Home Blog Page 100

Surat Himbauan kepada Seksi Liturgi tentang Perayaan Ekaristi Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Kepada,
Seksi Liturgi Paroki Keuskupan Agung Jakarta
Di Jakarta
Dengan hormat,
Seperti kita ketahui, dalam rangka hari lingkungan hidup sedunia (5 Juni), Bapak Uskup telah  menetapkan bahwa hari Sabtu-Minggu, tanggal 4-5 Juni paroki-paroki dan stasi-stasi di Keuskupan! Agung Jakarta dijadikan sebagai hari Minggu Hijau’ (Green Sunday). Harapannya, pada hari itu  (selain novena Kerahiman Allah sabtu pertama dengan tema peduli lingkungan hidup), seluruh kegiatan seksi-seksi diarahkan atau difokuskan pada upaya meningkatkan kesadaran umat pada lingkungan hidup. Misalnya, seksi lingkungan hidup mengadakan pameran, seksi HAAK paroki dihimbau mengadakan kerjabakti bersama masyarakat/RT-RW setempat, dan seksi katekese terutama BIA/Sekolah Minggu) mengadakan pengajaran/kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
Terkait dengan hal itu, kami menghimbau pula kepada seksi liturgi paroki untuk mengadakan
perayaan ekaristi yang bernuansa peduli lingkungan hidup, misalnya:
a. Lagu-lagu pembuka, persembahan, komuni dan penutup dicarikan lagu yang sesuai
b. Homili akan diganti dengan pembacaan Surat Gembala Uskup, dan akan disiapkan sambutan dalam bentuk video dengan ilustrasinya. Maka akan lebih bagus jika ada tayangan pengganti homili ini, supaya kesadaran umat lebih ditingkatkan
c. Dekorasi altar diusahakan memakai tanaman hidup, dan ini akan dilombakan (lihat lampiran
tentang kriteria lomba)
d. Persembahan juga memakai simbol-simbol yang mengarahkan perhatian umat pada peduli
lingkungan hidup, misalnya tanaman
Demikianlah himbauan kami. Atas perhatian dan dukungannya, kami ucapkan banyak terimakasih. Berkah Allah selalu berlimpah.
Jakarta, 2 Mei 2016
Salamhormat,
Rm. Andang L. Binawan, SJ
(Koordinator Gerakan Habitus Bersih dan Bersih KAJ),
Rm. V. Rudy Hartono, Pr
(Ketua Komisi Kateketik KAJ), dan
Rm. Sridanto Ariwibowo, Pr
(Ketua Komisi Liturgi KAJ)

Surat Himbauan kepada Seksi Liturgi dan Para Katekis Serta Guru Sekolah Minggu

Kepada
Seksi Liturgi Paroki
dan para katekis/guru sekolah Minggu Keuskupan Agung Jakarta
Di Jakarta
Dengan hormat,
Seperti kita ketahui, dalam rangka hari lingkungan hidup sedunia (5 Juni), Bapak Uskup telah menetapkan bahwa hari Sabtu-­Minggu tanggal 4-­5 Juni paroki-­paroki dan stasi-­stasi di Keuskupan Agung Jakarta dijadikan sebagai hari ‘Minggu Hijau’ (Green Sunday). Harapannya, pada hari itu (selain novena Kerahiman Allah sabtu pertama dengan tema peduli lingkungan hidup), seluruh kegiatan seksi-seksi diarahkan atau difokuskan pada upaya meningkatkan kesadaran umat pada lingkungan hidup. Misalnya, seksi lingkungan hidup mengadakan pameran, seksi HAAK paroki dihimbau mengadakan kerjabakti bersama masyarakat/RT-RW setempat, dan seksi liturgi mengadakan perayaan ekaristi dengan tema lingkungan hidup, termasuk dekorasi altarnya.
2016-05-07 Imbauan ttg Katekese LH 2016_Page_1
Terkait dengan hal itu, kami menghimbau pula kepada seksi katekese paroki dan para katekis serta guru sekolah Minggu (BIA) untuk memberikan pengajaran yang berkaitan dengan lingkungan hidup kepada anak-­anak dan juga kepada para katekumen.
Untuk sekolah Minggu bisa juga diadakan kegiatan-­kegiatan, seperti
a. lomba menggambar/mewarnai dengan tema lingkungan hidup
b. lomba membuat mainan dari barang bekas
c. memutarkan film yang terkait dengan lingkungan hidup (bisa dicari di youtube)
Demikianlah himbauan kami. Atas perhatian dan dukungannya, kami ucapkan banyak terimakasih. Berkah Allah selalu berlimpah.
Jakarta, 2 Mei 2016,
Salam hormat,
Rm. Andang L. Binawan, SJ
(Koordinator Gerakan Habitus Bersih dan Bersih KAJ),
Rm. V. Rudy Hartono, Pr
(Ketua Komisi Kateketik KAJ), dan
Rm. Sridanto Ariwibowo, Pr
(Ketua Komisi Liturgi KAJ)
 

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-4/Thn5/2016

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-4/Thn5/2016

DOWNLOAD

INFO GEMBALA eds 04_2016

LOMBA DEKORASI ALTAR RAMAH LINGKUNGAN KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA 2016

 
11182167_10204202915217877_399479531744207894_nLatar Belakang

  1. Dalam Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta 2016-­?2020, kepedulian pada lingkungan hidup telah ditetapkan menjadi salah satu perhatian penting dalam keterlibatan kita di tengah masyarakat. Hal ini perlu terus ditumbuhkan pada umat Katolik supaya kepedulian itu mewujud dalam tindakan dan perilaku sehari-hari (habitus). Dalam konteks ini, mengingat situasi Jakarta dan sekitarnya, kecintaan pada tanaman dan mengurangi sampah menjadi salah satu wujudnya.
  2. Dalam  konteks  itu,  hari  Minggu  5  Juni  2016,  bertepatan  dengan  hari  lingkungan  hidup  sedunia, Bapak Uskup telah menetapkannya sebagai hari Minggu Hijau, atau hari Minggu yang khusus dipakai untuk mengingatkan  umat  akan  kepedulian  pada  lingkungan  hidup.  (Istilah  ‘hijau’  disini  merujuk pada istilah ‘green’ dala kosakata internasional, sebagai simbol kepedulian pada kehidupan dan lingkungan hidup. Kata ‘hijau’ menunjuk pada semangat peduli, bukan sekedar pada warna.)
  3. Penyadaran itu memerlukan sarana yang kreatif, dan juga pelaku yang bisa menginspirasi pihak lain dalam  kerjasamanya  dengan  berbagai  pihak.  Karena  itu,  dekorasi  altar  yang  tidak  konvensional, yaitu dengan memanfaatkan tanaman-­?tanaman hidup, bisa menjadi salah satu sarana untuk menumbuhkan kepedulian itu.

11147580_10204202926698164_3071754706316071081_n
Bentuk Kegiatan
Mengingat   hal  itu,  seperti  juga  dalam  kesempatan   Paskah  dan  Natal,  Keuskupan   Agung  Jakarta mendorong paroki-­?paroki memakai momen hari Minggu Hijau 5 Juni 2016 juga untuk penyadaran kepedulian  lingkungan  hidup umatnya. Salah satu cara yang bisa dilakukan  adalah membuat dekorasi altar ramah lingkungan dengan memakai tanaman-­?tanaman hidup.
Tujuan Lomba
Diharapkan, dengan adanya dekorasi altar yang ramah lingkungan ini

  1. Umat pada umumnya diingatkan akan kepedulian pada lingkungan hidup pada umumnya, serta cinta pada tanaman pada khususnya
  2. Tim bunga/dekorasi gereja juga belajar mengurangi sampah, terutama sampah dari oasis yang biasa dipakai untuk merangkai bunga

Peserta Lomba
Mengingat   bahwa   penyadaran   itu  perlu   pelaku,   untuk   lomba   ini  peserta   lombanya   adalah   tim bunga/dekorasi gereja.
Mengingat  bahwa  penyadaran  itu  perlu  penjelasan  dan  sosialisasi,  keterlibatan  aktif  pastor  paroki bersama anggota dewan paroki untuk menjelaskan pada umat menjadi hal yang tidak bisa dihindarkan.
Ketentuan Lomba

  1. Tema: “Merawat Ibu Bumi, Rahim Kehidupan”
  2. Yang dihias adalah altar dan mimbar
  3. Dekorasi menggunakan pohon dan bunga hidup (dalam pot). Boleh dengan tambahan asesori lain tidak lebih dari 30 persen.
  4. Nuansa warna disesuaikan dengan warna liturgi dan disesuaikan dengan kaidah liturgi.
  5. Total biaya tidak melebihi Rp 750.000,-­
  6. Dikerjakan oleh tim bunga/dekorasi paroki
  7. Yang dinilai: kreativitas, keindahan (keserasian dan kombinasi warna), serta kerjasama dan keterlibatan pastor/dewan paroki

Syarat penilaian

  1. Mengirimkan LINK di Youtube.com yang berisi
  2. rekaman video tentang proses pembuatan,
  3. hasil akhir karya (diambil dari beberapa sudut),
  4. sambutan/homili pastor dan tanggapan setidaknya dua umat terkait dengan pesan yang mau disampaikan dalam dekorasi altar ramah lingkungan ini
  5. Panjang rekaman tidak lebih dari 7 menit. (untuk mempermudah, video diberi judul: DEKORASI ALTAR RAMAH LINGKUNGAN KAJ 2016 Paroki / Stasi …… (sebut nama paroki/stasi-­nya)
  6. Mengirimkan (a) sketsa rencana, (b) tautan (link) di Youtube, (c) rincian pengeluarannya, dan jika ada juga (d) artikel di majalah paroki mealui email ke  pemukat@gmacom paling lambat 15 Juni 2016

Lain-­lain
Panitia akan membentuk tim juri (Ibu Els Tiwar, Bapak Andy Djati Utomo dan satu anggota Komisi Liturgi KAJ) dan akan mengumumkan pemenang  sebelum akhir bulan Juli 2016 melalui media sosial dan website KAJ.
Tiga pemenang pertama akan mendapat hadiah uang dan sertifikat dan tujuh pemenang harapan (yang masuk dalam 10 besar) akan mendapatkan sertifikat.
Pemenang akan mendapatkan hadiah piagam dan uang: a. Pemenang 1 hadiah uang sebesar Rp 7.000.000,-? b. Pemenang 2 hadiah uang sebesar Rp 5.000.000,-­ c.  Pemenang 3 hadiah uang sebesar Rp 3.000.000,-?
Sekretariat Panitia
Panitia Lomba Dekorasi Altar Ramah Lingkungan KAJ 2016 d.a. Kantor Pemikat, Gedung Karya Pastoral KAJ, Jl. Katedral 7 Jakarta, Telp. 0213519193 ext. 205, HP 0818754842, Email  pemukat@gmail.com
 

Download Informasi Lengkapnya:

KAJ download
 

1 Mei 2016 Launching Rosario Merah Putih di Paroki Katedral dihadiri Ribuan Umat

Bulan Maria di tahun 2016 ini diawali dengan moment spesial yaitu launching Rosario Merah Putih oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Suharyo di Gereja Katedral Jakarta pada hari Minggu, 1 Mei 2016 pukul 16.25.
“Rosario Merah Putih” merupakan salah satu wujud gerakan “Amalkan Pancasila” dari Arah Dasar 2016-2020,” ungkap Uskup Suharyo dalam sambutan saat me-launching Rosario Merah Putih. Acara launching ini dihadiri oleh ribuan umat dari berbagai paroki se-KAJ dan bahkan ada yang dari keuskupan lain.
Acara diawali dengan perarakan Rosario Merah Putih dan Patung Bunda Maria dari pintu utama oleh 57 anak-anak SD St. Maria yang membawa Patung Bunda Maria dan Rosario Merah Putih besar ke dalam gereja kemudian dilanjutkan dengan pembacaan arti Rosario Merah Putih oleh Rm Sridanto dan PEMBERKATAN dan PERESMIAN penggunaan Rosario Merah Putih oleh Mgr Suharyo.

Setelah pemberkatan dan peresmian kemudan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu “Putri Kerahiman” dilanjutkan dengan doa rosario bersama dan menyanyi lagu “Mari Amalkan Pancasila” kemudian diakhiri dengan misa kudus
Rosario merah putih adalah salah satu penanda gerakan “Amalkan Pancasila” sesuai arah dasar 2016 – 2017 Keuskupan Agung Jakarta.

Launching ini juga serentak dilakukan di beberapa paroki se-KAJ, berikut link-linknya:
Paroki Katedral Jakarta: https://www.facebook.com/katedraljakarta/
Paroki Serpong, St. Monika: http://paroki-monika.org/index.php/86-news/kegiatan-paroki/3845-foto-foto-launching-rosario-merah-putih
Paroki Kapuk, St. Philipus Rasul: https://instagram.com/p/BE6IyI_mQhw/
Paroki Kampung Duri, Damai Kristus: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10206266209282364&id=1479684736
Paroki Bidaracina, St. Antonius Padua: https://www.facebook.com/FP.Paroki.Santo.Antonius.Padua/photos/?tab=album&album_id=610422892441003
Paroki Kelapa Gading, St. Yakobus: http://www.yakobus.or.id/?p=25708 dan http://www.yakobus.or.id/?p=25520
 

Dialog FKUB DKI MGR. SUHARYO: ”PERLU ADA INGATAN BERSAMA”

Dialog juga berlangsung dengan perwakilan Majelis Agama.

Waktu baru menunjukkan hampir jam 9.30 pagi pada 16 April 2016 lalu. Tetapi  ruang aula Sekolah Tarsisius Kemakmuran, Jakarta Barat sudah ramai pengunjung. Padahal acara dialog dan doa bersama bertitel: “Persaudaraan Sejati Antar Umat Beragama Dalam Mengamalkan Pancasila Untuk Jakarta Damai” baru akan dimulai pukul 10.00 WIB. Ini ujud dari antusiasme para peserta untuk menghadiri acara yang dirancang bersama Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi DKI (FKUB DKI) dan Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) ini. Para peserta adalah perwakilan dari pimpinan FKUB DKI maupun wilayah-wilayah, Majelis Agama-agama, para alumni Sekolah Agama-agama dan Bina Perdamaian (SABDA) angkatan I hingga III yang berjumlah kurang lebih 220 orang.

Tepat pukul 10 acara dialog dimulai. Tampil sebagai narasumber utama adalah Mgr. I. Suharyo, Uskup Agung Jakarta (sekaligus tuan rumah yang dipercayakannya ke paroki Bunda Hati Kudus, Kemakmuran). Kemudian penanggap adalah Ketua FKUB DKI Prof. Kiyai Ahmad Syafi’i Mufid,  Kadin Depag Abdurrahman serta perwakilan Kabiro Dikmental Hendarto dan perwakilan Kakesbangpol Benny. Selain penanggap yang duduk satu meja di pentas bersama Mgr. Suharyo ada penanggap lain yaitu perwakilan dari Majelis Agama-agama.

Penanam Pohon Perdamaian di halaman Gereja Bunda Hati Kudus Kemakmuran oleh Para Perwakilan Majelis agama.
Penanam Pohon Perdamaian di halaman Gereja Bunda Hati Kudus Kemakmuran oleh Para Perwakilan Majelis agama.

Dalam paparannya Mgr. Suharyo menyitir sejarah pembebasan umat Allah dari perbudakan yang dipimpin oleh Musa. Kisah pembebasan yang dimuat dalam Kitab Keluaran Perjanjian Lama dinyatakan oleh uskup wajib dibacakan setiap perayaan Paskah katolik. Sebab menurut Mgr. Suharyo kisah ini bukan sekedar sejarah masa lampau tetapi juga merupakan :”Ingatan Bersama” dari nenek moyang yang diceritakan secara turun temurun. Apa maksudnya? “Kisah pembebasan ini merupakan identitas dasar umat Allah sekaligus berfungsi sebagai sumber kekuatan umat Allah dalam menghadapi berbagai persoalan, tantangan  dan permasalahan hidup,” tandas Mgr. Suharyo. Ingatan bersama adalah sebuah ungkap teknis yang juga bisa diartikan sebagai pengikat kebersamaan umat Allah dalam menuju pembebasan.

Nah, lanjut Mgr. Suharyo,  bangsa kita Indonesia juga memiliki “ingatan bersama” yaitu hari kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. “Ini hanya merupakan puncak dari seluruh perjuangan dan proses yang sangat lama. Untuk lebih ringkas saya mulai saja dari 1908 yaitu lahirnya Budi Utomo yang kemudian diabadikan menjadi hari kebangkitan nasional Indonesia. Pada saat itu penjajah mengijinkan anak bangsa ini studi lanjut. Dalam kesempatan itu mereka mulai berdialog, berdiskusi yang memunculkan lahirnya nasionalisme baru oleh Dowes Dekker,” ungkap Mgr. Suharyo.

Ketua FKUB DKI Prof. Kiyai Ahmad Syafi’I Mufid memberikan buku hasil dialog antarumat beragama kepada Mgr. Ign. Suharyo, usai dialog.
Ketua FKUB DKI Prof. Kiyai Ahmad Syafi’I Mufid memberikan buku hasil dialog antarumat beragama kepada Mgr. Ign. Suharyo, usai dialog.

Kemudian aksi ini berlanjut hingga pada 1928 melahirkan semangat kebersamaan yaitu mengikrarkan Sumpah Pemuda: Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa. Akhirnya puncaknya adalah Proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 yang sebelumnya diawali dengan melahirkan Pancasila 1 Juni 1945. “Disini ada semangat ingatan bersama yang menjadi kekuatan dan identitas dasar bangsa Indonesia. Sama seperti ingatan bersama dan identitas dasar umat Allah. Inilah konsep iman yang kami terjemahkan dalam hidup berbangsa dan bernegara serta mengamalkan Pancasila,” tegas Mgr. Suharyo.

Bagaimana umat KAJ mengejawantahkannya? Lambang KAJ adalah : Hendaklah kamu murah hati seperti Bapamu murah hati adanya. “Untuk lima tahun ke depan (2016-2020) kami jabarkan lebih kongkrit dalam memaknai nilai-nilai Pancasila dan pesan-pesannya yaitu : Kerahiman Allah Memerdekakan. Amalkan Pancasila. Secara kongkrit kami akan melakukan doa Rosario dengan menggunakan Rosario Merah-Putih yang akan dimulai dan diluncurkan pada  1 Mei 2016,” jelas Mgr. Suharyo. Semua Rosario terdiri dari 50 manik-manik yang dibagi dalam lima kelompok masing-masing 10. Tiap kesepuluhan Rosario itu akan direnungkan sila-sila Pancasila. “Selain itu kami juga sedang mempersiapkan sebuah lagu Pancasila Rumah Kita, Pancasila Cinta Kasih. Lagu ini akan juga dibagikan ke sekolah-sekolah katolik agar menjadi gerekan bersama meujudkan nilai-nilai Pancasila,” harapa Mgr. Suharyo.

Pelepasan Merpati Perdamaian oleh para Perwakilan Majelis Agama-agama
Pelepasan Merpati Perdamaian oleh para Perwakilan Majelis Agama-agama

Mgr. Suharyo juga menjelaskan bahwa program 5 tahun ke depan ini adalah lanjutan dari program lima tahun lalu yang dirumuskan : Semakin beriman, semakin bersaudara dan semakin berbelarasa. Iman yang benar akan melahirkan persaudaraan sejati. Persaudaraan sejati membuahkan confession atau belarasa. “Rumusan ini kemudian diperkaya dengan nilai-nilai Pancasila untuk kami ujudkan dalam karya-karya kongkrit selama 5 tahun ke depan,” lanjutnya.

Menanggapi paparan Mgr. Suharyo ini, Ketua FKUB DKI Prof Kiyai Ahmad Syafi’I Mufid mengatakan sangat terkesan dengan persaudaraan sejati yang diungkapkan oleh Mgr. Suharyo. “Persaudaraan sejati itu hanya bisa kita ujudkan antarumat beragama kalau kita terus menerus membangun dialog. Saya semakin optimis bahwa dialog seperti  ini akan semakin bergaung yang telah kita mulai sejak 2012 lalu dan hasilnya kita bukukan agar dapat diikuti oleh semua pihak,” lanjut Syafi’i.

Kiyai Syafi’i menandaskan bahwa sejarah telah juga membuktikan bahwa toleransi dan persaudaraan sejati telah meujudkan NKRI saat ini. “Sumpah pemuda yang dilansir Mgr. Suharyo tadi dilahirkan oleh tokoh-tokoh pemuda dari berbagai suku dan agama. Sumbagnan besar telah diberikan oleh katolik yaitu Gedung Sumpah Pemuda saat ini adalah milik katolik yang disumbangkan menjadi asset Negara. Demikian juga isi Sumpah Pemuda yang awalnya dalam konsep Muhamad Yamin Berbahasa Satu Bahasa Melayu. Tetapi oleh anak muda Betawai Muhammad Tabrani diminta diganti menjadi Berbahasa SAtu Bahasa Indonesia. Ketika dikatakan bahwa tidak ada Bahasa Indonesia, M. Tabrani justeru mengusulkan agar pemuda membuatnya,” ungkap Kiyai Syafii. Lebih jauh Kiyai Syafii mengatakan bahwa bangsa ini telah lahir jauh sebelum proklamasi oleh kelompok-kelompok agama dan suku. “Peran penting kelompok agama dalam merumuskan Pancasila juga sangat besar. Mereka tidak merumuskan  Pancasila atas dasar agama. Ini pengorbanan yang sangat besar dari para tokoh agama,” tandas Kiyai Syafii.

Doa bersama untuk kedamaian Jakarta oleh para perwakilan agama-agama
Doa bersama untuk kedamaian Jakarta oleh para perwakilan agama-agama

Kyai Syafii berharap peran tokoh agama itu akan tetap tampil kini dan dimasa yang akan dating. “Kalau Katolik sudah coba membuat Rosario Merah Putih, ke depan kita harapkan dialog seperti ini akan terus berkesinambungan untuk mengatasi kebuntuan dan masalah bangsa ini. Terutama yang menjadi masalah besar saat ini yang disebut extraordinary crime adalah korupsi, narkoba dan terorisme. Kita harus bergandeng tangan mengatasi hal ini,” harap Kyai Syafii.

Kyai Syafii juga menceritakan bahwa pada 2015 lalu di bawah Tugu Proklamasi Bung Karno dan Bung Hatta kita kembali meneguhkan komitmen kebangsaan kita. “Ini juga akan kita ujudkan lewat program pencetakan kader-kader perdamaian melalui program SABDA. Kini telah kita lakukan hingga angkatan ke-3 dan semua Majelis Agama mendukungnya. Kalau kita bisa berdamai akan muncul persaudaraan sejati itu,” lanjutnya.

Abdurrahman, Kakanwil Depag pun sangat menyambut baik upaya para pemuka agama dalam menciptakan persaudaraan sejati yang merupakan ujud dari toleransi. “Sebagai pemerintah kami akan tetap mendukung dan memasilitasi  apa yang dilakukan oleh pemuka agama dan FKUB DKI terutama di grassroot. Yang pasti Pancasila itu sudah final. Sehingga kami menjamin setiap umat beragama bebas melaksanakan ajaran agamanya dan semua memiliki kesempatan yang sama. Kita boleh berbeda aliran politik dan pilihan tetapi semangat persaudaraan kita harus tetap kita jaga,” tandasnya.

Sonar Sihombing

Pengurus Komisi Komsos KAJ

Mereka Menerapkan Laudato Si

Melestarikan alam dengan menanam pohon guna menjaga kesinambungan air curug yang ada

Sambungan Artikel: Pertemuan Komsos Regio Jawa:  MEMAKNAI PERAN  KOMSOS
Tekad warga desa Tegalsalam, Kec. Baturaden, Kab. Banyumas, Jawa Tengah sudah bulat. “Kami ingin menjadikan desa kami ini menjadi sebuah desa wisata. Selain didukung alam yang indah permai kami juga dianugerahi tempat-tempat menarik untuk dikunjungi seperti curug (air terjun) yang ada dua yaitu Curug Tiga dan Curug Tebela,” jelas Sisworo   ketua dusun yang kerap menjadi humas desa itu. Desa ini terdiri dari dua dusun dan berjarak 17 km dari kota Purwakerto.
Ternyata kesiapan warga  untuk menjadikan desa mereka sebagai desa wisata tidak hanya angan-angan. “Kami telah menargetkan tiap tahun akan menanam 2.000 batang pohon untuk menghijaukan lokasi-lokasi  yang mulai erosi dan gundul. Kami juga mengajak para pengunjung apabila punya waktu untuk ikut serta menanam pohon,” lanjutnya.

Melestarikan alam dengan menanam pohon guna menjaga kesinambungan air curug yang ada
Melestarikan alam dengan menanam pohon guna menjaga kesinambungan air curug yang ada

Kini hasil dari merawat curug itu telah juga nyata. Perusahaan  Air Minum Daerah (PAMD) telah memanfaatkan air salah satu dari Curug Tiga sebagai sumber air. Air dari Curug itu langsung ditangkap dan dialirkan ke pengolahan air minum. Tentu saja desa ini mendapatkan pembagian keuntungan atas usaha ini.
Keterlibatan yang jauh lebih nyata dalam meujudkan desa wisata adalah kesiapan tiap keluarga menjadi induk semang bagi para pengunjung yang ingin menginap di desa itu. “Kami sudah terbiasa hidup bersama para pengunjung di rumah ini. Kami sajikan makanan desa apa adanya kepada mereka. Tetapi kami tetap berupaya menyajikan makanan yang sehat dan bersih,” ungkap Solidah yang hidup berdua bersama suaminya Tri Supriyanto penisunan PNS. Anak-anak mereka sudah pergi merantau karena kuliah dan yang lain telah berkeluarga.
Menurut Solidah kunjungan ke desa mereka lumayan ramai. Baru saja desa mereka menerima para mahasiswa yang melaksanakan tugas Kuliah Kerja Nyata (KKN). “Mei mendatang menurut informasi akan ada lagi rombongan pengunjung ke desa ini selama sebulan. Kami sudah siap untuk menerima mereka seperti kami menerima rombongan bapak Komsos Keuskupan Sejawa ini,” ungkap Solidah. Solidah mengaku suaminya juga senang mendapat kunjungan seperti itu. “Karena sebagai pensiunan PNS kami tidak punya sawah dan keahlian bertani. Jadi ketimbang menganggur lebih baik ada kegiatan melayani tamu-tamu itu sekalian untuk menambah sumber pendapatan,” ungkap Tri Supriyanto.
Nasi dibungkus pakai daun palma dari pinggir hutan, kini dihidupkan kembali
Nasi dibungkus pakai daun palma dari pinggir hutan, kini dihidupkan kembali

Model ini menurut Supriyanto sangat baik dikembangkan sehingga tidak perlu investasi mendirikan  hotel di desa ini. Terlalu banyak risiko karena kehadiran hotel nantinya. Bisa saja mereka membeli lahan luas kemudian membuat berbagai kegiatan yang sama sekali tidak melibatkan masyarakat. Atau bias juga kehadiran hotel menghadirkan perilaku negatif seperti pelacuran, mabuk-mabukan, makanan berlimpah sia-sia. “Dengan model menginap di rumah penduduk ini distribusi pendapatan bisa lebih baik,” tanggap Tri Supriyanto. (Boleh jadi ini juga bagian dari konsep riil dari sharing economy (ekonomi berbagi) yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan.)
Tetapi konsep ramah lingkungan ini sudah merupakan pengejawantahan dari konsep Ensiklik Paus Fransiskus Laudato Si yang diterbitkan pada 18 Juni 2015 lalu. Paling tidak dalam enseklik ini ada 10 ajakan Paus Fransiskus. Salah satu ajakan itu  dan kebetulan pula berada di nomor satu adalah kewajiban kita memikirkan bumi seperti apa yang akan kita wariskan kepada generasi mendatang. Jawabannya tentu adalah bumi yang tetap berkesinambungan memelihara segala isinya termasuk manusia.
Selain menjaga lingkungan, warga desa inipun berupaya juga menyuguhkan budaya nenek moyang kepada pengunjung. Ada tari-tarian, ada minuman khas dari nira rebus dan juga ada cara penyuguhan makanan zaman dahulu kala dan yang sudah sempat menghilang. Untuk  makanan nasi kotak telah mereka ganti dengan  nasi bungkus dengan daun tanaman palma dari pinggir hutan. “Memang zaman dahulu memberi makan orang tua akan jauh lebih hormat bila makanan yang disuguhkan kepada mereka dikemas dalam daun itu. Hilangnya kebiasaan membungkus makanan dengan daun palma itu seiring dengan semakin langkanya tanaman itu. Karena itu sekarang di pinggir-pinggir sungai dan curug sudah mulai dihidupkan kembali penanamannya agar ada dipakai untuk melanjut kebiasaan itu ke depan. Karena sistim bungkus seperti itu hanya ada di desa ini,” jelas Tri Supriyanto.
Tri juga melanjutkan bahwa keberadaan G. Slamat di desa mereka menjadi salah satu daya tarik tersendiri. “Selain gunung paling tinggi di Asia Tenggara, G. Slamat juga memberikan signal kepada kami di sisi setiap ada pergantian pimpinan Negara,” cerita Tri. Ketika pergantian Soeharto dulu, gunung ini meletus dan batuk-batuk terus. Menurut Tri karena memang sempat kacau. BEgitu juga ketika pergantian SBY dengan Jokowi. “Kami saksikan gunung ini batuk cukup lama karena waktu itu memang situasinya sangat menegangkan. Tetapi begitu pemilu selesai gunung ini diam kembali,” tambah Tri.
 
Sonar Sihombing
Anggota Komsos KAJ
 
Gunung Slamat  memberikan signal setiap kali ada pergantian pimpinan nasional. Bila ada kisruh gunung akan meletus dan kalau kondisinya aman gunung pun tenang kembali
Gunung Slamat memberikan signal setiap kali ada pergantian pimpinan nasional. Bila ada kisruh gunung akan meletus dan kalau kondisinya aman gunung pun tenang kembali

Box :
10 Ajakan Paus Fransiskus Mengenai Perubahan Lingkungan (Laudato Si)
1.Think of Future Generation : Dunia seperti apa yang akan kita wariskan kepada generasi mendatang?
2.Embrace Alternative Energy Sources : segeralah gantikan penggunaan teknologi berbahan bakar energy fosil yang polutif seperti batu bara, bbm dengan gas yang lebih bersih dan jangan ditunda lagi.
3.Consider Pollution Effect on the Poor :  sentuhlah hati mereka yang hanya berusaha mencari keuntungan dan merugikan orang miskin dan bumi.
4.Take the bus : prioritaskanlah pengadaan dan pembenahan  transportasi publik.
5.Be Humble : kita bukan Allah. Bumi telah ada sebelum kita.
6.Don,t become a slave of your phone : karena itu akan membuat mental anda terpolusi.
7. Don’t Trade Online Relationships for real one: relasi nyata kini telah digantikan dengan relasi maya (komunikasi internet) yang memungkinkan kita memilih dan menghilangkan hubngan dengan siapa saja
8.Turn off the lights, Recycle and Don’t Waste Food : tanggungjawab lingkungan dapat secara signifikan memengaruhi bumi di sekitar kita, seperti menolok menggunakan plastic, kertas, mengurangi konsumsi air,  separating refuse, memasak makanan seperlunya untuk dikonsumsi, memadamkan lampu yang tidak dibutuhkan.
9.Educate Yourself : karena pendidikan mampu membawa prubahan nyata dalam gaya hidupmu
10.Believe you can make a difference : kita harus yakin bahwa kita saling membutuhkan saling memiliki tanggungjawab kepada orang lain dan bumi ini.

Pertemuan Komsos Regio Jawa: MEMAKNAI PERAN  KOMSOS

Mgr. Julianus Sunarko, SJ membuka resmi pertemuan Pegiat Komsos Keuskupan se-Jawa.

Mgr. Julianus Sunarko, SJ baru keluar dari rumah sakit. Di tengah guyuran hujan lebat semangatnya untuk mendukung kegiatan temu pegiat Komunikasi Sosial (Komsos) Regio Jawa  sangat membara.  Meskipun ada pengeras  suara tetapi karena lebatnya hujan terpaksa dia pun harus bersuara yang jauh lebih keras lagi. Sampai-sampai dia terbatuk-batuk dan minum sejenak. “Komsos itu sangat penting untuk menyuarakan kebenaran Gereja. Sejak 1960 saya terlibat dalam Komsos melalui berbagai media. Tidak terbatas hanya tulis menulis tetapi juga lewat pewayangan, ludruk dan sarana lain. Karena itu saya sangat senang mengikuti segala kegiatan komunikasi,” ungkapnya saat membuka resmi pertemuan itu di Balai Desa Karangsalam, Kec. Baturaden, Kabupaten Banyumas, Purwokerto, Jawa Tengah pada 1 April 2016.

Mgr. Julianus Sunarko, SJ membuka resmi pertemuan Pegiat Komsos Keuskupan se-Jawa.
Mgr. Julianus Sunarko, SJ membuka resmi pertemuan Penggiat Komsos Keuskupan se-Jawa.

Menurut Mgr. Sunarko peran Komsos terutama saat ini sangat dibutuhkan. Bukan hanya menyuarakan ajaran Gereja tetapi juga menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. “Hanya dengan demikian kita bisa mengatasi nilai intoleransi yang semakin hari semakin tak terkendali dan tindakan-tindakan yang negatif yang akhir-akhir ini sangat memalukan seperti korupsi para pejabat negara yang gila-gilaan. Narkoba yang semakin merajalela mulai dari masyakat kelas atas, menengah, pejabat negara hingga rakyat kecil ,” ungkapnya prihatin.  Ini menandakan telah semakin menurunnya kepribadian bangsa kita. Untuk itulah arti penting kehadiran Komsos untuk membawa kabar sukacita dan kegembiraan serta kabar kebenaran.
Bapa Uskup juga mengatakan bahwa kehadiran para pegiat Komsos di desa Karangsalam di kaki Gunung Slamet ini termasuk membawa kabar gembira. “Kita bisa berbagi kemampuan ekonomi kita dengan masyarakat setempat dengan live in bersama keluarga-keluarga disini yang pada umumnya non Katolik,” jelas Uskup Sunarko yang kini sudah berusia 75 tahun 6 bulan.
Uskup berharap pertemuan pegiat Komsos regio Jawa ini akan bisa juga diikuti oleh pertemuan komsos di regio lainnya. “Dengan semakin erat hubungan para pegiat, semakin mudah untuk saling membantu dalam mengatasi berbagai masalah atau untuk saling meniru kegiatan yang benar-benar bisa membuka dan menyuburkan toleransi antar umat beragama di negeri kita,” harapnya.
Melihat Kelemahan Bersama
Dalam temu Komsos  regio Jawa  ini ada sesi khusus berbagi pengalaman dan dinamika kegiatan di keuskupan masing-masing.  Dari  sesi pertemuan ini terungkap bahwa masih banyak pastor paroki yang belum memberikan perhatian pada Seksi Komsos. Sehingga masih banyak  paroki yang belum memiliki seksi Komsos. “Ini terjadi karena banyak romo yang belum mengerti secara mendalam amanat berbagai dokumen Gereja yang mengharuskan hadirnya komisi/seksi Komsos,” ungkap Teno, peserta pertemuan dari KAJ. Kalaupun sudah ada seksi Komsos paroki tetapi masih banyak yang belum berkegiatan  sebagai semestinya.
Pembukaan pertemuan dengan tarian warga setempat bersama para peserta.
Pembukaan pertemuan dengan tarian warga setempat bersama para peserta.

Atas keprihatinan ini diusulkan agar Komisi Komsos Konferensi Waligereja Indonesia  (KWI) mulai membenahi ini.  Sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Komisi Komsos KWI Rm. Camillus pihaknya kini fokus pada “Pastoral Komunikasi”. Artinya lebih membenahi supaya manusia sebagai mahluk komunikasi semakin mampu melaksanakan komunikasi dengan baik dan benar. Karena itu peserta temu Komsos Regio Jawa  mengusulkan agar Komisi Komsos KWI menyusun buku yang mengatur tentang landasan hukum dan peran Komisi Komsos  di tiap keuskupan dan seksi Komsos di paroki-paroki.  Dengan kehadiran buku ini  diharapkan para romo paroki tidak punya dalih lagi untuk tidak menghadirkan seksi komosnya.
Selain ketidakhadiran seksi komsos di paroki, juga yang masih memprihatinkan adalah anggaran bagi Seksi Komsos di keuskupan. Namun bagi Romo Agung Nugroho ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Semarang masalah anggaran bukan segalanya. “Mari kita berbuat dulu. Kalau hasilnya dilihat baik bagi pengembangan Gereja pasti akan didukung oleh keuskupan. Itu kami alami dahulu ketika memulai Komsos,” ungkapnya.
Memang banyak keuskupan di Jawa yang baru memulai secara serius menangani Komisi Komsosnya. Ini untuk menanggapi perkembangan zaman. Banyak yang mengambil strategi menyekolahkan romo muda di bidang teknologi informasi sambil menugaskannya di bidang Seksi Komsos. Mau tidak mau kehadiran multimedia harus digunakan sebagai alat dan sarana  evangelisasi. Sebab ke depan akan semakin banyak umat yang memanfaatkannya sebagai sarana bersosialisasi.
 
Sonar Sihombing
Anggota Komsos KAJ

DOWNLOAD FILE LEAFLET “ROSARIO MERAH PUTIH”

Rosario Merah Putih adalah salah satu penanda gerakan “Amalkan Pancasila” sesuai Arah Dasar 2016-2020 Keuskupan Agung Jakarta. Dinamakan Rosario Merah Putih karena:

1. Warna merah putih sangat impresif, dimaksudkan untuk mengingatkan kita pada Bendera  Indonesia, Sang Saka Merah Putih. Merah berarti berani membela kebenaran karena Iman kepada Allah Bapa, Allah Putera dan Roh Kudus. Putih berarti suci, tulus dan murni  karena Kasih Allah semata.

2. Terbuat dari butiran-butiran manik yang berwarna merah dan putih lengkap dengan medali Kerahiman Allah yang memerdekakan dan logo KAJ serta Salib khas KAJ.

Diharapkan Rosario Merah Putih mampu membangun kesadaran kita di dalam peziarahan ini untuk berdoa bersama Bunda Maria bagi keselamatan Bangsa dan Negara. Mengingatkan kita untuk semakin 100% Katolik 100% Indonesia. Berdoa Rosario Merah Putih juga menjadi salah satu ungkapan cinta umat beriman kepada tanah air dan tanda kepedulian kita untuk terus-menerus amalkan Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai sebuah gerakan, dianjurkan untuk membuat sendiri Rosario Merah Putih bersama keluarga/lingkungan/komunitas. Selain sebagai bagian dari ungkapan devosional kita kepada Bunda Maria, aktivitas membuat Rosario Merah Putih juga dapat mengakrabkan kita satu sama lain, terutama antar-anggota keluarga sebagaimana yang diharapkan dalam Target (point 1.3) Rencana Strategis Arah Dasar 2016-2020. Selain digunakan sendiri, Kita pun dapat membagikan Rosario Merah Putih yang kita buat kepada mereka yang membutuhkan.

Berdoa dengan menggunakan Rosario Merah Putih sama seperti berdoa Rosario pada umumnya. Intensi doa saja yang perlu ditambahkan  untuk Bangsa dan Negara. Ada lima intensi yang terbagi ke dalam setiap peristiwa. Apapun peristiwanya, silakan mendoakan intensi ini:

1.Peristiwa Pertama untuk kebahagiaan kekal jiwa-jiwa para pahlawan,

2. Peristiwa Kedua untuk keutuhan alam Indonesia yang kaya dan subur.

3. Peristiwa Ketiga untuk persatuan Indonesia.

4. Peristiwa Keempat untuk kebijaksanaan para Pemimpin kita.

5. Peristiwa Kelima untuk upaya-upaya mewujudkan keadilan sosial.

Diucapkan dan dimohonkan setelah merenungkan peristiwa. Dilanjutkan dengan doa “Bapa Kami” dan 10x doa “Salam Maria”. Intensi doa dapat dilihat pada lembaran ini. Terdiri dari doa anak, doa remaja dan doa umum.

Rosario Merah Putih: bergemalah!

DOWNLOAD MATERI PRESENTASI GERAKAN “ROSARIO MERAH PUTIH”

KAJ download

DOWNLOAD FILE LEAFLET ROSARIO MERAH PUTIH:

LEAFLET BAGIAN DEPAN:

KAJ download

LEAFLET BAGIAN DALAM:

KAJ download

LEAFLET FILE PHOTOSHOP (PSD):

KAJ download

Terbaru

Populer