Home Blog Page 39

RENUNGAN HARIAN 1 APRIL 2023, Sabtu Prapaskah V

Yeh 37:21-28
Yoh 11:45-48

 

DIA MATI SUPAYA KITA HIDUP


Kabar tentang Yesus membangkitkan Lazarus dari mati semakin tersebar. Yang melihat langsung kejadian itu menjadi percaya. Bagi imam-imam kepala dan orang Farisi situasi ini adalah ancaman. Akan semakin banyak orang yg percaya kepada Yesus, dan bisa jadi semakin banyak juga meninggalkan ajaran dan tradisi Taurat yg selama ini dijaga dengan ketat. Murtad terhadap Taurat adalah dosa besar. Seperti dulu Allah memakai bangsa Babel untuk menghukum orang Israel yg tidak setia, kali ini Allah juga akan memakai bangsa lain (Roma) untuk menghukum mereka.

“Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya, lalu orang-orang Roma akan datang, dan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.” Sejarah kelam bangsa Israel akan terulang. Mereka trauma.

Yesus akan dikurbankan. Dia akan dibunuh untuk menyelamatkan bangsa Israel sehingga trauma itu tidak muncul lagi. Ini dalam arti sebenarnya. Kematian Yesus akhirnya menyelamatkan semua orang, mulai dari murid-murid-Nya yang nanti akan “selamat” kabur saat Yesus ditangkap di taman Getsmani.


Seminggu ke depan kita masuk pada Pekan Sengsara Tuhan. Kita akan dibawa semakin masuk dalam misteri pemberian diri Tuhan. Ia mati untuk semua orang. Dia yg mati supaya kita hidup. Maka hargai hidupmu. Jadikan hidupmu berguna. Jangan sia-siakan hidup yg telah diberikan Tuhan cuma-cuma.


Jadi, kamu gimana?

RA.

RENUNGAN HARIAN 31 MARET 2023, Jumat Prapaskah V

Bacaan:
Bacaan I: Yer: 20:10-13;
Mzm: 18:2-3a,3bc-4,5-6,7;
Bacaan Injil: Yoh: 10:31-42.

 


_Si non facio opera Patris Mei, nolite credere mihi_ ;

”Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah kamu percaya kepada-Ku”.



Almarhum pemimpin negara kita pernah berkata: “Ada empat tipe manusia di dunia ini: tipe yang banyak omong dan banyak kerja; tipe sedikit omong dan banyak kerja; tipe sedikit omong dan sedikit kerja; dan tipe banyak omong dan sedikit kerja. Namun setelah diteliti lebih lanjut, ditemukan adanya tipe yang lain: apa yang diomongkan berbeda dengan apa yang dikerjakan”. Dari pernyataan tersebut bisa kita simpulkan, seseorang bisa disebut benar dan berintegritas bila apa yang dikatakan selaras dengan apa yang dikerjakan.

Konsistensi dalam tutur kata dan karya bukanlah sesuatu yang mudah; sebagaimana dialami oleh Yeremia, dia mengalami banyak tantangan bahkan dari sahabat karibnya sendiri. Kita diajak untuk tidak mengandalkan kekuatan manusiawi belaka, tetapi sungguh mengandalakan Tuhan sebagai pahlawan yang gagah yang senantiasa mendengarkan saat kita berseru kepada-Nya. Itulah sebabnya, kita dipanggil untuk meneladan Yesus yang berani menyesuaikan perkataan dan pekerjaan. Apa yang dikatakan itulah yang dikerjakan. Ada keselarasan yang konsisten pada setiap karya Yesus yang membuat kita berani mengatakan bahwa Dia orang benar.

Seorang mistikus berkata: “Melalui perkataanlah hasil pekerjaan kita akan dinilai dan melalui hasil pekerjaanlah, warta akan Karya Allah menjadi hidup”. Pada saat kita mampu menyelaraskan perkataan dan pekerjaan, kita menampilkan jati diri kita sebagai anak-anak Allah. Dalam menghidupi jati diri sebagai anak Allah, kitapun akan dimampukan untuk menemukan dan memaknai pelbagai pengalaman hidup dalam terang kasih Allah. Sebagaimana Yeremia, melalui penderitaan yang dialaminya, Yeremia justru semakin mengenal siapa Allah bagi dirinya.

Penderitaan hanya menjadi kutuk apabila kita malas untuk menemukan berkat dan makna di balik kesulitan tersebut. Tidak jarang permasalahan hidup menjadi batu loncatan yang memampukan pribadi tersebut menjadi manusia yang lebih baik dan tahu bersyukur. Kitapun diajak untuk berani memaknai setiap moment dari pengalaman hidup kita: baik suka-duka; keberhasilan-kegagalan; tawa canda-air mata; dan mensyukurinya sebagai rahmat yang memurnikan dan mendewasakan kita. Dan semuanya itu kita rangkum dalam bingkai Kasih Allah yang senantiasa menyelamatkan.


AY

RENUNGAN HARIAN 30 MARET 2023, Kamis Prapaskah V

Kej. 17:3-9;
Mzm. 105:4-5,6-7,8-9;
Yoh. 8:51-59.


Besar Karena Janji


Jejak digital memberikan beragam dampak nyata bagi kita. Jangan pernah asal bicara di muka umum. Pikirkan dahulu apa yang hendak disampaikan barulah mengedarkan rekaman itu di media sosial. Dengan mudah, semua orang akan mencari serta mendapatkan apa yang pernah disampaikan di masa lalu. Akan sangat berbahaya, jika kita lalai menepati apa yag pernah kita sampaikan di masa lampau.

Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham. Perjanjian Allah dengan Abraham diperbarui terus menerus. Abraham menjadi nama baru dari Abram. Ia akan menjadi “bapak segala bangsa”(Kej 17:5). Ia akan memperoleh banyak keturunan. Darinya akan muncul para raja dan pemimpin (17:6).


Janji itu bukanlah janji sepihak. Abraham pun punya tuntutan yang sama mewujudkan janji itu. Ia dan keturunannya harus memegang perjanjian itu (17:9). Allah berjanji, ia pun menepati. Di balik janji, ada pengakuan. Allah mengakui kita umatNya, kita mengakui Allah sebagai Tuhan kita. Allah kita besar karena janji yang ditepati dalam hidup kita.

Lalu?
Dalam rangkaian perayaan paskah nanti, kita akan kembali memperbarui janji Baptis di malam paskah. Kita kembali akan sungguh mengakui Dia sebagai penyelamat manusia. Sudahkah kita mempersiapkan diri?

PHW

RENUNGAN HARIAN 29 MARET 2023, Rabu Prapaskah V

Dan 3:14-20.24-25.28

Yoh 8:31-42

“Ikut, Kenal dan Setia”

Dalam dunia media sosial, kita mengenal istilah „follow“ atau “subscribe”. Ketika kita menekan tombol tersebut, kita akan mendapatkan berita terbaru dari akun yang kita ikuti. Akun-akun itu akan menjadi prioritas yang muncul dalam halaman akun media sosial kita. Kita pun akan mendapatkan informasi terbaru dan dapat mengikuti perkembangannya. Jika itu adalah seorang publik figur, kita bisa mendapat info tentang kegiatannya. Jika itu akun berita, kita akan mendapat berita terbaru. Pada dasarnya, dengan mem-„follow“ atau men-„subscribe“, kita jadi mengenal.

Bacaan-bacaan hari ini mengingatkan kita untuk mengikuti Allah dengan sungguh. Dalam bacaan pertama, ada tiga orang muda yang dipaksa dengan ancaman untuk menyembah dewa. Tetapi, mereka tidak mau karena mereka mengenal Yahwe. Demikian juga dalam Injil, ada banyak orang Yahudi yang mengakui dan mengikuti iman Abraham. Tetapi, Yesus mengingatkan mereka bahwa dalam mengikuti Allah, mereka juga harus mengenal Allah. Dengan mengenal Allah, mereka akan mengenal Kristus, mengerti pekerjaan Allah dan mengikuti-Nya dengan setia.

Beriman bukanlah soal ikut-ikutan. Kita memiliki warisan iman yang dibagikan, entah lewat keluarga, teman, maupun Gereja. Semua itu memberikan kita wawasan tentang iman Kristiani. Namun, apakah iman itu juga tumbuh secara personal dalam hati kita? Apakah kita mengenal Allah dan mengerti pekerjaan Allah? Dengan mengenal Allah, kita dapat memahami dan mengikuti-Nya dengan setia. Menjelang Paskah ini, kita semakin ditunjukkan Allah dan pekerjaan-Nya lewat pribadi Yesus Kristus. Semoga kita semakin mengenal dan memahami sehingga kita dapat mengikuti-Nya dengan setia. Mari kita membuka hati dan pikiran, agar Roh Kudus membimbing kita.

AL

RENUNGAN HARIAN 28 MARET 2023, Selasa Prapaskah V

Bilangan 21:4-9
Yoh 8:21-30


Memandang Salib



Jaman dulu, penyaliban adalah bentuk hukuman yang paling tidak manusiawi. Manusia dipaku, ditelanjangi dan dipertontonkan di khalayak umum. Karena dipaku, manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Seluruh hak dan kebebasannya direnggut. Bahkan untuk menggaruk bagian tubuhnya yang gatal pun tidak bisa. Martabatnya manusia diperlakukan sangat hina.

Tapi dengan salib, Tuhan kita Yesus Kristus justru mengambilnya sebagai jalan keselamatan. 

Mengapa Yesus memilih salib sebagai sarana penyelamatan-Nya?

Dalam Kristus, Salib bukan lagi hukuman yang hina. Salib adalah bukti cinta-Nya total, lambang pemberian diri seutuhnya kepada manusia. Salib adalah jalan ketaatan-Nya kepada Bapa. 

“Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa aku tidak berbuat apa-apa dari Diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku”

Salib menjadi tanda kesatuan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Di sana, Putra menyerahkan Roh-Nya kepada Bapa. Di sana Kasih Allah nyata. Tubuh-Nya mati di salib, namun Roh-Nya tetap berjaya.

Sebagai umat katolik, kita bisa memulai dan mengakhiri segala sesuatu dengan membuat tanda salib. +Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, Amin. Kita melibatkan Allah Tritunggal dalam segala karya baik yang kita lakukan. Mengawalinya bersama Allah, dan percaya Allah pun akan membantu kita menyelesaikannya juga dengan baik. 

Jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN HARIAN 27 MARET 2023, Senin Prapaskah V

Tambahan Daniel 13:1-9.15-17.19-30.33-62

Yohanes 8:1-11

MENILAI LEBIH JERNIH DAN BIJAKSANA


Coba kita tanya dalam hati, hal apakah yang tidak dinilai dalam hidup kita? Rasanya, tidak ada. Ada banyak hal di sekitar kita yang dinilai. Ketika kita sekolah, ada nilai yang mesti diberikan sebagai ukuran. Ketika bekerja, ada penilaian kinerja kerja yang disampaikan. Ketika melihat suatu barang yang kita butuhkan, ada penilaian di dalam barang itu sehingga bisa berubah harganya. Dalam berelasi pun, tak ayal, ada penilaian yang kita berikan secara langsung ataupun tidak. Contohnya saja, dia ini tipe orang yang kerja keras, dia ini orang yang mudah menggerutu, dan sebagainya.

Hidup ini tak lepas dari sebuah penilaian, baik dari diri kita atau dari sesama kita. Ada kalanya kita kecewa dengan penilaian orang lain terhadap kita. Kadang, kita merasa orang salah menilai kita. Kadang, kita sudah berusaha maksimal, tetapi orang lain menilai secara sebelah mata. Semua bisa saja terjadi.

Namun, satu hal yang bisa kita perjuangkan adalah kemampuan untuk menunda memberikan penilaian terhadap segala sesuatu. Ini adalah kemampuan untuk menahan diri sejenak dan melihat realitas yang ada secara jernih sehingga hal baik itu bisa diupayakan. Daniel membantu kita untuk melihat segalanya dengan lebih jernih dan bijaksana (Dan 13:1-62).

Kita belum tentu bisa mengubah penilaian dunia, tetapi kita bisa mengubah diri kita jadi lebih baik untuk menilai segal sesuatu secara bijaksana dengan tidak tergesa-gesa membuat penilaian.

Semoga berkat rahmatNya, kita bisa makin bijak dalam menilai dan mengevaluasi kenyataan dalam diri dan sesama kita. Mari bersaksi. Mari berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!

RAB

RENUNGAN HARIAN 26 MARET 2023, Minggu Prapaskah V

Yehezkiel 37:12-14
Roma 8:8-11
Yohanes 11:1-45

TUHAN KOK SENGAJA TERLAMBAT?

Atau kita yang mengharapkan Tuhan menolong cepat-cepat?

Jadi waktu siapa yang sebetulnya lebih pas? 

Katanya, waktu Tuhan pasti yang terbaik?

Tapi Dia sengaja memperlambat kedatangannya ke Betania. Padahal sudah diberitahukan bahwa Lazarus sedang sakit keras. “Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat Ia berada”. Dua hari kemudian Lazarus sudah mati. Bahkan pada waktu Yesus tiba di Betania, Lazarus sudah berbaring dalam kubur empat hari lamanya 

Tapi Tuhan santai saja. Dua hari kemudian dia mengajak murid-murid-Nya pergi ke Yudea, datang melayat. Dia datang ke tempat Dia sendiri akan dibunuh dan mati. 

“Tuhan sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati” – sesal Maria dan Marta, saudari Lazarus. 

Ternyata, Tuhan memang sengaja terlambat dan membiarkan “lazarus mati”. 

Dia berkata, “Tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu (lazarus sakit) sebab demikian lebih baik bagimu, SUPAYA KAMU DAPAT BELAJAR PERCAYA. 

Yesus berdiri di depan makam lazarus, memerintahkannya untuk keluar dari kubur. Lazarus keluar dari kubur itu. Disaksikan oleh banyak orang Yahudi yang melayat dan mereka menjadi PERCAYA kepada-Nya. 

Bukankah situasi sama akan dialami Yesus beberapa hari ke depan? Saat Dia ditangkap, didera, dianiaya bahkan menderita sampai wafat-Nya di Salib, di manakah pertolongan Bapa-Nya? Apakah Bapa-Nya juga memang sengaja terlambat menolong? Membiarkan Yesus mati? 

Bisa jadi doa Yesus di atas salib menjadi doa kita juga, “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?

Yesus masuk dalam pengalaman kita yang sulit percaya, yang maunya cepat-cepat dan tidak sabar menanti pertolongan Tuhan. Untuk apa?

Sekali lagi, supaya KITA PERCAYA. Dia tidak terlambat tapi tepat waktu menurut rencana-Nya. Karena pada akhirnya Yesus bangkit dari kematian. 

Jadi, apakah waktu Tuhan yang terbaik? Tidak selalu terbaik untuk kita. Kadang kita harus mengalami kesulitan dulu, kesusahan, kehilangan, kesedihan yang mendalam dan Tuhan sepertinya sengaja terlambat menolong. Bahkan sampai perlu mengalami putus asa. Tapi pada waktunya Ia pasti menolong – menurut waktu yang Ia anggap tepat. Supaya, dalam pengalaman suram itu kita tetap PERCAYA.

“Setiap orang yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selamanya.”  

Jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN HARIAN 25 MARET 2023, Hari Raya Kabar Sukacita

Yesaya 7:10-14;8:10

Ibrani 10:4-10

Lukas 1:26-38

Pesta Maria Menerima Kabar Gembira

Gembira kita karena derita orang lain


Sadar gak? Saya bisa sampaikan contoh dalam kenyataan:

Secara biblis, kita gembira Maria hamil karena Roh Kudus, kita sering lupa hal itu membuat Sang Bunda bersimpuh lemas namun pasrah mendengar nya, ada bahaya dihujat, dianiaya dan tewas mengenaskan kalau saja Yusuf bukan orang yang tulus hati.


Secara teologis, terlebih lagi keselamatan kita terlaksana karena derita luar biasa hingga wafat Tuhan di salib Kalvari sampai kebangkitan Nya mengalahkan maut.
Secara biologis, sukacita kelahiran bayi terjadi karena derita bunda mengandung 9 bulan 10 hari dan kelahiran yang menyakitkan, penuh resiko pula.

Pertanyaan nya, apakah kita siap menderita bagi sukacita banyak orang lain? Persoalannya, kita mau tidak ringankan derita orang lain? Jangan sampai kita terbiasa ciptakan derita orang untuk gembira kita…

FE

RENUNGAN HARIAN 24 MARET 2023, Jumat Prapaskah IV

Bacaan I: Keb 2:1a.12-22;

Mzm 34:17-18.19-20.21.23;
Bacaan Injil: Yoh 7:1-2.10.25-30

_Ego scio Eum: quia ab Ipso sum, et Ipse Me Misit_ ; “Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku”.

Melalui Kitab Kebijaksaan, kita menemukan dua kepribadian, orang benar dan orang fasik. Orang benar selalu terarah kepada Kehendak Allah dan mengutamakan kebaikan sejati, sedangkan orang fasik hanya berfokus pada kejatuhan orang benar. Orang yang mengusahakan kebenaran akan semakin berkembang dalam kebenaran yang dia perjuangkan; orang suka membantu, mengampuni, dan bersyukur akan dengan mudah menemukan pelbagai alasan dalam hidupnya untuk melakukan perbuatan baik dan benar.

Sedangkan orang yang kerap bertindak buruk, perlahan merekapun juga akan semakin ahli dalam perbuatan-perbuatannya yang merugikan orang lain, seperti, mudah marah, mengeluh, mencuri, bahkan membunuh. Dan kedua kepribadian ini sangatlah bertolak belakang. Kebenaran dari orang yang mengikuti Kehendak Allah senantiasa meresahkan hidup orang fasik. Itulah sebabnya, orang fasik senantiasa berusaha menjatuhkan orang benar dengan cara-cara yang tidak terpuji, bahkan dengan alasan-alasan agama dan kesucian.

Inilah yang terjadi pada diri Kristus. Yesus yang mewartakan kebenaran malah dimusuhi dan hendak dibinasakan. Kita diajak untuk meneladan Kristus, melakukan kebenaran yang akan menghantar pada keselamatan dan kehidupan. Pada saat kita masih menyimpan dendam kepada sesama, kita jatuh pada kefasikan. Kita tidak lagi berfokus pada Allah dan Kehendak-Nya, tetapi kita berfokus pada amarah dan niat buruk kepada orang tersebut. Maka dari itu, kitapun diajak untuk melepaskan diri dari kefasikan dengan berani memaafkan dan mengasihi sesama kita, sesuai dengan Kehendak Allah.

AY

RENUNGAN HARIAN 23 MARET 2023, Kamis Prapaskah IV

Kel. 32:7-14;

Mzm. 106:19-20,21-22,23;

Yoh. 5:31-47.


Ndlosor Ke Bawah



Di hadapan para kadernya, seorang pimpinan partai bertanya kepada para kadernya, “Siapa yang belum turun ke bawah?”. Kemudian ia lanjut bertanya, siapa saja kader yang sudah _ndlosor_ menemui rakyat? Ternyata hanya sedikit yang menjawab. Ndlosor dalam arti bebas bisa dikatakan duduk di bawah dengan posisi bebas sambil kaki diselonjorkan atau seolah tiduran. Dalam _ndlosor_, manusia bersatu secara fisik dengan sesamanya. Ia merasakan getaran yang sama saat duduk di lantai bersama.

 “Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya…”(Kel 32;7). Musa diperintahkan utnuk melihat langsung apa yang telah dilakukan bangsanya. Demikian perintah Allah kepada Musa. Allah begitu marah kepada Israel karena perilakunya, Allah begitu murkanya kepada Israel. Allah hadir bersama Israel, tetapi Israel mengabaikan. Allah mencoba bersatu rasa dengan Israel, tetapi Israel seolah tidak mau tahu. Figur Musa, berhasil melunakkan hati Allah. Tuhan lebih memilih menepati janjiNya ketimbang mengumbar malapetaka.

Lalu?
Dalam kemarahanNya, rupanya Allah tetap mencoba mendengarkan orang pilihanNya. Ia juga mau turun untuk mendengarkan kita.

PHW

Terbaru

Populer