dengan istilah karya mau menujukkan bahwa suatu kebijakan pastoral harus berlanjut dengan suatu tindakan dan gerakan bersama. Tidak cukup bila pelayanan dewan ini hanya sibuk dengan konsep-konsep pastoral yang tidak kontekstual dan realistis. Sebagai sebuah gerakan bersama (komunio/kolegialitas umat beriman) maka karya-karya ini sungguh menghidupi semangat ini dengan mengutamakan perjumpaan dan komunikasi bersama,” tandas Rm. Purbo. Segala upaya ini, lanjut Rm. Purbo, akhirnya akan semakin mewujudnyatakan kerajaan Allah dan kerahimanNya di dalam Gereja kita.
Setidaknya ada tiga tugas penting Dewan Karya Pastoral yang diungkapkan oleh Rm. Purbo yaitu melakukan penelitian, membuat pertimbangan menyangkut karya pastoral KAJ serta membuat kesimpulan praktis dari penelitian tersebut, yang kemudian akan disampaikan kepada Uskup untuk selanjutnya jadi rujukan keputusan untuk diwujudkan bersama.
Untuk lebih mematangkan pembentukan DKP KAJ ini, Rm. Adi Prasojo menawarkan sebuah organikgram DKP untuk KAJ. “Paroki tetap menjadi fokus pelayanan. Kehadiran DKP ini untuk membantu uskup melayani paroki. Untuk itu perlu ada perangkat-perangkatnya (seperti dewan konsul, dewan pertimbangan, dewan keuangan, dsb) agar uskup memberi keputusan komprehensif. Karena itu uskup akan menjadi penggerak DKP,” jelas Rm. Adi. Untuk itu DKP perlu didukung oleh DKP Harian serta sekretariat bersama komisi-komisi dan pemikat guna memudahkan koordinasi.
Rm. Adi mengusulkan agar sekretariat DKP ditempatkan di UUP Samadi Klender yang sekaligus akan menjadi pusat pastoral KAJ. Dengan demikian Direktur Samadi bisa sekaligus menjadi sekjen DKP. Sedangkan untuk menjadi ketua DKP, Rm. Adi mengusulkan Vikjen atau langsung Uskup.
Melihat apa yang selama ini telah dilakukan Tim Karya Pastoral, rasanya tidak ada masalah jika tim tersebut menjadi DKP Harian KAJ. Seperti diungkapkan oleh Felix Iwan Wijayanto, sekretaris Vikjen KAJ (saat ini sekretaris DKP KAJ) bahwa apa yang dikerjakan Tim Karya Pastoral selama ini sudah mirip dengan tugas-tugas yang diusulkan Rm. Purbo mapun Rm. Adi. Felix mengutip surat pengangkatan dan pengangkatan kembali anggota Tim Karya Pastoral per 30 sept 2013: Tugas tim karya pastoral memberi usul, saran dan pertimbangan kepada uskup dalam memberi pelayanan kepada umat KAJ. “Ada sumbangan gagasan. Namun setelah berjalan ternyata tidak cukup hanya gagasan. Ada muncul kebutuhan dalam tataran pelaksanaan. Contoh lain Tim Karya Pastoral juga telah menghasilkan Ardas 2011-2015, Pedoman Dasar Dewan Paroki tahun 2014, Draf Pedoman reksa pastoral komisi 2014 dan menyiapkan draf gerakan pastoral tahunan. Jadi Tim Karya pastoral tidak sekedar memberi gagasan tetapi juga ikut melaksanakan dan menyosialisasikannya ke paroki-paroki dan kegiatan lainnya,” ungkap Felix.
Rm. J. Subagyo, Vikjen KAJ juga mengatakan bahwa gagasan menghadirkan DKP ini guna melengkapi pelayanan keuskupan kepada umatnya. “Agar semakin mewujudnyatakan semangat gembala baik yang murah hati itu dalam semangat kebersamaan (komunio). Semua fungsi baik komisi maupun pemikat maupun tim khusus dapat semakin berperan sebagai animator, inspirator, koordinator dan fasilitator dalam menggerakkan paroki-paroki menuju pelayanan yang lebih baik kepada umat,” tegas Rm. Bagyo.
Mengutip pernyataan Jan Hendrikcx, Rm Bagyo menekankan perlu adanya semacam corporate culture seperti yang berlaku di setiap perusahaan. “KAJ telah merumuskan nilai utama yang dijunjung yaitu menjadi gembala yang baik dan murah hati. Bagaimana ini kita wujudkan dalam setiap gereja melalui berbagai pelayanannya. Apa saja yang dibutuhkan untuk lebih memudahkan kita mencapai jati diri itu. Sekretariat Bersama telah memulai menggagas pelayanan yang excellent. Bagaimana hal ini bisa menular ke semua pihak termasuk para romo, dewan paroki, ketua lingkungan?” tegas Rm. Bagyo.
Menutup Hari Studi Komisi-komisi dan Pemikat KAJ 3 Mei 2014 Mgr. Suharyo berharap kehadiran DKP dan DKP Harian akan semakin memadukan karya antara komisi-misi dan pemikat. “Dengan disebut sebagai dewan berarti semua pihak dalam dewan akan bekerja bersama dengan predikat kepemimpinan partisipatif. Kita harapkan dewan ini bisa bertemu setiap tiga bulan sekali,” ungkap Mgr. Suharyo. Segala karya dan kebijakan dewan ini akan dibuat dan dilaksanakan berbasis data bahkan melalui proses penelitian yang ilmiah. “Tetapi gereja bukan seperti perusahaan. Pimpinannya adalah Roh Kudus. Roh Kudus bergerak kemana dia mau. Artinya disana ada unsur ketidakpastian. Karena itu saya mengambil istilah manajemen heordik artinya yang tidak mutlak dan yang tidak pasti. Kita merencanakan tetapi sekaligus kita juga harus mengikuti gerakan roh. Saya sekedar mengingatkan supaya kita jangan frustrasi kalau suatu saat hasil penelitian itu tidak sesuai,” tandasnya.
Uskup lalu memberikan contoh panggilan Abraham. Dia disuruh ke suatu negeri yang tidak pasti. Yang pasti dia diminta meninggalkan tempatnya yang saat itu. “Maka menurut saya manajemen heordik menjadi hakekat gereja. Paus Fransiskus sesudah terpilih menjadi paus mengatakan: mari kita berjalan bersama (sinode) menuju ke depan meninggalkan kemapanan kita menjadi Gereja yang tidak introvert. Berjalan menuju mereka yang tersingkir dan terpinggirkan. Banyak orang tersingkir baik di dalam Gereja maupun dalam masyarakat. Tersingkir dari gereja karena berbagai aturan yang membuat mereka tidak terlayani. Karena itu Gereja perlu mewujudkan kerahiman Tuhan. Gereja harus berjalan diurutan paling depan dalam berbagai urusan,” tandasnya.
Sonar Sihombing, Komisi Komsos KAJ
Seminar “Catholic Leaders Inspiration”
Komunitas Sudara (Sumber Daya Rasuli), wadah HRD Katolik KAJ akan mengadakan Misa & Seminar “Catholic Leaders Inspiration-Semakin Bersaudara, Semakin Melayani” dalam rangka Ulang Tahun ke-20. Sudara mengundang para pastor, pengurus Dewan Paroki, dan umat untuk hadir dalam acara ini.
Narasumber:
1. RD Lili Tjahjadi (Rektor STF Driyarkara)
2. Ignasius Jonan (CEO PT Kereta Api)
3. Josef Bataona (HRD Director PT Indofood) & pembicara lainnya.
Hari, tanggal: Sabtu 10 Mei 2014
Waktu: jam 08.00-17.00
Tempat: di Aula Gereja Katedral Jakarta.
Informasi dan tiket:
1. Jansi Kuntag (0878-4690-9364; ykuntag@yahoo.com)
2. Lusia Ria (0815-7145-446; ria.asyanti@gmail.com)
(Panitia juga berupaya menyediakannya di pintu depan gereja).
Investasi: Rp. 300.000,-/orang
*mohon menyebarluaskan undangan ini kepada umat