BACAAN EKARISTI
Wahyu 11:19a;12;1-6a,10ab

1Kor 15:20-26

Luk 1:39-56

 

SANTA PERAWAN MARIA DIANGKAT KE SURGA

Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga dirayakan setiap tanggal. Namun pada tahun 2023, dirayakan dengan liturgi meriah pada hari Minggu terdekat dari tgl 15 Agustus, yakni hari ini. Hari Raya ini lahir dari dogma sama yang ditetapkan oleh Paus Pius XII pada tahun 1950. “Bunda Tuhan yang tak bernoda, Perawan Maria yang tetap perawan,  setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi”.

Kalau anda masih ingat tulisan saya dalam renungan harian dua minggu berturut ke belakang, saya bicara tentang Kerajaan Surga. Kemuliaan surgawi dianugerahkan oleh Allah bagi mereka yang dibenarkan Allah. Mereka yang dibenarkan Allah adalah mereka yang menanggapi panggilan Allah untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus. Maka berdasarkan definisi ini, seharusnya tidak ada penolakan sama sekali tentang dogma Maria Diangkat ke Surga. Bunda Maria masuk dalam definisi itu, bahkan lebih lagi.

Bunda Maria bukan hanya orang benar, tapi sejak semula dipilih oleh Allah untuk mengandung dan melahirkan Sang Firman menjadi manusia. Maka, ada satu waktu di mana Bunda Maria – bukan hanya serupa – tapi sungguh bersatu dengan Sang Firman Allah, Putra Allah. Ini bisa diartikan secara harafiah yaitu saat Maria mengandung Yesus dalam rahimnya. Ia melahirkan Firman Allah, dan Firman itu bersatu dengan tubuh Maria sendiri menjadi manusia.

Oleh karena, menerima Tubuh Kristus sama juga dengan menerima Maria. Karena Yesus mendapatkan tubuh manusiawinya yang tak berdosa dari Maria – yang juga tak bernoda dan tetap perawan. 

Bacaan Injil hari ini mengisahkan Maria – yang saat itu sedang mengandung Kristus – datang mengunjungi Elisabet, saudarinya. Elisabet pada hari tuanya juga sedang mempersiapkan persalinan Yohanes Pembaptis. Salam Maria menjadi berkat bagi Elisabet, yang membalas Salam Maria juga dengan doa berkat. “Diberkatilah engkau di antara semua wanita, dan diberkatilah buah rahimmu.” Sesaat setelah itu, jiwa Maria memuliakan dan memuji Allah. Itulah Maria, diri dan seluruh hidupnya. Ia serahkan seluruhnya demi kemuliaan Allah.

Maria hadir bersama dengan Yesus, juga ketika Yesus sampai pada wafat-Nya di salib. 

Dari sisi pandang Yesus, tidak ada satu pun manusia yang memiliki relasi kesatuan ini selain Ibu-Nya sendiri, Bunda Maria. Dalam perkembangan berikutnya, relasi kesatuan ini terbuka bagi siapa saja yang akhirnya mau dilahirkan kembali melalui Gereja-Nya dan Bunda – lewat pembaptisan. Kita yang dibaptis masuk dalam kesatuan itu. Kristus menjadi kakak sulung yang membela kita di hadapan Allah, dan Maria menjadi ratu kita dalam kerajaan surga. Maka, kita kenal juga gelar Maria Ratu Surgawi. 

Iblis dan pengikutnya tidak suka hal ini. Musuh tidak pernah suka kalau dalam kerajaan Allah Yesus adalah Raja, dan Maria adalah ratunya. “Mengapa mereka, bukan saya yang memerintah”, mungkin begitu kata Iblis. Maka, setiap orang beriman harus waspada akan godaan Iblis, si Naga yang hendak mengajak kita untuk menentang keputusan Allah ini. Iblis akan berusaha memisahkan kita dari kesatuan dengan Yesus dan Ibu-Nya. Maka, kita sangat-sangat perlu terus berdoa kepada Tuhan. Juga memohon doa perlindungan dan Santa Maria. 

“Kemudian tibalah kesudahan, yaitu bilamana Kristus menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Kristus harus memegang pemerintahan sebagai Raja, sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh terakhir, yang Ia binasakan ialah maut.” 

Jadi, kamu gimana?

RA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here