Home Blog Page 38

RENUNGAN HARIAN 8 APRIL 2023, Sabtu Suci

33 Tahun


Masa hidup Tuhan Yesus sangat singkat, 33 tahun sahaja. Sekitar dua setengah tahun lebih panjang dari Yohanes Pembaptis yang digadang-gadang sebagai penghantar kehadiran Tuhan di dunia. Keduanya punya masa hidup lebih rendah dari rata-rata ekspektasi hidup zaman itu yang sekitar 50 tahunan. Maklum jaman perang dan penjajahan.

Terlepas dari singkatnya masa hidup Tuhan Yesus. Kehidupan Nya cukup penuh dengan pencapaian-pencapaian luar biasa. KelahiranNya tahun 0 Masehi, ditandai fenomena alam luar biasa. Supernova besar terjadi, menggerakkan tiga Majus berpindah 1000 km dari Persia di Timur ke Yudea di Barat. Membangunkan gembala-gembala terlelap bergegas datang dan bayi Yesus dipersembahkan ke Bait Allah usia 40 hari. Membangkitkan gusar iblis dalam diri Herodes yang membuatnya mengeluarkan dekrit pembunuhan bayi. Memaksa Yusuf menghantar Maria dan Bayi Yesus ke Mesir, kebetulan sekali juga sekitar 1000 km ke arah Barat.

Yesus merepotkan Yusuf dan Maria saat remaja. Hilang dan ditemukan sedang berdiskusi dengan ahli taurat di usia 12 tahun dan menjawab teguran Maria, “bukankah Aku harus ada di rumah BapaKu?”

Yesus memberi diri dibaptis di sungai Yordan usia 30tahun. Kemudian selama 3 tahun tidak berhenti berkarya. Mengkader 12 rasul, mendidik 70 murid lainnya, mengajar dan memberi makan lebih dari 5000 orang laki-laki.

Tujuh hari terakhir hidupNya. Yesus menggoncangkan bait Allah dengan kehadiranNya di Minggu Palma, hari Senin mengunjugi Lazarus dan diurapi Maria dengan minyak narwastu, hari Selasa memprediksi pengkhianatan Yudas dan penolakan Petrus, hari Rabu mengetahui Yudas menjualnya dengan 30 keping perak, hari Kamis merombak perjamuan Paskah, ditangkap di kebun Zaitun. Hari Jumat, memanggul salib, disalibkan dan wafat. Kemudian menjenguk kerajaan maut di hari Sabat, menghancurkan maut itu dan bangkit di hari pertama setelah Paskah tahun 33 M.

Berapa umur anda saat ini? Apakah anda sudah cukup sibuk mengerjakan kehendak Allah? Perlu berapa tahun lagi anda hidup?

FE

RENUNGAN HARIAN 7 APRIL 2023, Jumat Agung

Yesaya 52:13-53:12
Ibr 4:14-16;5:7-9
Yoh 18:1-19:42


Consummatum est ; “Sudahlah selesai”.

 

Pada saat penghormatan salib, kita akan melihat pengorbanan Kristus yang amat mencintai kita. Kristus yang mau menyerahkan hidup-Nya demi keselamatan kita. Kristus yang juga hadir dalam diri pribadi-pribadi yang mengasihi kita secara tulus: keluarga, pasangan, orang tua, anak, saudara/i kita. Mereka yang juga mau memberikan tenaga, waktu, pikiran, perasaan, harta benda, bahkan segala yang ada pada diri mereka. Sudahkah kita menyadari pengorbanan mereka dan sungguh-sungguh menghormati mereka? Tidak sedikit dari kita yang berubah menjadi pribadi yang lebih baik, pada saat kita mau mengemban tanggung jawab sebagai seorang suami/istri/orang tua/ dan anak.

Maka pada saat prosesi penyembahan salib, saya mengajak anda untuk bukan sekedar menghormati salib Tuhan, tetapi juga mengungkapkan rasa syukur atas pengorbanan anggota keluarga anda. Peluklah mereka, ucapkanlah rasa terima kasih, rasa cinta, rasa syukur anda atas jerih-payah mereka selama ini, atas kedewasaan dan perkembangan diri yang anda terima karena kasih dan kesabaran mereka. Peluklah mereka sebagaimana anda memeluk Kristus sendiri. Jangan sampai anda menyesal dan baru menyadarinya pada saat mereka meninggalkan anda, sebagaimana prajurit yang mengungkapkan, “Sungguh orang ini adalah orang benar!”

Keluarga anda adalah “Salib” yang dianugerahkan Tuhan. Salib yang membentuk anda untuk semakin memiliki iman yang mendalam; harapan yang membebaskan; dan kasih yang mendewasakan. Melalui keluarga, iman kita akan penyertaan Allah menjadi semakin konkret; harapan kita akan sesuatu yang fana/semu tentang kekuasaan/harta benda/kenikmatan duniawi semakin dibebaskan; dan kitapun semakin berani mengorbankan keseluruhan diri kita demi mereka yang kita cintai.

Salib bukan sekedar jalan penderitaan dan kematian, tidak ada dari kita yang mau menderita dan mati. Tetapi Salib menjadi jalan kekudusan dan keselamatan. Kita diajak untuk berani mengikuti Kristus, dengan menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Dia. Bukan mencari-cari masalah dan kesulitan, tetapi juga tidak melarikan diri dari tanggung jawab yang mesti diemban. Justru melalui salib kita semua diselamatkan. Dalam setiap tahapan hidup kita pasti memiliki salib, berupa tanggung jawab yang mesti kita pikul. Bagaimana kita berani mengambil tugas tersebut dengan sukacita bukan melemparkannya kepada orang lain?

AY

RENUNGAN HARIAN 6 APRIL 2023, Kamis Putih

Kel. 12:1-8,11-14;
Mzm. 116:12-13,15-16bc,17-18; 1Kor. 11:23-26;
Yoh. 13:1-15.

Pembasuhan Kaki

Perayaan Kamis Putih, tidak lengkap jika tidak ada pembasuhan kaki. PAnitia biasanya sudah mulai bergerak mencari calon rasul sejak beberapa minggu sebelumnya. Pencarian rasul kerap kali memberikan tantangan. Tidak semua orang mau, ada yang grogi, gugup tidak pantas dan lain sebagainya. Tetapi pernah juga ada umat yang trauma tidak mau lagi menjadi rasul. Seorang bapak yang pernah jadi rasul, dibercandain oleh teman-temannya. Kali lalu setelah upacara kamis Putih, ia mendapat julukan baru sebagai Yudas (iskariot), murid yang mengkhianati Yesus.

Yesus merayakan perjamuan terakhir bersama dengan para murid. Sesudah itu Ia ditangkap dan menjalani saat penderitaanNya. Perjamuan dilakukan selama 3-4 jam. Semua murid pun hadir kala itu. Perjamuan panjang itu diselingi dengan doa, Mazmur dan pujian. Para murid menikmati  sukacita perjamuan. Akan tetapi, memahami pembasuhan kaki, ternyata bukan hal yang mudah. Pembasuhan kaki sebagai persiapan menuju kesempurnaan pelayanan yang hendak dilakukan Yesus dalam salib. Salib masih diimani sebagai kegagalan mesias. Yesus menanggapi meuridNya dengan mengatakan : “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak (Yoh 13:7). Yesus pun juga menegaskan dengan mengatakan, “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yoh 13:15). Teladan itu, tidak berhenti pada pembasuhan kaki saja; melainkan, mengasihi hingga wafat di salib.

“Jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki.”

Lalu?
Inilah bahagia yang Yesus maksudkan,  maka berbahagialah murid melakukannya (Yoh 13:17). Bagi para murid hal ini  yang berat. Jalan menuju kebahagiaan yakni persatuan dengan Allah, bukanlah rasa enak dan aman (Bdk juga Luk 9:33-36). Pada saatnya, para murid akan merasakan , kerahiman Allah yang membawa kesadaran akan kelemahan diri membawa pada pengalaman kasih Tuhan. Jangan-jangan, reaksi penolakan para murid, juga menjadi reaksi kita dalam pelayanan.

PHW

RENUNGAN HARIAN 5 APRIL 2023, Rabu dalam Pekan Suci

www.nelsonsamosir.com

Bacaan I : Yes 50: 4-9a
Mazmur Tgp : Mzm 69: 8-10.21bcd-22.31.33-34
Injil : Mat 26: 14-25


“Pengorbanan vs Mengorbankan”



Mari kita melihat perbedaan sikap antara Yudas Iskariot dan Yesus Kristus. Dalam Injil kita membaca tentang Yudas yang sedang bernegosiasi dengan imam-imam kepala untuk menjual Yesus. Kesepakatan di antara mereka adalah tiga puluh uang perak. Kemudian, mereka mencari kesempatan untuk dapat menangkap Yesus. Cerita beralih kepada Yesus yang sedang makan bersama dengan para murid-Nya. Dalam makan bersama itu, Yesus berkata bahwa Ia akan diserahkan kepada imam-imam kepala oleh seorang murid-Nya. Tetapi, sikap Yesus adalah menerima peristiwa tersebut sesuatu dengan nubuat.

“Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus”


Kita bisa melihat dua situasi dan sikap yang berbeda antara Yesus dan Yudas Iskariot. Yudas Iskariot „menjual“ Yesus dan bersekongkol dengan imam-imam kepala. Ia ingin mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Dengan tega hati, ia mengorbankan Yesus demi keuntungan pribadinya. Sikap ini sangat kontras dengan sikap Yesus. Yesus dengan sadar dan bebas memutuskan untuk siap dan rela hati menerima penderitaan. Yesus tidak mengorbankan orang lain untuk keuntungan diri-Nya, sebaliknya Dia mengorbankan diri-Nya sendiri demi keselamatan orang banyak dan penggenapan nubuat.

Kita mungkin kerap bertanya, bagaimana kita menjadi pribadi yang Bahagia? Atau bagaimana kita mendapatkan keinginan kita? Tentu hal ini menjadi dorongan dan motivasi agar hidup kita menjadi lebih baik. Namun, kita perlu menyadari cara dan tujuan dari kebahagiaan itu. Apakah hal tersebut baik hanya untuk diriku dan merugikan orang lain? Apakah kita dengan tega hati mengorbankan orang lain demi kesenangan pribadi? Atau sebaliknya, kita sedang berusaha untuk mewujudkan kebaikan hidup bersama? Belajar dari Yesus Kristus, pengorbanan adalah kerelaan dan kebebasan hati untuk memberikan diri demi kebaikan hidup bersama.

Tuhan memberkati.

AL

RENUNGAN HARIAN 4 APRIL 2023, Selasa dalam Pekan Suci

Yesaya 49:1-6
Injil Yohanes 13:21-33.36-38

YANG DUDUK DEKAT, BERKHIANAT

Drama terjadi di seputar perjamuan terakhir Yesus dengan para murid-Nya. Dalam percakapan, Yesus membuat pernyataan mengejutkan. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku”. Semua saling pandang, tidak ada yang mengaku, bahkan pretensi untuk menuduh. 

Petrus, yang duduk di seberang depan memberi isyarat kepada Yohanes supaya Yesus memberitahu siapa orangnya. Yohanes duduk di sebelah kanan. Sedang Yudas di sebelah kiri-Nya.

“Dia adalah orang, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya”.

Yudas Iskariot menerima juga dari Yesus Roti yg dicelup Anggur. Tapi, Yudas kerasukan iblis.

Tuhan tidak melarang pun tidak mencegah apa yang mau diperbuat Yudas. Dengan segala kebebasannya, Yudas dibiarkan untuk memilih. Dan Yudas melakukan apa yang menjadi pilihannya. Suara Tuhan begitu lirih sehingga tidak ada murid lain yang mengerti apa maksud Yesus menyuruh Yudas melakukan apa yang harus diperbuat saat itu. Perjamuan belum selesai tapi Yudas sudah pergi lebih dulu. 

“Yesus mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot”

Petrus, kemungkinan pindah tempat. Dari seberang, ia duduk di tempat kosong yang ditinggalkan Yudas. Tempat duduk itu sangat “panas”. Bekas duduk Yudas yang pergi, kerasukan iblis dan berkhianat. Maka Petrus bisa berbicara kepada Yesus – tanpa harus memberi isyarat. Ia berjanji untuk mengikuti-Nya ke mana pun Yesus pergi – juga kalau harus pergi menyambut kematian bersama-Nya. 

Lantas, Yesus menguak fakta menyakitkan. Petrus akan menyangkal-Nya tiga kali. Yang duduk paling dekat dengan-Nya justru yang mengkhianati dan menyangkal-Nya. Yang berjanji mau mati bersama-Nya malah yang akan menyangkal-Nya.

Yang disayang, melukai.

Yang berjanji, menyangkal. 

Kepada murid itu, Simon Petrus memberi isyarat dan berkata, “Tanyakanlah siapa yang dimaksudkan-Nya”

Setiap orang bisa mendekat kepada Yesus. Siapa saja. Duduk dekat-Nya, mendengar setiap perkataan-Nya. Tapi, orang yg sama bisa menjadi orang yang menyangkal-Nya bahkan mengkhianati-Nya. Itulah manusia. Realita. 

Apakah Tuhan Yesus marah dengan itu? Tidak. Dia menghargai pilihan bebas kita. 

Karena yang paling penting adalah tindakan apa yang kita ambil setelah itu. 

Memohon pengampunan dan bertobat seperti Petrus, atau 

… kita tau apa yang terjadi pada Yudas Iskariot. 

Jadi kamu gimana?

RA

 

 

RENUNGAN HARIAN 3 APRIL 2023, Senin dalam Pekan Suci

Yesaya 42:1-7

Yoh 12:1-11

 

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang.

 

Peribahasa Indonesia ini bicara tentang manusia akan dikenal dan dikenang sampai mati dari perbuatannya yang baik ataupun yang buruk. Ya, kita bicara tentang kenangan.

Maria—dalam bacaan hari ini—mengurapi kaki Yesus dengan minyak yang mahal harganya. Yesus mengatakan ini sebagai bentuk kenangan hari penguburanNya.

Yesus pun memberikan banyak tanda dan kenangan selama kehadiranNya di dunia dan khususnya di pekan suci ini. Kenangan Yesus adalah kehadiranNya yang penuh cinta dan pengorbanan. Ia tidak mengorbankan orang lain, tetapi ia mengorbankan diriNya untuk kita semua.

Lalu, apa yang mau kita lakukan hari ini dan ke depan? Kenangan apa yang mau kita tinggalkan? Apakah perbuatan baik yang menyukakan hati Tuhan dan sesama atau sebaliknya?

Semoga berkat rahmatNya, kita meninggalkan kenangan manis yang menjadi berkat untuk sesama kita. Mari bersaksi dan berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!

RAB

YESUS, ALLAH MENJADI SAMA DENGAN MANUSIA – APA ARTINYA?

Sebuah renungan memasuki Pekan Suci. 

Injil yang dibacakan di Minggu Palma ini diambil dari Matius 27:14:27:66. Di sana ada dua dakwaan bagi Yesus sehingga Ia layak dihukum mati. 

Dakwaan yang pertama adalah “Yesus Raja Orang Yahudi”. Yesus mengaku sebagai raja. Dakwaan ini ditanyakan oleh Pilatus, dan akhirnya ditetapkan dan dipaku di atas kaya salib Yesus. INRI –  Yesus orang Nazaret, Raja Orang Yahudi. Mengapa mengaku raja orang Yahudi pantas mati? Karena Dia menganggap diri-Nya sama dengan Allah. Itu penghujatan. Bagi orang Yahudi, satu-satunya raja mereka adalah YAHWE, ALLAH Abraham Ishak Yakub yang membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir, yang membawa mereka ke Tanah Terjanji.

Meski, dulu mereka juga punya raja dari pihak manusia, yakni Saul, Daud dan Salomo. Tapi itu pun karena mereka sendiri yang merengek-rengek kepada Allah, supaya boleh mengangkat seorang raja manusia. Akhirnya terbukti gagal. Setelah Salomo, kerajaan terbagi dua, dan raja-raja berikutnya berbuat jahat di hadapan Allah. Jadi ga boleh ada lagi manusia yang menjadi raja bagi mereka. Raja manusia hanya membawa kekacauan bagi mereka. 

Dakwaan kedua, adalah “Kalau Engkau Putra Allah”. Kalimat ini dilontarkan oleh orang-orang yang menghina Yesus di salib. Reffrainnya selalu begitu, “Jika Engkau Anak Allah, selamatkanlah diri-Mu, turunlah dari salib, minta Allah menyelamatkan-Nya”. Mengaku sebagai Anak Allah – berarti Yesus menyamakan diri-Nya dengan Allah. Lagi-lagi itu penghujatan! Hukumannya mati. Mereka tidak bisa mengerti, bagaimana Manusia menjadi Allah, atau sebaliknya, Allah menjadi manusia itu gimana. Allah ya Allah, manusia ya manusia. 

“KRISTUS YESUS, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” ‭‭Filipi‬ ‭2‬:‭6‬-‭8‬ 


Ide tentang Allah menjadi manusia, atau Allah juga manusia, atau menuhankan manusia atau manusia yang jadi Tuhan merupakan ide yang sulit diterima oleh sebagian orang. Bahkan sampai sekarang. Banyak orang masih sulit menerima Yesus sebagai Allah dan Manusia karena seolah tidak bisa dipersatukan. Padahal ide ini – menurut saya – sangat masuk akal. Ide “menuhankan” manusia sama sekali tidak aneh. 

Dengan menjadi manusia, Allah memuliakan manusia. Mengangkat kembali manusia, yg tadinya telah rusak karena dosa, menjadi mahkluk mulia. Dengan menjadi Manusia, Yesus, Allah, mengajak semua yang percaya kepada-Nya untuk ‘menuhankan manusia’. Kini manusia – sesamamu manusia adalah “Tuhanmu”. Jadi, sebagaimana semua yang kita lakukan bagi Tuhan, itu pula yang kita lakukan bagi manusia. Melayani Tuhan – berarti melayani manusia. Mengasihi Allah dan mengasihi manusia seperti dirimu sendiri. 

Sesama manusia – kita hormati, cintai, layani dengan selayaknya kita hormati, cintai dan layani Tuhan. Manusia. Semua manusia. Juga yang paling hina, dan YANG PALING JAHAT SEKALIPUN. 

Maka segalanya menjadi jelas. Mengapa Yesus diam saja waktu Dia dihina, diolok-olok, diludahi, dicambuk, dipaku pada kayu salib oleh manusia. Meski mereka jahat, mereka adalah manusia. Yesus sedang memuliakan manusia. Saat itu Yesus sedang melaksanakan sabda-Nya sendiri, ““Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” ‭‭Matius‬ ‭5‬:‭44‬ .‭

Puncaknya adalah wafat-Nya di salib. Ia menunjukkan bahwa ““Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” Yohanes‬ ‭15‬:‭13‬.

Manusia adalah sahabat Allah, sahabat sesamanya.

Selamat merayakan Pekan Suci

RA 

RENUNGAN HARIAN 2 APRIL 2023, Minggu Palma

Yesaya 50:4-7

Filipi 2:6-11

Matius 26:14-27:66

 

JER BASUKI MAWA BEYA

Tiap cita-cita ada harganya, kesejahteraan dan sukacita menuntut biaya tertentu. Demikian orang-orang Jawa sudah menyadari makna pengorbanan Kristus.

Biasanya harga atau biaya yang diganti dengan cita-cita harus lebih kurang berharga, kurang bagus atau kurang dianggap penting seperti prinsip ekonomi. Prinsip SURGAWI berbeda.

Penyelamatan total dari Allah tidak pakai perhitungan ekonomi untung rugi. Apakah anda rasakan Allah sendiri hadir, mengambil rupa manusia untuk rasakan kesulitan hidup anda, dan Tuhan Yesus itu BERHASIL hadapi semuanya dengan sempurna.

Ia datang ke Yerusalem dengan rela, mengambil tugas dari Bapa-Nya. Ia memberikan diri-Nya. Itulah harga yang Dia tawarkan. 

 

FE

JADWAL PEKAN SUCI – TRI HARI SUCI 2023 SELURUH PAROKI DI KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

Paroki Tebet St. Fransiskus Assisi

 

 

Paroki Pamulang St. Barnabas

 

Paroki Menteng St. Theresia

 

Paroki Kranji St. Mikael

 

Paroki Kranggan St. Stanislaus Kostka

 

Paroki Kapuk St. Philipus Rasul

 

Paroki Jalan Malang St. Ignatius

 

 

Paroki Jagakarsa Ratu ROsari

 

Paroki Halim Perdanakusuma St. Agustinus

 

Paroki Grogol St. Kristoforus

 

Paroki Duren Sawit St. Anna

 

Paroki Danau Sunter St. Yohanes Don Bosco

 

Paroki Citra Raya St. Odilia

 




 

Paroki Cililitan St. Robertus

 

Paroki Cempaka Putih St. Paskalis

 

Paroki Bintaro St. Matius Penginjil

 

Paroki Bidaracina St. Antonius Padua

 

Paroki Bekasi St. Arnoldus Janssen

 




 

Paroki Villa Melati Mas St. Ambrosius

 

Paroki Sunter St. Lukas

 

Paroki Pulo Gebang St. Gabriel

 

Paroki Pluit Stella Maris

 

Paroki Pejompongan Kristus Raja

 

Paroki Pasar Minggu Keluarga Kudus

PERUTUSAN BARU VIKARIS YUDISIAL KAJ

[real3dflipbook pdf=”https://www.kaj.or.id/wp-content/uploads/2023/04/Personalia-Kuria-KAJ.pdf”]

Yth.
Para Imam, Bruder, Suster
dan seluruh umat
di KAJ

Melalui surat ini kami sampaikan informasi KURIA Keuskupan Agung Jakarta :

Pada hari ini, 1 April 2023, Bp Kardinal Ignatius Suharyo, Uskup KAJ, membebastugaskan dengan hormat Rm. Purbo Tamtomo, Lic.I.C, Pr sebagai VIKARIS YUDISIAL (VIKYUD) dan anggota Kuria KAJ. Dan mengangkat Rm. Dr. Stefanus Tommy Octora Agung Surya, Pr sebagai VIKARIS YUDISIAL (VIKYUD) yang baru dan anggota Kuria KAJ.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Sekretariat KAJ

 

 

 

 

Terbaru

Populer