Home Blog Page 115

Pesan Sinode Luar Biasa Para Uskup 2014 (dari Mgr. Suharyo)

 
Kami, para Bapa Sinode, yang berhimpun di Roma bersama dengan Paus Fransiskus dalam Sidang Umum Luar Biasa Sinode Para Uskup, mengarahkan diri kami dan menyampaikan salam kepada semua keluarga yang tinggal di berbagai benua dan secara khusus kepada semua keluarga yang mengikuti Kristus Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup. Kami kagum dan bersyukur atas kesaksian sehari-hari yang Anda berikan kepada kami dan kepada seluruh dunia dengan kesetiaan, iman, harapan dan kasih Anda.
Kami semua, para gembala Gereja, juga lahir dan bertumbuh dalam suatu keluarga, dengan berbagai kisah dan peristiwa-peristiwanya. Sebagai imam dan uskup kami berjumpa dan hidup bersama-sama dengan keluarga-keluarga yang dengan kata-kata maupun kesaksian telah menyampaikan kepada kami kegembiraan maupun kesulitan-kesulitan hidup.
Persiapan untuk sidang sinode ini, yang dimulai dengan kuestioner yang dikirim kepada Gereja di seluruh dunia, telah memberikan kepada kami kesempatan untuk mendengarkan pengalaman berbagai keluarga. Dialog yang kami adakan selama sinode, saling memperkaya  dan membantu kami untuk melihat kenyataan dan keadaan rumit yang dihadapi oleh keluarga-keluarga pada saat ini.
websmall
Kami menawarkan kepada Anda sabda Kristus, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku” (Why 3:20). Dalam perjalanan-perjalanan-Nya di Tanah Suci, Yesus masuk ke dalam rumah-rumah di desa dan kota. Sekarang ini Ia juga menyusuri jalan-jalan di desa-desa dan kota-kota kita. Dalam rumah Anda, ada terang dan bayang-bayang gelap. Seringkali muncul tantangan-tantangan dan kadang-kadang juga cobaan-cobaan yang besar. Kegelapan dapat menjadi semakin pekat ketika kejahatan dan dosa merasuk ke dalam keluarga.
Lebih-lebih ada tantangan besar dalam hal kesetiaan dalam kasih antara suami-istri. Iman yang semakin lemah, sikap acuh tak acuh terhadap nilai-nilai sejati, individualisme, relasi yang semakin miskin dan tekanan hidup yang tidak menyisakan waktu untuk merenung, mempengaruhi juga hidup keluarga. Tidak jarang terjadi krisis perkawinan yang seringkali dihadapi dengan tergesa-gesa, tidak sabar memberi waktu untuk merenung, berkurban dan saling memaafkan. Kegagalan ini membuka pintu untuk relasi-relasi baru, pasangan baru, ikatan sipil baru, perkawinan baru dan dengan demikian memasukkan keluarga-keluarga ke dalam keadaan yang kompleks dan penuh masalah untuk mengambil keputusan secara Kristiani.
Di antara tantangan-tantangan ini, kami juga berpikir mengenai beban yang ditimpakan oleh penderitaan hidup itu sendiri. Kami memikirkan penderitaan yang dapat muncul karena adanya anak yang berkebutuhan khusus, sakit berat, melemahnya kesadaran karena usia lanjut, kematian orang yang dikasihi. Kami kagum akan kesetiaan sekian banyak keluarga yang menghadapi cobaan-cobaan ini dengan keberanian, iman dan kasih. Mereka tidak memandangnya sebagai beban yang ditimpakan ke atas mereka, tetapi sebagai sesuatu yang diberikan kepada mereka, sambil memandang Kristus yang menderita dalam kelemahan jasmani.

front_synodbishops

Kami juga berpikir mengenai kesulitan-kesulitan yang diakibatkan oleh sistem ekonomi, oleh “pemujaan uang dan kediktatoran ekonomi impersonal yang tidak memiliki tujuan manusiawi sejati” (Evangelii Gaudium 55), yang merendahkan martabat pribadi. Kami ingat akan bapak atau ibu yang tidak mempunyai pekerjaan, yang bahkan tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar untuk keluarga-keluarga mereka ; kami juga ingat akan orang-orang muda yang memandang ke masa depan dengan harapan kosong dan menjadi korban obat bius dan kejahatan.
Kami juga memikirkan sekian banyak keluarga-keluarga miskin, mereka-mereka yang berangkat dengan perahu untuk mencapai pantai agar dapat bertahan hidup, para pengungsi yang mengembara di padang gurun tanpa harapan, keluarga-keluarga yang dianiaya karena iman, nilai-nilai kemanusiaan dan harta rohani yang mereka yakini , dan mereka yang ditimpa kejahatan perang dan penindasan. Kami juga ingat akan perempuan-perempuan yang mengalami kekerasan serta eksploitasi, kurban perdagangan manusia, akan anak-anak yang dilecehkan oleh orang-orang yang seharusnya melindungi dan menjamin perkembangan mereka; dan akan anggota-anggota sekian banyak keluarga yang mengalami perendahan dan terbebani oleh berbagai kesulitan. “Budaya kesejahteraan telah mematikan perasaan kita; kita bergairah ketika pasar menawarkan sesuatu yang baru untuk dibeli; dan pada saat yang sama mereka yang hidupnya terhambat karena kurangnya kesempatan tampak hanya sekedar sebuah tontonan belaka; mereka tak mampu menggerakkan hati kita” (Evangelii Gaudium 54). Kami menghimbau pemerintah-pemerintah  dan organisasi-organisasi internasional untuk mempromosikan hak-hak keluarga demi kebaikan bersama.
Kristus menginginkan agar Gereja-Nya menjadi sebuah rumah dengan pintu selalu terbuka untuk menyambut semua orang, tanpa mengecualikan seorang pun. Olah karena itu kami sangat berterima kasih kepada para gembala kami, kaum awam, dan komunitas-komunitas yang siap untuk mendampingi pasangan-pasangan dan keluarga-keluarga serta merawat luka-luka mereka.

***

 

20141009cnsbr6573-1074x483

Ada juga cahaya malam yang bersinar di belakang jendela rumah di  kota-kota, di kediaman-kediaman sederhana pinggiran-pinggiran kota dan desa-desa, dan bahkan dalam gubuk-gubuk belaka : cahaya itu bersinar terang menghangatkan tubuh dan jiwa. Cahaya ini – dalam peristiwa pernikahan mempelai – menyala dengan perjumpaan di antara mempelai : ini adalah karunia, rahmat yang terungkap – sebagaimana dikatakan Kitab Kejadian (2:18) –  ketika keduanya “bertatap muka” sebagai pribadi yang setara dan sebagai penolong satu bagi yang lain. Kasih pria dan wanita mengajarkan kepada kita bahwa masing-masing membutuhkan pasangannya agar dapat menjadi diri sendiri. Masing-masing tetap berbeda dari yang lain dalam jati dirinya, yang membuka diri dan mengungkapkan diri sebagai anugerah timbal balik. Inilah yang dikidungkan oleh sang pengantin dalam Kidung Agung : “Kekasihku kepunyaanku, dan aku kepunyaan dia… Aku kepunyaan kekasihku, dan kepunyaanku kekasihku” (Kid 2:16; 6:3).
Perjalanan ini – agar perjumpaan itu dapat menjadi otenteik – dimulai dengan pacaran, sebagai saat penantian dan persiapan. Perjumpaan ini terjadi secara penuh dalam sakramen di mana Allah menetapkan meterai-Nya, dan menyatakan kehadiran serta rahmat-Nya. Perjalanan ini juga mencakup seksualitas, kelembutan, keintiman, dan keindahan yang mampu berlangsung lebih lama daripada daya dan kesegaran kaum muda. Kasih, dari kodratnya, terarah untuk menjadi selamanya hingga titik memberikan hidupnya bagi orang yang dikasihi (bdk. Yoh 15:13). Dalam terang ini kasih suami-istri, yang adalah satu dan tak terpisahkan, bertahan meskipun banyak kesulitan karena keterbatasan manusia. Kasih seperti ini adalah satu dari antara mukjizat yang paling indah meskipun juga yang paling umum.
Kasih ini menyebar melalui kesuburan dan kesediaan untuk melahirkan, yang tidak hanya berarti kelahiran anak-anak tetapi juga karunia hidup ilahi dalam baptisan, katekese, dan pendidikan mereka. Ini mencakup kemampuan untuk memberikan hidup, kasih sayang, dan nilai-nilai – pengalaman yang mungkin bahkan bagi mereka yang belum mampu melahirkan anak-anak. Keluarga-keluarga yang menjalani petualangan penuh cahaya ini menjadi sebuah tanda bagi semua orang, terutama bagi kaum muda.

Sinodo

Dalam perjalanan yang kadang-kadang seperti mendaki jalur pegunungan,  dengan kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalannya,  Allah selalu hadir dan menemani. Keluarga mengalaminya dalam kasih sayang dan dialog antara suami dan istri, antara orang tua dan anak-anak, antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Keluarga mengalaminya dalam mendengarkan bersama Sabda Allah dan dalam doa bersama – sebuah oase rohani yang harus diciptakan beberapa saat setiap hari. Oleh karena itu ada tugas sehari-hari untuk pembinaan iman, hidup baik dan indah sesuai dengan Injil dan pembinaan menuju kesucian. Para kakek-nenek seringkali juga ikut menjalankan tugas ini dengan penuh kasih sayang dan dedikasi. Keluarga dengan demikian merupakan “Gereja rumah” sejati yang meluas hingga menjadi keluarga yang terdiri dari keluarga-keluarga dan merupakan komunitas gerejani. Dengan semikian suami-istri Kristiani dipanggil untuk menjadi guru-guru iman dan guru-guru kasih bagi para suami-istri muda.
Selanjutnya ada ungkapan persekutuan persaudaraan lainnya, yaitu kasih, amal, kedekatan dengan mereka yang paling kecil, yang terpinggirkan, miskin, kesepian, sakit, orang-orang asing, dan keluarga-keluarga dalam krisis, yang didasarkan atas sabda Tuhan, “Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima” (Kis 20:35). Yang dimaksudkan adalah pemberian yang berwujud barang, persahabatan, kasih dan kamurahan hati, dan juga kesaksian terhadap kebenaran, terhadap terang, dan terhadap makna hidup.
Puncak yang mencakup dan menyatukan semua unsur persekutuan dengan Allah dan sesama adalah Ekaristi hari Minggu,  ketika keluarga bersama seluruh Gereja duduk di sekitar meja bersama dengan Tuhan. Ia memberikan diri-Nya bagi kita semua, yang berziarah dalam sejarah menuju tujuan yaitu perjumpaan akhir ketika “Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu” (Kol 3:11). Oleh karena itu dalam tahap pertama perjalanan Sinode kami, kami telah merenungkan mengenai cara mmberikan pendampingan pastoral bagi mereka yang telah bercerai dan menikah lagi dan tentang kemungkinan bagi mereka untuk menerima sakramen-sakramen.

Opening_Session_of_the_Extraordinary_Assembly_of_the_Synod_of_Bishops_at_the_Vatican_on_Oct_6_2014_Credit_Mazur_catholicnewsorguk_CC_BY_NC_SA_20_3_CNA_10_7_14

Kami para Bapa Sinode meminta Anda berjalan bersama kami menuju Sinode berikutnya. Semoga Anda semua mengalami kehadiran keluarga Yesus, Maria, dan Yusuf yang tinggal di rumah mereka yang sederhana. Sambil menyatukan diri dengan Keluarga Nasaret, marilah kita memanjatkan kepada Bapa semua orang, permohonan kita bagi keluarga-keluarga di seluruh dunia:
Bapa, anugerahkanlah kepada semua keluarga, mempelai-mempelai yang kuat dan bijaksana, agar mereka menjadi dasar keluarga yang merdeka dan bersatu.
Bapa, anugerahkanlah kepada semua orangtua, agar mereka mempunyai rumah tempat mereka boleh hidup dalam damai dengan keluarga mereka.
Bapa, buatlah anak-anak agar mereka menjadi tanda kepercayaan dan harapan dan agar orang-orang muda boleh memiliki keberanian untuk menempa komitmen setia seumur hidup.
Bapa, berikanlah anugerah kepada semua orang agar mereka dapat memperoleh rejeki dengan tangan mereka, agar mereka boleh menikmati ketenangan jiwa dan agar obor iman mereka tetap menyala, juga dalam masa-masa gelap.
Bapa, anugerahilah kami agar kami dapat melihat Gereja yang berkembang, selalu semakin setia dan dapat dipercaya, kota yang adil dan manusiawi, dunia yang mencintai kebenaran, keadilan dan belas kasih.
Catatan : Sinode Luar Biasa yang diadakan di Roma pada tanggal 5 – 20 Oktober 2014 mengambil tema “Tantangan-tantangan Keluarga Dalam Konteks Evangelisasi”. Sinode ini mengeluarkan dua dokumen : yang pertama disebut “Nuntius” dan yang kedua adalah “Relatio Synodi”. Yang ada di tangan Anda ini adalah terjemahan agak bebas dari Nuntius yang diharapkan disebarkan kepada seluruh umat sebagai “peneguhan dan ajakan”. Sedang Relatio Synodi diserahkan kepada Bapa Suci untuk dijadikan bahan awal proses Sinode Biasa yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 dengan tema “Panggilan dan Perutusan Keluarga Dalam Gereja dan Dunia Zaman ini”.
 
+ I. Suharyo
(Uskup Agung Jakarta – Ketua KWI)
 
 

RIP Romo Ferdinandus Kuswardianto “Anto” Pr, Imam Praja KAJ

KABAR DUKA CITA
Setelah beberapa hari diberitakan sakit karena serangan jantung, Pastor Ferdinandus Kuswardianto atau akrab disebut Romo Anto Pr meninggal dunia.
Kabar yang beredar di lingkaran milis KAJ menyebutkan sebagai berikut:

  • Romo Anto Pr meninggal dunia pada tanggal 30 Oktober 2014, hari Kamis dinihari tadi pukul 03.15 di RS Medistra Jakarta.
  • Sepanjang hari Kamis ini, jenazah akan disemayamkan di Gereja Yohanes Maria Vianney, Jl. Bambu Wulung No. 60, Cilangkap, Bampu Apus, Jakarta Timur.
  • Misa requiem untuk alm. Romo Anto Pr akan diselenggarakan pada hari Jumat 31 Oktober 2014 pukul 19.00 bersama Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo.
  • Acara tutup peti akan dilangsungkan pada hari Sabtu 1 November 2014 bersama Vikjen KAJ Romo Samuel Pangestu pukul 19.00 WIB. Kemudian dilanjutkan dengan misa pelepasan jenazah oleh Unio KAJ.
  • Pemakaman akan berlangsung hari Minggu 2 November 2014 pukul 10.00 dan jenazah akan dimakamkan di Pemakaman Unio KAJ di Selapajang, Tangerang.

Romo-Anto-Pr

ROMO KUSWARDIANTO, alias ANTO… sering dipanggil ROMAN… telah meninggalkan kita, ia adalah Imam diosesan KAJ yang enerjik, kreatif, pekerja keras, penuh kasih persaudaraan dan pejuang yang unggul mewujudkan apa yang menjadi tugasnya…
Ia dilahirkan 02 Juni 1964, ditahbiskan menjadi Imam 18 Agustus 1992. Pernah melayani di: Paroki Cijantung (1992-1993), seminari Wacana Bhakti (1993-2003), Paroki Cilangkap (2003-2014), dan saat ini Forum Kerukunan Umat Beragama DKI.
Ia sangat dicintai oleh sahabat2nya para Kyai pendeta dan bikhu. Ia sangat dicintai oleh para imam, seminari, umat dan anggota keluarganya. Selamat jalan ROMAN. Tolong selipkan 3 untaian Salam Maria untuk ROMAN. Untuk para imam Mari kita ikut berjuang setia sampai akhir seperti ANTO.. dan Mari kita jaga kesehatan kita. Terima kasih untuk semua doa dan cinta anda.

alm-romo-ferdinandus-anto-kuswardianto-1-300x320

 
 

Paus Fransiskus: Evolusi Itu Riil dan Tuhan Bukanlah Penyihir

 
 

1354064Paus-Baptis-Bayi780x390

Paus Fransiskus kembali melemparkan pernyataan-pernyataan progresif saat mengemukakan pidato pada Pontifical Academy of Sciences, Selasa (28/10/2014). Paus menyinggung teori Big Bang serta menyampaikan dalam pertemuan di Vatikan itu, bahwa tak ada kontradiksi pada keyakinan akan Tuhan dengan teori-teori ilmiah umum perihal ekspansi evolusi alam semesta kita.
“Waktu kita membaca kisah Penciptaan dalam kitab Kejadian, kita menghadapi resiko memikirkan Tuhan juga sebagai seseorang penyihir, yang dengan suatu tongkat sihir dapat melakukan semuanya. Tetapi, itu tidak selalu demikian, ” kata Fransiskus. ” Dia (Tuhan) membuat manusia serta membiarkan mereka berkembang sesuai hukum internal yang Dia berikan pada masing-masing orang hingga mereka mencapai kepenuhan panggilanNya.”
Paus tak menyinggung permasalahan pelik (sekurang-kurangnya untuk beberapa orang Kristen) berkenaan apakah manusia berasal dari kera.
Golongan ateis memiliki pendapat bahwa pemahaman perihal Big Bang serta apa yang nampak dari peristiwa kosmik itu telah menyingkirkan keyakinan pada suatu hal yang Ilahi. Berkenaan hal semacam itu, Fransiskus terang tak sepakat. Dia mengulangi ide perihal Tuhan bukanlah “pesulap”, satu entitas yang menyihir seluruhnya jadi ada, semuanya selalu ada proses terlebih dahulu.
“Tuhan bukanlah seseorang dewa atau penyihir, namun Pencipta yang bikin semua hal jadi hidup,” kata Bapa Suci. “Evolusi di alam tak bertentangan dengan ide penciptaan lantaran evolusi membutuhkan penciptaan makhluk yang berevolusi.”
Dengan kata lain, meminjam ide dari zaman Pencerahan, Tuhan lebih kepada seorang pembuat jam daripada tukang sihir. Pemikiran sejenis itu bukanlah hal baru untuk Gereja Katolik, yang sepanjang enam dekade, mulai sejak reformasi Paus Pius XII, sudah mensupport kepercayaan bakal evolusi yang teistik.
Suatu artikel th. 2006 di harian paling utama Vatikan juga menghindari Gereja Katolik dari ide perihal “teori design yang cerdas”, yang disebutkan tak bisa di ajarkan di sekolah-sekolah sebagai ilmu pengetahuan. Catholic News Service, yang merangkum artikel itu, menuturkan apa yang membedakan pemikiran Vatikan dari pemahaman yang lebih sekuler perihal evolusi.

Apa yang Gereja tegaskan yaitu bahwa hadirnya manusia mengandaikan satu aksi yang berniat dari Tuhan, serta bahwa manusia tak dapat cuma dipandang juga sebagai product dari suatu sistem evolusi, kata artikel itu. Unsur spiritual manusia tidaklah suatu hal yang dapat di kembangkan dari seleksi alam, namun membutuhkan satu ” lompatan ontologis “.

Pendahulu Fransiskus yang lebih konservatif, yakni Paus Benediktus XVI, berpedoman pandangan ini serta memiliki pendapat bahwa perbincangan di kelompok orang Amerika pada golongan kreasionis serta mereka yang mensupport evolusi “tak masuk akal”. Pada th. 2007, dia ajukan pertanyaan, kenapa “Beberapa orang yang yakin pada Sang Pencipta tak dapat mengerti evolusi, serta mereka yang mensupport evolusi mesti menyingkirkan Tuhan?”
Pada hari Selasa itu, Paus Fransiskus juga mengemukakan suatu ensiklik kecil perihal hak-hak orang miskin, ketidakadilan berkenaan pengangguran, serta pentingnya perlindungan lingkungan. Ia menyatakan bahwa dia tak tengah berkhotbah perihal komunisme, namun perihal Injil. Dia menyampaikan, orang miskin perlu tanah, atap diatas kepala mereka, serta pekerjaan. Dia tahu benar bahwa “bila saya mengulas hal semacam ini, sebagian orang bakal memikirkan bahwa Paus itu komunis. Dan mereka salah”.
“Mereka tak tahu bahwa kasih pada orang miskin adalah pusat dari Injil,” tuturnya. “Menuntut hal semacam ini tak mengagumkan, karena ini adalah Ajaran Sosial Gereja.”
Pernyataan Fransiskus pada World Meeting of Popular Movements itu di sampaikan dalam bahasa ibunya, yakni Spanyol, setebal enam halaman, dengan spasi tunggal. Fransiskus sudah dicap marxis oleh beberapa komentator konservatif AS berkenaan kritik kerasnya perihal ekses kapitalis, permintaannya bahwa pemerintah harus mendistribusikan faedah sosial pada mereka yang memerlukan, serta seruannya pada gereja untuk jadi “gereja miskin, dan untuk orang miskin”. (internasional.kompas.com)

UNDANGAN: Temu Kasih Guru Katolik Se Dekenat Barat II

IMG-20141020-WA002

Sudah sepantasnya Guru-Guru Katolik mendapatkan perhatian dari Hirarki Gereja

Maka kami Mengundang Seluruh Guru TK, SD, SMP, SMA yang berdomisili di Paroki:

1. St Thomas Rasul Bojong Indah
2. Trinitas-Cengkareng
3. St Kristoforus-Grogol
4. St Filipus Rasul – Kapuk/Teluk Gong
5. St Andreas-Kedoya
6. St Matias Rasul-Kosambi Baru
7. Maria Kusuma Karmel-Meruya
8. Maria Bunda Karmel-Tomang

Untuk hadir dalam acara
Temu Kasih Guru Katolik Se Dekenat Barat II.
Hari/tgl: Sabtu, 22 November 2014
Waktu: pk 08.00-13.00
Tempat: di Aula Siti Mariam, gereja St Andreas, Kedoya
Jl Green Garden Blok J5/1.
Acara: Misa konselebrasi dipimpin Bapa Uskup Agung Jakarta dan launching Sentra Belajar Guru Dekenat Barat II.

Ajaklah rekan-rekan Guru yang belum baca undangan ini, pasti semua senang, apalagi semua Gratis dan bahkan ada Door Prize nya.

Info lebih lanjut:
adarmanto@yahoo.com
Arnold Darmanto
Koordinator Seksi Pendidikan Dekenat Barat II

UNDANGAN: Remaja Putri Live-In Semalam di Kediaman Para Suster Biarawati

 

Logo KomPang

 

Dalam rangka menanamkan bibit panggilan hidup bakti religius, maka Komisi Panggilan Keuskupan Agung Jakarta (KomPang KAJ) bersama seksi panggilan paroki-paroki serta tarekat-tarekat religius biarawati di KAJ (OSU, JMJ, FSE, KSFL, PBHK, AK, PIJ, H.Carm, SPM, dsb) akan mengadakan LIVE IN bagi Remaja Putri (SMP/SMA).

Acara diadakan pada 15 – 16 November 2014. Mohon Seksi Panggilan Paroki mendaftarkan Remaja Putri (SMP/SMA) yang berminat dan turut mendampingi saat Brifing (9 November). Info lengkap dan konfirmasi kehadiran hubungi Ani Arnold (email: ani_darmanto@yahoo.com atau sms ke 08161364830). (*)

UNDANGAN: Asah Kemampuan Para Pewarta se-KAJ

 

Logo App 2014

 

Dalam rangka sharing iman dan membangun persaudaraan diantara Para Pewarta di paroki-paroki (katekis, guru agama, pembina iman, prodiakon dan pemandu Kitab Suci) dan menyemarakkan Tahun Pelayanan 2014 “Dipilih untuk Melayani”, maka Komisi Kateketik (Komkat), Komisi Kerasulan Kitab Suci (KKS) dan Komisi Liturgi (Komlit) KAJ, membuat gerakan bersama dalam bentuk “Temu Pewarta Iman” dalam bingkai spirit “Duc in Altum” (Luk 5:2-6).

Kegiatan dilaksanakan pada Minggu, 2 November 2014 di Aula SMP St. Maria, Juanda. Rangkaian kegiatannya: Aneka Kontes, Talkshow, dsb. Info lengkap hubungi: Komisi Kateketik (021-3519193, eks. 222).

Susunan Acara:

PERAYAAN EKARISTI (09.00-10.00)

Perayaan Ekaristi akan dipimpin oleh Rm. Vikjen KAJ, RD. Samuel Pangestu. Perayaan Ekaristi ini sebagai gong pembuka seluruh rangkaian acara. Dalam Perayaan Ekaristi ini diharapkan Romo Vikjen member motivasi kepada para  pewarta iman tentang peran strategis mereka dalam pertumbuhan iman umat di KAJ. Konsekuensinya, para pewarta ini harus terus meningkatkan kualitas pribadi dalam mengemban tugas mulia ini.

BRIEFING TENTANG KONTES (10.00-10.30)

Panitia menjelaskan secara rinci tentang rangkaian acara, mengenai jadwal, tempat atau lokasi acara dan juga hal-hal praktis lain yang perlu diketahui peserta.

KONTES PEWARTA IMAN

Kontes ini akan berlangsung selama kurang lebih 2.5 jam untuk babak penyisihan dan 1 jam sesudah makan siang untuk babak final. Metode dan proses akan ditentukan setelah mengetahui berapa jumlah peserta. 

  1. Prodiakon (Kontes Membawakan Kotbah)

Setiap paroki mengirimkan 1 orang Prodiakon wakilnya dan mempersiapkan kotbahnya maksimal 5 menit dengan tema: (a) Kotbah/Renungan terkait “Peringatan Arwah semua Orang Beriman”

 

  1. Katekis (Kontes Pengajaran Iman / KPI)

Setiap Paroki mengirimkan 2 orang wakilnya untuk presentasi 5 menit bagaimana mengajar: (a) Calon Baptis Dewasa (b) siswa-siswi yang belajar agama katolik di Paroki (c) Anak-anak Bina Iman Anak dan Anak-anak Bina Iman Remaja

 

  1. Fasilitator KS (Kontes Pendalaman Kitab Suci / KPKS)

Setiap paroki mengirimkan 2 orang wakilnya untuk mempresentasikan selama 5 menit bagaimana memimpin pendalaman Kitab Suci di lingkungan dengan tema “Peringatan Arwah semua Orang Beriman”

  1. Gabungan: CepatTepat Pengetahuan Iman Katolik (CT-PIK)

Setiap Paroki mengirimkan 3 orang wakilnya yang terdiri dari: 1 orang prodiakon, 1 orang katekis dan 1 orang fasilitator KS untuk mengikuti acara Kuis Cepat Tepat ini. Soal yang diajukan tentang apa saja terkait iman katolik.

  1. Fun Games (Untuk peserta yang tidak mengikuti ke-4 acara di atas)

Peserta yang tidak ikut dalam ke-4 acara di atas, akan tetap tinggal di Aula Besar untuk bersama Sie Acara mengadakan suatu acara yang menarik bersama dan berkesempatan juga untuk memenangkan suatu kontes tertentu. Gagasan atau ide masih sedang dikembangkan.

TALK SHOW

Selama 30 menit, kita akan mengundang RD. Yust. Ardianto untuk membawakan seminar dengan tema “Pulgatorium”. Acara akan dilanjutkan dengan Tanya jawab atau pun tukar pikiran yang dialami oleh para peserta dalam karya pastoral mereka sehari-hari.

Sinode berakhir dengan mempertegas ajaran Gereja

Vincent Kardinal Nichols dari Westminster, Inggris, berbicara dengan Raymond Kardinal Burke, pejabat Vatikan.

Vincent Kardinal Nichols dari Westminster, Inggris, berbicara dengan Raymond Kardinal Burke, pejabat Vatikan.
Vincent Kardinal Nichols dari Westminster, Inggris, berbicara dengan Raymond Kardinal Burke, pejabat Vatikan.

 
 

Setelah beberapa hari perdebatan terkait laporan pertengahan sinode, Sinode Uskup tentang Keluarga menyepakati dokumen akhir berdasarkan pada ajaran Gereja. Namun, Sinode itu gagal mencapai konsensus mengenai pertanyaan-pertanyaan terutama isu-isu kontroversial seperti umat Katolik bercerai dan menikah lagi secara sipil lalu menerima Komuni, serta pelayanan pastoral bagi pasangan sejenis.

Diskusi-diskusi di aula Sinode telah memanas setelah  laporan pengantar jangka menengah pada 13 Oktober menggunakan bahasa yang kurang etis terhadap orang-orang dengan cara hidup bertentangan dengan ajaran Gereja, termasuk umat Katolik bercerai dan menikah lagi secara sipil, kumpul kebo dan pernikahan sesama jenis.

Ringkasan dari diskusi kelompok, yang diterbitkan pada 16 Oktober, menunjukkan mayoritas Bapa-Bapa Sinode menginginkan dokumen akhir untuk lebih mempertegas ajaran Gereja dan memberi perhatian lebih pada keluarga-keluarga yang hidupnya mengikuti ajaran Gereja.

Laporan akhir, dimana Bapa Suci memerintahkan untuk diterbitkan menyusul kesimpulan sinode, menampilkan lebih banyak kutipan dari Kitab Suci, serta referensi pada Katekismus Gereja Katolik dan ajaran Beato Paus Paulus VI, Santo Yohanes Paulus II, dan Paus Emeritus Benediktus XVI.

Bapa-Bapa Sinode memilih pada masing-masing dokumen dengan 62 paragraf. Mayoritas menerima semuanya, tapi tiga Bapa Sinode tak setuju, namun telah mendapatkan dua pertiga mayoritas yang biasanya diperlukan untuk persetujuan dokumen sinode.

Dua dari paragraf tersebut berhubungan dengan sebuah proposal dari Walter Kardinal Kasper dari Jerman yang akan membuat lebih mudah bagi umat Katolik bercerai dan menikah lagi secara sipil lalu menerima Komuni. Dokumen itu mencatat perbedaan pendapat tentang topik dan direkomendasikan akan dikaji lebih lanjut.

Bagian dokumen tentang homoseksualitas, yang juga mendapat persetujuan supermayoritas, secara signifikan mengubah laporan paruh sinode.

Judul asli – “menyambut kaum homoseksual” – diubah menjadi “pelayanan pastoral kepada orang-orang dengan orientasi homoseksual.”

Pastor Federico Lombardi, juru bicara Vatikan, mengatakan kepada para wartawan bahwa tidak ada supermajoritas menunjukkan kurangnya konsensus dan membutuhkan diskusi lebih lanjut, namun ia menekankan bahwa tidak ada dokumen yang menjadi beban doktrinal.

Laporan akhir sinode akan berfungsi sebagai agenda untuk Oktober 2015 berkaitan dengan sinode dunia tentang keluarga, yang akan membuat rekomendasi kepada Bapa Suci.

Paus Fransiskus mengatakan ia menyambut ekspresi tak setuju dari sinode itu.

Sementara meyakinkan majelis bahwa kesatuan Gereja tidak dalam bahaya, Paus Fransiskus memperingatkan terhadap beberapa godaan yang katanya telah hadir selama dua minggu sinode.

Uskup Agung Joseph E. Kurtz dari Louisville, Kentucky, ketua presiden Konferensi Waligereja Amerika Serikat, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia “bersyukur bahwa klarifikasi dan pendalaman refleksi alkitabiah dan teologis muncul secara konsisten” melalui laporan akhir. (ucanews.com)

Para kardinal bahas penderitaan orang Kristen di Timur Tengah

isis

Pada Senin (21/10, usai Sidang Luar Biasa Para Uskup) Konsistori para kardinal difokuskan pada penderitaan orang-orang Kristen di Timur Tengah, terutama mengingat munculnya Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), dan juga memutuskan dua kanonisasi.

Para kardinal dan patriark dari Timur Tengah bersama dengan para pejabat dari Sekretariat Negara Vatikan dan dicasteries (departemen-departemen Vatikan) mengadakan pertemuan tersebut pada Senin bersama Bapa Suci.

Pertemuan itu awalnya dijadwalkan dalam rangka kanonisasi Beato Joseph Vaz dan Beata Maria Cristina dari Kongregasi Suster-Suster Perkandungan Tak Bernoda, kemudian diperluas oleh Paus Fransiskus, yang menginginkan untuk membahas tentang nasib orang-orang Kristen.

Dalam sambutannya, Paus Fransiskus menekankan, “Kita perlu membangun rasa solidaritas dengan orang-orang Kristen di Timur Tengah yang hak-hak mereka telah dirampas. Mereka telah tinggal di sana selama lebih dari 2.000 tahun”.

Bapa Suci mengatakan, “Begitu banyak saudara-saudara kita dianiaya dan harus meninggalkan rumah-rumah mereka,” seraya menambahkan, “Tampaknya nilai kehidupan manusia tidak dianggap lagi, manusia tidak diperhitungkan lagi, dan bisa menjadi korban untuk kepentingan tertentu”.

Setelah sambutan awal Paus, Pietro Kardinal Parolin, Sekretaris Negara Vatikan, juga menyampaikan sambutan. Kardinal Parolin mengatakan bahwa “respon militer tidak bisa menjadi satu-satunya” solusi untuk mengatasi krisis di Timur Tengah.

“Dalam kasus pelanggaran dan pelecehan yang dilakukan oleh ISIS, masyarakat internasional, melalui PBB dan badan-badan terkait, harus bertindak untuk mencegah genosida baru dan membantu para pengungsi,” kata prelatus itu.

Mengenai drama kemanusiaan – pengungsi dan orang terlantar di Timur Tengah – Kardinal Parolin menggarisbawahi bahwa Gereja mendesak masyarakat internasional “untuk bersikap belarasa menghadapi tragedi ini” dan pada saat yang sama memberikan bantuan melalui layanan bantuan lokal.

Konsistori juga menyetujui dua kanonisasi. Para kardinal tidak menetapkan tanggal untuk kanonisasi Beata Maria Cristina, seorang suster dari Italia yang mendirikan sebuah kongregasi suster di awal abad ke-20.

Bapa Suci sendiri akan mengkanonisasikan Beato Joseph Vaz, yang berasal dari Goa, India, yang menyebarkan Kabar Baik ke Sri Lanka, yang Misa kanonisasinya akan berlangsung pada 14 Januari 2015, selama perjalanannya ke Sri Lanka. (ucanews.com)

Negara Kita yang Berbhineka Tunggal Ika, tidak boleh diam terkait aksi anarkis berbau agama

Siti Musdah Mulia, Ketua Umum Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) mengatakan bahwa negara tidak boleh diam saat terjadi kekerasan bernuansa perbedaan agama.

“Negara harus hadir negara tidak boleh kalah dengan premanisme apa pun alasannya negara tidak boleh kalah oleh kelompok preman berkedok apa pun,” kata Musdah kepada satuharapan.com  usai acara Peresmian Graha Oikoumene di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Rabu (15/10).

Beberapa waktu lalu ICRP mengeluarkan pernyataan sikap tetang kebebasan beragama sebagai semangat dalam menjalani kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai Pancasila dan konstitusi UUD 1945. Pernyataan tersebut terbagi dalam beberapa poin-poin penting antara lain

Pertama, Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan pada konstitusi. Hukum Indonesia tidak membernarkan adanya diskriminasi terhadap kelompok agama atau keyakinan tertentu seperti tertuang pada pasal 29 ayat 2 UUD 1945 leh sebab itu, upaya-upaya diskriminasi berbasis agama merupakan tindakan melanggar hukum dan inkonstitusional.

Kedua, pemerintah terpilih harus menegakkan hak-hak warga negara dan melindungi semua warganya dari ancaman pelanggaran Hak Asasi Manusia. Ketiga, ICRP mengingatkan pemerintah terpilih untuk melaksanakan janji-janji kampanye terkait kebebasan beragama.

Keempat, ICRP mendukung aparat negara untuk tegas terhadap pelaku kekerasan.  Kelima, mendukung pemerintah untuk merancang Undang-undang perlindungan hak-hak beragama dan berkeyakinan. Keenam, ICRP mengajak segenap lapisan masyarakat untuk bersikap arif dalam menyikapi gejolak perpolitikan di Indonesia pasca pemilihan umum presiden 2014.

Musdah berpendapat bahwa seluruh aksi kekerasan tanpa merinci kasus merupakan sebuah kemunduran bagi Indonesia, dan bertentangan dengan konstitusi sehingga pemerintahan baru harus bertindak tegas.

“Menurut hemat saya seluruh aksi yang berusaha untuk memecah belah konstitusi saya anggap sebagai premanisme itu jelas sekali itu tidak boleh dibiarkan,” kata Musdah.

Bila ada kekerasan, aparat harus objektif

Romo Antonius Benny Susetyo mengatakan bahwa saat ini aparat penegak hukum dan pemberantas kekerasan diharap bertindak seobjektif mungkin.

“Saat ini kita dorong otoritas hukum untuk bertindak seobjektif mungkin, karena dalam negara demokrasi hukum harus menjadi payung semua tindakan, termasuk pencegahan dan penindakan aksi anarkis,” kata Romo Benny kepada satuharapan.com.

Romo Benny menegaskan bahwa tidak hanya aksi anarkis saat sekelompok organisasi kemasyarakatan terlibat aksi kerusuhan di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta menentang pengangkatan Basuki Tjahaja Purnama sebagai gubernur, tetapi juga aksi-aksi di daerah lain agar pemerintah menjadi yang dipercaya rakyat.

“Kalau aksi intoleran itu mekanismenya kalau dia melakukan kekerasan maka aparat kepolisian bertindak,” lanjut Romo Benny.

Saat kerusuhan terjadi di Gedung DPRD DKI Jakarta pada Jumat (3/10) lalu, ratusan massa Front Pembela Islam (FPI) melakukan aksi menolak Basuki Tjahja Purnama jadi Gubernur di depan gedung DPRD DKI Jakarta, unjuk rasa berakhir rusuh akibatnya belasan orang dari aparat kepolisian terluka di kepala akibat lemparan batu yang dilakukan demonstran.

“Kita harus memuji langkah kepolisian yang tegas menegakkan aturan tersebut kita berharap polisi konsisten menjalankan tugasnya,” kata Romo Benny.

Romo Benny berharap pada pemerintahan “baru”, Jokowi- JK, akan memberikan warna baru sekaligus ketegasan terhadap pelaku kekerasan di seluruh wilayah Indonesia.

“Kita harapkan di pemerintah baru (Jokowi-JK), ada kesadaran bahwa kekerasan bukan sebuah solusi dalam demokrasi, karena pada intinya kita harus ada keterbukaan dalam menerima perbedaan pendapat,” tambah Romo Benny. (satuharapan.com)

Satu Abad Gereja Kampung Sawah dan Budaya Betawi Lokal

091449420141004-115639780x390

JAKARTA, KOMPAS.com – Tanggal 6 Oktober menjadi hari bersejarah bagi umat Katolik di Kampung Sawah, Kelurahan Jati Melati, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat. Di tanggal yang sama, Pastur Bernardus Schweitz asal Belanda membaptis 18 anak setempat “memeluk” Katolik, 118 tahun lalu.

Momen ketika itu kemudian dijadikan hari bersejarah sebagai lahirnya benih-benih umat Katolik di wilayah sebelah tenggara kota Jakarta itu. Peristiwa itu juga menjadi hari peringatan bagi lahirnya Gereja Katolik Santo Servatinus atau yang dikenal Gereja Kampung Sawah.
Sabtu (4/10/2014) lalu, Gereja Kampung Sawah memperingati hari ulang tahun yang ke 118. Di usia yang menginjak lebih dari satu abad, Gereja Kampung Sawah memiliki spirit untuk menjaga toleransi di tengah kemajemukan.
Masyarakat asli Kampung Sawah, yang berbudaya asli Betawi itu, bukan hanya pemeluk Katolik, tetapi juga memeluk agama lainnya, seperti Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha. Salah satu upaya menjaga kerukunan ala masyarakat Kampung Sawah yakni melalui kegiatan ngeriung bareng.
Cara itu mengadopsi warisan leluhur yang mengajarkan kerukunan. Ngeriung bareng menjadi kumpulan bagi perwakilan lintas agama untuk berkomitmen memberdayakan Kampung Sawah tetap harmonis.
“Dengan adanya “Ngeriung Bareng” bila terjadi permasalahan bisa atasi. Sekalipun ada tantangan luar yang merongrong akan diatasi dengan cara yang dibekali,” kata Eddy Pepe (54), Wakil Ketua Dewan Paroki Gereja Kampung Sawah, kepada Kompas.com.
Hidup berdampingan
Secara historis, masyarakat asli Kampung Sawah erat karena berkerabat. Walaupun, sesama keluarga ada yang menganut keyakinan yang berbeda.
Dalam suasana kemajemukan di Kampung Sawah, toleransi antar umat beragama berjalan baik. “Dan pada kegiatan tertentu, kita juga bekerja sama dengan baik,” ujar Ketua Pengurus Masjid Agung Al-Jauhar Yasfi, Iman S.
Misalnya, kata Iman, dibentuknya Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) di Kampung Sawah. Forum ini dibentuk menggantikan Rukun Kegiatan Kepemudaan Kampung Sawah (RKKKS). “Yang FKUB ini masih aktif,” ujar Iman.
Menurut dia, pemimpin Gereja Kampung Sawah juga dikenal punya cara untuk melakukan silaturahmi. Pastur atau romo di gereja, biasanya keliling ke rumah pemuka agama Islam setempat.
Anton Priwartono (42), jemaat Gereja Kampung Sawah mengatakan, perbedaan dapat melebur karena warga asli setempat mau untuk membuka diri. Pria yang tinggal di RT 1 RW 4 Kampung Sawah, ini, tak pernah merasa adanya diskriminasi antar umat yang berbeda keyakinan di tempat tinggalnya.
Misalnya, lanjut Anton, jika ada peristiwa kematian. Warga yang berbeda keyakinan saling membantu. Ada yang mendirikan tenda, menyiapkan fasilitas, dan lainnya. Untuk kegiatan keagamaan di rumah-rumah, kata Anton, selama ini berjalan baik.
Masyarakat tak pernah saling mengusik mengganggu. Katolik dalam Betawi Gereja Kampung Sawah memadukan usur religi dan budaya menjadi satu dalam kehidupan iman kristiani jemaatnya.
Kekhasan budaya Betawi langsung dirumuskan dalam berbagai kegiatan gereja. Misalnya, lagu pembukaan di awal misa sampai lagu penutup. Para pelayan liturgi juga ada yang memakai pakaian Betawi.
Serba Betawi
Selain itu, pada perayaan, gereja juga ada penggunaan bahasa Betawi. Sejarah masuknya budaya Betawi ke gereja itu tak lepas dari datangnya relikui Santo Sarvatius. Penyambutan relikui Santo Servatius, dari Kota Maastricht, Belanda, yang dibawa pada 1996, ke Jakarta, kemudian diperingati sekali setahun.
Setiap tanggal 30 September jemaat Gereja Santo Servatius berjalan kaki membawa relikui mengelilingi kampung. Kegiatan itu, biasa mulai pukul 18.00 sampai dengan pukul 21.30. “Jadi keliling kampungnya itu sejauh empat kilometer, memutar kembali, dan dalam keadaan hening,” ujar Romo Agustinus Purwantoro.
Menurut Agustinus, prosesi tersebut tidak sampai mengganggu ketenangan masyarakat sekitar. Karena, dilakukan dengan hening. Budaya Betawi juga masuk dalam prosesi ini. Sejumlah pria dengan pakaian dan celana koko mengenakan peci menjadi penggotong relikui.
“Mereka Grida Wibawa, sama seperti Garda Swiss (pengawal Paus). Jadi kalau direfleksikan mereka itu garda gereja,” ujar Agustinus.
Antonius Yepta Noron (61), mengatakan, budaya Betawi masuk ke dalam Gereja Kampung Sawah melalui Romo Kurris, pada tahun 1996. “Berkat Romo Kurris gereja kita bisa seperti ini,” ujar warga asli Kampung Sawah itu.
Kini, budaya Betawi menjadi identitas gereja tersebut. Ia mengatakan, budaya Betawi yang dikenal di Kampung Tengah berbeda dengan Betawi asal Jakarta. Perbedaannya pada sisi bahasanya. Masyarakat setempat menyebut bahasa Betawi mereka sebagai bahasa Betawi A. Sedangkan Betawi-Jakarta, cenderung memakai E dalam lafalnya. “Kalau di Jakarta gue, kalau di sini jadi gua,” ujarnya.

(sumber: http://megapolitan.kompas.com/read/2014/10/11/08130081/Satu.Abad.Gereja.Kampung.Sawah.dan.Budaya.Betawi.Lokal)

Terbaru

Populer