Masih ada umat yang berharap diadakannya improvisasi keliru atas liturgi demi alasan praktis, misalnya untuk mempercepat Misa/perayaan, menghindari kebosanan atau kejenuhan, dsb. Hal ini perlu disikapi dengan katekese liturgi yang tepat kepada umat.
Persoalan ini merupakan tantangan besar pada tradisi liturgi karena berisiko mendangkalkan makna liturgi. Permasalahan makin rumit jika Pastor Paroki sendirilah yang menawarkan improvisasi-improvisasi keliru tersebut, karena pendapat Pastor mudah diterima sebagai kebenaran.
Mengembangkan liturgi memang masih perlu diharapkan, namun harus didasari eklesiologi-teologi-pastoral, bukan demi alasan praktis, apalagi karena bosan, kecuali dalam kasus-kasus darurat (misalnya suatu Paroki hanya mampu dilayani oleh seorang pastor).
Kalau umat tidak/belum bisa “menikmati” liturgi ekaristi , yang slah adalah yg mengajarkan Liturgi itu sendiri yg tidak / belum “menikmati” karena belum menguasai penuh makna Ekaristi itu sendiri dan manfaat yg diperoleh bila “mampu” mengikuti liturgi “dengan hati” , tidak “melihat” dengan iman akan alur liturgi dimana kehadiran para kudus , Malaikat dan Yesus sendiri dalam doa Syukur Agung .
Gejala pendangkalan ini, tidak terlepas dari pengaruh jaman yang ingin serba instan, serba expresif, sehingga hal-hal yang berhubungan “keheningan, kedalaman makna, internalisasi” menjadi semakin ditinggalkan. Tidak ada jalan lain, selain meningkatkan katekese liturgi bagi seluruh umat, dan memberikan prioritas dan waktu yang cukup untuk masalah ini, dalam setiap pertemuan lingkungan, kategorial maupun para pengurus Gereja.
Syaloom,
Termasuk juga, sikap TEGAS KAJ terhadap kaidah kaidah Tradisi Gereja Katholik pada Doa / Lagu BAPA KAMI yang sifatnya ‘ GREGORIAN ‘ dengan sejarah dan kebanggannya…menjadi terbuka bebas pada Doa / Bapa Kami karya Totok yang berirama POP dengan TIDAK MENGHADIRKAN :
1. Kata Pengantar Doa yang dinyanyiakan : ‘ Atas petunjuk Penyelamat kita dan menurut ajaran Ilahi, maka beranilah kita berdoa ‘….!!!
2. Doksologi : ‘ Sebab engkaulah raja yang mulia dan berkuasa untuk selama lamanya . Amin.
Selamat Siang para imam dan admin….
saya setuju, kadang umat memang sering membuat liturgi itu seturut kehendakanya… Namun, besar juga harapan saya, agar para imam yang memimpin ibadah pun tidak melakukan hal yang sama…
Dalam beberapa Misa dikantor dimana saya bekerja, 2x Misa Jumat Pertama dilayani dengan komuni 2 rupa… Namun, yang jadi masalah adalah, umat diijinkan utk mengambil langsung Tubuh dan Darah Yesus dari cawan…. Ini tentunya pun bertentangan dgn PUMR… Mohon agar imam pun memberikan katekese ttg liturgi yang baik tersebut sehingga penghayatan akan liturgi pun semakin baik…
salam damai..
Minta daftar lagu misa tgl 19 Juli 2015.
Untuk persiapan koor.
Terima kasih.
AMDG
Di Filipina, misa bisa 45 menit kok. Sebaiknya mereka jangan dituduh”dangkal” dulu… Kasih 15 menit sisanya utk doa hening pribadi, yg skg sdh tdk zaman…