Bacaan:
Bacaan I: Yos 24:1-13;
Mzm 136:1-3.16-18.21-22.24;
Bacaan Injil: Mat 19:3-12.

Itaque jam non sunt duo, sed una caro. Quod ergo Deus conjunxit, homo non separet ; “Demikianlah mereka itu bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”.

Kesetiaan tidak pernah terwujud tanpa adanya pengorbanan. Sementara pengorbanan harus didasarkan pada Cinta. Kesetiaan tanpa pengorbanan hanya menjadi perbudakan. Dan pengorbanan tanpa Cinta hanya menjadi fanatisme buta. Cinta menjadi dasar dari setiap perkawinan. Itulah sebabnya, Gereja menekankan arti pentingnya Cinta dalam hidup perkawinan. Tanpa Cinta tidak ada perkawinan Katolik. Dalam perkawinan Gereja Katolik yang bersifat monogam dan tak terceraikan, kesetiaan adalah bentuk Cinta yang paling hakiki.

Kesetiaan yang senantiasa diperjuangkan meskipun salah satu pasangan terjatuh dalam perzinahan. Disitulah penting arti pengorbanan. Sebagaimana Paus Fransiskus menyatakan, tidak ada yang sempurna dari kita, kita tidak sempurna begitupun kita menikahi orang tidak yang sempurna. Cintalah yang nampak melalui pengampunan dan pengorbanan yang menyempurnakan ketidak-sempurnaan perkawinan kita. Melalui pengampunan, martabat perkawinan diangkat menjadi sesuatu yang bersifat ilahi, di mana Allah sendiri hadir dan memberikan kasih-Nya melalui pengampunan.

Jangan sampai kita hanya memandang perkawinan hanya sebagai praktik atau kontrak sosial semata. Kesepakatan pria dan wanita dalam tataran manusiawi yang dapat dihentikan sesuai kontrak manusiawi belaka. Pernikahan merupakan sebuah panggilan ilahi, dimana setiap dari pasangan diajak untuk saling menyelamatkan. Ketika seseorang memahami bahwa pernikahan adalah panggilan untuk komitmen yang lebih dalam kepada pasangan, maka suami/istri menjadi anugerah terindah dari Tuhan. Allah yang memberikan pasangan agar kita dapat bertumbuh dalam, kesetiaan, pengorbanan, dan kasih.

AY

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here