Home Blog Page 22

RENUNGAN HARIAN 9 AGUSTUS 2023, RABU BIASA PEKAN ke-18

Hari Rabu Biasa Pekan XVIII

Bacaan I : Bil 13: 1-2a.25-14: 1.26-29.34-35
Mazmur Tgp : Mzm 106: 6-7a.13-14.21-22.23
Injil : Mat 15: 21-28

“Bersungut-sungut atau berpengharapan?”

Ketika bangsa Israel mendekati tanah Kanaan, mereka mengetahui bahwa mereka tidak akan mudah masuk dan tinggal di tanah tersebut. Mereka kecewa dengan janji Tuhan karena tidak sesuai dengan yang diharapkan. Padahal Allah senantiasa menyertai dan akan membantu mereka sampai di tanah tersebut. Sayangnya, ketika melihat tantangan dan hal yang tidak sesuai harapan, mereka lebih memilih kecewa dan bersungut-sungut.

Berbeda dengan seorang perempuan Kanaan yang datang kepada Yesus dan meminta agar Yesus menyembuhkan anaknya. Ibu ini sungguh sadar bahwa dirinya berasal dari luar bangsa Israel. Baginya, tidak layak untuk meminta sesuatu kepada Yesus. Tetapi, ibu ini tidak putus asa, punya pengharapan dan percaya bahwa Yesus yang murah hati akan membantunya. Akhirnya, Yesus mengabulkan permohonan ibu tersebut.

Hari kita belajar untuk tidak mudah gentar ketika kita menyadari ada tantangan yang besar dalam kehidupan kita. Mungkin kita merasa bahwa kita tidak akan sanggup mengatasinya. Di saat seperti itu, memang lebih mudah bersungut-sungut. Kita menyalahkan keadaan atau bahkan kepada Tuhan. Bersungut-sungut adalah tanda bahwa kita kehilangan pengharapan kepada Tuhan. Tetapi, kita dikuatkan bahwa Allah selalu menyertai dan memberikan jalan. Semoga kita selalu memiliki hati yang penuh pengharapan, sehingga setiap tantangan bisa kita lewat bersama Tuhan.

Tuhan memberkati.
AL

RENUNGAN HARIAN 8 AGUSTUS 2023, PERINGATAN ST. DOMINIKUS, IMAM

Bacaan Ekaristi
Bilangan 12:1-13
Matius 15:1-2.10-14


Harun dan Miryam mempertanyakan keputusan Musa memperistri wanita dari kush dan mengaitkannya dengan kapabilitasnya sebagai nabi Tuhan. Mereka pikir keputusan Musa adalah bagian dari warta kenabiannya. Mengapa Tuhan tidak bersabda juga kepada kita, pikir Miryam dan Harun. 

Musa memang spesial di mata Tuhan. Sementara nabi lain didatangi Tuhan dengan mimpi, tidak demikianlah Musa. Tuhan berkenan berjumpa dengan Musa berhadap-hadapan, terus terang bukan dalam teka teki. 

Ada hal yang tidak bisa kita pahami dari kehendak Tuhan. Misteri. Teka-teki. Ini maksudnya apa? Tapi ya, biarkan tetap begitu. Ada kalanya menerima rancangan-Nya membantu kita untuk rendah hati dan menjadi lemah lembut. Dan terutama hati tetap damai dan bisa menjalani semuanya. 

Jadi kamu gimana?

RA

 

RENUNGAN HARIAN 7 AGUSTUS 2023, SENIN PEKAN BIASA KE-XVIII: “THANK GOD IT’S MONDAY!”

Bacaan Harian:

Bil. 11:4b-15;
Mat. 14:13-21

Mari bermain dua kata “rakus” dan “tamak”. Apa bedanya? Menurut KBBI, “tamak” berarti selalu ingin beroleh banyak untuk diri sendiri atau sama dengan kata serakah. Namun, kata “rakus” juga memiliki arti yang sama, tentang ingin beroleh banyak untuk diri sendiri namun ini lebih terkait dengan makan. Suka makan banyak dan melahap semuanya.

Coba temukan kata ini dalam Kitab Suci. Misalnya dalam Kitab Bilangan 11, disebutkan kata rakus ini sebagai bagian dari nafsu yang membutakan manusia terhadap sesamanya. Lain halnya, Yesus tidak bicara tentang rakus atau tamak, tetapi tentang ‘memberi makan sesama’. Yesus mengajarkan kita untuk tidak hanya ‘makan sendiri’, tetapi juga bisa ‘memberi orang makan’.

Semoga makin ingat panggilan kita untuk ‘memberi orang makan’. Mari bersaksi dan berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!

RAB

RENUNGAN HARIAN 6 AGUSTUS 2023, PESTA YESUS MENAMPAKKAN KEMULIAAN-NYA

BACAAN EKARISTI
Daniel 7:9-10,13-14
2Petrus 1:16-19
Matius 17:1-9

Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya

Kalau kita perhatikan, perayaan dan Sabda Tuhan pada minggu ini masih sangat berkaitan dengan Pesan Sabda Tuhan pada Minggu Biasa ke-17 yang lalu. Kita ingat Yesus memberikan perumpamaan bahwa Kerajaan Surga seperti harta yang terpendam atau mutiara yang berharga yang ditemukan dan dicari orang. Lalu orang itu rela menjual harta miliknya untuk itu. 

Kerajaan Surga adalah Kerajaan di mana kita semua manusia dimuliakan oleh Allah, mendapatkan ganjaran kemuliaan bersama dengan Kristus yang akan memerintah sebagai raja. Lalu bagaimana kita mencapai kemuliaan itu? Paulus membantu kita dengan refleksinya. Bahwa semua orang yang dipilih Allah, dipanggil-Nya untuk serupa dengan Anak-Nya. Semua orang yang dipanggil-Nya itu, mereka itu juga yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga yang dimuliakan-Nya (Rom 8:30). Kemuliaan dari Allah beda dengan kemuliaan duniawi. Kita bisa mencari dan mendapat kemuliaan dunia ini dengan kekuatan kita sendiri. Tapi yang lain ini beda. Kemuliaan seperti ini hanya bisa diberikan oleh Allah, tidak bisa kita gapai sendiri. 

Sejak jatuh dalam dosa, manusia berada dalam kesalahan. Manusia tidak bisa membenarkan dirinya sendiri. Hanya Dia yang benar yang bisa membenarkan kesalahan itu. Sama seperti kalau kita ujian, ada jawaban kita yang salah. Siapa yang bisa membuat yang salah itu jadi benar, selain daripada dia yang tau jawaban yang benar?

Dengan kata lain, kemuliaan manusia dalam Kerajaan Surga hanya diberikan oleh Allah bagi mereka yang dibenarkan-Nya. Lalu bagaimana supaya kita dibenarkan-Nya? Hanya satu jalannya. MENJADI SERUPA DENGAN ANAK-NYA. 

Maka, kita dipanggil untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus. Itu yang dibenarkan Allah, pada saat yang sama itulah ganjaran kemuliaan kita. 

Lewat Pesta hari ini, kemuliaan yang kita harapkan itu menjadi nyata. Kemuliaan Kristus seharusnya nampak secara metafisik – sesuai kitab Daniel – ketika Anak Manusia diserahkan kekuasaan dan kemuliaan sebagai raja. Tapi yang metafisik itu jadi nampak secara fisik sekarang, di sini, hari ini, di bumi di depan mata para saksi – Petrus, Yakobus Yohanes – dan kita yang mendengar kesaksian ini dan percaya. 

St. Petrus sendiri memberi kesaksian dalam bacaan kedua. Ia menyaksikan sendiri bagaimana Yesus menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika suara dari Yang Mahamulia datang kepada-Nya dan mengatakan, “Inilah Anak yang kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”

Kita meyakini kemuliaan kita dianugerahkan pada saat-Nya oleh Allah. Tapi di Gunung Tabor, Yesus menampakkan kemuliaan-Nya. Ini artinya Kemuliaan Yesus sudah ada bersama-Nya sejak semula, sekarang dan selamanya. Yesus tidak sama dengan kita. Dia bukan hanya manusia biasa. 

Bahkan, Ia tetap mulia juga ketika harus menderita sengsara, wafat di kayu salib. Kemuliaan-Nya tidak pernah diambil oleh apapun, juga oleh kematian. 

Dengan demikian, penampakkan Yesus ini menjadi penting – terutama bagi para murid-murid-Nya untuk mengharapkan kemuliaan yang sama. Menjadi semakin serupa dengan Kristus dalam perkataan dan pekerjaan. Menjadi serupa dengan Dia juga dalam kematian-Nya di salib sebagai jalan penyelamatan dan pengampunan dosa. Sebab penderitaan dan kematian bukan kebinasaan, tapi menjadi jalan menuju kemuliaan. 

Jadi, kamu gimana?

RA

Perayaan Ekaristi Minggu, 6 Agustus 2023, Pk. 11.00 WIB di Samadi Klender (Terbuka untuk Umat)

_Kami mengundang umat untuk hadir secara offline dalam:_
Perayaan Ekaristi Minggu, 6 Agustus 2023, Pk. 11.00 WIB
di Kapel Wisma Samadi, Klender, Jakarta Timur
*Misa dipersembahkan oleh Rm. John Laba T, SDB*
NB: Misa akan disiarkan juga di TVRI Nasional

RENUNGAN HARIAN 5 AGUSTUS 2023, SABTU BIASA PEKAN XVII

BACAAN EKARISTI
Imamat 25:1.8-17
Matius 14:1-12

DIGANG… ADIGUNG… ADIGUNA…

Setinggi-tingginya langit
Lebih tinggi kasih Yesusku
Sedalam-dalam lautan
Lebih dalam kasih Yesusku
Seindah-indah pelangi
Lebih indah kasih Yesusku
Kasih Yesus, o kasih Yesus
Mengalahkan segalanya
Kasih Yesus, o kasih Yesus
Mengalahkan segalanya

Pesan pepatah Jawa itu ringkas menjelaskan Injil hari ini. Kita diundang menjadi rendah hati dan penuh kasih kepada sesama manusia serta segala makhluk. Sepandai-pandainya kita, masih ada hal yang tidak kita ketahui, Kuasa kita selalu terbatas dan Kekuatan kita pasti ada tandingannya.

Entah sebagai pemimpin, apalagi sebagai orang biasa, pemahaman kerendahan hati dan penuh kasih selalu harus jadi keutamaan. Ayo nyanyi, setinggi-tingginya langit lebih tinggi Kasih Yesusku…

FE

RENUNGAN HARIAN 4 AGUSTUS, PW St. Yohanes Maria Vianney

Bacaan I: Im 23:1.4-11.15-16.27. 34b-37;
Mzm 81:3-6b.10-11b;
Bacaan Injil: Mat 13:54-58.

Renungan Sore:
Non est propheta sine honore, nisi in patria sua, et in domo sua ; “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya”.

Mungkin sebagian dari kita pernah mengalami penolakan dalam hidup ini. Entah penolakan dalam usaha pekerjaan maupun karya pelayanan. Saat mengalami penolakan tersebut, mungkin kita diliputi perasaan kecewa, mangkel, marah, bahkan putus asa. Namun kita diingatkan bahwa Yesuspun pernah mengalami penolakan oleh orang-orang sekotanya. Namun Yesus mampu mengalahkan penolakan yang dialami-Nya, Kristus tidak dikuasai oleh penolakan sehingga Dia sakit hati, melainkan Dia tetap mengasihi dan melayani orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Kitapun diajak untuk melihat penolakan sebagai kesempatan untuk semakin berkembang dalam pelbagai keutamaan. Penolakan yang terjadi justru bisa dijadikan acuan dalam mengecek kemurnian usaha/pelayanan kita. Apakah pelayanan tersebut ditujukan bagi kebesaran/ketenaran/popularitas pribadi atau demi kemuliaan Tuhan? Yesus tidak menjadi sakit hati karena penolakan yang Dia terima. Yesus sadar bahwa bukan diri-Nya yang ditolak tetapi Allahlah yang belum mereka terima. Itulah sebabnya, Kristus tetap memandang mereka dengan wajah yang penuh kasih.

Kristus mencoba mengasihi mereka sehingga merekapun akhirnya bisa tergugah dan merasakan Kasih Allah sehingga mau ikut meluhurkan nama Tuhan. Demikian pula dengan kita, bila kita ditolak, mungkin saja mereka belum merasakan kasih dan perhatian dari diri kita. Seseorang akan terbuka bila hatinya merasa tersentuh oleh belas kasih. Semoga kitapun semakin dapat memahami bahwa setiap penolakan merupakan kesempatan untuk semakin mengungkapkan kasih kita kepada mereka.

Sama seperti hari-hari raya yang wajib dirayakan bagi Allah, bukan bertujuan hanya sekedar mengenang kembali karya penyelamatan Allah, tetapi juga menghadirkan keselamatan tersebut dengan mengajak umat untuk saling mengasihi dan membebaskan, sehingga terwujudlah hari perdamaian. Perdamaian antara kita dengan Allah dan sesama manusia. Dengan tindakan kasih yang tulus dan total, diharapkan penolakan dapat diubah menjadi penerimaan terhadap Kasih Allah yang hadir dalam setiap diri manusia.

AY

RENUNGAN HARIAN 3 AGUSTUS, KAMIS BIASA PEKAN XVII

Kel.40:16-21,34-38;
Mzm. 84:3,4,5-6a,8a,11;
Mat. 13:47-53.

Berkat Rumah


Berkat rumah menjadi sebuah pengalaman iman yang dimiliki oleh keluarga-keluarga beriman katolik. Peristiwa ini menjadi begitu berharga karena rumah yang akan diberkati kadang menjadi salah satu pencapaian di dalam keluarga. Kebutuhan memiliki rumah atau tempat tinggal oleh sebuah keluarga merupakan sebuah kerinduan yang didapat. Keluarga berharap agar di dalam rumah, Tuhan sungguh merajai kehidupan mereka; Allah berkenan tinggal di dalam hidup mereka. Pun juga, Tuhan memberkati seluruh penghuni dan tamu di rumah itu.

Kitab keluaran yang kita baca hari ini berada di bagian akhir. Setelah memerintahkan umat untuk membangun sebuah tempat tinggal bagi Allah (kel 25), Yahwe tinggal bersama dengan umatNya (Kel 40:38). Kemuliaan Tuhan memenuhi seluruh negeri. Sangat jelas, bahwa Allah sangat dekat dengan manusia. Kehadiran Allah yang sedemikian dekat seyogyanya mengubah kehidupan dan perilaku umat manusia.

Lalu?

Perubahan sikap apa yang kuberikan atas kebaikan kehadiran Allah dalam kehidupan kita?



SonyPr

RENUNGAN HARIAN 2 AGUSTUS 2023, RABU BIASA PEKAN XVII

Bacaan I : Kel 34: 29-35
Mazmur Tgp : Mzm 99: 5-7.9
Injil : Mat 13: 44-46


„Wajah Sukacita: Wajah yang Berjumpa dengan Allah”

Bacaan Injil hari ini memberikan gambaran tentang sikap orang yang menemukan Kerajaan Surga. Mereka yang menemukannya rela melepaskan segala yang dimiliki dan berupaya untuk mendapatkannya. Namun, hal yang menarik di sini adalah pengalaman sukacita yang melandasi segala upayanya. Bukan karena perhitungan keutungan, atau bukan karena keterpaksaan. Dengan kata lain, orang yang menemukan Kerajaan Surga merupakan pengalaman sukacita.

Pengalaman sukacita akan memberikan pengaruh yang baik dan positif bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Sukacita bukan hanya suasana hati saja, melainkan juga akan tergambarkan dari raut wajah. Contohnya adalah Musa. Dalam bacaan pertama, wajah Musa menjadi bercahaya setelah berjumpa dengan Tuhan. Dan, hal itu dilihat oleh orang Israel. Demikian pula dengan kita, sukacita juga dapat dirasakan oleh orang-orang di sekitar kita lewat raut wajah.

Hari ini kita diingatkan untuk bersyukur atas pengalaman sukacita dalam hidup kita. Pengalaman sukacita didasarkan dari pengalaman bersama dengan Allah. Kita ingin terus menyadari, bahwa dalam pengalaman harian, kita dapat menemukan Allah. Semoga sukacita itu tinggal di dalam hati kita dan kita dapat membagikan kepada orang-orang di sekitar kita. Wajah sukacita kita dapat menjadi tanda kehadiran Allah bagi sesama. Semoga Roh Kudus senantiasa menyertai dan membimbing kita semua.

Tuhan memberkati.
AL

RENUNGAN HARIAN 1 AGUSTUS 2023, SELASA BIASA KE XVII Peringatan Wajib St. Alfonsus Maria de Liguori

Bacaan I: Keluaran, 33:7-11; 34: 5b-9.28
Injil: Matius, 13: 36-43

Mau Seperti Apa?

Semua orang dalam hidupnya menginginkan hal yang baik. Sesusngguhnya sangatlah wajar. Tentu untuk mendapatkannya butuh usaha. Pernahkah usaha keras tanpa membuahkan hasil?

Perumpaan Yesus tentang benih dan ladang mengarahkan pada upaya manusia untuk menjadi yang terbaik dalam hidupnya. Mengusahakan keselamtan dengan karya nyata. Mengamalkan sabda dan menjadikan sebagai pelita dalam hidupnya.

Keselamatan itu datang jika usaha manusia tanpa henti menjadikan ladang hatinya tempat yang nyaman demi bertumbuhnya benih sabda Allah. Di sinilah hidupnya akan bersinar seperti matahari dalam kerajaan Bapa.

Janganlah saling membandingkan hidupmu dengan orang lain. Kerjakan saja apa yang bisa dilakukan. Hasil dari perjuanganmu akan nampak. Nikmati itu dan jadikan sebagai kekayaan sejati dalam hidupmu.

Matahari dan bulan akan bersinar pada saat yang berbeda. Hasilnya sama-sama menerangi tanpa harus saling membandingkan. Kamu akan lebih bernilai jika dari tatapanmu orang menemukan wajah Kristus yang lagi tersenyum bersamamu. Usahakan terus dan jangan pernah berhenti. 

INO

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?