Sedih rasanya kalau ada orang yang dekat dengan kita tiba-tiba menghilang dan menjauh dengan berbagai alasan yang tidak kita tahu. Ada yang bilang ‘ghosting’. Ada yang bilang ‘ia pergi dan menghilang’. Saya kok yakin ya, sebenarnya pasti ada alasan untuk pergi dan menghilang. Hanya saja itu tidak disampaikan kepada kita dan kesannya membuat kita kecewa.
Saya bayangkan, mungkin Tuhan juga merasa demikian ketika kita berpaling dari pada-Nya, ketika kita tidak setia pada-Nya, ketika kita lupa bahwa Dia ada bersama kita. Pasti ada alasannya kenapa kita melupakan-Nya. Temukan itu dan kembalilah pada-Nya. Buat Dia bahagia karena Dia telah membahagiakan kita dan selalu membahagiakan kita.
Semoga makin setia bersama dengan-Nya dan tak berpaling dari-Nya. Mari bersaksi dan berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!
Satu kisah menarik termuat dalam Bacaan Pertama hari ini. Tuhan memberikan Salomo muda kesempatan untuk meminta apapun. Dari antara banyak permintaan yang bisa Salomo ajukan, Ia meminta hati yang bijaksana. Padahal ia bisa minta kekayaan, umur panjang, kemenangan dalam perang. Tuhan pun terkesan akan permintaan Salomo dan mengabulkannya. Kalau anda jadi Salomo kira-kira apa yang anda minta kepada Allah?
Hati yang bijaksana tidak ada begitu saja semenjak kita lahir. Ia datang jika kita mencarinya dan menemukannya dalam hidup sehari-hari. Kata orang, pengalaman adalah guru yang paling baik. Bukan hanya pengalaman baik tapi juga pengalaman yang buruk dan sulit.
—
Satu hikmat dan kebijaksanaan yang disediakan dari Allah adalah Firman-Nya. Firman yang menjadi manusia itulah Yesus. Yesuslah kebijaksanaan, jalan dan bagaimana kita memandang kehidupan. Ketika seseorang menemukan-Nya, ia seperti seorang yang menemukan harta di ladang, lalu menjual seluruh miliknya dan membeli ladang itu. Seperti seorang yang menjual seluruh miliknya dan membeli mutiara. Demikian perumpamaan yang diberikan Yesus dalam bacaan Injil.
Penemuan berharga bagi kebahagiaan jiwa seseorang, akan membuat orang itu rela menjual dan kehilangan segala miliknya demi mendapatkan yang berharga itu. Kalau Allah menjadi sumber kebahagiaan kita, relakah kita menjual dan kehilangan segala hal yang menghalangi kita untuk itu? Ya kehilangan, meninggalkan rasanya tidak enak. Bisa jadi kita kadung nyaman dengan apa yang selama ini kita miliki, kita hidupi.
Mungkin kita harus melepaskan keserakahan, dosa-dosa tersembunyi, atau ambisi duniawi yang menyebabkan kita berjauhan dari Tuhan. Kita harus mengorbankan segala-galanya untuk memiliki mutiara yang berharga, yaitu hidup dalam kuasa dan kehadiran-Nya.
—
Pertanyaannya, apa yang berharga dalam hidupku? Apa yang memberi jiwaku ketenangan? Apa yang membuatku bahagia dan sukacita ketika menemukannya? Tanyakan dalam hati anda.
Maria, Marta dan Lazarus adalah tiga bersaudara yang dekat dengan Yesus. Mereka tinggal di Betania, tak jauh dari Yerusalem. Mana kala Yesus pergi menuju dan dari Yerusalem, rumah tiga saudara ini selalu menjadi tempat singgah-Nya. Yesus kadang sendiri, kadang bersama murid-murid-Nya. Tapi Maria dan Marta selalu terbuka dan mengundang mereka untuk datang ke rumah.
Kedekatan Yesus dan tiga saudara ini bukan hanya soal mampir singgah, tapi juga kedekatan batin di antara mereka. Anda pasti ingat bagaimana Marta menegur Yesus, karena dirinya sibuk tidak dibantu oleh Maria yang memilih duduk di dekat kaki Yesus dan mendengarkan-Nya. Kita ingat juga bagaimana Yesus menangis begitu mendengar Lazarus meninggal. Sementara jenazah Lazarus sudah empat hari dalam kubur, Yesus datang dan membangkitkannya. Peristiwa ini menghibur dan meneguhkan Maria dan Marta yang dirundung duka, bahkan tergoncang imannya.
—
Lihat betapa spesialnya jika kita punya koneksi batin dengan Tuhan? Mengundang Dia datang dalam setiap rumah dan keluarga kita. Memohon kepadanya saat kita dalam kesulitan dan kesedihan.
Marta, Lazarus, dan Maria, sebagai saudara dan teman dekat Yesus, adalah contoh teladan tentang bagaimana hubungan pribadi yang erat dengan Yesus dapat mempengaruhi dan mengubah hidup seseorang. Mereka menjadi saksi nyata tentang kuasa, kasih, dan kehadiran Kristus dalam hidup mereka dan merupakan contoh yang menginspirasi bagi kita dalam menjalani hidup sebagai pengikut-Nya.
Bacaan: Bacaan I: Kel 20:1-17; Mzm 19:8-11; Bacaan Injil: Mat 13:16-23.
Vero in terram bonam seminatus est, hic est qui audit verbum, et intelligit, et fructum affert, et facit aliud quidem centesimum, aliud autem sexagesimum, aliud vero trigesimum ; “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengarkan sabda itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah ada yang seratus, ada yang enam puluh, dan ada yang tiga puluh ganda”.
Allah senantiasa mewahyukan diri-Nya kepada manusia. Dia selalu berhasrat membangun relasi dengan kita semua. Sejak semula, Allah berkomunikasi secara langsung, namun karena keberdosaan kita, Tuhanpun mengunakan perantaraan para nabi-Nya. Musa dipilih untuk menyampaikan Hukum Allah. Hukum untuk mengatur keseimbangan relasi antara Tuhan dan manusia. Dekalog yang mengatur 3 perintah dalam membina relasi dengan Allah dan 7 peraturan dalam berhubungan dengan manusia.
Bila hukum ini ditaati, maka relasi kasih kitapun baik pada Tuhan maupun sesama akan berbuah. Laksana benih yang ditaburkan di tanah yang baik sehingga bertumbuh dan membuahkan hasil yang memuaskan. Allah memberikan hukum-Nya agar manusia bertumbuh dan berbuah dalam relasinya dengan Tuhan dan sesama. Dan hukum tersebut disempurnakan melalui kehadiran Kristus. Yesus yang merangkum dan mengintisarikan 10 perintah Allah menjadi 2 perintah Kasih, karena Allah sendiri adalah Kasih itu sendiri.
Maka pada saat kita melakukan perintah Kasih, kita melaksanakan perintah Allah. Di dalam kasih itulah benih, Sabda Allah, dapat berkembang dan berbuah masak. Marilah kita mengusahakan kasih dalam keluarga kita sehingga merekapun dapat merasakan kehadiran Allah yang mengasihi melalui tiap anggota keluarga kita. Kebersamaan kasih inilah yang akan menghilangkan segala kuasa si jahat serta kekhawatiran dan tipu daya dunia. Kasih menjadi akar yang memampukan Sabda Allah bertahan, bertumbuh dan berbuah masak.
Hari Biasa Pekan XVI (H) Kel.19:1-2,9-11,16-20b; Mzm. 36:6-7ab,8-9,10-11; Mat. 13:10-17.
Cheat
Istilah “cheat” dikalangan anak-anak yang hobi bermain game online sudah tidak asing lagi. Tanya saja kepada mereka, “cheatnya free fire, mobile legends, COC atau PUBG,” mereka dengan sigap menjawab. “Cheat” mirip kode curang yang dipakai supaya bisa melewati level tertentu dengan mudah; entah dengan melompat level berikutnya, tambah senjata, tidak terlihat musuh, atau musuh mati semua. “Cheat” dalam dunia game menjadi cara curang untuk menang dengan cepat.
Yesus tidak menawarkan kemudahan untuk memahami rahasia kerajaan surga pun juga dengan menggunakan cara-cara yang curang. Bagi Yesus, hal ini sudah cukup beralasan. Para murid sudah diberikan karunia untuk melihat, mendengar dan mengerti yang berbeda dengan orang lain. Dengan kemampuan yang lebih itu, para murid diharapkan memiiki kepekaan dan kecepeatan bertindak dalam menanggapi situasi yang ada di sekitarnya.
Lalu? Kita adalah bagian dari para murid. Karunia yang sama juga kita miliki. Kita latih dan kembangkan sehingga kita mampu bersikap responsif dan peka terhadap sesama. Kalau begitu, nampaknya “Cheat” untuk memahami Kerajaan Surga tidak dibutuhkan lagi.
“Ketajaman Rohani: Belajar dari pengalaman sederhana dan sehari-hari“
Bagaimana iman tumbuh dalam hidup kita? Ada banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan iman kita. Salah satu yang ditunjukkan dalam bacaan hari ini adalah kita dapat belajar dari orang-orang yang ada di sekitar kita, terutama mereka yang sungguh merenungkan dan menghidupi imannya. Bukan hanya soal nilai-nilai atau keutamaan, melainkan juga cara dan bagaimana setiap orang bergumul dan menghidupi iman dalam konteks hidupnya sehari-hari.
Dalam pesannya kepada para murid-Nya, Yesus mengingatkan bahwa banyak orang menginginkan suatu tanda yang menakjubkan, tanda yang spektakuler, agar seseorang menjadi sungguh yakin akan suatu hal, terutama yakin bahwa Yesus adalah Tuhan. Tetapi, Yesus mengajarkan cara pandang biasa, yaitu menghidup yang sederhana dan memperhatikan yang sehari-hari. Ketajaman Rohani inilah yang menjadi dasar kualitas hidup Rohani yang Yesus ingatkan kepada para murid-Nya.
Maka, kita belajar untuk mengasah iman kita. Kita bisa mulai dengan refleksi diri dari setiap pengalaman harian, pengalaman sederhana. Selain itu, kita mendengarkan pengalaman orang lain juga. Dari mereka kita mengetahui bahwa masing-masing pribadi tumbuh dalam iman dengan caranya. Semoga kita senantiasa mengasah hati dan pikiran, sehingga kita bisa merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita.
PESTA ST. YAKOBUS RASUL
BACAAN I: 2Kor 4: 7-15
INJIL: Mat 20:20-28
Mampukah Menjadi Pelayan?
Ingin menjadi orang hebat. Mau supaya disanjungi. Apalagi ingin selalu dihormati. Tentu semua ini menjadi mimpi dan tetap menjadi harapan. Mengapa harus seperti itu?
Kata Yesus ke ibu Zebedeus dan anak-anaknya. “Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum?” Bukan hanya itu saja. Tapi Yesus mau mengingatkan bahwa hidupmu jangan semata untuk menguasai sesamamu tapi belajarlah merendah untuk melayani.
Harus memberi diri total. Tanpa harus berpikir tentang siapa dirimu. Pemberian diri yang total menjadi bukti cinta kita ke Tuhan.
Camkan ini. Kadang setiap perbuatan baik yang kita lakukan tak dihargai. Tak perlu disesali. Setiap perbuatanmu selalu berbuah manis kalau apa yang dilakukan tak pernah melukai hati sesama.
Tetaplah tenang walau tertekan. Tetaplah rendah hati walau punya segalanya. Orang hebat bukan karena dia memiliki segalanya tapi hati yang sabar dan merendah dalam melayani banyak orang. Itulah kehebatanmu. Mari kita mencoba. (INO)
Tuhanlah kekuatanku. Inilah madah pujian dalam Kitab Suci yang sering kita dengar. Bahkan, dalam lagu-lagu rohani pun sering kita dengar. Namun, apakah kita mengerti apa artinya?
Tuhan menjadi kekuatan, benteng, dan perisaiku berarti Tuhan adalah pribadi yang bisa diandalkan untuk hidup kita. Dalam hidup, banyak perkara tidak bisa kita hadapi sendiri. Kita butuh sesama yang terkadang nyatanya malah tidak bisa diandalkan. Lalu, bagaimana? Berpeganglah pada sumber sejati, yaitu Tuhan kekuatan kita.
Semoga makin mengandalkan Tuhan dalam semua perkara. Mari bersaksi dan berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!
Pertama-tama saya harus luruskan dulu, Maria Magdalena berasal dari Magdala, jadi tentu bukan Maria di Betania, saudari Marta dan Lazarus. Juga bukan perempuan yang membasuh kaki Tuhan dengan minyak narwastu. Maria Magdalena termasuk perempuan yang melayani Yesus dengan kekayaannya. Mungkin itu sebabnya banyak orang pikir dia lah yang memboroskan minyak narwastu untuk membasuh kaki Yesus. Namun itu bukan dia, keintimannya dengan Yesus pasti tidak akan membuat Yudas Iskariot berani mengkritik tindakannya di depan Tuhan.
Maria Magdalena adalah perempuan yang paling intim dengan Yesus, selain Maria, ibuNya tentu saja. Yesus punya istilah khusus memanggil Maria atau sekurang-kurangnya ada intonasi yang menandakan bahwa Dia, Tuhan sendiri yang memanggilnya dan bukan yang lain. Sehingga Maria Magdalena pasti langsung tahu, ini Tuhan saat Yesus menampakkan diri pertama kalinya ketika bangkit.
Bagaimana kita bisa jadi intim dengan Tuhan seperti Maria? Mari kita ikuti jejak tindakan nya. Pertama setia ikut Tuhan, ia tak segan relakan kekayaannya untuk melayani Tuhan dan tentunya para rasul, yang banyak makan dan minum itu. Maria Magdalena sangat berani ambil resiko, bahkan saat Yesus memanggul salib dan mati di salib, saat itu para rasul sudah kabur tapi dia tetap ikut Tuhan. Maria Magdalena menyaksikan pemakaman Yesus. Maria Magdalena demikian cinta pada Tuhan hingga saat Sabat berlalu, ia segera datang merawat tubuh Tuhan.
Jadi kalau mau intim dengan Tuhan, kita perjuangkan kesejahteraan agar dapat layani murid-murid Tuhan yakni Gereja. Berani terus ambil resiko jadi saksi Tuhan. Rajin kunjungi dan sambut Tuhan dalam Gereja Nya. Saat itu purna kita lakukan, pasti dengar nama kita dipanggilNya dengan manja.
Ribet, Rempong kalau bahasa gaulnya. Itulah Allah kita. Mengapa Dia ribet. Harusnya dia bisa aja tidak peduli dengan manusia yang jatuh dalam dosa. Biarkan manusia seperti itu dan akhirnya binasa karena dosanya.
Tapi nyatanya Allah tidak mau. Dia ribet. Dia perhatikan kita, Dia mau peduli untuk mengasihi manusia dan memberi kesempatan selalu untuk bertobat.
Kasih Allah tiada batasnya. Berapa kali pun manusia berdosa, kesempatan bertobat itu akan selalu ada. Tidak pernah tertutup, bahkan bagi mereka yang berdosa besar sekalipun. Tertutupnya kasih dan pengampunan Allah akhirnya ditentukan dari manusia sendiri yang menutup hatinya akan Kerahiman Allah.
Pertanyaannya adalah mengapa Allah sampai harus peduli dan ribet seperti itu? Seolah-olah ada sesuatu dalam diri manusia yang merupakan milik-Nya, sehingga ia tidak rela kalau itu hilang?
Sama seperti kalau anda menaruh investasi – entah waktu, uang atau ide pikiran – dalam diri seseorang. Dan anda tidak rela sama sekali kalau orang itu gagal dalam mengusahakan apa yang sudah anda investasikan.
Jawabannya adalah Roh-Nya. Rasul Paulus mengungkapkannya dalam bacaan kedua hari ini. Roh membantu kita dalam kelemahan kita. Roh itu berasal dari Allah sendiri, yang membuat kita hidup. Sebab kita adalah debu tanah yang dihembuskan roh nafas kehidupan dari Allah. Ada bagian dari Allah yang tinggal di dalam kita. Itu yang membuat-Nya tidak rela kehilangan barang satu jiwa pun ke dalam kebinasaan.
—
Kitab Kebijaksanaan dalam bacaan pertama hari ini menyatakan, “Meski Allah adalah penguasa yang kuat, Ia mengadili dengan belaskasih dan sangat MURAH HATI memperlakukan manusia”. Saking murahnya, sampai tidak ada harganya. Tidak ada harga apapun yang harus dibayar manusia untuk pertobatan. Utang dosa kita telah dibayar tuntas oleh Kristus lewat darah-Nya yang tertumpah di kayu salib. Semua hanya karena belaskasih dan kerahiman-Nya.
Untuk itu, perumpamaan dalam Injil hari ini hadir. Kerajaan Allah diumpamakan seperti bernih gandum baik yang ditabur di ladang. Tapi lalu tumbuh lalang di antara gandum itu. Lalang tumbuh karena ada MUSUH yang melakukannya. Kita tau siapakah MUSUH yang dimaksud.
Dalam pertumbuhan gandum dan lalang dibiarkan tumbuh bersama-sama. Sampai pada waktunya mereka dipisahkan. Gandum dipisahkan dari lalang, diikat dan disimpan dalam lumbung sang tuan. Sementara lalang diikat lalu DIBAKAR.
Itulah kita, yang hidup ditengah-tengah benih baik Firman Tuhan yang ditaburkan, dan juga lalang yang ditaburkan oleh MUSUH. Di dunia ini tumbuh bersama. Terkadang kita setia menjadi baik, kadang lalai jatuh dalam dosa yang jahat. Ketika jatuh dalam dosa, Tuhan memberi kesempatan terus untuk bertobat sampai waktu akhir kita tiba. Waktu dan kehidupan yang masih kita jalani sekarang ini itulah tanda belaskasih dan kerahiman Tuhan.