Home Blog Page 21

RENUNGAN HARIAN JUMAT PERTAMA, 1 SEPTEMBER 2023 “Berjaga-jagalah sebab Kalian tidak tahu akan Hari maupun Saatnya”

Renungan Harian Jumat 1 September 2023, Jumat Biasa Pekan XXI
Bacaan:
Bacaan I: 1Tes 4:1-8;
Mzm 97:1.2b.5-6.10.11-12;
Bacaan Injil: Mat 25:1-13.

_Vigilate itaque, quia nescitis diem, neque horam_ ; ”Karena itu, berjaga-jagalah sebab kalian tidak tahu akan hari maupun saatnya”.

Seseorang dikatakan bijak bila ia mampu menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kebijakan yang dihidupinya, orang tersebut mengalami keselamatan dan menjadi teladan kekudusan bagi sesamanya.

Kitapun dikatakan bijak bila dapat melaksanakan nasehat, aturan dan perintah Gereja untuk mencapai kekudusan dan keselamatan. Pengetahuan tersebut sudah diperoleh melalui Kitab Suci dan ajaran Gereja.

Namun bila pengetahuan yang sudah dimiliki tidak kita laksanakan, maka kita menjadi orang bodoh yang menyia-nyiakan pengetahuan tersebut. Kita diajak untuk mewujudnyatakan pengetahuan akan keselamatan dalam hidup kita secara setia dan gembira.

Dengan kesetiaan, maka kebijakan tersebut menjadi bagian dari hidup kita. Dan melalui kegembiraan yang terpancar, kitapun menjadi pewarta Injil sukacita Allah bagi sesama.

AY

RENUNGAN HARIAN KAMIS, 31 AGUSTUS 2023, “Ingin Jahat”

Kamis 31 Agustus 2023
Paroki Pulo Mas – St Bonaventura
#Satukanhati #46Tahun
===================
Hari Biasa Pekan XXI (H)
1Tes.3:7-13; Mzm. 90:3-4,12-13,14,17;

Ingin Jahat

Ada sebuah kebiasaan seorang guru yang saya ingat waktu saya sekolah dahulu. Saat ada ulangan, ia kerap dengan sengaja meninggalkan kelas. Tentu saja, hal ini memancing godaan bagi beberapa teman untuk mencontek. Guru kami pun sudah tahu akan resiko itu. Ia pun juga biisa mengetahui juga, mana muridnya yang mencontek.

Dalam perumpamaan hari ini dikisahkan seorang tuan rumah yang menempatkan seorang untuk mengatur rumah tangganya. Si pemilik rumah tentunya berharap agar mereka dapat menjalankan tugas dengan baik.

Akan tetapi, niat jahat rupanya bisa muncul, hamba itu akan bertindak buruk saat Tuannya tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk (bdk mat 24:48). Perumpamaan memperlihatkan dua karakter sisi kehidupan manusia. Tuntutan manusia adalah menjalani tanggung jawab dengan baik, maka kita akan diberi tanggung jawab yang lebih besar.

Lalu?
Doa Bapa Kami berakhir dengan kaliat “dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskan kami dari yang jahat”. Kecenderungan jahat selalu ada, maka perlulah membangun kewaspadaan di dalam Tuhan. (SP)

RENUNGAN HARIAN RABU, 30 AGUSTUS 2023, PEKAN BIASA XXI, “Berjuang Melanjutkan yang Baik“

1 Tes 2: 9-13, Mat 23: 27-32, renungan harian, renungan katolik, rm ALDO, rabu 29 agustus 2023, rabu PEKAN BIASA XXI

Bacaan I          : 1 Tes 2: 9-13

Mazmur Tgp   : Mzm 139: 7-8.9-10.11-12ab

Injil                  : Mat 23: 27-32

Susahkah melanjutkan dan memelihara yang baik? Dalam bacaan pertama, Paulus berjuang mewartakan Injil siang malam. Mungkin bagi Paulus, mewartakan Injil berarti melanjutkan dan memelihara pesan Injil terus menerus. Dan Paulus bergembira dan bersyukur untuk tugas itu.

Berbeda dengan kecaman Yesus kepada para ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka tidak sepenuh hati melanjutkan dan memelihara ajaran Musa. Kadang mereka mencari keuntungan untuk diri sendiri dan kelompoknya. Mereka mencari nama untuk diri mereka dan bukan mewartakan nama Allah.

Sebagai manusia, mungkin kita merasa lebih mudah untuk membuat sesuatu daripada memelihara sesuatu. Melanjutkan dan memelihara sesuatu membutuhkan kesehatian dan kerendahan hati. Kita menyadari bahwa kebaikan berasal dari Allah dan kita meneruskan kebaikan itu, bukan untuk nama kita tetapi demi kemuliaan nama Tuhan.

Hari ini kita diingatkan untuk mewartakan kebaikan Tuhan. Mewartakan berarti melanjutkan dan memelihara kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Tidak lupa juga, kita membagikan itu kepada orang-orang di sekitar kita. Semoga kita senantiasa bergembira dalam Tuhan dan hidup senantiasa dalam penyertaan Roh Kudus. Lanjutkan dan Peliharalah yang baik!

Tuhan memberkati. (AL)

RENUNGAN HARIAN 29 AGUSTUS 2023, Peringatan Wafatnya St. Yohanes Pembaptis, Martir

Yeremia 1:17-19
Markus 6:17-29

 

Apa Yang Harus Dilakukan?

Kadang apa yang dilakukan tak selamanya menyenangkan hati banyak orang. Dari cara kita melayani juga tujuan yang mau digapai. Hasilnya pasti penuh dengan beragam tafsiran.

Tindakan Herodes dengan menyuruh memenggal kepala Yohanes Pembaptis di dalam penjara hanya karena gila kekuasaan. Ingin disanjung dan demi satu kehormatan semu.

Ternyata apa ia yang dilakukan bukan atas pertimbangan yang matang tapi demi kehormatan dan harga dirinya.

Kehormatan seseorang bukan terletak pada kekuasaan yang melekat kuat pada dirinya. Tapi pada tindakan yang tepat dalam situasi yang sulit. Berpikirlah dua kali sebelum bertindak. Ini awal baik untuk menjadi seorang pribadi yang hebat.

-INO

RENUNGAN HARIAN SENIN, 28 AGUSTUS 2023, PW St. Augustinus, “Menjadi Manusia Capax Dei”

1 Tesalonika 1:2b-5.8b-10, St. Augustinus, Senin Pekan Biasa XXI, Matius 23:13-22, renungan harian, renungan katolik, rm anton baur

THANK GOD IT’S MONDAY!

28 Agustus 2023 – St Augustinus

Capax Dei! Apakah itu? Ini adalah salah satu pernyataan St Augustinus ketika bicara tentang siapakah manusia di hadapan Allah. Capax Dei berarti manusia memiliki kemampuan untuk mengenali Allah dalam hidupnya. Manusia bukan Allah tetapi Allah memberikan manusia kemampuan untuk mengenali kehendak-Nya.

Apakah sekarang kemampuan itu masih ada? Pasti iya. Itu adalah anugerah abadi bagi manusia dan kita mesti bersyukur atasnya. Dengan begitu, kita diajak untuk menyadari kemampuan itu dan terbuka pada misteri-Nya dalam hidup kita.

Semoga makin terbuka dan mengenali diri Allah dalam hidup kita. Mari bersaksi dan berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday! (RAB)

RENUNGAN HARIAN 27 AGUSTUS 2023, MINGGU BIASA KE-21 (XXI)

Yesaya 22:19-23
Roma 11:33-36
Matius 16:13-20

MESIAS, ANAK ALLAH = ANAK MANUSIA?

 

Saat tiba di daerah Kaisarea Filipi (lihat peta sebelah) tiba-tiba – tak ada angin, tak ada hujan – Yesus bertanya kepada para murid, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?”. Kita jangan langsung menduga bahwa Yesus sedang bertanya apa kata-kata orang tentang diri-Nya. Belum sampai sana. Mungkin saja “Anak Manusia” yang dimaksud pada awal pertanyaan ini bukan tentang Yesus. Tapi tentang “Anak Manusia” yang terdapat dalam Nubuat Daniel. 

“Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.” (Daniel 7:13-14).

Bisa jadi, saat itu, di kalangan orang Yahudi sendiri menerka-nerka siapa gerangan yang dimaksud Anak Manusia oleh Nubuat Daniel ini? Siapakah Dia, yang datang dari awan-awan di langit. Siapakah Dia, yang diberikan kekuasaan dan kemuliaan sebagai raja! Siapakah Dia itu? Siapa yang ada dalam pikiran orang-orang akan diserahi Kekuasaan dan Kemuliaan Bapa yang Mahatinggi dalam Kerajaan-Nya yang kekal dan tidak akan musnah?

Oh itu. Ada yang bilang, Anak Manusia yang dimaksud itu adalah Yohanes Pembaptis. Ada lagi yang bilang Elia. Ada lagi yang bilang Yeremia – atau salah seorang nabi.

Lah, terus siapa dong?

Gak tau, pokoknya salah seorang dari para nabi terdahulu itulah sang “Anak Manusia” yang dimaksud dalam Nubuat Daniel. 

Pertanyaan Yesus dilanjutkan, sekarang, “Menurut kamu, siapakah Aku ini?”.

Saya membayangkan, dengan bahasa lain, Yesus hendak bertanya kepada mereka, “Menurut kamu, setelah kalian melihat apa yang Aku lakukan, Aku katakan dan perbuat, apakah Aku klop dengan “Anak Manusia” sesuai Nubuat Daniel itu? Bahwa Akulah yang akan diserahi segala kuasa dan kemuliaan dan memerintah sebagai raja?”

Saya yakin para murid ada yang takut dan ragu-ragu. Saya membayangkan ada beberapa di antara mereka berpikir, “Wah, offside nih orang! Pede bener lu!” Bahkan mungkin ada yang sebenarnya yakin tapi ragu-ragu untuk menjawab. Memang sih, para murid itu menyaksikan sendiri Yesus mengadakan banyak mukjizat. Tapi apa spesialnya Yesus?

Dia bisa menyembuhkan orang (Mat 12:9-15)? Lah Nabi Elia juga pernah nyembuhin Naaman (2Raj 5:14-15).

Memberi makan banyak orang (Mat 14:13-21)? Lah Musa dulu juga bisa kasih turun manna di padang gurun (Kel 16).

Bisa jalan di atas air (Mat 14:22-33)? Lah buset, bahkan Musa bisa belah air laut merah trus jalan nyebrang dengan ribuan orang (Kel 14:15)?

Trus apa lebihnya Yesus dari nabi-nabi itu? Mungkin begitu pikir para murid yang ragu, takut dan diam. 

Tiba-tiba, dalam kesunyian, Petrus maju dan mengakui Yesus, “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup!”. Petrus maju sebagai orang yang percaya. Mungkin dia juga ragu, bingung dan takut. Tapi itu tidak membuat dia diam. Ia berani mengambil sikap iman, maju dan mengakui imannya – di tengah keragu-raguannya. 

Apa upahnya menjadi seperti Petrus? 

“Berbahagialah engkau, SIMON BIN YUNUS, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga”. 

Coba kita ganti, nama SIMON BIN YUNUS dengan nama kita sendiri. Seperti itulah kata-kata Yesus jika kita tetap mau percaya kepada Yesus sebagai juruselamat di tengah keragu-raguaan, ketidakpahaman, ketidakmengertian. Iman yang bertahan itu adalah anugerah dari Bapa, bukan karena kita yang mau percaya. Bapa sendiri yang memilih kita, bukan kita yang memilih Dia. 

Pada perikop setelah ini , Petrus mendapat anugerah menyaksikan sendiri Kemuliaan Yesus di atas gunung Tabor. Yesus berubah rupa dalam kemuliaan bersama Musa dan Elia (Mat 17)

Yesus sendiri mengakui diri-Nya sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup. Dialah sang “Anak Manusia” yang dinubuatkan Kitab Daniel. Dia yang akan diserahkan kekuasaan dan kemuliaan sebagai Raja dalam Kerajaan Allah di surga. 

Lalu Yesus melarang murid-murid untuk memberitahukan ini kepada siapapun. Kadang kita bertanya, kenapa dilarang sih, bukannya bagus disebarkan begitu?

Eh tunggu dulu. Kalau disebarkan saat itu pasti dunia persilatan langsung heboh! Para murid-murid yang adalah saksi mata semua mukjizat saja ragu-ragu menjawab dan menerima. Apalagi yang tidak pernah kenal Yesus, langsung diberitahu bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah – Anak Manusia dalam Nubuat Daniel yang akan datang sebagai Raja????

(intermezzo) Tapi rasa saya sih pasti ada yang jadi Lambe Turah trus cerita ke orang banyak. Dan akhirnya berita ini menyebar seperti gosip sampai Yerusalem.

Karena ini yang menyebabkan Yesus disambut kelak di Yerusalem bak seorang Raja (Mat 21). Kok bisa-bisanya orang-orang ini menyambut Yesus seperti menyambut kedatangan raja kalau sebelumnya tidak berita tentang itu?

 

 

 

Bahkan di atas kayu salib Yesus pun tertulis – “Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi” (Mat 27:37).

 

Dan alasan yang sama menjadi tuduhan penyaliban-Nya, karena Yesus mengaku sebagai Raja (Mat 27:11).

Ia dipakaikan busana raja dan mahkota duri dan memberi tongkat seperti raja (Mat 27:29)

Gara-gara ini juga orang banyak mengolok-olok Yesus (Mat 27:29, 42). 

Tapi setelah semuanya selesai, setelah Yesus bangkit sebelum terangkat ke surga, Ia meyakinkan para murid. 

Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:18-20).

Emang benar Dialah Anak Allah, Anak Manusia, Raja semesta alam. 

Mereka yang percaya akhirnya diutus dan disertai Tuhan. 

Jadi begitulah kisahnya. Kadang-kadang di tengah keraguan, kita perlu mengambil sikap iman seperti Petrus. Lepas bebas dari segala ketakutan, kekhawatiran dan keraguan. 

Dan orang yang berani mengambil keputusan imannya tidak akan kehilangan ganjarannya.

Jadi, kamu gimana?

RA

 

Perayaan Ekaristi Minggu, 27 Agustus 2023, Pk. 11.00 WIB di Pusat Pastoral Samadi, Klender, Jakarta Timur (Disiarkan juga di TVRI Nasional)

_Kami mengundang umat untuk hadir secara offline dalam:_
Perayaan Ekaristi Minggu, 27 Agustus 2023, Pk. 11.00 WIB di Pusat Pastoral Samadi, Klender, Jakarta Timur
(Disiarkan juga di TVRI Nasional)
*Misa dipersembahkan oleh Rm. John Laba T, SDB*
NB: Misa akan disiarkan juga di TVRI Nasional

RENUNGAN HARIAN 26 AGUSTUS 2023, SABTU PEKAN BIASA KE-20 (XX)

Rut 2:1-3.8-11;4:13-17

Matius 23:1-12

 

IKUTI NASIHATNYA
ABAIKAN KELAKUANNYA

Dalam kehidupan nyata, kita sering jumpa kelakuan orang dengan pribadi terpecah atau somplak. Pengemudi motor yang zigzag selalu potong jalan orang, saat kita maju dia teriak “hoi sabar!” Padahal dirinya yang lakukan tindakan menang sendiri. Orang dengan pribadi somplak, selalu mau menang sendiri dan meminta yang lain memakluminya, sering kita temui memancing emosi kita.

Yesus mengundang kita pada tingkah kesalehan yang tinggi, meminta kita turuti nasehat orang farisi dan ahli taurat tapi jangan contoh perbuatannya. Ini sama saja dengan perjuangan kita tetap disiplin penuh kasih dalam hidup bahkan saat berhadapan dengan pribadi somplak macam orang farisi.

Mereka tidak perlu dinasehati, nasehat sudah penuh di kepala mereka dan mudah keluar dari mulutnya karena batinnya sudah tertutup, tak bisa serap satupun nasehat. Batinnya egois dan merasa selalu benar. Maka kita yang waras memang harus maklum akan kelakuan mereka.

Bukankah kita yang pasti masuk surga?

FE

RENUNGAN HARIAN JUMAT, 25 AGUSTUS 2023 “Keputusan yang didasarkan pada Kasih”

RENUNGAN HARIAN JUMAT, 24 AGUSTUS 2023, Keputusan yang didasarkan pada Kasih, Rut 1:1.3-6.14b-16.22, Mat 22:34-40, renungan katolik, renungan harian katolik, renungan kristiani, jumat biasa xx

Jumat biasa pekan ke-20 (H)
Jumat, 25 Agustus 2023.

Bacaan:
Bacaan I: Rut 1:1.3-6.14b-16.22;
Mzm 146:5-10;
Bacaan Injil: Mat 22:34-40.

Diliges Dominum Deum tuum ex toto corde tuo, et in tota anima tua, et in tota mente tua et diliges proximum tuum, sicut teipsum_ ; “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan segenap akal budimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.

Dalam situasi sulit, tidak jarang seseorang mengambil keputusan pribadi yang dirasa menguntungkan dirinya dan sesama sekitar. Inilah keputusan yang dipilih oleh Orpa, dia memilih untuk kembali ke kampung halamannya dan meninggalkan Naomi, ibu mertuanya. Pilihan Orpa ini masuk akal dan sesuai dengan perhitungan manusiawi.

Namun ada pula, pribadi-pribadi yang tidak melulu mendasarkan pilihan pada pertimbangan duniawi saja, melainkan digerakkan oleh Kasih. Sebagaimana Rut yang tetap memilih setia mengikuti Naomi, mertuanya.

Keputusan ini didasarkan pada Kasih, yang bukan sekedar perhitungan manusiawi melainkan memiliki unsur ilahi. Pilihan inilah yang membuat Rut pantas dimasukan dalam sejarah keselamatan manusia. Melalui keturunan Rut inilah, hadirlah Raja Daud dan Yesus Kristus, Juru Selamat kita.

RENUNGAN HARIAN JUMAT, 24 AGUSTUS 2023, Keputusan yang didasarkan pada Kasih, Rut 1:1.3-6.14b-16.22, Mat 22:34-40, renungan katolik, renungan harian katolik, renungan kristiani, jumat biasa xx

Hal senada diungkapkan oleh Yesus hari ini. Kristus memberikan perintah Kasih kepada kita semua. Kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama seperti pada diri sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Hukum kasih ini saling terkait satu sama lainnya.

Kasih kepada Allah nampak melalui kasih kita kepada sesama. Kasih kepada sesama nampak pada bagaimana kita menghargai diri sendiri. Dengan menghargai diri, kitapun mampu mengasihi sesama dengan lebih baik. Dan dengan mengasihi sesama maka kita menunjukkan Kasih kepada Allah.

Perintah kasih ini perlu diwujud-nyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana kita membina relasi kasih dalam keluarga: pasangan, orang tua, mertua, anak dan menantu. Sebagaimana Rut yang tetap mengasihi Naomi meskipun sudah ditinggal mati oleh suaminya, putera dari Rut.

RENUNGAN HARIAN KAMIS, 24 AGUSTUS 2023, PESTA S. BARTOLOMEUS, RAS (M) “Dulu Sinis, Sekarang Manis”

Pesta S. Bartolomeus, Rasul Martir, Rm Sony Pr, Why.21:9b-14, Yoh.1:45-51

Pesta S. Bartolomeus, Ras (M)
Why.21:9b-14; Mzm. 145:10-11,12-13ab, 17-18; Yoh.1:45-51.

Dulu Sinis, Sekarang Manis

Sikap sinis adalah perilaku yang memandang sesuatu dengan cenderung rendah. Sikap yang diperlihatkan cenderung meragukan kebaikan yang diusahakan atau ditampilkan orang lain. Semua gagasan baik cenderung dimentahkan dengan nada sindiran.

Sinis yang kadang dibarengi sikap masa bodoh merupakan ciri stress (CNN.com , 2015). Sehingga perlu berhati-hati menghakimi mereka yang bersikap sinis. Tidak perlu ditanggapi serius. Mereka yang sini kadang hanya perlu diberi waktu dan didengarkan saja.

Nada Nathanael seperti terdengar sinis. Di saat Filipus sedang begitu semangatnya menceritakan pertemuannya dengan Yesus (Yoh 1:45), Nathanael dengan sinis menjawab “mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazareth” (Yoh 1:46). Filipus tidak terburu-buru menghakimi Nathanael, ia justru memberi ruang bagi Nathanael.

Kebenaran Filipus dipertegas oleh Yesus sendiri. Bahkan Yesus memuji Nathanael sebagai orang Israel sejati (1:47). Sikap Nathanael pun berubah, tidak lagi sinis. Ia menjadi manis di hadapan Allah, ia datang kepada Yesus dan menyembahNya (1:49).

Lalu?
Tak perlu emosi dan berbalik negatif menghadapi mereka yang sinis. Mungkin saja kita diutus menjadi “Filipus” bagi mereka. Tetap tersenyum, niscaya; sinis pun berubah manis. (Sy)

Terbaru

Populer