Home Blog Page 150

Jadwal Misa Malam Natal dan Natal 2011

Paroki Alam Sutra- St. Laurentius (MENJADI PAROKI PER 1 JAN 2012):
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 07.00, 10.00, 18.00 WIB
Paroki Bekasi- St. Arnoldus Jannsen:
Malam Natal: 16.00, 19.30, 22.30 WIB
Natal: 06.00, 09.00, 17.30 WIB
Paroki Bintaro- St. Matius Penginjil:
Malam Natal: 17.00, 20.00, 23.00 WIB
Natal: 07.00, 09.30, 17.00 WIB
Paroki Bojong Indah- St. Thomas Rasul:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 08.30, 16.00, 18.00 WIB
Paroki Cengkareng- Trinitas:
Malam Natal: 15.00, 18.30, 22.00 WIB
Natal: 06.00, 12.00, 16.00, 19.00 WIB
Paroki Cijantung- St. Aloysius Gonzaga:
Malam Natal: Pk. 17.00, 20.30 WIB
Natal: 06.00, 08.00, 18.00 WIB
Kapel Kopassus- St. Valentino:
Malam Natal: Pk. 18.00 WIB
Paroki Cilandak- St. Stefanus:
Malam Natal: 18.00, 22.00 WIB
Natal: 07.00, 09.00, 17.00 WIB
Paroki Cilangkap- St. Yohanes Maria Vianney:
Malam Natal: 18.30, 20.30 WIB
Paroki Ciledug- St. Bernadet (BELUM ADA GEDUNG GEREJA):
Malam Natal: 16.00 (di Gereja St. Maria Regina, Bintaro Sektor IX), 18.00 (Aula Tarakanita), 19.00 (Metro Permata)
Natal: 08.00 (Aula Tarakanita), 17.00 (Metro Permata)
Paroki Curug- St. Helena:
Malam Natal: 17.00, 20.30 WIB
Natal: 08.00, 17.30 WIB
Paroki Cililitan- St. Robertus Bellarminus:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 08.00, 18.00 WIB
Paroki Danau Sunter- St. Yohanes Bosco:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 06.00, 08.00, 18.00 WIB
Paroki Duren Sawit- St. Anna:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30, 16.30, 18.30 WIB
Stasi Perumnas Klender- St. Yoakhim:
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 08.00 WIB
Stasi Billy & Moon- St. Maria Bintang Samudra:
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 08.00 WIB
Paroki Duri Kosambi- St. Matias Rasul:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30, 17.00 WIB
Paroki Grogol- St. Kristoforus:
Malam Natal: 17.00, 20.30 WIB
Natal: 05.45, 07.30, 10.00, 16.30, 18.30 WIB
Stasi Jelambar- St. Polikarpus:
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 09.00, 17.00 WIB
Paroki Kampung Duri- Damai Kristus:
Malam Natal: 17.00, 20.00 WIB
Natal: 08.30, 18.30 WIB
Paroki Karawaci- St. Agustinus:
Malam Natal: 17.00, 21.00 WIB
Natal: 17.00 WIB
Paroki Katedral- St. Perawan Maria Diangkat ke Surga:
Malam Natal: 17.00, 20.00, 22.30 WIB
Natal: 06.00, 07.30, 09.00, 11.00, 18.00 WIB
Paroki Kedoya- St. Andreas:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 06.00, 08.30, 11.00, 16.30, 18.30 WIB
Paroki Kelapa Gading- St. Yakobus:
Malam Natal: 17.30, 21.30 WIB
Natal: 06.00, 08.30, 10.30, 17.30 WIB
Stasi Pegangsaan Dua- St. Yakobus:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 09.30 WIB
Stasi Kim Tae Gon- St. Andreas Kim Tae Gon:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00, 18.00 WIB
Paroki Kemakmuran- Bunda Hati Kudus:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 10.00, 17.00 WIB
Paroki Kemanggisan- Maria Bunda Karmel:
Malam Natal: 18.00 (Gereja), 18.00 (Auditorium), 22.00 WIB (Gereja)
Paroki Kramat- Hati Kudus Yesus:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 09.00, 17.00 WIB
Paroki Kranji- St. Mikael:
Stasi Harapan Indah- St. Albertus:
Malam Natal: 17.00, 21.00 WIB
Natal: 07.00 WIB
Paroki Lubang Buaya- Kalvari:
Malam Natal: 17.00, 22.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00, 17.00 WIB
Stasi Taman Mini Indonesia Indah- St. Katarina:
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30 WIB
Paroki Mangga Besar- St. Petrus & Paulus:
Malam Natal: 17.30, 20.00 WIB
Natal: 07.00, 09.00, 18.00 WIB
Paroki Matraman- St. Yoseph:
Malam Natal: 17.00, 20.00 WIB
Kapel Jatinegara- Gembala Baik:
Malam Natal: Pk. 19.00 WIB
Paroki Meruya- Maria Kusuma Karmel:
Malam Natal: 16.30, 21.00 WIB
Natal: 07.00, 10.00, 16.30, 19.30 WIB
Paroki Pademangan- St. Alfonsus Rodriguez:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 18.00 WIB
Paroki Pamulang- Rasul Barnabas:
Malam Natal: 16.00, 21.00 WIB
Natal: 07.00, 10.00, 18.00 WIB
Paroki Pantai Indah Kapuk- Regina Caeli:
Malam Natal: 18.00, 21.30 WIB
Natal: 08.00, 10.30, 17.00 WIB
Paroki Pejompongan- Kristus Raja (GEREJA BELUM SELESAI):
Malam Natal: 17.00, 20.00 WIB (Di Basement Gereja Kristus Raja)
Natal: 08.30 WIB
Paroki Pulomas- St. Bonaventura:
Malam Natal: 17.00, 20.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00, 16.30, 18.30 WIB
Paroki Serpong- St. Monika:
Malam Natal: 17.00, 21.00 WIB
Natal: 06.00, 09.00, 17.00, 19.30 WIB
Paroki Slipi- Kristus Salvator:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00, 17.00 WIB
Paroki Sunter- St. Lukas:
Malam Natal: 17.00, 20.00, 23.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30, 11.00, 18.00 WIB
Paroki Taman Galaksi- St. Bartholomeus:
Malam Natal: 17.00, 19.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00 WIB
Paroki Tangerang- Hati Tak Bernoda St. Perawan Maria:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 10.00, 18.00 WIB
Stasi Kota Bumi- St. Gregorius:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 08.00 WIB
Stasi Teluk Naga- St. Maria Immaculata:
Malam Natal: 19.00 WIB
Kapel Poris- St. Agustinus:
Malam Natal: 19.00 WIB
Paroki Teluk Gong- St. Philipus Rasul:
Malam Natal: 18.00, 21.30 WIB
Natal: 08.00, 17.00 WIB
Paroki Theresia- St. Theresia:
Malam Natal: 13.00 (Expat), 17.00, 20.00, 23.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30, 11.30 (Expat), 15.00, 18.00 WIB

Gua Maria Sendang Pawitra Dirusak

Tempat ziarah di Tawang Mangu, Karanganyar Jawa Tengah  (Gua Maria Sendang Pawitra Sinar Surya) tadi malam dirusak oleh orang tidak bertanggungjawab. Gua Maria yang didirikan di lereng Gunung Lawu itu tepatnya terletak di sekitar Grojogan Sewu. Kejadian ini diperkirakan terjadi sekitar pukul 24.00 tengah malam tadi malam.  Pak Narto yang diserahi sebagai juru kunci tempat ziarah itu sekitar pukul 20.00 WIB turun ke tempat saudaranya karena ada saudara yang sakit.  Sekitar pukul 22.00 WIB dia kembali ke lokasi dan belum terjadi apa-apa. Sekitar pukul 24.00 malam dia melihat  ada cahaya lampu senter di sekitar lokasi. Namun Pak Narto tidak menaruh curiga karena hal seperti itu sudah   biasa terjadi.   Sering sekali ada orang berziarah pada malam hari.

Tetapi ketika keesokan harinya Pak narto  begitu kaget dan langsung menangis. Sebab  dilihatnya lokasi ziarah itu sudah porak poranda. Yang lebih menyedihkan lagi kepala patung Bunda Maria hilang  tidak tahu kemana.  Dua patung malaikat kecil di bawah patung itu pun dihancurkan.  Tempat air suci  ikut  jadi sasaran, meja tempat lilin berpindah ke dekat meja altar. Patung salib setinggi 1,5 meter hilang  mungkin juga dibawa oleh si perusak.

Kejadian pagi tadi begitu mengagetkan banyak pihak. Kapolses Tawangmangu sendiri langsung datang ke lokasi kejadian demikian  juga Kapolres Karanganyar. Police line langsung dipasang. Hingga saat ini masih diselidiki siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa ini.Pastor paroki Rm. Sunaryady berharap supaya siapapun yang melakukan perusakan itu bukan karena dendam, bukan karena dikecewakan, dan tidak berkeinginan merusak ketengangan warga di sekitar Tawangmangu, bahkan mungkin di Indonesia.

Kapolres Tawangnangu telah mengundang tokoh-tokoh agama Karanganyar dan   menghimbau agar warga tidak mudah terpancing oleh situasi ini. Dia berjanji akan terus melakukan  penyelidikan atas kejadian ini.

Gagasan Kandang/Gua Natal

Kandang Natal 2011, Paroki St. Monika Serpong.Dibuat dari botol bekas air mineral.

Sdr/Sdri Terkasih dalam Kristus,

Meski mungkin agak terlambat, namun belum sama sekali terlambat, saya ingin menyampaikan gagasan untuk panitia natal di paroki Anda, tentu melalui Anda sebagai pastor di paroki masing-masing.

Begini,

kesadaran dan kepedulian Gereja Katolik akan masalah lingkungan hidup dan pemanasan global makin hari memang terasa membaik, tentu saja bila dibandingkan dengan dua puluh-tiga puluh tahun lalu. Bahkan, Paus kita sekarang (Benedictus XVI) sering dijuluki Green Pope karena kepeduliannya pada masalah ini.

Nah, saya kira gua/kandang natal pun bisa menjadi sarana penyadaran umat akan hal ini. Maksud saya, bukan hanya sekedar membuat gua/kandang natal dari bahan daur ulang, tetapi membuat design yang memang bisa ‘menyodok’ kesadaran umat akan masalah lingkungan hidup dan pemanasan global. Kita ingat, kehadiran Yesus di Gua Beltlehem selama ini mau menyodok kesadaran kita akan krisis keserakahan dan kemudian kemiskinan dunia. karena itu, tidak salah juga kalau ada design yang dibuat sedemikian rupa, tanpa meninggalkan ciri khas natal. Misalnya, saya pernah melihat, ada kandang natal yang dibuat kecil, tetapi diletakkan di atas sebuah bola dunia yang meleleh.. Memang tidak konvensional, tetapi tidak keluar dari ‘pakem’ dan membuat kesadaran umat meningkat.

Sehubungan dengan itu, jika masih mungkin, mohon gagasan ini disampaikan kepada panitia natal supaya bisa ditindak-lanjuti. Mohon juga, kalau ada yang berhasil membuatnya, kandang/gua natal itu difoto lalu dikirim kepada saya untuk bisa disebarkan ke lebih banyak orang.

 
Rm. Andang B. SJ
___________________________________

Berikut saya kirimkan pesan dr Bapak Uskup mendukung imbauan Rm Andang SJ tsb, dg menambahkan satu nilai lain, yakni “kesederhanaan”:

“Para Romo terkasih, saya mendukung imbauan Romo Andang, SJ agar Paroki-paroki membuat dan menghias gua Natal dengan memperhatikan semangat kepedulian pada lingkungan hidup. Saya juga mengajak para Romo bersama Dewan Paroki untuk mengemas perayaan Natal dalam semangat kesederhanaan, sesederhana kandang Betlehem tempat Yesus dilahirkan, tidak perlu menggunakan hiasan-hiasan yang mewah. Dengan demikian perayaan Natal kita bersama mencerminkan kepedulian kita terhadap pentingnya kelestarian lingkungan hidup sekaligus selaras dengan semangat kita yang ingin berbela rasa dengan saudara-saudara yang lemah, miskin, terpinggirkan. Terima kasih. (I. Suharyo)”

Semoga imbauan Rm Andang Bapak Uskup tsb mampu kita wujudkan bersama2.

Catatan: Mohon para Sekretaris Dewan Paroki mengkomunikasikan hal ini kpd para Romo Paroki anggota DP lainnya utk ditindaklanjuti. Mohon bantuan jg kpd teman2 Sekretariat Paroki utk menginformasikan hal ini kpd Romo Dewan Paroki.

Terima kasih.

Salam,
Felix Iwan Wijayanto

 
 
____________________________

Rm Andang dan Rekan2 ytk

Sekedar bagi pengalaman saja dari Tere;

Untuk kandang kita pake pola kandang knockdown yang dirancang seorang arsitek yg juga mendalami pertamanan /landscape. Kandang bentuk tetap, tetapi setting latar dan hiasan bisa berubah2 sesuai tema dan suasana terkini. Misalnya kemarin diberi latar suasana merapi dan bencana alam lainnya. Kandang dibayangkan menjadi “tempat pengungsian”.

Dengan kandang bongkar pasang ini, kami mengajari untuk berhemat, tetapi sekaligus langkah kateketis yaitu menghias kandang Natal sbg bagian dari proses persiapan batin. Bertahap dengan menambahkan tokoh2 terlibat diwakili oleh penempatan patung2 ke dlm kandang. Tidak pake sistem SKS (sistem kebut semalam), kandang baru dibuat semalam sebelumnya.

Tahun lalu sehubungan dengan persembahan natal dari anak2 BIA ada yang menarik. Dalam misa anak 3 bulan sebelum Natal  masing2 anak2 diberi bibit tanaman pucuk merah untuk dirawat di pot di rumah masing2. Pada waktu Natal dibawa untuk menghiasi kandang natal. Sekedar usaha menanamkan kecintaan terhadap lingkungan dan budaya merawat kehidupan.

Pohon Natal juga dibuat secara tematis sesuai ide kreatif OMK.

Tahun 2009 pohon natal dari botol2 bekas yang dikumpulkan dari umat juga botol2 bekas waktu kegiatan. DIbersihkan dan dihias. Lalu setelah natal selesai, botol2 dijual dan diberikan untuk sumbangan sosial. Proses dan pengalaman bersama2 OMK mengumpulkan, membersihan, menghias pohon natal kreasi OMK, pasti jauh lebih indah dan bermakna. Tahun 2010, pohon natal dari pohon cemara beneran dan cukup besar, sumbangan umat yang mau renovasi rumah sehingga terpaksa potong pohon cemara kesayangan. Daripada dibuang sayang, lalu dipasang di gereja Teresia.

Tahun 2011: pohon natal akan dihias dari boneka2 bekas sumbangan anak2 dan umat. Boneka2 akan dibersihkan lalu diletakkan di kerangka pohon natal dari bambu. Setelah Natal selesai, boneka2 akan dilaundry dan dikemas rapi, lalu akan di sumbangakan ke panti asuhan anak-anak. Selain itu, khusus tahun 2011 juga dibuat suatu Patung Kanak2 Yesus ukuran bayi, nuansa nusantara, karya anak negeri sendiri yaitu seniman keramik F. Widayanto. Patung ini ditambahkan untuk melengkapi sarana devosi umat karena terinspirasi pengalaman hidup pelindung paroki yaitu St. Theresia Kanak Kanak Yesus. Moga2 dengan cara itu patung tidak lantas masuk lemari atau gudang setelah masa natal usai, tetapi dimuliakan sebagai sarana devosi bagi umat.

Moga2 PULA terjadi pembaharuan hidup seturut teladan st. Theresia yang mengalami “perjumpaan” dengan Tuhan melalui Kanak-Kanak Yesus di malam natal. Yang jelas tidak hanya berhenti pada devosi tetapi transformasi hidup…. SEMOGA!

sekian kabar dari tere.

pax

hani

___________________________________
Foto Kandang Paroki St. Monika Serpong.
Oleh: Didi (ddliman@yahoo.com)

Kandang Natal 2011, Paroki St. Monika Serpong. Dibuat dari botol bekas air mineral.

Kinnaman: Mengapa Banyak Kaum Muda (Barat) Jarang Aktif ke Gereja?

Semakin nyata bahwa banyak kaum muda terutama di barat sudah tidak lagi aktif ke Gereja. Sebuah buku hasil riset dari Barna Group mengungkapkan mengapa banyak kaum muda “terjatuh” saat memasuki kedewasaan.

Pada awal pembukaan dari buku tersebut, digarisbawahi tiga (3) realita yang harus dipahami seputar dunia kaum muda:
1. Gereja secara aktif memang memiliki banyak kegiatan bersama kaum muda, namun ternyata banyak kaum muda yang justru tidak bertumbuh kedewasaan imannya dalam menjadi pengikut Kristus yang sejati.
2. Ada banyak alasan mengapa orang-orang jatuh dalam dosa dan keputusasaan, oleh sebab itu sangatlah penting untuk tidak menghakimi seluruh generasi.
3. Gereja tidak sigap dan tepat dalam mempersiapkan generasi berikutnya untuk menjadi pengikut Kristus dalam konteks peradaban budaya yang berkembang sangat cepat.

Masalahnya, Kinnaman menjelaskan, adalah bukan pada bahwa kaum muda kurang aktif ikut kegiatan di Gereja. Fakta mengungkapkan bahwa dari 5 anak muda Amerika, 4 di antaranya menghabiskan masa kecil dan remaja mereka di paroki mereka. Yang terjadi selanjutnya adalah bahwa aktivitas itu menurun ketika mereka berusia 20-an tahun. Masalah terbesarnya adalah bahwa dunia mereka mulai terputus dari Gereja. Bahkan dikatakan oleh Kinnaman, perjuangan mereka untuk setia aktif mengikuti kegiatan di Paroki lebih besar dari pada perjuangan untuk setia menjadi pengikut Kristus.

Faktor Penting yang mempengaruhi kaum muda saat ini adalah situasi peradaban di mana mereka tinggal. Secara khusus kaum muda, mereka menghadapi situasi perubahan jaman yang sangat cepat. Selama kurang lebih 10 tahun terakhir terdapat banyak sekali perubahan dalam media massa, teknologi, seksualitas dan ekonomi. Hal ini semakin menambah kompleksitas dan ketidakpastian dalam masyarakat. Mengenai perubahan jaman yang sangat cepat ini, Kinnaman menjelaskannya dalam tiga konsep yaitu, Akses, Keterasingan dan Otoritas.

Mengenai konsep pertama yaitu, Akses, ia menjelaskan bahwa dalam perkembangan dunia digital saat ini telah terjadi revolusi dalam hal berhubungan dan berkomunikasi, bekerja serta berpikir. Teknologi telah merubah semuanya. Jelas ada sisi positifnya yaitu seperti Internet dan perangkat digital lainnya, semuanya itu semakin memudahkan dalam penyebaran pesan iman dan moral Kristianitas. Namun, hal itu juga berarti segala perangkat tersebut juga membuat kaum muda semakin mudah mengetahui budaya-budaya lain yang justru dapat mengguncang keyakinan mereka. Hal lain lagi adalah berkurangnya pemahaman secara logis dan lurus.

Konsep yang kedua, yaitu Keterasingan, Kinnaman menjelaskan bahwa ada banyak kaum remaja dan kaum muda yang beranjak dewasa yang merasa terasing dan tersisihkan dari keluarga, komunitas dan institusi mereka. Tingginya tingkat perceraian dan kehamilan di luar pernikahan menunjukkan banyak dari mereka yang bertumbuh di luar struktur keluarga tradisional. “Banyak Paroki yang tidak mempunyai solusi pastoral yang secara efektif mendampingi kaum muda menjalani masa transisi menuju ke kedewasaan,” ungkap Kinnaman.

Ditambah lagi, bahwa kaum muda saat ini sangat skeptic terhadap institusi yang dahulu telah membentuk masyarakat. Jaringan akar rumput dan kerjasama nyata sesungguhnya lebih diutamakan dari pada institusi hierarkis. Skeptisisme itu kemudian berkembang menjadi ketidakpercayaan atas adanya Otoritas, yang adalah konsep ketiga dari Kinnaman yang telah disebut di atas. Kecenderungan atas pluralisme dan bahkan keyakinan atas ide-ide yang bertentangan lebih diutamakan dari pada Kitab Suci dan Norma Moral.

Sebenarnya “Budaya Mempertanyakan” dapat membawa orang menuju kepada kebenaran dan ketegangan antara iman dan budaya juga membawa pemahaman positif, namun hal itu kini membutuhkan bentuk baru pendekatan Gereja. Kinnaman mengakui bahwa ada beberapa alasan mengapa kaum muda meninggalkan Gereja. Beberapa kaum muda merasa frustrasi dan beranggapan bahwa Gereja mengekang kreativitas dan ekspresi pribadi. Yang lain lagi merasa bosan, dangkal dan hampa dengan pengajaran dan khotbah yang ada. Kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak disertai juga kemajuan pemikiran teologis iman pun turut andil, dan sebagainya.

Kinnaman menemukan fakta bahwa Gereja telah gagal dalam mendidik secara mendalam dan progresif para generasi muda. Pada akhir bukunya Kinnaman merekomendasikan sebuah solusi atas hal tersebut yaitu, perlu segera diadakan perubahan cara berpikir dan bertindak dari para generasi tua Gereja berhadapan dengan generasi muda. Para generasi tua hendaknya jangan berada dalam posisi yang menghakimi generasi muda, melainkan merangkul dan memahami. Selain itu Kinnaman, juga mendesak agar segera ditemukan konsep teologis yang baru terkait dengan konsep Panggilan yang dapat memancing kaum muda untuk lebih dalam bertanya atas relasinya dengan Allah.

Ajakan Gerakan Hari Perdamaian se-Dunia pada Januari 2012


Hal: Ajakan Gerakan Hari Perdamaian se-Dunia
 
Kepada Seluruh Umat;
Salam Damai Yesus Kristus,

Perdamaian bagi seluruh umat manusia dan keutuhan ciptaan Allah di dunia merupakan cita-cita dunia. Perjuangan menciptakan perdamaian di dunia adalah kehendak setiap insan sekaligus perutusan kita bersama sebagai anak-anak Allah. Untuk itu, atas anjuran P. Yohanes Subagyo Pr, Vikaris Jenderal KAJ, dengan ini Komisi Kepemudaan, Kerawam, dan HAK KAJ mengajak seluruh OMK bersama umat Gereja Katolik di Paroki-Paroki se-KAJ untuk berpartisipasi dalam:

Gerakan Hari Perdamaian se-Dunia, pada Minggu Pertama bulan Januari 2012, pk. 16:00 tepat, dengan melakukan kegiatan sbb:

1. Berkumpul bersama di Gereja Paroki masing-masing/tempat strategis lain.

2. Melepaskan dua ekor burung merpati sebagai symbol perjuangan perdamaian.

3. Jika memungkinkan, tanamlah pohon sebagai wujud perdamaian dengan lingkungan hidup dan alam semesta.

4. Ajaklah umat/warga masyarakat dari agama-agama lain di sekitar Gereja paroki setempat untuk berdoa dan melakukan kegiatan di atas, sebagai wujud kebersamaan memperjuangkan  perdamaian dunia dan masyarakat Indonesia.

5. Alangkah baiknya jika dilanjutkan kegiatan dialog atau refleksi untuk merencanakan bentuk-bentuk tindakan konkret merintis perdamaian di lingkungan masyarakat sekitar, dalam rangka pemberdayaan komunitas basis dalam semangat persaudaraan sejati.

Sebagai gerakan bersama, mari kita melakukan kegiatan tersebut secara serempak pada hari dan jam, di atas. Teknis penyelenggaraannya kami serahkan kepada Seksi Kepemudaan, Kerawam dan HAK Paroki, sesuai kreativitas masing-masing.

Demikian surat ajakan kami, atas perhatian, dukungan, dan partisipasinya kami mengucapkan terima kasih.

TTD,

–          P. A. Suyadi Pr (Ket. KomKep KAJ)

–          Y. Haryono (Ket. HAK KAJ)

–          P. Krissantono (Ket. KomKer KAJ)

–          P. Y. Subagyo Pr (Vikaris Jenderal KAJ)

8 DESEMBER : HR SP MARIA DIKANDUNG TANPA DOSA

“Akulah Yang Dikandung Tanpa Dosa”
“Que Soy Era Immaculada Conceptiou”
“I Am The Immaculate Conception”

Pesan Bunda Maria dalam suatu penampakan kepada St. Bernadette 
Salah satu hal yang khas yang membedakan kita, umat Katolik, dari saudara-saudari kita yang Protestan adalah cinta dan penghormatan yang kita persembahkan kepada Bunda Yesus.
Kita percaya bahwa Maria, sebagai Bunda Allah, sudah selayaknya memperoleh penghormatan, devosi dan penghargaan yang sangat tinggi.
Salah satu dogma (dogma = ajaran resmi gereja yang dinyatakan secara meriah dengan kekuasaan Paus) Gereja Katolik mengenai Bunda Maria adalah Dogma Dikandung Tanpa Dosa. Pestanya dirayakan setiap tanggal 8 Desember.
Masih banyak orang Katolik yang belum paham benar mengenai dogma ini.
Jika kalian bertanya kepada beberapa orang Katolik, “Apa itu Dogma Dikandung Tanpa Dosa?”, maka sebagian besar dari mereka akan menjawab, “Yaitu bahwa Yesus dikandung dalam rahim Santa Perawan Maria tanpa dosa, atau tanpa seorang bapa manusia.”
Jawaban demikian adalah jawaban yang salah yang perlu dibetulkan.
Ya, tentu saja Yesus dikandung tanpa dosa karena Ia adalah Allah Manusia.
Tetapi Dikandung Tanpa Dosa adalah dogma yang menyatakan bahwa Bunda Maria dikandung dalam rahim ibunya, Santa Anna, tanpa dosa asal.
Bunda Maria adalah satu-satunya manusia yang dianugerahi karunia ini. Bunda Maria memperoleh keistimewaan ini karena ia akan menjadi bejana yang kudus dimana Yesus, Putera Allah, akan masuk ke dunia melaluinya.
Oleh karena itu, Bunda Maria sendiri harus dihindarkan dari dosa asal.
Sejak dari awal mula kehadirannya, Bunda Maria senantiasa kudus dan suci – betul-betul “penuh rahmat”.
Kita menggunakan kata-kata ini ketika kita menyapa Maria dalam doa Salam Maria, tetapi banyak orang yang tidak meluangkan waktu untuk memikirkan apa arti sebenarnya kata-kata ini.
Ketika Malaikat Gabriel menampakkan diri kepada Bunda Maria untuk menyampaikan kabar sukacita, dialah yang pertama kali menyapa Maria dengan gelarnya yang penting ini,
Lukas 1:28 “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”
Kata-kata “penuh rahmat” ketika diterjemahkan dari teks bahasa Yunani, sesungguhnya digunakan sebagai nama yang tepat untuk menyapa Maria.
Istilah Yunani yang digunakan menunjukkan bahwa Maria dalam keadaan penuh rahmat atau dalam keadaan rahmat yang sempurna sejak dari ia dikandung sampai sepanjang hayatnya di dunia.
Bukankah masuk akal jika Tuhan menghendaki suatu bejana yang kudus, yang tidak bernoda dosa untuk mengandung Putera-Nya yang Tunggal?
Bagaimana pun juga, Yesus, ketika hidup di dalam rahim Maria, tumbuh dan berkembang sama seperti bayi-bayi lainnya tumbuh dan berkembang dalam rahim ibu mereka masing-masing.
Ia menerima darah Maria dan menerima makanan untuk pertumbuhan-Nya dari tubuh Maria sendiri.
Sebagian kaum Protestan menolak dogma ini dengan mengatakan bahwa Maria berbicara tentang “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku.”
Mengapa Maria memerlukan seorang Juruselamat, tanya mereka, jika ia tanpa noda dosa? Gereja mengajarkan bahwa karena Maria adalah keturunan Adam, maka menurut kodratnya ia mewarisi dosa asal.
Hanya oleh karena campur tangan Allah dalam masalah yang unik ini, Maria dibebaskan dari dosa asal.
Jadi, sesungguhnya Maria diselamatkan oleh rahmat Kristus, tetapi dengan cara yang sangat istimewa.
Rahmat tersebut dilimpahkan ke atasnya sebelum ia dikandung dalam rahim ibunya.
Kaum Protestan juga akan menyanggah dengan mengatakan bahwa dogma ini tidak sesuai dengan ayat Kitab Suci yang mengatakan bahwa “semua orang telah berbuat dosa” (Roma 3:23).
Namun demikian, jika kita mempelajari masalah ini dengan sungguh-sungguh, kita akan menemukan beberapa pengecualian.
Kitab Suci juga mengajarkan bahwa meskipun semua orang telah berbuat dosa, Yesus yang adalah sungguh-sungguh manusia tidak berbuat dosa.
Logis jika kita melanjutkannya dengan mengatakan bahwa Maria juga tidak berdosa dan dihindarkan dari dosa asal agar ia dapat tetap senantiasa menjadi bejana yang kudus untuk mengandung bayi Yesus.
Secara sederhana Dogma Dikandung Tanpa Dosa dapat dijelaskan sebagai berikut:
Seperti kita ketahui, Adam dan Hawa adalah manusia pertama yang diciptakan Tuhan.
Tuhan memberikan kepada mereka apa saja yang mereka inginkan di Firdaus, Taman Eden.
Tetapi Allah berfirman bahwa mereka tidak diperbolehkan makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Lucifer, raja iblis, datang kepada mereka dan membujuk mereka makan buah pohon tersebut. Adam dan Hawa memakan buah itu; mereka tidak taat kepada Tuhan dan karenanya mereka diusir dari Firdaus.
Oleh karena dosa pertama itu, semua manusia yang dilahirkan sesudah Adam dan Hawa mewarisi apa yang disebut “dosa asal”.
Itulah sebabnya, ketika seorang bayi lahir, ia segera dibaptis supaya dosa asal itu dibersihan dari jiwanya sehingga ia menjadi kudus dan suci, menjadi anak Allah.
Ketika Tuhan hendak mengutus Putera-Nya, Yesus, ke dunia untuk menyelamatkan kita, Tuhan memerlukan kesediaan seorang perempuan yang kudus untuk mengandung Yesus dalam rahimnya.
Tuhan memutuskan bahwa perempuan ini harus dibebaskan dari dosa asal Adam dan Hawa.
Ia juga memutuskan bahwa perempuan ini haruslah seseorang yang istimewa serta amat suci dan kudus.
Sama halnya seperti jika kalian mempunyai satu termos air jeruk segar, maka kalian tidak akan menuangkannya ke dalam gelas yang kotor untuk meminumnya, ya kan?
Kalian akan menuangkan air jeruk segar itu ke dalam gelas yang bersih untuk meminumnya.
Demikian juga Tuhan tidak ingin Putera Tunggal-Nya itu ditempatkan dalam rahim seorang perempuan berdosa. Oleh karena itulah, Tuhan membebaskan Maria dari dosa asal sejak Maria hadir dalam rahim ibunya, yaitu Santa Anna.
Inilah yang disebut Dogma Dikandung Tanpa Dosa – memang suatu istilah yang sulit, tetapi artinya ialah Maria tidak mewarisi dosa Adam dan Hawa, sehingga Maria dapat menjadi seorang bunda yang kudus yang mengandung Yesus dalam rahimnya.”
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”

Pesan Pastoral Sidang KWI 2011 tentang Katekese

“Mewartakan Injil adalah rahmat dan panggilan khas Gereja,

merupakan identitasnya yang terdalam”

(Evangelii Nuntiandi, a.14)

 

Pendahuluan

1. Gereja mempunyai tugas utama untuk mewartakan, sesuai perintah Kristus: “…. pergilah, jadikanlah segala bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20). Perintah Kristus ini menjadi dasar perutusan Gereja dalam karya katekese. Ulang Tahun ke-50 Hierarki Gereja Katolik Indonesia yang kita rayakan pada tahun ini, kita syukuri sebagai peristiwa iman dan anugerah Tuhan. Peristiwa ini kita gunakan sebagai kesempatan untuk menyadari bersama-sama betapa pentingnya memastikan bahwa tugas pewartaan dijalankan dengan sebaik-baiknya di bumi Nusantara.

2. Sadar akan pentingnya tugas tersebut, pada Sidang Tahunan Konferensi Waligereja Indonesia tahun 2011, para Uskup menyelenggarakan hari studi tentang katekese, dengan tema: “Mewartakan Injil adalah rahmat dan panggilan khas Gereja, merupakan identitasnya yang terdalam” (EN 14). Hari studi yang diselenggarakan pada 7-9 November 2011 itu dihadiri oleh para Uskup, perwakilan Koptari, perwakilan Unio Indonesia, koordinator komisi kateketik tiap-tiap regio, wakil lembaga pendidikan kateketik, wakil lembaga pendidikan calon imam, serta para nara sumber yang terdiri dari para katekis lapangan dan ahli teologi serta ahli katekese. Selama tiga hari para peserta mengadakan tukar pengalaman dan perenungan atas karya katekese dalam Gereja kita. Para peserta juga mendalami keadaan karya katekese di Indonesia melalui penuturan para nara-sumber serta pemaparan hasil penjajakan sederhana dalam konteks ajaran Gereja tentang katekese (“Petunjuk Umum Katekese”, dari Kongregasi untuk Imam). Sebagai rangkuman dari hari studi katekese, para peserta mengajukan saran untuk merumuskan beberapa langkah nyata sebagai tindak-lanjut pastoral katekese di masa depan.

 

Mencermati Karya katekese di Indonesia

3. Setelah mencermati karya katekese di Indonesia pertama-tama pantaslah disyukuri adanya arah yang jelas, yang dirumuskan dan dikembangkan dalam Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se Indonesia (PKKI) I-IX, yaitu Katekese Umat. Rumusan mengenai Katekese Umat setiap kali diperdalam dan disesuaikan dengan konteks zaman, sehingga menjawab kebutuhan umat. Selain arah yang jelas, karya katekese di Indonesia juga ditandai dengan kehadiran para pastor yang sungguh-sungguh menggerakkan karya katekese di paroki-paroki mereka. Sementara itu, keterlibatan umat untuk menjalankan pastoral katekese baik sebagai katekis purna waktu, maupun sebagai pelaksana karya katekese paruh waktu merupakan kekuatan bagi gerak pastoral katekese di Indonesia. Harus diakui bahwa karya katekese sangat tergantung dari keterlibatan saudara-saudari kita itu. Menggembirakan pula adanya Program Studi Kateketik di sejumlah Perguruan Tinggi yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia untuk mempersiapkan, mendidik dan membina tenaga-tenaga yang cerdas, terampil serta berkomitmen dalam bidang katekese.

4. Namun para peserta hari Studi Katekese juga menyadari bahwa karya katekese di Indonesia berjumpa dengan pelbagai tantangan dan keprihatinan, sehingga hasil perumusan katekese umat dalam PKKI tidak seutuhnya dapat dilaksanakan.

4.1. Para pastor sebagai penanggungjawab katekese tingkat paroki tidak jarang dirasakan kurang memberikan perhatian pada karya katekese. Sementara itu, tidak sedikit pula para petugas katekese yang tidak mempunyai kemampuan yang memadai dalam menjalankan katekese karena kurangnya pembinaan yang berkelanjutan. Disadari pula kenyataan bahwa beberapa keuskupan tidak mengangkat katekis purna waktu karena berbagai alasan. Ada juga gejala para guru agama katolik PNS yang tidak bersedia melibatkan diri dalam karya katekese di tengah umat. Keprihatinan-keprihatinan itu perlu ditanggapi dengan pembinaan dan pengembangan kesadaran akan pentingnya katekese dan spiritualitas yang mendukung dalam diri semua penanggungjawab dan pelaku katekese bahkan dalam diri seluruh umat.

4.2. Isi katekese seringkali dirasakan kurang memadai. Di satu pihak, katekese yang memberi tekanan pada tanggapan iman atas hidup sehari-hari seringkali kurang memberi tempat pada aspek doktrinal, sehingga umat seringkali canggung dan takut ketika berhadapan dengan orang-orang yang mempertanyakan iman mereka. Di lain pihak, ketika katekese lebih memberi perhatian pada unsur-unsur doktriner, katekese dirasakan menjadi terlalu sulit bagi umat dan kurang bersentuhan dengan kenyataan hidup sehari-hari. Katekese yang kurang menyentuh hati dan memenuhi harapan ini rupanya merupakan salah satu alas an yang mendorong sejumlah orang katolik, khususnya anak-anak dan orang muda yang pindah dan lebih tertarik cara doa dan pembinaan Gereja-gereja lain yang dirasakan lebih menarik. Kenyataan ini menantang kita untuk lebih bersungguh-sungguh menciptakan dan mengembangkan model katekese yang bermutu dan menanggapi harapan.

 
Refleksi Iman

5. Gereja dipanggil untuk mewartakan Kabar Gembira kepada dunia. Tugas ini adalah “rahmat dan panggilan khas Gereja, merupakan identitasnya yang terdalam” (EN 14). Gereja mewartakan Injil, karena Injil itu “ragi yang menimbulkan perombakan di dunia ini” (FABC V, 8.1.4). Katekese merupakan bagian integral dari pelaksanaan tugas pewartaan Gereja. Komunitas Basis Gerejawi merupakan salah satu medan yang amat penting dalam pelaksanaan tugas ini. Gereja bertugas untuk “memajukan dan mematangkan pertobatan awal, mendidik orang yang bertobat dalam iman dan menggabungkannya dalam komunitas Kristiani” (Pedoman Umum Katekese no. 61). Maka katekese menyangkut pembinaan iman anggota-anggota Gereja, sejak mereka berniat masuk menjadi anggota Gereja sampai mencapai kedewasaan rohani. Termasuk juga dalam proses katekese ini ialah pelajaran agama di sekolah.

6. Sebagai proses pendewasaan iman, tugas fundamental katekese ialah mengantar orang masuk ke dalam kehidupan umat dan perutusannya serta membantu umat beriman untuk mengetahui, merenungkan dan merayakan misteri Kristus. Katekese juga membantu orang untuk mengembangkan sikap misioner dan dialog (Pedoman Umum Katekese no 85-86). Oleh karena itu, katekese perlu dilihat sebagai suatu proses yang terencana dan sistematis, yang meliputi pengembangan pengetahuan dan sikap serta penghayatan iman pribadi maupun kelompok, yang dilaksanakan untuk membantu umat sehingga semakin dewasa dalam iman.

7. Katekese merupakan tanggungjawab seluruh Gereja. Dalam Gereja partikular, Uskup adalah penanggungjawab utama karya katekese, karena “di antara tugas-tugas mendasar para Uskup, pelayanan Injil menduduki tempat utama” (LG 25). Tentu saja, pelaksanaan tugas ini dibantu oleh para imam, kaum religius dan kaum awam yang terlibat dalam karya katekese.

Langkah Tindakan Pastoral

8. Untuk membangkitkan dan menggairahkan karya katekese di Indonesia diperlukan langkah-langkah pastoral sebagai berikut:

8.1. Katekese Umat sebagai arah karya katekese di Indonesia perlu ditumbuh-kembangkan dalam lingkungan hidup umat, khususnya melalui komunitas-komunitas basis atau pun kategorial. Katekese umat perlu diperkaya dengan Injil, Tradisi dan ajaran Gereja.

8.2. Katekese sekolah tidak jarang merupakan satu-satunya kesempatan bagi banyak orang muda untuk menerima pengajaran dan pendidikan agama. Kerjasama antara penanggungjawab pastoral setempat dengan sekolah dan khususnya guru agama sekolah, perlu dikembangkan.

8.3. Perlu dikembangkan program katekese yang menyeluruh dan berkesinambungan sejak usia dini sampai usia lanjut. Untuk itu perlu kerjasama antara Komisi Kateketik KWI maupun Komisi Kateketik Keuskupan-keuskupan, dengan komisi-komisi lain yang terkait dengan pembinaan iman.

8.4. Berjalannya karya katekese sangat tergantung pada para petugas pastoral yang menjalankan katekese di tengah umat. Maka, perlulah pembinaan terus-menerus bagi para pelaksana atau fasilitator katekese umat tersebut.

8.5. Demi kemajuan karya katekese di Indonesia diperlukan orang-orang yang sungguh ahli dalam bidang katekese, yang harus disiapkan dengan sungguh-sungguh.

8.6. Karya katekese di tingkat paroki seringkali tergantung pada para imam pemimpin paroki. Maka pembinaan katekese bagi para imam dan calon imam mutlak diperlukan.

8.7. Salah satu tanda bahwa karya katekese merupakan prioritas utama dalam Gereja ditampakkan dalam dukungan finansial bagi program-program katekese maupun bagi pembinaan dan penghidupan para petugas pastoral yang berkarya di bidang katekese.

8.8. Perlu ditingkatkan mutu dan peranan lembaga pendidikan pastoral katekese dan kerjasamanya dengan lembaga pendidikan calon imam.

8.9. Dengan menyadari betapa pentingnya katekese dalam hidup dan perkembangan Gereja, kerjasama dengan pelbagai pihak, misalnya Bimas Katolik, perlu diusahakan dan dikembangkan.

Pemikiran-pemikiran penting tersebut mendesak untuk dituangkan dalam kebijakan-kebijakan praktis, baik di tingkat KWI, Regio atau Provinsi Gerejawi, keuskupan maupun di paroki-paroki.

Penutup

9. Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Anda semua yang sungguh terlibat dalam karya katekese, pertama-tama kepada para katekis baik purna waktu maupun paruh waktu, para guru agama di sekolah maupun di lingkungan, para pelaksana karya katekese di komunitas-komunitas basis, para imam dan religius yang setia mengabdikan diri untuk pengembangan karya katekese. Berkat ketekunan Anda, banyak umat beriman diantar menuju iman katolik dan dibimbing kepada kedewasaan iman. Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh umat yang dengan aneka cara mendukung karya katekese ini. Hanya dengan dukungan seluruh umatlah, karya katekese dapat terlaksana dan dikembangkan.

10. Akhirnya, kita percaya bahwa Allahlah Sang Penabur, yang menaburkan benih Injil dalam kehidupan kita. Melalui karya katekese, kita semua dipanggil untuk bersama Allah menumbuhkan dan memelihara benih yang tumbuh itu hingga berbuah. Kita serahkan segala upaya pastoral katekese kita dalam penyelenggaraan dan tuntunan Allah. Semoga Ia yang telah memulai karya yang baik ini di antara kita, berkenan menyelesaikannya juga (Flp 1:6).

 
Berkat Tuhan selalu menyertai kita semua.
 
Jakarta, 17 November 2011
 
Konferensi Waligereja Indonesia,
 
Mgr. Martinus D. Situmorang, OFM.Cap
K e t u a
 
Mgr. Johannes Pujasumarta
Sekretaris Jenderal
 

Misa Konselebrasi Ekaristi Syukur Gelar Pahlawan Nasional IJ. Kasimo

Jakarta (01/12, Pkl. 18.00 WIB)—Gereja Katedral “Santa Maria Diangkat ke Surga” menjadi tempat Perayaan Misa Konselebrasi Syukur atas Penganugerahan Ignatius Josef Kasimo, menjadi Pahlawan Nasional. Misa Konselebrasi dibawakan oleh Wakil Ketua Presidium KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) Mgr. Ignasius Suharyo, Sekjend. KWI Mgr. J. Pujasumarta dan Ketua Komisi Keluarga, Mgr. Michael Angkur dan para Imam.

Kasimo telah menemukan medan perjuangan paling tepat pada zamannya. Untuk menanggapi desakan kemerdekaan pada masa itu. Namun juga berhasil membawakannya dalam nafas iman selaku seorang Pendiri PKRI (Partai Katolik Republik Indonesia).

Umat Katolik Indonesia meyakini, ini semua merupakan kekayaan Gereja yang selayaknya dipersembahkan kepada tanak air dan bangsa Indonesia. Keyakinan perjuangan Kasimo juga menabalkannya kepada semboyan terkenal: “SALUS POPULI SUPREMA LEX”, KEPENTINGAN UMUM ADALAH KEPENTINGAN PALING UTAMA. Semboyan yang selalu beliau dengungkan itu, tentu saja dalam pemahaman kepentingan publik yang masih murni pada masa perjuangan kemerdekaan.

Misa Syukur yang diperkirakan dihadiri oleh 1.000 umat Katolik petang hari ini juga hendak mensyukuri bahwasannya, Tuhan telah menganugerahkan Putera Kandung-Nya yang terbaik, dan kebetulan beragama Katolik. Namun Ia telah berhasil menjiwai dan mengejawantahkan budaya nir-diskriminasi dan memberikan contoh hidup sederhana dalam gerak perjuangan sebagai pejabat negara. Pun perilaku hidup sehari-hari dalam membina keluarga bersama Ibu IJ. Kasimo, pendamping setia yang berjuang membesarkan putera-puterinya hingga akhir hayat.

Tahun Ekaristi 2012 KAJ

Apa latar belakang untuk memaklumkan tahun 2012 sebagai Tahun Ekaristi?

Yang pertama adalah cita-cita untuk terus menerus memperdalam iman akan Tuhan Yesus Kristus, sebagaimana dirumuskan dalam Arah dan Dasar Pastoral Keuskupan Agung Jakarta 2011 – 2015. Iman yang menyelamatkan itu dipuncakkan, dipusatkan dan dirayakan dalam Ekaristi. Yang kedua adalah keselarasan dengan Gereja Katolik semesta yang juga sedang mengadakan Kongres Ekaristi di tahun yang sama. Kita adalah bagian dari Gereja semesta yang berusaha menemukan makna lebih dalam dari Ekaristi bagi hidup kita.

Apa sasaran diadakannya Tahun Ekaristi?

* Meningkatkan mutu Perayaan Ekaristi.

* Memperdalam pemahaman mengenai Ekaristi (Katekese yang berkelanjutan / termasuk mistagogi).

* Makin menumbuhkan penghormatan pada Yesus KRistus yang hadir dalam Ekaristi.

* Meningkatkan pelaksanaan perutusan yang bersumber dari Ekaristi.

Apa tema Tahun Ekaristi?

Tema Tahun Ekaristi di Keuskupan kita adalah “Dipersatukan, Diteguhkan dan Diutus”. Ketiga kata itu menyiratkan daya Ekaristi bagi umat yang merayakannya, sehingga mereka menghayati persatuan dan kebersamaan; hidup mereka diteguhkan dan diberi makna; keterlibatan mereka dalam hidup sehari-hari merupakan perutusan yang bersumber pada Ekaristi.

Kapan kita merayakan Tahun Ekaristi?

Tahun Ekaristi akan dirayakan selama setahun penanggalan liturgy, yaitu mulai saat Adven 2011 dan berpuncak pada Hari Raya Kristus  Raja Semesta Alam 2012.

Apa saja yang direncanakan untuk menyemarakkan Tahun Ekaristi?

1. Surat Gembala Bapak Uskup

2. Masa Adven: renungan keluarga/lingkungan dengan tema “Ekaristi, Sumber Berkat dalam Keluarga”

3. Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah: kegiatan untuk anak-anak

4. Masa prapaska/APP dengan tema “Bersatu dalam Ekaristi, Diutus untuk Berbagi”

5. Pekan Suci (dengan perhatian pada Misa Krisma sebagai peringatan syukur Imamat yang terkait pada Ekaristi)

6. Bulan Mei sebagai Bulan Liturgi dengan tema “Bersama Bunda Maria Mencintai Liturgi Ekaristi”

7. Novena Roh Kudus dengan tema “Gereja Hidup dari Ekaristi”

8. Pesta Tubuh dan Darah Kristus yang dirayakan dengan liturgy sungguh-sungguh dipersiapkan

9. Sarasehan Ekaristi di 8 dekenat yang kemudian dipuncakkan di tingkat keuskupan, seperti rangkaian Novena

10. Novena Ekaristi dan Adorasi di 8 dekenat dan berpuncak di tingkat keuskupan

11. Eucharistic Youth Camp bagi Orang Muda Katolik

12. Bulan Kitab Suci yang menyajikan topik-topik Ekaristi

13. Kursus homily bagi para imam

14. Lomba cipta lagu Ekaristi

15. Seputar liturgi perkawinan dan katekesenya

16. Penerbitan bahan-bahan katekese dalam bentuk DVD dan buku-buku

17. Puncak perayaan pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam

SURAT GEMBALA MENYAMBUT TAHUN EKARISTI 2012

(Dibacakan sebagai pengganti kotbah, dalam setiap Misa, Sabtu/Minggu, [Adven I] 26/27 November 2011)

Para Ibu dan Bapak,

Para Suster, Bruder, Frater,

Kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus,

 1. Pada hari Minggu yang lalu, kita merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Perayaan itu menutup satu lingkaran tahun liturgi. Dengan merayakan pesta liturgi itu kita mengungkapkan kepastian iman kita bahwa Allah yang telah memulai karya-Nya, akan menyempurnakannya juga pada waktunya. Keyakinan iman inilah yang oleh Rasul Paulus dinyatakan dengan kata-kata ini, “Kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua” (1 Kor 15:28).

 2. Hari ini kita memulai satu lingkaran liturgi yang baru dengan Minggu Adven I, yang pada tahun berikutnya juga akan ditutup dengan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Masa Adven dalam arti sempit mengundang kita untuk menyiapkan kedatangan Yesus yang akan kita rayakan pada Hari Natal. Dalam arti luas, Adven juga mengajak kita untuk memperkokoh harapan kita bahwa pada waktunya Tuhan akan datang menyempurnakan karya penyelamatan yang telah dimulai-Nya. Selama masa penantian dan pengharapan itu, menurut kata-kata Rasul Paulus yang kita dengarkan pada hari ini, “Allah juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus” (1 Kor 1:8).  Begitulah dinamika iman dan harapan kita yang kita ungkapkan dalam lingkaran-lingkaran tahun liturgi. Dengan menempatkan diri kita ke dalam dinamika liturgi itu, karya penyelamatan Allah akan semakin kita alami: iman kita menjadi semakin dalam, harapan kita semakin kokoh dan kasih kita semakin menyala.

 3. Sabda Tuhan yang diwartakan pada hari ini mengajak kita untuk selalu berjaga-jaga (Mrk 13:33.34.35.37) menantikan kedatangan Tuhan itu. Pertanyaannya adalah, dengan cara apa kita berjaga-jaga menantikan kedatangan Tuhan? Jawabannya ada bermacam-macam. Salah satu jawaban diberikan kepada kita melalui Kitab Nabi Yesaya yang diwartakan pada hari ini yaitu dengan membiarkan diri kita – baik secara pribadi, keluarga, komunitas, paroki maupun keuskupan – dibentuk oleh Tuhan, karena kita semua adalah buatan tangan Tuhan (bdk. Yes 63:8). Dalam rangka membiarkan diri kita bersama-sama dibentuk oleh Tuhan itulah Keuskupan Agung Jakarta menetapkan Arah Dasar Pastoral dan setiap tahun menawarkan tema-tema pendalaman iman. Kalau bahan-bahan itu kita renungkan dan kita batinkan, kita boleh berharap hidup pribadi kita, keluarga, komunitas, paroki dan hidup kita bersama sebagai warga Keuskupan Agung Jakarta akan terus-menerus diperbarui dan dibentuk menjadi semakin serupa dengan Yesus Kristus, semakin sehati sepikir dan seperasaan dengan-Nya (bdk. Flp 2:5).

 4. Dalam rangka berusaha membiarkan diri kita dibentuk oleh Allah inilah, Keuskupan Agung Jakarta menetapkan Tahun 2012 sebagai Tahun Ekaristi dengan tema  “Dipersatukan, Diteguhkan, Diutus”. Tema ini dipilih dengan berbagai pertimbangan. Antara lain kita ingin menempatkan diri kita dalam arus rohani Gereja se-dunia, yang pada tanggal 10-17 Juni 2012 yang akan datang mengadakan Kongres Ekaristi ke-50 di Dublin. Adapun tema yang diangkat adalah “Ekaristi: Bersatu dengan Kristus, Bersatu di antara kita”. Selanjutnya tema Tahun Ekaristi Keuskupan Agung Jakarta ini melanjutkan tema yang sudah kita dalami selama tahun 2011 yaitu “Mari Berbagi”. Dengan demikian kita berharap agar kerelaan kita berbagi tidak hanya didorong oleh motivasi kemanusiaan, melainkan kita landaskan pada iman yang kokoh. Dengan menerima roti Ekaristi yang diambil, diberkati, dipecah-pecah dan dibagi-bagikan,  kita berharap juga dapat menjadi roti Ekaristi : seperti halnya roti Ekaristi, kita adalah pribadi-pribadi yang dipilih dan diberkati Tuhan, agar siap dipecah-pecah dan dibagi-bagikan bagi dunia.

 5. Kekayaan Ekaristi dengan mudah dapat kita timba dari salah satu pernyataan Gereja sebagai berikut :” … Setiap orang yang mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi, seharusnya selalu ingin berbuat baik dengan penuh semangat, menyenangkan hati Allah dan hidup pantas sambil membaktikan diri kepada Gereja, melaksanakan apa yang diajarkan kepadanya, dan bertumbuh dalam kesalehan. Ia pun akan siap menjadi saksi Kristus di dalam segala hal, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup manusia, agar dunia diresapi dengan semangat Kristus. Sebab tidak ada satu umat Kristiani pun dapat dibentuk dan dibangun, kecuali kalau berakar dan berporos pada perayaan Ekaristi Mahakudus” (Eucharisticum Mysterium no. 13).

 6. Melalui surat ini saya ingin mengajak seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta untuk secara khusus memperdalam pengetahuan dan penghayatan mengenai Ekaristi selama tahun 2012 yang akan datang. Sejarah panjang liturgi Ekaristi, kedalaman maknanya dan kekayaan lambang-lambangnya tidak bisa kita tangkap dengan baik selain dengan mempelajarinya. Dalam perayaan Ekaristi kita mengenangkan kembali wafat dan kebangkitan Kristus dan mensyukuri karya penyelamatan Allah bagi kita. Kita mendengarkan Sabda Tuhan yang menuntun langkah-langkah kita dan menerima roti kehidupan yang menjadi kekuatan dalam peziarahan iman kita. Janji Tuhan untuk selalu menyertai umat-Nya sampai akhir jaman tidak dapat kita alami kecuali dengan mengasah kepekaan batin kita akan kehadiran-Nya dalam Ekaristi. Semoga pertemuan-pertemuan yang sudah selalu kita adakan pada masa Adven, Prapaskah, bulan Liturgi, bulan Kitab Suci dan kesempatan-kesempatan lain dapat digunakan sebaik-baiknya untuk pendalaman Ekaristi itu. Sementara itu bahan-bahan yang diperlukan sudah dan akan disediakan oleh saudari-saudara kita yang dengan sepenuh hati menyiapkannya.

 7. Akhirnya bersama para imam yang diutus untuk melayani umat di Keuskupan Agung Jakarta ini saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih kepada para Ibu/Bapak/Suster/ Bruder/Frater/ Kaum Muda, Remaja dan Anak-anak yang dengan satu dan lain cara ikut terlibat dalam karya kegembalaan kami. Keterlibatan Anda sekalian dalam pelayanan Gereja “ke dalam”, membuat Gereja menjadi semakin bermakna bagi umat sendiri. Sementara keterlibatan Anda sekalian dalam pelayanan Gereja “ke luar”, membuat Gereja menjadi semakin berarti di tengah-tengah masyarakat luas. Semoga Ekaristi yang setiap kali kita rayakan semakin mempersatukan kita dalam perutusan yang mulia.

Salam dan Berkat Tuhan untuk seluruh keluarga dan komunitas Anda.

+ I. Suharyo

Uskup Keuskupan Agung Jakarta

Terbaru

Populer