Home Blog Page 9

RENUNGAN MINGGU BIASA XVIII, 4 AGUSTUS 2024

Bacaan Pertama, Kel 16:2-4.12-15

Di padang gurun Sin, yang terletak di antara Elim dan Gunung Sinai,  bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun. Mereka berkata, ”Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan Tuhan ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.”

Lalu berfirmanlah Tuhan kepada Musa: ”Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu. Maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari. Dengan cara itu aku hendak menguji apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak.

Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel. Katakanlah kepada mereka: ’Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, Allahmu.’

Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menutupi perkemahan mereka. Pagi harinya terhamparlah embun sekeliling perkemahan itu. Setelah embun menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus mirip sisik, halus seperti embun yang membeku di atas tanah. Melihat itu umat Israel saling bertanya-tanya: ”Apakah ini?” Sebab mereka tidak tahu apa itu. Lalu berkatalah Musa: ”Inilah roti yang diberikan Tuhan menjadi makananmu.”

Bacaan Kedua, Ef 4:17.20-24

Saudara-saudara, di dalam Tuhan aku menegaskan hal ini kepadamu. Jangan lagi hidup dengan pikiran yang sia-sia, seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu jangan hdup secara demikian.

Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus.

Sehubungan dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu.

Hendaknya kamu mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah; hendaklah kamu hidup di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”


Bacaan Injil, Yoh 6:24-35

Di seberang Danau Galilea, ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.

Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: ”Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?”

Yesus menjawab mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.

Lalu kata mereka kepada-Nya: ”Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?”

Jawab Yesus kepada mereka: ”Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”

Maka kata mereka kepada-Nya: ”Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga.”

Maka kata Yesus kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.”

Maka kata mereka kepada-Nya: ”Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” Kata Yesus kepada mereka: ”Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”
‭‭

Renungan Singkat

Yang Lapar akan Dikenyangkan

Sebagai imam, saya selalu berusaha mempersiapkan perayaan ekaristi dengan baik. Meminimalisir ketidakberesan sehingga tidak panik dan bisa berkonsentrasi. Tapi terkadang ada juga momen yang bikin panik. Misalnya, kalau hosti yang tersedia ternyata tidak cukup untuk umat yang hadir. Saya pernah mengalami itu. Sudah hitung umat di dalam rumah dan memperkirakan cukup, ternyata saat selama misa umat masih berdatangan duduk di luar. Hosti sisa 2, umat di luar belum dapat. Sementara umat harus dapat semua. Akhirnya saya pakai hosti yang belum diberkati untuk menerimakan anggur darah Kristus. Pernah juga hosti yang ada dipecah-pecah sampai kecil sekali. 

Ini muungkin sepele. Tapi kita bisa melihat spirit dibalik kewajiban itu. Yaitu, bahwa berkat dari Tuhan harus cukup untuk semua orang. Akan menjadi cukup, kalau kita juga mau membagi-bagi berkat kepada yang lain.

Injil hari ini melanjutkan kisah minggu lalu saat Yesus memberi makan 5000 orang kepala keluarga. Rupanya kepergian Yesus dari sana tidak menggerakkan orang-orang itu untuk pulang. Mereka semakin mencari-Nya. Yesus tau motivasi mereka. Mereka mencari-Nya karena Yesus menjamin kekenyangan mereka. Mereka pikir, Yesus mau kesejahteraan jasmani. Mereka tinggal minta dan … boom.. mereka kenyang.

Yesus menasihati mereka, dan kita. Bekerjalah bukan untuk makanan yang dapat binasa, tapi makanan yang dapat menghantar kita kepada kehidupan kekal. Makanan itu hanya diberikan oleh Kristus sendiri. Yakni Sabda-Nya, Diri-Nya, Tubuh-Nya. 

Bukankah kita terkadang seperti orang-orang di Kapernaum. Mencari Tuhan hanya saat kita butuh. Beriman NaPas NikMat. NAtal PASkah NIKah MATi. Padahal seharusnya kita mencari Dia untuk mengalami persatuan dengan-Nya, setiap hari, setiap saat, setiap waktu. Berkat persatuan dengan-Nya kita tidak lapar lagi. Lapar akan pemenuhan dan pemuliaan diri. Haus untuk diakui. Haus akan penerimaan orang lain. 

Siapapun yang datang kepada Yesus mengalami persatuan hidup dengan-Nya. Orang itu mengusahakan hidup yang baru sebagai orang yang mengenal Allah, mengenal Kristus. Meninggalkan manusia lamanya yang penuh dosa, kejahatan dan membawa pada kebinasaan. 

Jadi, kamu gimana?
RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XVII, 28 Juli 2024

Bacaan Pertama, 2Raj 4:42-44
Sekali peristiwa datanglah seseorang dari Baal-Salisa dengan membawa bagi Elisa, abdi Allah roti hulu hasil, yaitu dua puluh roti jelai serta gandum baru dalam sebuah kantong. Lalu berkatalah Elisa: ”Berilah itu kepada orang-orang ini, supaya mereka makan.” Tetapi pelayannya itu berkata: ”Bagaimanakah aku dapat menghidangkan ini di depan seratus orang?” Jawabnya: ”Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka makan, sebab beginilah firman Tuhan: Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya.” Lalu dihidangkannyalah roti itu di depan mereka. Maka makanlah mereka dan masih ada sisanya, sesuai dengan firman Tuhan.


Bacaan Kedua, Ef 4:1-6
Saudara-saudara, aku, orang yang dipenjarakan demi Tuhan, menasihati kamu, supaya  sebagai orang-orang yang telah terpanggil, kamu hidup berpadanan dengan panggilan itu.

Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.

Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu. Satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa kita semua, yang mengatasi semua, menyertai semua dan menjiwai semua.


Bacaan Injil, Yoh 6:1-15
Sekali peristiwa, Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.

Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Ketika itu Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat.

Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: ”Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”

Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: ”Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.”

Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: ”Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Kata Yesus: ”Suruhlah orang-orang itu duduk. Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.

Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: ”Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.”

Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: ”Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.”

Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.”

Renungan Singkat

Mewartakan iman – menegakkan keadilan

Tema keadilan menjadi salah satu tema penting dari ajaran iman Gereja Katolik. Apa itu definisi keadilan? Mungkin kita sering mengartikan keadilan adalah sama rasa – sama rata. Tapi apakah benar demikian?

Dalam Katekismus Gereja Katolik – Keadilan adalah kehendak yang teguh dan tetap untuk memberikan kepada Allah dan sesama apa yang menjadi hak mereka (KGK 1836). Kepada Allah, segala pujian, syukur, hormat dan kemuliaan bagi-Nya. Itu tidak perlu diperdebatkan. Kepada manusia adalah hak apa yang melekat dalam diri manusia. Pertanyaannya hak yang mana?

Secara tegas, setiap pribadi manusia berhak mendapatkan segala yang ia butuhkan agar tumbuh mencapai kesejahteraannya sendiri. Dan untuk memenuhi itu, dibutuhkan kesadaran bersama – kerja bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Sebab dalam kesejahteraan bersama diandaikan pribadi-pribadi di dalamnya juga sejahtera. 

Bacaan-bacaan hari ini memberikan kepada kita salah satu hak setiap pribadi manusia untuk tumbuh. Hak itu adalah hak untuk mendapat makanan. Makanan diperlukan untuk tumbuh, sebab di sana terdapat gizi yang diperlukan untuk tubuh kita. 

Elisa berhadapan dengan situasi kelaparan di Gilgal. Sempat ada keraguan apakah dua puluh roti jelai cukup untuk memberi makan 100 orang. Firman Tuhan, “Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya”. Kalau Tuhan turut campur memberi makan, berarti soal makan itu memang dikehendaki Tuhan. 

Yesus dan murid-murid-Nya juga menghadapi persoalan yang sama seperti Elisa. Di depan mereka ada 5000 orang laki-laki – kepala keluarga, belum termasuk perempuan dan anak-anak. Dan mereka butuh makan. Hak dasar manusia.

Tuhan menghendaki mereka makan dan memerintahkan murid-murid-Nya untuk mengusahakan itu.

Filipus  dan Andreas menyambut niat dan kehendak itu. Tapi mereka ragu, bisakah dengan sumber daya yang sedikit bisa memberi makan untuk sedemikian banyak orang. Sumber daya yang ada tidak sebanding dengan jumlah yang harus dilayani. 

Kristus mengambil sumber daya itu, mengucap syukur kepada Bapa-Nya, dan membagi-bagikannya kepada orang disana. Semua dapat makan, bahkan makanan itu sisa dua belas bakul. 

Ungkapan syukur kepada Allah diwujudkan juga melalui usaha untuk memenuhi hak-hak dasariah manusia. Mewartakan iman – mewujudkan keadilan. Kita orang beriman menunjukkan kasih dengan saling membantu. 

Zaman ini, banyak sesama kita belum mendapatkan hak-hak dasariahnya untuk tumbuh sebagai manusia yang utuh. Hak pendidikan, hak makanan, hak udara yang sehat, hak air yang bersih, hak jaminan kesehatan, hak bekerja dan berkreatifitas, dan lainnya. Semua itu tanggung jawab kita bersama demi kesejahteraan bersama. 

Lalu, kita gimana?

RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XVI, 21 Juli 2024

Bacaan Pertama, Yeremia 23:1-6

Beginilah Firman Tuhan, ”Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!” Sebab itu beginilah firman Tuhan, Allah Israel, terhadap para gembala yang menggembalakan bangsaku: ”Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman Tuhan.

Dan Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku mencerai-beraikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak. Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekor pun, demikianlah firman Tuhan.

Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman Tuhan, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: Tuhan-keadilan kita.
‭‭

Bacaan Kedua, Efesus 2:13-18

Saudara-saudara, di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ”jauh”, sudah menjadi ”dekat” oleh darah Kristus. Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan wafat-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya.

Dengan demikian, Ia mengadakan damai sejahtera. Dalam satu tubuh Ia mendamaikan keduanya dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.

Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ”jauh” dan damai sejahtera kepada mereka yang ”dekat”. Sebab oleh Dia kita, kedua pihak beroleh jalan masuk kepada Bapa dalam satu Roh.

Bacaan Injil, Markus 6:30-34

Sekali peristiwa Yesus mengutus murid-murid-Nya mewartakan Injil. Setelah menunaikan perutusannya, mereka kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.

Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat.

Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.

Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.

Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.”
‭‭

Renungan Singkat

“Beristirahatlah Seketika”

Dalam Injil hari ini kita menemukan suatu hal yang tidak biasa dilakukan oleh orang zaman sekarang. Biasanya, kalau seorang berhasil dalam pekerjaan, pantang baginya untuk berhenti. Kalau bisa terus merencanakan apa yang bisa dikembangkan.

Dikisahkan Yesus hari ini berjumpa dengan kedua belas murid yang telah Ia utus. Para murid menceritakan apa yang mereka ajarkan dan kerjakan. Mereka cerita tentang keberhasilan dan kegagalan mereka. Anehnya Yesus tidak mengutus mereka lebih lanjut. Mumpung masih panas mungkin. Tapi cukuplah perutusan itu bagi mereka. Yesus malah mengajak mereka untuk pergi ke tempat sunyi dan beristirahat seketika. Tidak selalu kerja keras yang berlebihan itu baik untuk diri sendiri. Murid-murid juga butuh digembalakan. Kristus melakukan itu kepada murid-murid-Nya.

Karya perutusan para murid baik untuk dilakukan. Tapi lebih penting dari itu adalah berani ambil waktu menyingkir, sendirian, beristirahat. Menjadi sungguh melegakkan ketika istirahat itu diambil bersama Kristus. Hadir dalam doa dan dalam penerimaan Sakramen, mendengarkan Dia dan menerima Tubuh-Nya sebagai sumber energi rohani bagi kita.

Allah sendiri yang akan menjadi Gembala bagi para domba. Sebab gembala-gembala dari pihak manusia mengecewakan. Mereka bukannya merawat dan menjaga, tetapi malah membuat domba-domba itu tercerai-berai. Begitulah Sabda Tuhan yang disampaikan lewat kritik Yeremia.

Dengan demikian, para gembala manusia harus memiliki roh Allah sendiri, yang sifatnya menjaga, merawat dan menumbuhkan. Roh Allah itu mempersatukan, yang lain menceraiberaikan.

Lihat bagaimana Kristus menghimpun kembali para rasul – calon-calon gembala itu – sepulang karya dan perutusan mereka. Mereka dihimpun, disegarkan kembali, diistirahatkan, diperhatikan. Pun ketika Yesus melihat banyak orang, ia berbelaskasih – karena melihat mereka seperti domba tak mempunyai gembala.

Mari kita mohon Roh Allah selalu memimpin kita. Sebab dimana pun dan bagaimana pun kita, pada akhirnya kita dituntut untuk menjadi gembala. Pertama mulai dari menggembalakan diri kita sendiri sebelum menggembalakan sesama. Menggembala bersama Roh Allah – menjaga, merawat dan menumbuhkembangkan menuju kesempurnaan.

Jadi, kamu gimana?

RA

 

 

RENUNGAN MINGGU BIASA XV, 14 JULI 2024

Bacaan Pertama, Amos 7:12-15
Sekali peristiwa, berkatalah Amazia, imam di Betel, kepada Amos, ”Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana! Tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab inilah tempat kudus raja, inilah bait suci kerajaan.” Jawab Amos kepada Amazia: ”Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Tetapi Tuhan mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan Tuhan berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel.”

Bacaan Kedua, Efesus 1:3-14
Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.

Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.

Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.

Aku katakan ”di dalam Kristus”, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan – kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya – supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya. Di dalam Dia kamu juga – karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu – di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.”

Bacaan Injil, Markus 6:7-13
Sekali peristiwa Yesus memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju.

Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: ”Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka.”

Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.”

Renungan Singkat

Kristus melibatkan kita. Dia tidak bekerja sendirian. Roh-roh jahat tetap bekerja juga sampai sekarang. Maka kita – para murid Tuhan – juga wajib bekerja lebih keras lagi, melakukan pekerjaan Tuhan. 

Jangan khawatir, jangan takut. Ia menyertai kita. Ia memberi kita kuasa-Nya sendiri. Jangan khawatir akan apapun. Kuasa Tuhan cukup. Cukuplah karunia-Nya untuk kita. 

Banyak orang perlu disembuhkan. Lebih dari sekedar kesembuhan fisik, adalah kesembuhan batin. Banyak orang perlu diciptakan kembali dalam Tuhan, menjadi manusia baru – manusia yang hidup dan karena Kasih Tuhan sendiri. 

Jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XIV, 7 Juli 2024

Bacaan Pertama, Yehezkiel 2:2-5

Sekali peristiwa, kembalilah rohku ke dalam tubuhku dan aku ditegakkannya. Kemudian aku mendengar Dia yang berbicara dengan aku. Firman-Nya kepadaku: ”Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga. Kepada keturunan inilah, yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau dan harus kaukatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan Allah. Dan baik mereka mendengarkan atau tidak – sebab mereka adalah kaum pemberontak – mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka.”

Bacaan Kedua, 2Korintus 12:7-10

Saudara-saudara, agar aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa yang kamu terima, aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk mengecoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”

Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”
‭‭
Bacaan Injil, Markus 6:1-6
Sekali peristiwa, Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: ”Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?

Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?”

Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: ”Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.”

Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.”

Renungan Singkat

SEBAB JIKA AKU LEMAH, MAKA AKU KUAT

Saudara-saudari terkasih, bacaan yang ditampilkan dalam Minggu Biasa ke-14 ini bagi saya terasa agak suram. Bagaimana tidak? Tiga tokoh yang tampil, Yehezkiel, Paulus, dan Yesus menunjukkan kepada kita semua resiko dan konsekuensi apa yang dihadapi ketika kita  menerima tugas perutusan dari Allah. Masing-masing harus siap bahwa peristiwa kegagalan dan penolakkan menjadi bagian dari tugas perutusan mereka. 

Yehezkiel dipanggil menjadi nabi oleh Tuhan kepada kaum buangan Israel, mereka yang telah dipilih tapi memberontak kepada Allah melalui cara hidup mereka yang lalim. Pada bacaan pertama ini, Yehezkiel diminta memperkenalkan diri kepada bangsa itu bahwa Allah telah mengirim Dia sebagai nabi. 

Coba kita bayangkan ya, seandainya kita adalah bangsa Israel yang disebut pemberontak itu. Tiba-tiba di tengah kerumunan, ada seorang anak muda – out of nowhere – berdiri dan berteriak dengan lantang mengatakan, “Oi Israel, dengarkanlah Firman Allah, sebab Ia telah mengutus aku sebagai nabi di tengah-tengah-Mu!”. Kalau saya melihat situasi seperti, pasti saya akan acuh dan mengatakan, “siapa elu boy?!!”

Tapi Yehezkiel tetap maju. Sebab ia tidak mengutus dirinya sendiri, melainkan Allah. Ketika Allah mengutus – Allah pasti akan menyertai. 

Apa yang dialami Yehezkiel mungkin sama dengan apa yang rasakan oleh Yesus. Ia ditolak di tempat asal-Nya. Menarik jika kita cermati, dalam Injil Markus, kisah ini ditaruh dalam Bab 6, setelah sebelumnya Yesus membuat banyak mukjizat di daerah-daerah lain di Bab 3-5. Berbeda sekali dengan Matius dan Lukas yang menempatkan kisah ini persis setelah Yesus dicobai oleh Iblis. Sebelum Yesus memulai seluruh karya-karya baik-Nya. 

Markus menampilkan kisah penolakan orang-orang di kampung asal Yesus – sebagai intermezzo kisah keberhasilan mukjizat yang dilakukan-Nya. Di tengah kisah keberhasilan, Markus menyelipkan kisah kegagalan Yesus di Nazaret. 

“Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.”

Kisah ini seperti duri dalam daging, seperti apa yang direfleksikan Paulus dalam bacaan kedua. Sepertinya Markus ingin menunjukkan, meski Yesus itu Kristus Mesias Sang Juruselamat, bertindak berbicara penuh kuasa dan menyembuhkan banyak orang namun Ia masih bisa gagal. Masih ada orang-orang yang bisa menolak Dia. Masih ada orang yang  tidak akan percaya. Tidak semua misinya lancar-lancar saja. Markus mau memperlihatkan kepada murid-murid yang hendak mengikuti Yesus, bahwa perjalanan iman mereka pun juga tidak akan mulus-mulus saja. 

Bagaimana reaksi Yesus setelah mengalami penolakan itu?

Biasa saja, like nothing happen. Tidak disebutkan Yesus hendak dilempar ke jurang. Tapi sebaliknya, Yesus terus berjalan berkeliling dari desa ke desa sambil mengajar. 

Dalam pengalamannya, Paulus merasakan penolakan, penganiayaan, siksaan dan kesesakan. Dan Ia berdamai dengan itu, bersyukur bahkan bermegah karena boleh mengalami itu semua. Sebab apa? Karna justru ketika dia mampu bertahan dan tetap berharap dalam situasi seperti itu, itu semua terjadi bukan karena jasanya, tapi karena karunia Tuhan yang berkarya dalam dirinya. 

“Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”

Jadi, kamu gimana?

RA

KAMPUS ORANG MUDA JAKARTA – PENDAFTARAN

APA ITU KOMJak?

KOMJak (Kampus Orang Muda Jakarta) merupakan program pengembangan diri komprehensif yang didirikan oleh Rm Johannes Hariyanto, SJ. Dilakukan dengan pendekatan sosial dan Ignasian dengan metode System Thinking. Program ini menargetkan Orang Muda Katolik (OMK) di wilayah Jabodetabek (Mahasiswa dan orang muda). Program ini berjalan sejak tahun 2008 sebagai tindak lanjut Temu Pastoral KAJ 2008, “Bersama Orang Muda Katolik, Menggapai Masa Depan Gereja. 

EFLYER INI UNTUK APA?

Informasi untuk pendaftaran KOMJak Angkatan XII dengan tagline “PAHAMI JEJAKMU, PILIH JALURMU!”

GIMANA CARA DAFTARNYA?

Klik link pendaftaran ini: http://bit.ly/daftarkomjak12

KAPAN TUTUP PENDAFTARANNYA?

MINGGU, 27 JULI 2024

KALAU MAU TAU LEBIH LANJUT?

DM aja ke Instagram @komjakarta

atau website http://www.komjakarta.org

[DOWNLOAD] Doa untuk Perjalanan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia

Dalam rangka perjalanan Paus Fransiskus ke Indonesia, pada tanggal 3-6 September 2024, Konferensi Waligereja Indonesia bersama Panitia Kunjungan Paus dan Kedutaan Besar Vatikan meluncurkan secara resmi, DOA UNTUK PERJALANAN APOSTOLIK PAUS FRANSISKUS KE INDONESIA, pada hari ini tanggal 29 Juni 2024, pada Hari Raya St. Petrus
dan Paulus, sekaligus sebagai penanda tahun ke-12 masa kepausan, Paus Fransiskus.

Diharapkan supaya keuskupan-keuskupan dan tentu semua pihak boleh mengajak seluruh umat berdoa bagi
lancarnya kegiatan kunjungan Paus Fransiskus dan mendistribusikan doa ini melalui jejaring yang dimiliki. Adapun doa ini tersedia
dalam dua Bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris. Berikut dua versi doa yang dapat didownload disebarkan.

VERSI BAHASA INDONESIA

Allah yang Mahakasih,
kami bersyukur atas rencana perjalanan apostolik
Bapa Suci Fransiskus ke Indonesia.

Semoga perjalanan ini
menjadi pengalaman iman
yang mempererat persaudaraan dalam keanekaragaman,
memperkuat bela rasa
kepada saudari-saudara kami
yang miskin, lemah, tersingkir dan menderita.

Kami mohon kepada-Mu,
berilah kesehatan yang baik
bagi Bapa Suci
agar rencana kedatangannya
menjadi berkat bagi Gereja dan Bangsa Indonesia.

Semoga kehadirannya
membawa sukacita Injil
dan membangkitkan pengharapan
bagi terciptanya kerukunan,
kedamaian dan kebaikan bersama.

Bersama Bunda Maria,
Ibu dan teladan iman,
serta Bapa Yosef, mempelainya yang amat setia,
kami serahkan siapapun yang terlibat
dalam persiapan dan pelaksanaan
kunjungan apostolik Bapa Suci ini
ke dalam kuasa kasih-Mu.
Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin

VERSI BAHASA INGGRIS

O God, fount of charity,
we give you thanks
for the Apostolic Journey of Pope Francis to Indonesia.

Grant, we pray, that this Journey
may deepen and perfect our faith,
strengthen our fraternity in diversity,
and fill us with compassion
for our brothers and sisters
who are poor, weak, marginalized and suffering.

We beseech you, O Lord,
grant good health to the Holy Father
so that his visit may be a blessing
for the Church and for the nation of Indonesia.

May his presence bring us the joy of the Gospel
and renew our hope, that we may promote harmony,
peace and the common good.

Through the intercession of
the Blessed Virgin Mary, our Mother and model of faith,
and of Saint Joseph, her most-chaste spouse,
we entrust all those involved
in the preparation and realization
of this Apostolic Journey to your loving care and direction.

Through Christ, our Lord. Amen.

[DOWNLOAD PDF] Doa untuk Perjalanan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia

Renungan Minggu Biasa XIII, 30 Juni 2024

Bacaan Pertama, Keb 1:13-15; 2:23-24

Allah tidak menciptakan maut, dan Ia pun tak bergembira karena yang hidup musnah lenyap.

Sebaliknya Ia menciptakan segala-galanya supaya ada, dan supaya makhluk-makhluk jagat menyelamatkan.

Racun yang membinasakan tidak ditemukan di antara mereka, dan dunia orang mati tidak merajai bumi. Maka kesucian mesti baka.

Sebab Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan, dan dijadikan-Nya gambar hakekat-Nya sendiri. Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu.

Bacaan Kedua, 2Kor 8:7.9.13-15

Saudara-saudara, hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih, sebagaimana kamu kaya dalam segala sesuatu, – dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami – demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.

Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.

Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan.

Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.

Seperti ada tertulis: ”Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan.””
‭‭
Bacaan Injil, Mrk 5:21-43

Sekali peristiwa, setelah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: ”Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.

Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.

Sebab katanya: ”Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: ”Siapa yang menjamah jubah-Ku?” Murid-murid-Nya menjawab: ”Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?” Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu.

Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: ”Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”

Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: ”Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?” Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: ”Jangan takut, percaya saja!

Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: ”Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu.

Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: ”Talita kum,” yang berarti: ”Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.”

Renungan Singkat‭‭

Dua bacaan – pada bacaan hari ini begitu menghangatkan hati saya. Kitab Kebijaksanaan – dalam bacaan pertama – memberi inspirasi bagi kita apa yang Allah kehendaki dari setiap pekerjaan-Nya. 

Sejak awal mula, Allah tidak menciptakan maut. Semua mahkluk diciptakan-Nya untuk saling menyelamatkan – bukan membinasakan. Paham ini menjadi sangat penting di dunia sekarang yang penuh dengan kebencian dan peperangan. Bahkan juga pembunuhan yang didasarkan atas nama Tuhan. Kitab kebijaksanaan menegaskan, maut datang karena dengki setan dan mereka menjadi milik setan mencari maut itu. 

Saudara-saudari sekalian, kita adalah milik Allah – bukan milik setan. Ia menciptakan kita agar hidup, mengalami kehidupan, dan hidup untuk kehidupan kekal. Maka, pergunakanlah karunia-karunia yang kita miliki untuk saling membantu, mengembangkan dan menumbuhkan. Rasul Paulus – dalam bacaan kedua – memberi istilahnya: Supaya ada keseimbangan. Bahasa lainnya: Kesejahteraan bersama. Tidak ada seorang pun yang terlalu berlebihan dan terlalu kekurangan. 

Dalam surat gembala pada hari pangan sedunia tahun-tahun belakangan ini, Bapak Uskup Ignatius Kardinal selalu mengangkat dua fenomena yang kontras. Yang pertama, budaya membuang – khususnya membuang makanan. Yang kedua, fenomena anak kurang gizi – tengkes (stunting). Yang pertama terjadi karena kelebihan makan, yang kedua terjadi karena kekurangan makanan bergizi. Keseimbangan (baca: kesejahteraan bersama) menjadi pekerjaan rumah bersama untuk mengatasi kedua fenomena ini. 

Kisah penyembuhan dalam Bacaan Injil menunjukkan kepada kita bagaimana Kristus menghendaki yang baik bagi manusia. Kuasa Ilahinya diberikan kepada manusia yang membutuhkan pertolongan. Anak Yairus dibangkitkan-Nya, dan seorang wanita yang sakit pendarahan selama 12 tahun. Kontras dengan orang-orang pada zaman itu, yang pasrah dengan keadaan, tanpa harapan. Yesus hadir membangkitkan semangat, iman dan pengharapan. 

jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XII, 23 Juni 2024

Bacaan Pertama, Ayub 38:1.8-11

Dari dalam badai Tuhan menjawab Ayub kata-Nya, “Siapa telah membendung laut dengan pintu, ketika membual ke luar dari dalam rahim? – ketika Aku membuat awan menjadi pakaiannya dan kekelaman menjadi kain bedungnya; ketika Aku menetapkan batasnya, dan memasang palang dan pintu; ketika Aku berfirman: Sampai di sini boleh engkau datang, jangan lewat, di sinilah gelombang-gelombangmu yang congkak akan dihentikan!”
‭‭

Bacaan Kedua, 2Kor 5:14-17

Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”

Bacaan Injil, Markus 4:35-40

“Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: ”Marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia.

Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: ”Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?”

Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: ”Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: ”Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”

Renungan Singkat

WHAT DOES NOT KILL YOU, SIMPLY MAKES YOU STRONGER

Apa yang tidak membunuhmu, hanya akan membuat kamu lebih kuat. Kira-kira begitu artinya. Idiom ini berasal dari seorang filsuf besar dari abad ke-19, Frederich Nietzsche. Ya kalau dipikir-pikir benar juga. Penderitaan atau kesulitan yang begitu berat, selama itu tidak membunuh kita – dan kita berusaha tekun menghadapinya hanya akan membuat kita lebih kuat dari sebelumnya. 

Sebagai contoh, 

Olahraga itu gak enak, ga nyaman bagi sebagian orang – karena melelahkan. Tapi bagi sebagian orang olahraga menjadi sarana untuk mencapai fisik yang lebih kuat. Pencapaian itu diraih secara bertahap dan jelas penuh penderitaan. Bagi orang yang baru mulai berlari, mengawali lari 1 km saja tanpa berhenti sudah ngos-ngosan. Namun, ketika sudah terbiasa 1 km tanpa henti, tubuh menjadi lebih kuat untuk lari 2,5 km tanpa henti. Selesai 2,5 km lanjut 5 km, begitu terus sampai akhirnya tubuh ini terlatih untuk lari maraton 42 km. 

Apa yang tidak membunuhmu, hanya akan membuatmu lebih kuat. 

Setelah mengajar untuk orang banyak, Yesus dan murid-murid-Nya bertolak ke seberang, sisi lain dari pinggir danau tempat Ia mengajar. Yesus masuk ke dalam perahu, berlayar bersama dengan perahu-perahu yang lain. Ia tidur. Rupanya perjalanan mereka di hadang badai dan taufan di tengah danau. Murid-murid takut dan gemetar. Mereka takut akan badai yang dapat membinasakan mereka. Ini kontras dengan Yesus yang tetap tertidur di dalam perahu yang terombang ambing itu. Keberadaan Yesus di sana tidak cukup membuat para murid percaya, sehingga mereka segera membangunkan-Nya. 

Yesus bangkit, badai dan taufan diredam, laut menjadi tenang. Lalu para murid ditegor keras oleh Yesus, “Mengapa kamu begitu takut, mengapa kamu begitu tidak percaya”. 

Suatu kali ada seorang yang datang mengaku pusing dan stress karena terjerat hutang pinjol sebesar 70 juta. Sementara itu, ia bekerja hanya dengan gaji sebatas umr Jakarta. Dia datang hendak meminta saran untuk mencari jalan keluarnya. Tidak ada jalan lain selain membayar utang-utang itu sambil mencari penghasilan tambahan lainnya. Saya lantas mendoakannya agar tetap memelihara harapan dan kekuatan untuk menyelesaikan masalah ini satu persatu. Pelan-pelan tapi pasti. Beberapa bulan kemudian, orang itu datang lagi dan melaporkan bahwa satu persatu hutangnya berhasil dilunasi – ia semakin tekun dan bekerja keras. Itulah buah-buah dari keyakinan imannya. 

Bolehlah kisah ini menjadi peneguh bagi kita orang-orang beriman. Terkadang dalam hidup ini pun kita menjumpai “badai-badai” yang datang tanpa diundang. Pun kadang kita takut dan gemetar lalu gelagapan “membangunkan” Tuhan dengan doa yang banyak. 

Tapi baiklah kita menjadi orang yang berani menghadapi badai dan taufan kehidupan itu berkata, “Badai ini hanya akan membuat imanku teguh dan semakin besar”. Karena kita percaya bahwa Tuhan, meski Ia terkadang diam, berada satu perahu dengan kita. 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

RENUNGAN MINGGU BIASA XI, 16 Juni 2024

Bacaan Pertama, Yeh 17:22-24
“Beginilah firman Tuhan Allah: Aku sendiri akan mengambil sebuah carang dari puncak pohon aras yang tinggi dan menanamnya; Aku mematahkannya dari pucuk yang paling ujung dan yang masih muda dan Aku sendiri akan menanamnya di atas sebuah gunung yang menjulang tinggi ke atas; di atas gunung Israel yang tinggi akan Kutanam dia, agar ia bercabang-cabang dan berbuah dan menjadi pohon aras yang hebat; segala macam burung dan yang berbulu bersayap tinggal di bawahnya, mereka bernaung di bawah cabang-cabangnya.

Maka segala pohon di ladang akan mengetahui, bahwa Aku, Tuhan, merendahkan pohon yang tinggi dan meninggikan pohon yang rendah, membuat pohon yang tumbuh menjadi layu kering dan membuat pohon yang layu kering bertaruk kembali. Aku, Tuhan, yang mengatakannya dan akan membuatnya.””

Bacaan Kedua, 2Kor 5:6-10
Saudara-saudara, hati kami senantiasa tabah!

Meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, — sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya — toh hati kami tabah.

Tetapi kami lebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. Sebab itu juga kami berusaha, entah di dalam tubuh ini, entah di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.

Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”

Bacaan Injil, Mrk 4:26-34
Sekali peristiwa Yesus mengajar di hadapan orang banyak, kata-Nya: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.

Kata-Nya lagi: ”Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”

Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.”


RENUNGAN SINGKAT

KECIL UNTUKKU, BESAR UNTUK YANG LAIN

Dalam pembicaraan dengan seorang teman lewat pesan singkat saya mengingatkan dia, “Jangan sering begadang, nanti regenerasi sel badanmu terganggu. Sel-sel badan kita diperbarui pada saat jam tidur malam. Kalau sel itu tidak diperbarui, akan jadi sel-sel rusak. Itu menumpuk bisa menjadi kanker”. Apa jawabnya? “Biarin, biar saya mati cepat saja. Sudah capek sama semuanya”. Lalu saya terdiam sambil membalas dengan emoticon 🫣. 

Mungkin dia sedang lelah, frustasi akibat kurang tidur sehingga jawabnya juga asal. Semoga jawaban itu hanya reaksi spontan saja, bukan berasal dari kondisi batinnya. 

Saya berusaha mengontemplasikan apa yang disampaikan Rasul Paulus pada Bacaan Kedua hari ini. Saya merasakan batin yang penuh pergulatan di sana. Coba simak kalimatnya baik-baik. 

Tetapi kami lebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. 

Yang saya tangkap dari kalimat ini adalah Paulus sungguh frustasi. Ia ingin cepat-cepat mati saja supaya bisa segera menghadap Tuhan. Ia rindu dan ingin segera bertemu dengan Kristus yang ia imani. Tapi itu sulit, sebab ia – sama seperti kita – masih terperangkap dalam tubuh jasmani ini. Tubuh ini selalu menjadi penghalang – dan membuatnya jauh dari Tuhan. Mungkin karna tubuh/daging ini punya keinginan yang bertentangan dengan keinginan roh. 

Tapi kalimat itu tidak berhenti di sana. Kalimat berikutnya mengandung iman yang sebesar biji sesawi. 

Sebab itu juga kami berusaha, entah di dalam tubuh ini, entah di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya.

Meski tubuh selalu menghalangi, tapi Paulus berusaha – baik jiwa maupun raganya – hidup berkenan di hadapan Allah. 

Apa itu “biji sesawi yang ditaburkan di tanah”? Ya iman yang kecil itu. Iman yang membuat kita memiliki harapan. Kecil tapi menjadi daya dorong kita untuk tetap berjalan, setia, dan tekun. Meski kadang hasilnya tak seberapa atau bahkan tak menghasilkan apa-apa. Tapi kita tidak pernah tau, kesetiaan dan ketekunan kita untuk berharap menjadi sumber harapan bagi orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan. Tidak ada yang tau. 

“lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.”

Jadi seringkali memang begitu cara kerjanya. Sebuah usaha kecil, yang dilakukan dengan ketekunan dan kesetiaan bisa tidak berdampak apa-apa bagi kita sendiri. Tapi, bisa jadi dampaknya yang besar malah dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita. Kebaikan-kebaikan kecil, sapaan-sapaan kecil, perhatian-perhatian sederhana adalah kebaikan, sapaan dan perhatian yang besar bagi mereka yang membutuhkannya. 

“Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.”

Jadi, kamu gimana?

RA

 

Terbaru

Populer