Home Blog Page 114

Pesan Sidang Tahunan 2014 KWI: Mewartakan Sukacita Injil

 

1117b1

Saudara-saudara seiman yang terkasih,

Sukacita Injil, Seruan Apostolik Paus Fransiskus, 24 November 2013, ditujukan kepada para waligereja, imam dan diakon, kaum religius serta umat beriman. Dengan penuh sukacita kami, para waligereja Indonesia menyambut seruan apostolik tersebut, mempelajarinya, membuka hati, budi dan pikiran untuk memahaminya. Kami merasa berkewajiban meneruskannya kepada seluruh umat, agar hati kita berkobar untuk mewartakan sukacita Injil kepada Indonesia dewasa ini.

Agar Injil dapat kita wartakan secara tepat, kita perlu mengenal kenyataan Indonesia dewasa ini yang dari waktu ke waktu mengalami perubahan-perubahan semakin cepat, yang mencengangkan dan sekaligus mencemaskan. Dalam terang Injil kita ingin mengalami hati yang penuh sukacita karena perjumpaan dengan Kristus. Berkat daya Roh Kudus kita ingin menerima kasih Allah sebagai Bapa bagi semua. Sukacita Injil mewarnai cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia.

Saudari-saudara seiman yang terkasih,

Perubahan-perubahan semakin cepat

Kita sedang menyaksikan perubahan-perubahan semakin cepat karena arus globalisasi yang melanda Indonesia. Perubahan-perubahan tersebut berdampak pada kenyataan Indonesia.

Kita bersyukur atas kemajemukan budaya yang merupakan anugerah hidup bersama sebagai bangsa. Keanekragaman suku, agama, ras, dan golongan tumbuh dalam semangat bhineka tunggal ika. Perjuangan bersama sebagai bangsa merekatkan perbedaan menuju persatuan bangsa berlandaskan Pancasila. Perkembangan sikap saling menghormati demi kebaikan bersama ditempuh melintasi perubahan-perubahan zaman yang dari waktu ke waktu semakin cepat karena arus globalisasi.

Kita berprihatin karena arus globalisasi yang ditandai oleh komunikasi lintas batas negara dan budaya menggoncangkan tata nilai dan hubungan antar manusia. Batas-batas wilayah dan batas-batas budaya yang menjadi dasar jatidiri suatu bangsa menjadi kabur. Komunikasi dan pertukaran informasi yang semakin mudah dan cepat menawarkan banyak pilihan. Ketidakpastian menggantikan nilai-nilai luhur yang dipegang sebagai warisan leluhur. Hati manusia dipenuhi dengan ketamakan. Orang mencari kepuasan diri dan menganggap sesama sebagai saingan. Pola hubungan antar manusia sebagai pribadi berubah menjadi pola hubungan untung rugi, yang merendahkan martabat pribadi manusia.

Dalam hubungan antar manusia yang tidak bermartabat itu orang yang tidak memiliki kemampuan akan tertinggal, tersingkir dan tidak berdaya. Akibatnya, terjadilah ketergantungan ekonomi, kesenjangan sosial, ketidakseimbangan antara alam, manusia dan tradisi. Pertumbuhan ekonomi yang memakmurkan rakyat mengubah masyarakat menjadi konsumeris. Hadirnya penanam-penanam modal di daerah-daerah pedalaman, yang semestinya menumbuhkan semangat kerja, justru menimbulkan berbagai pertikaian dan kecemburuan sosial. Kemajuan teknologi komunikasi yang memberi peluang kerjasama malah menjadikan masyarakat semakin egois dan menutup diri. Pembangunan yang seharusnya menyejahterakan seluruh rakyat mengakibatkan kerenggangan hubungan antar manusia dan kerusakan lingkungan hidup.

Kerinduan untuk bersaudara, yang berakar pada kemanusiaan terdalam, dan bertumbuh dari keluarga sulit berkembang karena menyempitnya rasa setiakawan. Orang cenderung menghindari tanggungjawab dan mementingkan diri sendiri atau kelompok. Kemanusiaan mengalami kerusakan karena hubungan antarsuku menumpulkan hati nurani. Hubungan antarumat beragama seringkali memudarkan cita-cita membangun persaudaraan sejati. Kesenjangan ekonomi-sosial yang makin lebar mengakibatkan orang kecil, lemah, miskin, tersingkir semakin tidak diperhitungkan. Manusia menciptakan berhala baru, yaitu uang, dan dengan begitu Allah disingkirkan, dan hidup manusia menjadi kosong dari pengalaman rohani.

Saudari-saudara seiman yang terkasih,

Penuh sukacita karena perjumpaan dengan Kristus

Di tengah-tengah segala perubahan yang kita saksikan, kita temukan ada yang tetap sama, tidak berubah, yaitu Yesus Kristus. “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibrani 13:8) Pada-Nya kita belajar berdoa kepada Bapa, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga” (Mat. 6:10). Kita berdoa, agar Kerajaan Allah datang, dan kehendak-Nya terjadi di bumi Indonesia seperti di surga. “Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Roma 14: 17).

Mengawali seruan apostoliknya Bapa Suci menyatakan, bahwa “sukacita Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus” (EG. 1). Di dalam perjumpaan dengan Yesus, Sang Putra, dan dalam perjumpaan kita sebagai saudara, kita mengalami Allah, Bapa yang maharahim, suatu pengalaman rohani yang menjadi daya kekuatan bagi kita untuk mewartakan sukacita Injil kepada semua bangsa.

Dengan penuh syukur dan sukacita kita terima amanat perutusan Tuhan, “…. pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (Mat. 28:19). Agar Kerajaan Allah hadir secara nyata, dan Injil Kerajaan Allah tetap diwartakan, Kristus mendirikan Gereja-Nya, himpunan orang beriman Kristiani berkat baptisan air. Baptisan air tersebut menjadikan seseorang anggota Gereja, tubuh Kristus. Kita berdoa dan bersyukur, karena rahmat-Nya Gereja tumbuh, berakar, mekar dan berbuah di bumi Indonesia. Kristus membaptis dengan Roh Kudus (bdk. Mrk. 1: 8),

Roh Kudus mengubah manusia lama yang dikuasai dosa menjadi manusia baru “Roh Kudus dapat dikatakan memiliki kreativitas tak terbatas, tepat untuk pikiran ilahi, yang tahu bagaimana melonggarkan simpul-simpul permasalahan manusia, bahkan yang paling rumit dan sulit dipahami” (EG. 178) Karena daya Roh Kudus itulah yang berbeda menjadi tidak berlawanan, melainkan terpadu saling melengkapi, yang jauh tidak menjadi terpisah, melainkan menjadi dekat, yang asing menjadi saling mengenal satu sama lain sebagai saudara. Karya Roh Kudus itu kita kenali dalam peristiwa-peristiwa hidup yang mempersatukan banyak suku yang berbeda, aneka budaya dan beragam bahasa untuk membangun persaudaraan sejati, karena kesediaan melaksanakan kehendak Allah. Yesus Kristus melaksanakan kehendak Allah, Bapa-Nya, secara tuntas dengan bersedia menapaki jalan salib menuju kematiaan-Nya di Golgota. Di puncak Golgota itulah diakui, bahwa Yesus Kristus sungguh Anak Allah. Karena itu, meskipun dibunuh Ia tetap hidup.

Allah yang Mahakudus memanggil semua orang kepada kekudusan. Panggilan kepada kekudusan adalah panggilan yang mempersatukan manusia dengan Allah, dengan sesama dan dengan semua makhluk, bukan memisahkan dan menceraiberaikannya. Pengalaman manusia akan Yang Kudus membangun dalam hati setiap orang sikap kasih dan hormat kepada Allah, yang menjadi dasar bagi sikap kasih dan hormat kita kepada sesama dan semua makhluk.

Di bumi Indonesia yang majemuk beriman berarti beriman dalam kebersamaan dengan yang lain, yang berbeda agama, suku, ras dan golongan. Dialog antaragama memerlukan “sikap terbuka terhadap kebenaran dan terhadap kasih” (EG. 250) Karena itu, membangun persaudaraan sejati tidak cukup dengan sikap toleran, suatu sikap sekedar menerima yang lain karena ada. Lebih daripada sikap toleran dibutuhkan sikap kasih seorang akan yang lain, dan hormat menghormati untuk mewujudkan persaudaraan sejati antar sesama manusia dan semua makhluk, di mana Alllah menjadi Bapa bagi semua.

Allah Bapa mengangkat kita menjadi saluran kasih untuk menjumpai sesama kita terutama yang jatuh menjadi korban-korban terluka di pinggiran jalan salib kehidupan manusia. Mereka adalah kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan yang terlupakan, yang menjadi korban tatanan sistim politik, ekonomi, budaya, dan komunikasi yang tidak adil. Setiap orang beriman kristiani diutus untuk mewartakan sukacita Injil dengan hadir di dalam dunia, dan mengubahnya dari dalam laksana ragi dengan nilai-nilai Injil.

Kita umat Kristiani dipangil untuk memperhatikan mereka yang lemah di bumi, untuk melindungi dunia yang rapuh di mana kita hidup, dan semua orang di dalamnya (Bdk. EG. 209-216). Pengalaman pendampingan terhadap mereka yang lemah, yang tersisih, seperti orangtua tunggal, penderita HIV/AIDS, pengungsi, korban penyalahgunaan narkoba, anak jalanan, orang miskin dan yang terabaikan membuka kesadaran kita, bahwa dalam perubahan-perubahan yang begitu menggoncangkan itu masih ada orang yang menghargai perbedaan dan kesetaraan antarsesama manusia. Mereka itu digerakkan oleh keyakinan bahwa setiap pribadi adalah jauh lebih berharga daripada seluruh dunia. Sikap yang perlu ditumbuhkan dalam kemanusiaan kita adalah menghormati, menghargai dan membuka ruang perjumpaan.

Saudari-saudara seiman yang terkasih,

Cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia

Faham Gereja menurut Konsili Vatikan II, yaitu Gereja sebagai sakramen keselamatan dan persekutuan, diwujudkan dalam gereja setempat di Indonesia dengan mengembang-kan jati dirinya sebagai persekutuan komunitas-komunitas murid-murid Kristus yang menghadirkan Kerajaan Allah. Agar kehadiran Gereja menjadi sukacita bagi warganya dan masyarakat, Gereja Katolik tetap melanjutkan upayanya untuk mencari dan melaksanakan cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia.

Gereja sebagai persekutuan komunitas-komunitas umat beriman lahir dari persekutuan Tritunggal Mahakudus. Oleh sebab itu, hendaklah Gereja masuk ke dalam misteri persekutuan dengan Allah, mengalami dan merasakan perjumpaan pribadi dengan Allah sendiri melalui doa, kontemplasi, dan sakramen-sakramen terutama Ekaristi, sumber dan puncak hidup beriman, serta sakramen tobat. Perjumpaan dan persekutuan pribadi dengan Allah dan dengan yang lain menjadi sumber sukacita sejati yang menjiwai dan mendorong Gereja untuk mewartakan kabar sukacita kepada segala bangsa. Kabar sukacita yang diwartakan hendaklah bertumbuh dari Kristus sendiri yang berbicara dan menyapa manusia melalui Kitab Suci.

Persekutuan dengan Allah mendorong Gereja untuk keluar dari dirinya sendiri, melewati lorong-lorong kehidupan untuk merangkul semua orang, dan menjumpai mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan yang terabaikan. Kepada siapa pun yang dijumpai, Gereja diutus untuk membawa cintakasih dan kegembiraan, perdamaian dan keadilan, persatuan dan persaudaraan sejati. Pintu Gereja terbuka untuk siapa saja, Gereja adalah rumah bagi semua orang. Di dalam Gereja Kristus tidak ada orang asing, karena semua orang adalah saudara.

Dalam menjalankan perutusannya untuk mencari dan menjumpai orang lain dan dunia sekitarnya Gereja berupaya menampilkan wajah Allah yang maharahim dan berbe-laskasih, peka terhadap bimbingan Roh Kudus untuk selalu menyadari misteri ilahi di tengah segala kenyatan dan peristiwa yang terjadi. Roh Kudus menjadi daya kekuatan bagi kita untuk memantapkan iman, meneguhkan harapan akan masa depan yang lebih baik, dan memancarkan kasih yang mempererat tali persaudaraan antar semua orang, di mana Allah menjadi segala bagi semua.

Agar dapat melaksanakan perutusan tersebut, Gereja harus bersedia membarui diri terus-menerus dalam bimbingan Roh Kudus, dan membenahi tata organisasinya. Gereja menjadi bermakna bagi dunia dewasa ini dan tidak kehilangan kredibilitasnya. Kehadiran dan pelayanan Gereja semakin berbuah sukacita bagi siapa saja dan apa saja. Pembaruan diri Gereja semakin berdampak, bila para gembala menjadi teladan dalam pelayanan bagi seluruh umat. Keteladanan para pemimpin yang sederhana membangkitkan harapan akan kehidupan yang lebih bermutu. Pendidikan nilai dan suara hati yang dilakukan sejak dini mewujud dalam Gereja yang merangkul setiap perbedaan demi persaudaraan sejati.

Saudari-saudara seiman yang terkasih,

Seruan Apostolik “Sukacita Injil” kami harapkan menjadi bahan pembelajaran yang berkelanjutan bagi kami sendiri para waligereja, para imam dan diakon, kaum religius serta umat beriman untuk mencecap kesegaran dari Injil, sumber suka cita bagi kita yang menjadi saksi Kristus pada zaman sekarang ini

18. Kita bersyukur bersama Maria, bunda evangelisasi, yang telah menerima kabar sukacita dari malaikat Tuhan, dan mewartakan kabar sukacita itu pertama-tama kepada Elisabeth, dan selanjutnya kepada Gereja dan melalui Gereja kepada seluruh dunia. Sesuai dengan teladannya marilah kita semua bertekun dan setia menapaki jalan salib kehidupan, dan secara kreatif mengembangkan cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia, sehingga Gereja menjadi sukacita bagi dunia. Terpujilah Yesus Kristus kini dan sepanjang masa!

Jakarta, 5 November 2014

Konferensi Waligereja Indonesia,

Mgr. Ignatius Suharyo
K e t u a

Mgr. Johannes Pujasumarta
Sekretaris Jenderal

Sumber: mirifica.net

Panti Asuhan ABHIMATA MITRASAMAYA

Ada bayi yang ditemukan karena dibuang oleh orang tuanya yang tidak mampu secara ekonomi untuk menghidupinya, ada yang disingkirkan karena hasil hubungan gelap, dibuang karena sakit cacat, dan yang tak kalah menyedihkan, ada bayi-bayi gagal aborsi. Untuk bayi-bayi itu, di bawah koordinasi C. Nanik Purwoko, dirintislah Panti Asuhan Abhimata Mitrasamaya pada 14 November 1996.

Sesuai namanya, Abhimata berarti Kasih dan Mitrasamaya berarti Persaudaraan, panti asuhan ini berusaha memberikan asupan kasih sayang dan perhatian yang cukup bagi bayi-bayi ini. Tantangan utama, ialah bahwa kehadiran para bayi ini tidak dikehendaki, maka kondisi mereka sangat memprihatinkan. Butuh cinta dan pengorbanan yang sangat besar untuk memberi kehidupan kembali.

Saat ini ada 320 anak, dari usia 5 hari sampai 15 tahun dan ada 60 anak yang sudah masuk sekolah di Santa Ursula, Strada, Santa Monika Bunda & Santa Angela, semuanya di daerah BSD City serta di kota: Muntilan, Madiun, Pringsewu Lampung, dan Kota Bumi Sumsel.

Tuhan menggerakkan hati anda untuk berbelas kasih? Hubungi Panti Asuhan Abhimata: Jl. Mertilang IV Blok KA II No. 31 – 37, Bintaro Jaya Sektor 9, Tangerang 15229. Telp. No. 021 – 748 64418; Fax no.: 021 – 748 64419. Rekening bank Yayasan Abhimata Mitrasamaya: a.n. Yayasan Abhimata Mitrasamaya, BCA Bintaro Utama: No. 603 030 1933.

Intoleransi masih tetap dibiarkan

1120e

“Budaya impunitas masih tetap menyelimuti semua masalah pelanggaran kebebasan beragama serta berkeyakinan, baik dalam soal cara pandang, praktik-praktik di lapangan, ataupun administrasi pengelolaan negara, ” kata Atikah Nuraini, aktivis hak asasi manusia (HAM) dari Asia Juicetice and Rights, di Jakarta, Rabu (19/11).

Negara serta aparat penegak hukum dinilai mengaplikasikan kultur impunitas atau pembiaran, pada beragam masalah pelanggaran kebebasan beragama serta berkeyakinan di Tanah Air.

Menurut dia, kultur impunitas yaitu warisan Orde Baru yang lakukan kontrol, ingindalian, serta penyeragaman kehidupan politik, sosial, budaya, serta agama warga Indonesia. Atikah mencontohkan, praktik-praktik impunitas yang dikerjakan negara, terlebih aparat di lapangan, dalam masalah intoleransi. Pemerintah sering membiarkan kekerasan pada grup minoritas berlangsung.

Bukan sekedar itu, pemerintah bahkan juga turut ikut serta lakukan kriminalisasi pada korban-korban kekerasan beragama. Penyegelan, larangan berkumpul atau beribadah, adalah contoh-contoh keterlibatan pemerintah.

Memberi Teladan

Di segi lain, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menyampaikan, Indonesia mesti jadi misal untuk negara lain dalam melindungi kerukunan hidup umat beragama. Oleh karenanya, pemerintah mesti hentikan kekerasan.

“Pemerintah mesti menanggung tiap-tiap warganya untuk melaksanakan ibadah sesuai sama kepercayaannya tidak ada paksaan, ” kata Alissa. Ia juga menagih janji Presiden Joko Widodo yang pernah menyebutkan akan tidak menoleransi kekerasan beragama.

Direktur Pusat Studi Agama serta Demokrasi Paramadina, Ihsan Ali memiliki pendapat, tanggung jawab melindungi kerukunan umat beragama bukan sekedar dapat diserahkan seutuhnya pada negara.

“Urusan toleransi tak dapat cuma diakukan oleh negara. NU (Nahdlatul Ulama) serta Muhamadiyah (juga sebagai organisasi keagamaan) mesti mendorong negara agar lebih tegas, ” papar Ihsan. (sinarharapan. com)

Pesan KWI Menyongsong Perayaan Tahun Hidup Bakti 2015

 

Paus menetapkan Tahun Hidup Bhakti mulai tgl 21 November 2014 sampai dengan tanggal 21 November 2015. Sehubungan dengan itu, KWI menyampaikan pesan tertulis berikut ini:

 
Betapa Indah Panggilan-Mu, Tuhan!”(bdk Mzm 84:2)
 

Saudara-saudari Umat Beriman, para Imam, Frater, Bruder dan Suster yang terkasih,

Dalam pertemuan dengan para Pemimpin Umum Tarekat  Religius di Roma pada tanggal 27-29 November 2013, Paus Fransiskus mencanangkan tahun 2015 sebagai Tahun Hidup Bakti. Pada tahun yang sama Gereja memperingati 50 tahun dua dokumen penting Konsili Vatikan II, yaitu Perfectae Caritatis (Dekret Tentang Hidup Bakti) dan Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis Tentang Umat Allah). Kedua Dokumen ini secara khusus berbicara tentang hidup bakti.

jesus_follow_me

Kita juga mengenang dengan rasa syukur Dokumen Konsili Ad Gentes yang berbicara tentang peran khusus komunitas hidup bakti dalam perutusan Gereja. Tahun Hidup Bakti akan dibuka secara resmi pada tanggal 21 November 2014 dan akan ditutup pada tanggal 21 November 2015. Pada tanggal 21 November itu diperingati Santa Perawan Maria Dipersembahkan Kepada Allah. Sepanjang tahun itu seluruh umat diajak untuk berdoa dan merenungkan makna hidup bakti bagi hidup dan tugas perutusan Gereja.

Hidup Bakti dipahami sebagai hidup yang dipersembahkan kepada Allah dengan kesetiaan mengikuti dan melaksanakan nasihat-nasihat Injil dalam ketaatan, kemurnian dan kemiskinan. Hidup Bakti merupakan tanda nyata dari cita-cita kesempurnaan hidup kristiani yang ditawarkan Allah kepada seluruh umat beriman.

Makna dan Tujuan Tahun Hidup Bakti

Pencanangan Tahun Hidup Bakti patutlah disyukuri sebagai ajakan kepada seluruh Gereja untuk semakin menyelami makna dan pentingnya pilihan hidup bakti sebagai salah satu bentuk panggilan khusus untuk hidup dan karya pelayanan Gereja. Lebih jauh pencanangan itu dimaksudkan untuk mengobarkan semangat dan cinta putra-putri Gereja agar semakin terbuka, lapang hati dan dengan keberanian iman menjawab panggilan Allah.

Tahun Hidup Bakti patutlah dijadikan kesempatan untuk merenung dan membaharui komitmen kesetiaan kepada Tuhan, kepada pelayanan Gereja, kepada pemikiran dan cita-cita dasar pendiri tarekat masing-masing, dan kepada masyarakat pada zaman ini, meskipun ditemui banyak kesulitan dan tantangan.

2012_01_22_call

Kesempatan ini sungguh tepat untuk merenungkan kembali bagaimana seluruh umat beriman, khususnya kaum muda, dipanggil Allah untuk mempersembahkan seluruh hidup melalui penghayatan akan nasihat-nasihat Injil demi kemuliaan Allah dan keselamatan sesama serta keutuhan alam ciptaan. Tokoh iman yang patut dijadikan suri-teladan dalam kehidupan demikian adalah Bunda Maria, yang sungguh berserah-diri secara total kepada Allah dengan menyimpan segala perkara iman dalam hatinya dan merenungkannya.

Tujuan mulia dari pencanangan Tahun Hidup Bakti: Pertama, untuk “mengenang dengan penuh syukur masa lalu”. Kendatipun turut mengalami tantangan dari krisis yang melanda dunia dan Gereja, para pemeluk hidup bakti tetap berusaha hidup di dalam pengharapan. Gereja bersyukur karena hidup dan pelayanan tarekat-tarekat hidup bakti tidak didasarkan semata-mata atas kekuatan manusia, tetapi terlebih atas iman dan harapan kepada Allah.

many-people-mistake-our-work-for-our-vocation-our-vocation-is-the-love-of-jesus-quote-1

“Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami berani bertindak dengan penuh keberanian” (2Kor 3:12). Diteguhkan oleh sabda Kristus, para pemeluk hidup bakti memperoleh keyakinan untuk turut berucap: “Di dalam Dia, tidak ada yang dapat merampas harapan kita” (bdk. Yoh 16:22). Kedua, untuk “merangkul masa depan dengan harapan”. Pengharapan ini tidak dapat menjauhkan hidup umat beriman dari semangat untuk tetap menjalani hidup yang telah dianugerahkan Allah. Para pemeluk hidup bakti tetap berusaha mengarahkan pandangan kepada Kristus yang hidup mulia dalam kemuliaan surgawi. Ketiga, untuk mendorong para religius khususnya agar “menjalani hidup hari ini dengan penuh semangat.”

Semangat hidup dengan penghayatan nilai Injili berhubungan dengan “hidup dalam kasih, persahabatan sejati, dan persatuan yang mendalam.” Tahun Hidup Bakti 2015 akan terpusat pada pewartaan Injil, dengan maksud membantu umat beriman makin memahami makna “indahnya mengikuti Kristus” yang terungkap melalui berbagai bentuk panggilan hidup membiara.

Pemeluk Hidup Bakti dan Peranannya dalam Gereja

Dalam setiap zaman ada pria dan wanita yang karena taat kepada panggilan Bapa dan dorongan Roh Kudus, berani mengikuti Kristus dan mengabdikan diri kepada Allah, dengan memusatkan perhatian pada perkara-perkara Tuhan (bdk. 1 Kor 7:34). Meneladani semangat hidup apostolik, mereka bercita-cita meninggalkan segala sesuatu, agar dengan bantuan Roh Kudus dan kebebasan pribadi melayani Allah dan umat beriman melalui penghayatan hidup bakti.

Dengan cara hidup yang khusus, para pemeluk hidup bakti turut-serta menjadikan misteri Allah tetap bersinar dan misi Gereja terlaksana dengan cara yang khas. Itulah makna hidup mereka demi pelayanan umat dan pembaharuan masyarakat.

calltoholiness-1

Hidup Bakti adalah suatu cara hidup khusus bagi mereka yang mengalami sapaan pribadi oleh Allah dan menanggapinya secara khas. Sapaan ini pada hakekatnya adalah sapaan kasih, yang menjadikan seorang religius menjadi teguh, bersemangat dan senantiasa gembira dalam menghayati hidup baktinya.

Karena cinta yang diperoleh dari perjumpaan pribadi dengan Tuhan Yesus itulah para pemeluk hidup bakti mengalami sentuhan rohani dan terdorong untuk menjadi nabi yang siap menjadi pendengar dan pelaku sabda (bdk. Luk 10: 25-37), dan akhirnya mendorong mereka menghayati panggilan hidup mistik, yang nyata dalam hidup doa yang mendalam, serta pada kepekaaan terhadap tanda-tanda zaman.

Harapan ke Depan

Konferensi Pimpinan Tinggi Antar Religius Indonesia (KOPTARI) sebagai lembaga yang menaungi tarekat-tarekat religius Indonesia telah merencanakan sejumlah hal untuk mengisi Tahun Hidup Bakti. Tema yang dipilih adalah “Mensyukuri dan Memberi Kesaksian tentang Keindahan Mengikuti Kristus sebagai Religius”. Ucapan yukur dan kesaksian itu diungkapkan dan diwujudkan dalam berbagai kegiatan.

Dalam kerjasama dengan Gereja setempat, Tahun Hidup Bakti dapat dilaksanakan dengan berbagai kegiatan untuk mengembangkan rasa syukur dan kesadaran iman atas keluhuran panggilan Allah dalam Gereja. Seluruh umat beriman, bukan hanya para pemeluk hidup bakti kami himbau dengan sangat agar berusaha menanamkan rasa syukur dan kagum atas panggilan suci dengan berpedomankan Sabda Tuhan: “Betapa indah panggilanMu, Tuhan!”

love-religious-42098

Usahakan agar kesaksian hidup Injili dan sukacita sebagai orang-orang yang menjalani panggilan hidup bakti selalu terwujud dalam hidup dan pelayanan sebagai bentuk nyata kesaksian atas cinta kasih Allah.

Keuskupan-keuskupan, paroki-paroki, dan terutama keluarga-keluarga Katolik diharapkan selalu membina kerjasama dengan sekolah-sekolah dan terus-menerus mendorong orang muda katolik dan putra-putri Gereja untuk turut berusaha menumbuh-kembangkan rasa cinta atas panggilan hidup bakti. Jadikanlah keluarga-keluarga sebagai lahan persemaian benih panggilan melalui doa, keteladanan iman dan kepekaan atas panggilan Allah.

Kiranya doa Bunda Allah yang termanis Perawan Maria, yang hidupnya merupakan suri teladan bagi semua orang, para pemeluk hidup bakti dari hari ke hari akan makin berkembang dan membuahkan hasil penyelamatan yang makin berlimpah.

Jakarta, 14 November 2014

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA,

Ketua:
Mgr. Ignatius Suharyo
Sekretaris:
Mgr. Johannes Pujasumarta

Bahan Pendalaman Iman Adven di Lingkungan atau Wilayah: Bulan Keluarga KAJ 2014

 

BK2014

 

Setiap tahunnya dalam masa Adven, Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta (KomKK-KAJ) menjadikannya sebagai Bulan Keluarga. Kini dalam Bulan Keluarga 2014, KomKK-KAJ menyediakan Bahan Pendalaman Iman Adven di Lingkungan atau Wilayah. Tema yang diangkat adalah “Keluargaku Melayani”.

Kita sebagai anak-anak Allah, dibaptis untuk membawa berkat bagi orang lain juga. Baptisan perlu diwujudkan melalui banyak sikap, buah pikiran, dan terutama perbuatan baik. Pelayanan adalah salah satu bukti yang paling nyata bahwa kita memenuhi panggilan Tuhan. Paulus mengatakan bahwa kita perlu memperhatikan kepentingan orang lain, dan bukan hanya kepentingan diri sendiri saja (Flp.2:4). Dasar Sakramen perkawinan sendiri mempunyai buah yang sama, yaitu pelayanan satu sama lain. Sangatlah penting setiap orang dan anggota keluarga sadar akan perannya untuk melayani orang lain. Orang hanya akan melayani dengan baik jika ia mengenal dirinya dan mengenal apa yang terbaik yang dapat diberikan untuk sesamanya.

 
 

 KAJ download

 
 

Seminar oleh FKIP Teologi Unika Atmajaya: “TANTANGAN-TANTANGAN KELUARGA KATOLIK DI ZAMAN GLOBALISASI”

PRODI ILMU PENDIDIKAN TEOLOGI, FKIP Unika Atmajaya bekerja sama dengan Penerbit OBOR, menyelenggarakan seminar nasional dengan tema:

“TANTANGAN-TANTANGAN KELUARGA KATOLIK

DI ZAMAN GLOBALISASI”

Diselenggarakan pada:

Sabtu, 15 November 2014

08.00-13.30 WIB

di Aula D, Gedung Djajaseputra, Unika Atmajaya,

Jl. Jendral Sudirman No. 51, jakarta selatan  12930

 
PEMBICARA :

  1. Matheus Beny Mite, M.Hum., Lic., Th. (Kaprodi IP Teologi FKIP, Unika Atma Jaya, Jakarta)
  1. Marcel R. Payong (Wakil Ketua III STKIP St. Paulus, Ruteng, NTT)
  1. F.X. Heryatno W.W., SJ., M.Ed. (Kaprodi IPPAK FKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta)
  1. Antonius Virdei Eresto Gaudiawan, S.S., M. Hum. (Dosen STKIP Widya Yuwana, Madiun)

 
MODERATOR :
Dra. Liria Tjahaja, M. Si.  (Katekis, Antropolog, Dosen Prodi IP Teologi-FKIP Unika Atma Jaya
 
Kontribusi peserta     : Rp. 50.000,- / orang
(Materi seminar, sertifikat, snack, makan, minum)
Biaya dapat ditransfer melalui rekening:
Bank BCA Centra Plaza: a.n. Liria Tjahaja/Matheus Beny Mite , No. Rekening : 4411238827
 

PENDAFTARAN :

Senin s.d. Jumat, Pukul 09.00 – 17.00 WIB

di Sekretariat FKIP, Gedung Van Lith, Lantai 2, Unika Atma Jaya

CP: Bapak F.X. Sukiman, Bapak Yohanes Lali Rema, Ibu Agnes Putri

No. Tlpn: (021) 5708821, 5703306 ext. 321, 416

Buletin JEDA KAJ: Jejaring Muda Katolik Keuskupan Agung Jakarta

Buletin JEDA KAJ: Jejaring Muda Katolik Keuskupan Agung Jakarta

Edisi April-Mei 2014

1Cover Jeda April-Mei 2014
 
 

Temu Seksi Komsos Paroki Se-KAJ 30 Nov 2014

 
Ytk. Pengurus Seksi Komsos Paroki se-KAJ
 
Hal. UNDANGAN RESMI
 
Salam Damai Kristus,
 
Gerak iman, persaudaraan, dan bela rasa bergulir  kental dalam aktivitas gerejawi sepanjang empat tahun belakangan ini. Tahun depan kita akan mengevaluasi dan merefleksikan semua itu dalam rangkaian TAHUN SYUKUR. Peran Komunikasi Sosial (Komsos) di paroki-paroki begitu strategis dalam mengupayakan  gerak bersama ini. Pasti ada banyak usaha telah dilakukan dan rencana-rencana siap digulirkan. Maka mari berbagi pengalaman. Melalui berbagi, kita menimba kekayaan untuk bekal pelayanan yang lebih baik. Untuk itu saya mengundang Pengurus seksi Komsos Paroki se-KAJ dalam pertemuan pada:
 
 

MINGGU, 30 NOVEMBER 2014, PK.09.00 – 13.00

di AULA ATAS KATEDRAL, JL. KATEDRAL NO.7, JAKARTA PUSAT

ACARA: 

*Apa itu PASTORAL EVANGELISASI dan DEWAN KARYA PASTORAL KAJ?
*Peran KOMSOS dalam Evaluasi dan Refleksi Rangkaian TAHUN SYUKUR
*Pastoral Evangelisasi Komsos via Film Layar Lebar (masih berharap salah satu bintang: ACHA SEPTIARSA, MARSHA TIMOTHY, DARIUS, BUTET KERTARAJASA, WULAN GURITNO, atau MATHIAS MUCHUS bisa hadir untuk sedikit sharing)
*Sharing antar-paroki  per-Dekenat dan Rencana 2015

 
 
Mohon konfirmasi kehadiran (max. 4 orang pengurus) via mailist ini atau kehary.sulistyo@yahoo.com paling lambat tgl 20 November 2014. Terimakasih atas kehadiran Bapak/Ibu/Sdr/i. Tuhan memberkati hidup dan pelayanan kita. Amin
 
 
Jakarta, 6 November 2014
Salam positif!
tetap semangat KARENA TUHAN
harry pr – Ketua Komsos KAJ
 
 

Tema Natal 2014 KWI – PGI – KAJ

 

Tema-Natal-2014

 
Berikut ini adalah Tema Natal 2014 yang secara ekumenis diumumkan bersama oleh:
Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI)
Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), dan
Keuskupan Agung Jakarta (KAJ)

“Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga” (Imamat 26:12)

 

Menghayati dan mewujudkan pesan Keselamatan akan kehadiran Sang Penyelamat Dunia, Yesus Kristus, melalui kasih sayang bersama anggota keluarga kita.

 
 
 

Lomba Dekorasi Natal Peduli Lingkungan Antar Paroki/Stasi Keuskupan Agung Jakarta 2014

 
Sudah menjadi tradisi sejak 2012, tahun ini pun Gerakan Hidup Bersih dan Sehat Keuskupan Agung Jakarta (GHBS-KAJ) mengadakan lagi lomba Dekorasi Natal dari bahan bekas. Untuk tahun ini, lomba difokuskan untuk para ibu sebagai motornya. Karena itu, kami berharap Panitia Natal Paroki/Stasi bisa memberi kepercayaan kepada para ibu, misalnya WKRI atau ibu-ibu paroki/stasi yang ada, sebagai penggerak utama Dekorasi Natal Paroki 2014 sedangkan anggotanya bisa siapa saja.
Persyaratan dan ketentuan lomba dapat dilihat di www.KAJ.or.id. Info lengkap hubungi email: pemukat@gmail.com atau via SMS/WA ke 0818754842.
Latar Belakang

  1. Kepedulian pada lingkungan hidup telah ditetapkan dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta menjadi salah satu perhatian penting dalam keterlibatan kita di tengah masyarakat. Hal ini perlu terus ditumbuhkan pada umat Katolik supaya kepedulian itu mewujud dalam tindakan dan perilaku sehari-hari (habitus). Dalam konteks ini, mengingat situasi Jakarta dan sekitarnya, memanfaatkan barang-barang bekas adalah salah satu wujud mengurangi sampah, karena sampah telah menjadi masalah eko-sosial di Jakarta dan sekitarnya.
  2. Natal adalah peristiwa penebusan Tuhan untuk manusia. Manusia yang terpuruk dalam dosa dan nyaris tidak punya harapan, diangkatNya lagi sebagai pribadi bermartabat dan diberi kesempatan lagi untuk bertumbuh dan berbuah. Spirit ini pulalah yang akan dilakukan dalam wujud sederhana dengan mengangkat sampah yang sering tidak lagi berguna, menjadi barang yang berguna.
  3. Perayaan Natal adalah ‘pesta umat’ bisa menjadi kesempatan untuk mengampanyekan kepedulian lingkungan  hidup  dan  spirit  “Taruh  Sampah,  Jadikan  Berkah!”  dalam  dekorasi  gereja  sekitar perayaan itu.
  4. Penyadaran itu memerlukan pelaku yang bisa menginspirasi pihak lain dalam kerjasamanya dengan berbagai pihak.

Bentuk Kegiatan
Mengingat hal itu, seperti juga tahun-tahun lalu, Keuskupan Agung Jakarta mendorong paroki-paroki ‘memanfaatkan’ momen perayaan Natal 2014 juga untuk penyadaran kepedulian lingkungan hidup umatnya. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah membuat dekorasi perayaan Natal di altar dan dalam gerejadengan memakai barang-barang bekas.  Pohon natal di luar gereja tidak diwajibkan, tetapi jika ada akan menjadi nilai plus. Supaya bisa lebih memberi semangat, kegiatan ini dilombakan.
Peserta Lomba
Mengingat  bahwa  penyadaran  itu  perlu  pelaku,  untuk  tahun  2014  ini  peserta  lombanya  adalah kelompok ibu-ibu, bisa ibu-ibu warga Lingkungan atau gabungan Lingkungan se-Wilayah, anggota WKRI, atau kelompok ibu-ibu yang lain. Teknisnya, kelompok ibu-ibu ini dipercaya oleh Panitia Perayaan Natal paroki untuk mengerjakan dekorasi ini.
Mengingat bahwa penyadaran itu perlu penjelasan dan sosialisasi, keterlibatan aktif pastor paroki bersama Seksi Komsos/Panitia Perayaan Natal untuk menjelaskan pada umat menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan.  Selain  itu,  mengingat  bahwa  ibu-ibu  tidak  mungkin  bisa  bekerja  sendiri,  keterlibatan elemen umat yang lain seperti Pengurus Lingkungan dan/atau Koordinator Wilayah perlu dilakukan.
Ketentuan Lomba

  1. Dekorasi sekitar altar dan lingkungan gereja dengan bahan daur ulang.
  2. Dikerjakan secara aktif oleh kelompok ibu-ibu.
  3. Melibatkan/bekerjasama dengan elemen umat yang lain.
  4. Didukung secara aktif oleh pastor, seksi komsos, seksi lingkungan hidup dan panitia Natal paroki.

Kriteria Lomba

  1. Kreativitas pemakaian barang bekas dan sosialisasinya.
  2. Keterlibatan aktif ibu-ibu.
  3. Kerjasama peserta lomba dengan elemen umat yang lain.
  4. Peran aktif pastor.
  5. Isi penyadaran/pewartaannya.
  6. Keindahan.

Teknis Lomba
1. Panitia menerima dokumentasi seluruh proses dari awal pembuatan dekorasi natal:
a. desain dekorasinya.
b. pengumuman sosialisasi ke umat.
c. dokumentasi pengerjaan dan keterlibatan ibu-ibu serta umat yang lain (satu foto untuk masing- masing tahap, sehingga tidak perlu lebih dari 5 foto dan tidak perlu foto dengan resolusi besar).
d. dokumentasi penjelasan pastor paroki.
e. foto/video hasil akhir dekorasi, yang diunggah ke Youtube dengan tag “Dekorasi Natal Daur Ulang 2014 Paroki ….”
f. Persyaratan  nomor  1a-d  dikirim  melalui  email  ke  pemukat@gmail.com,  beserta  tautan/link Youtubefoto/video hasil akhir dekorasi (nomor 1e).
2. Persyaratan lomba dikirim paling lambat 31 Desember 2014.
3. Pemenang akan diumumkan di akhir bulan Januari 2015 (tanggal akan ditentukan kemudian)
4. Pemenang akan mendapatkan hadiah piagam dan uang:
5. Pemenang 1 hadiah uang sebesar Rp 7.000.000,- b. Pemenang 2 hadiah uang sebesar Rp 5.000.000,- c.  Pemenang 3 hadiah uang sebesar Rp 3.000.000,-
 
Sekretariat Panitia
 
Panitia Lomba Dekorasi Natal KAJ 2014
d.a. kantor Pemikat, Gedung Karya Pastoral KAJ
Jl. Katedral 7 Jakarta
Telp. 0213519193 ext. 205
HP 0818754842
Email pemukat@gmail.com
 

DOWNLOAD INFO LENGKAPNYA

Surat Pengantar dan Penjelasan:

KAJ download

Info Detail Teknis Persyaratan:

 
KAJ download
 
 

Terbaru

Populer