Home Blog Page 9

RENUNGAN MINGGU BIASA XXI, 25 Agustus 2024

Bacaan Pertama, Yos 24:1-2a, 15-17.18b
Menjelang wafatnya, Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem. Dipanggilnya para tua-tua orang Israel, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya, lalu mereka berdiri di hadapan Allah. Maka berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu, “Jika kamu menganggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!”

Lalu bangsa itu menjawab: ”Jauhlah dari pada kami meninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada allah lain! Sebab Tuhan, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui, Tuhan menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kami pun akan beribadah kepada Tuhan, sebab Dialah Allah kita.””

Bacaan Kedua, Ef 5:21-32
Saudara-saudara, hendaklah kamu saling merendahkan diri seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat, karena kita adalah anggota tubuh-Nya. Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.

Bacaan Injil Yoh 6:60-69
Setelah Yesus menyelesaikan ajaran-Nya tentang roti hidup, banyak dari murid-murid-Nya berkata: ”Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?”

Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: ”Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?

Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata: ”Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.”

Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia. Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: ”Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya: ”Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.””
‭‭
Renungan Singkat

Terkadang perasaan cinta perlu dirasionalisasikan agar cinta menjadi sebuah kesadaran akal budi. Sehingga ketika perasaan memudar, kesadaran akal budi kita tetap menjaga kita untuk bertahan. Kesadaran itu yang menggerakkan kita untuk terus mengusahakan yang terbaik bagi yang mereka yang kita cintai. 

Keputusan saya untuk menjadi imam mendasar pada satu kesadaran akal budi – ingin mengikuti Yesus lebih dekat dan menjadi semakin serupa seperti Dia. Ini menjadi dasar sekaligus pondasi kokoh yang membuat saya tetap bertahan untuk setia. Meski menjumpai kegagalan, ketidakpahaman dan ketidakmengertian, penolakan, saya tidak menyerah. Bukan kesuksesan yang saya kejar, tapi sejauh mana lewat pengalaman itu saya terus bertumbuh menuju kesempurnaan kasih Kristus. 

Rasa cinta memampukan seseorang untuk memberikan yang terbaik bagi orang yang dicintainya. Apalagi kalau orang itu mau pergi pasti meminta jaminan agar orang-orang yang ditinggalkan untuk jaga diri. Dalam bacaan pertama, Yosua memperbarui perjanjian umat dengan Tuhan. Yosua hendak memastikan, sebelum wafatnya, agar umat Israel tetap memelihara iman kepada Tuhan, Allah Israel. Doa umat Israel sendiri baik untuk kita simak, ”Jauhlah dari pada kami meninggalkan Tuhan untuk beribadah kepada allah lain!” Karena mereka mengingat betapa besar kasih karunia Allah bagi pembebasan bangsa mereka dari perbudakan Mesir. 

Paulus pun memberi refleksi yang sangat indah. Ia mengangkat relasi suami-istri serupa dengan relasi Kristus dengan jemaatnya. Sebagaimana Kristus mengasihi dan memberikan diri sepenuhnya kepada jemaat, demikian pula hendaknya suami dan istri saling memberikan dirinya satu sama lain. Sehingga nampaklah aspek sakramental perkawinan dalam diri suami dan istri. Kristus sungguh hadir dalam diri suami dan istri yang saling mencintai dengan sepenuh hati. 

Cinta yang sepenuh hati akan tahan uji akan segala rintangan dan tantangan. Tidak mudah menyerah dan meninggalkan. Para Rasul sungguh mencintai Yesus dan mengimani bahwa perkataan Yesus adalah hidup yang kekal. Atas dasar keyakinan itu, mereka tetap bertahan mengikuti Yesus. Padahal banyak orang yang tadinya mengikuti Yesus meninggalkan-Nya, karena iman mereka tergoncang begitu mendengar ajaran Yesus tentang roti hidup. 

Kita mohon, agar setiap dari kita dikaruniai kesadaran akal budi yang membawa kita pada lompatan keyakinan iman. Ya Tuhan, engkaulah yang kudus dari Allah dan perkataan-Mu adalah hidup yang kekal. Aku mau mengikuti-Mu apapun yang terjadi. 

Jadi, kamu gmana?

RA

HARI RAYA SP MARIA DIANGKAT KE SURGA, Minggu 18 Agustus 2024

Bacaan Pertama Why, 11:19a, 12:1-6a.10ab
Aku, Yohanes, melihat Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu. Lalu tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung. Dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.

Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit. Seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Ekornya menyapu sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi.

Naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. Dan perempuan itu melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi. Tetapi tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.

Lalu perempuan itu lari ke padang gurun, di mana Allah telah menyediakan suatu tempat baginya.

Kemudian aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: ”Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita! Sekarang telah tiba kekuasaan Dia yang diurapi Allah. Sebab para pendakwa yang yang siang malam mendakwa saudara-saudara kita di hadapan Allah, telah dilemparkan ke bawah”.
‭‭
Bacaan Kedua 1Kor 15:20-26

Saudara-saudara, Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.

Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.

Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.

Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.”
‭‭

Bacaan Injil Luk 1:39-56

Beberapa waktu sesudah kedatangan malaikat Gabriel bergegaslah Maria ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.

Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: ”Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Sungguh berbahagialah dia yang telah percaya, sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana.

Lalu kata Maria: ”Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.
Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.

Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”

Kira-kira tiga bulan lamanya Maria tinggal bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.”
‭‭
Renungan Singkat

PENYERAHAN DIRI KEPADA ALLAH


Para saudara terkasih. Minggu ini kita merayakan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Perayaan ini sebetulnya jatuh setiap tanggal 15 Agustus 2024. Lantas dirayakan meriah oleh Gereja pada hari minggu terdekat. Melalui perayaan ini, kita merayakan iman dan keyakinan Gereja untuk menghormati Bunda Maria setinggi-tingginya. Bahwa setelah melaksanakan tugas mulianya di dunia, Bunda Maria dengan seluruh jiwa dan raganya tidak mengalami kebinasaan maut, tapi diangkat ke dalam kemuliaan surgawi. Keyakinan ini ditetapkan sebagai dogma ajaran iman oleh Paus Pius XII pada tahun 1950.

Saya kira, tidak ada satu pun dari kita orang beriman katolik yang menolak ajaran iman ini kan? Siapa meragukan bahwa Bunda Maria, Tabut Allah yang hidup, rahim suci tempat Sabda Tuhan menjadi manusia layak diangkat ke surga? Apakah yang meragukan itu lantas lebih layak lebih Maria? Bahkan orang-orang kudus bisa merasa diri tidak layak jika dibandingkan dengan jasa Maria.

Apa jasa Maria sehingga kita yakin Ibu kita ini layak? Kita bisa menemukan banyak alasannya. Tapi bagi saya, alasan yang paling utama adalah Maria menyerahkan seluruh kehendaknya, dirinya, tubuhnya kepada kehendak Allah. Maria menyerahkan itu dengan penuh pertimbangan dan akhirnya menyatakan dengan merdeka dan bebas, “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu”.

Sikap ini adalah cermin dari kata-kata suci Yesus sendiri bagi para murid-murid-Nya, “Inilah Tubuhku, yang diserahkan bagimu”. Ini sudah cukup. Kristus sendiri menjamin bahwa, “barangsiapa menyerahkan/kehilangan nyawanya demi Aku, Ia akan memperoleh kembali dalam kehidupan kekal”. Atas dasar syarat ini, sudah cukup.


Iblis tidak suka jika sikap Maria ini merajalela di muka bumi ini. Di mana setiap orang menyerahkan diri-Nya untuk Tuhan, dan memberikan Tubuh-Nya untuk dibagikan kepada sesama. Maka, si jahat, naga tua akan berusaha merampas itu dan menyebarkan kata-kata suci yang sama tapi dengan makna yang berlainan, “Ini Tubuhku, aku berhak menggunakannya seturut kehendakku”. Dengan demikian, semakin banyak orang terhasut untuk tidak menyerahkan diri-Nya untuk Tuhan. Semakin banyak orang ditarik dari perjalanan menuju surga.

Ajaran iman ini sekaligus menegaskan bahwa surga-kehidupan kekal adalah rumah akhir kita. Dan kita sedang dalam perjalanan menuju ke sana. Sebagaimana Maria dilayakkan Tuhan karena penyerahan diri-Nya dengan bebas dan merdeka, kita umat beriman berusaha untuk hal yang sama.


Jadi kamu gimana?

RENUNGAN MINGGU BIASA XIX, 11 AGUSTUS 2024

Bacaan Pertama, 1Raj 19:4-8

Sekali peristiwa Elia masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: ”Cukuplah sudah! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku.” Sesudah itu ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tetapi tiba-tiba seorang malaikat menyentuh dia serta berkata kepadanya: ”Bangunlah, makanlah!” Ketika ia melihat sekitarnya, maka pada sebelah kepalanya ada roti bakar, dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan minum, kemudian berbaring lagi. Tetapi malaikat Tuhan datang untuk kedua kalinya dan menyentuh dia serta berkata: ”Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.” Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.”

Bacaan Kedua, Ef 4:30-5:2

Saudara-saudara, janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.

Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.”

Bacaan Injil, Yoh 6:41-51

Sekali peristiwa bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Yesus, karena Ia telah mengatakan: ”Akulah roti yang telah turun dari sorga.” Kata mereka: ”Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapa-Nya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?”

Jawab Yesus kepada mereka: ”Jangan kamu bersungut-sungut. Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.

Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.

Renungan Singkat

Nabi besar seperti Elia pernah patah semangat juga seperti yang dikisahkan pada awal bacaan pertama hari ini. Itu terjadi justru ketika Elia baru saja menang pertarungan melawan Dewa Baal dan nabi-nabinya. Kemenangan Elia ini membuat ratu durjana, Izebel mengamuk. Istri Raja Ahab itu memerintahkan suruhannya untuk mengejar Elia dan membunuhnya. Elia lari sampai ke padang gurun. Baru sehari perjalanan Ia kelelahan. Capek lahir batin. Ia mau mati saja karena sudah kehabisan tenaga. Tapi malaikat Tuhan memberinya makanan dan minum. Roti bakar dan sekendi air itu rupanya cukup memberi tenaga bagi Elia untuk berjalan 40 hari 40 malam jauhnya sampai ke gunung Horeb. Betapa hebat makanan dan minuman dari Allah itu bagi kekuatan Elia, meskipun bentuknya sederhana. 

Allah menyediakan makanan surgawi bagi manusia. Roti itu adalah Yesus. Ia memberikan dagingnya untuk diberikan kepada kita di dunia. Barangsiapa yang makan daripadanya, ia tidak akan mati melainkan memperoleh hidup kekal. 

Roti santapan rohani itu hadir secara nyata dan Perayaan Ekaristi. Ia hadir seluruhnya dalam rupa sakramen. Kita mohon agar roti itu tidak berhenti hanya menjadi santapan saja. Tetapi menjadi rahmat yang berdayaguna agar kita hidup serupa seperti Kristus, Sang Roti dari Allah. 

RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XVIII, 4 AGUSTUS 2024

Bacaan Pertama, Kel 16:2-4.12-15

Di padang gurun Sin, yang terletak di antara Elim dan Gunung Sinai,  bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun. Mereka berkata, ”Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan Tuhan ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.”

Lalu berfirmanlah Tuhan kepada Musa: ”Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu. Maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari. Dengan cara itu aku hendak menguji apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak.

Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel. Katakanlah kepada mereka: ’Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, Allahmu.’

Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menutupi perkemahan mereka. Pagi harinya terhamparlah embun sekeliling perkemahan itu. Setelah embun menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus mirip sisik, halus seperti embun yang membeku di atas tanah. Melihat itu umat Israel saling bertanya-tanya: ”Apakah ini?” Sebab mereka tidak tahu apa itu. Lalu berkatalah Musa: ”Inilah roti yang diberikan Tuhan menjadi makananmu.”

Bacaan Kedua, Ef 4:17.20-24

Saudara-saudara, di dalam Tuhan aku menegaskan hal ini kepadamu. Jangan lagi hidup dengan pikiran yang sia-sia, seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu jangan hdup secara demikian.

Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus.

Sehubungan dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu.

Hendaknya kamu mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah; hendaklah kamu hidup di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”


Bacaan Injil, Yoh 6:24-35

Di seberang Danau Galilea, ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.

Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: ”Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?”

Yesus menjawab mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.

Lalu kata mereka kepada-Nya: ”Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?”

Jawab Yesus kepada mereka: ”Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”

Maka kata mereka kepada-Nya: ”Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga.”

Maka kata Yesus kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.”

Maka kata mereka kepada-Nya: ”Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” Kata Yesus kepada mereka: ”Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”
‭‭

Renungan Singkat

Yang Lapar akan Dikenyangkan

Sebagai imam, saya selalu berusaha mempersiapkan perayaan ekaristi dengan baik. Meminimalisir ketidakberesan sehingga tidak panik dan bisa berkonsentrasi. Tapi terkadang ada juga momen yang bikin panik. Misalnya, kalau hosti yang tersedia ternyata tidak cukup untuk umat yang hadir. Saya pernah mengalami itu. Sudah hitung umat di dalam rumah dan memperkirakan cukup, ternyata saat selama misa umat masih berdatangan duduk di luar. Hosti sisa 2, umat di luar belum dapat. Sementara umat harus dapat semua. Akhirnya saya pakai hosti yang belum diberkati untuk menerimakan anggur darah Kristus. Pernah juga hosti yang ada dipecah-pecah sampai kecil sekali. 

Ini muungkin sepele. Tapi kita bisa melihat spirit dibalik kewajiban itu. Yaitu, bahwa berkat dari Tuhan harus cukup untuk semua orang. Akan menjadi cukup, kalau kita juga mau membagi-bagi berkat kepada yang lain.

Injil hari ini melanjutkan kisah minggu lalu saat Yesus memberi makan 5000 orang kepala keluarga. Rupanya kepergian Yesus dari sana tidak menggerakkan orang-orang itu untuk pulang. Mereka semakin mencari-Nya. Yesus tau motivasi mereka. Mereka mencari-Nya karena Yesus menjamin kekenyangan mereka. Mereka pikir, Yesus mau kesejahteraan jasmani. Mereka tinggal minta dan … boom.. mereka kenyang.

Yesus menasihati mereka, dan kita. Bekerjalah bukan untuk makanan yang dapat binasa, tapi makanan yang dapat menghantar kita kepada kehidupan kekal. Makanan itu hanya diberikan oleh Kristus sendiri. Yakni Sabda-Nya, Diri-Nya, Tubuh-Nya. 

Bukankah kita terkadang seperti orang-orang di Kapernaum. Mencari Tuhan hanya saat kita butuh. Beriman NaPas NikMat. NAtal PASkah NIKah MATi. Padahal seharusnya kita mencari Dia untuk mengalami persatuan dengan-Nya, setiap hari, setiap saat, setiap waktu. Berkat persatuan dengan-Nya kita tidak lapar lagi. Lapar akan pemenuhan dan pemuliaan diri. Haus untuk diakui. Haus akan penerimaan orang lain. 

Siapapun yang datang kepada Yesus mengalami persatuan hidup dengan-Nya. Orang itu mengusahakan hidup yang baru sebagai orang yang mengenal Allah, mengenal Kristus. Meninggalkan manusia lamanya yang penuh dosa, kejahatan dan membawa pada kebinasaan. 

Jadi, kamu gimana?
RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XVII, 28 Juli 2024

Bacaan Pertama, 2Raj 4:42-44
Sekali peristiwa datanglah seseorang dari Baal-Salisa dengan membawa bagi Elisa, abdi Allah roti hulu hasil, yaitu dua puluh roti jelai serta gandum baru dalam sebuah kantong. Lalu berkatalah Elisa: ”Berilah itu kepada orang-orang ini, supaya mereka makan.” Tetapi pelayannya itu berkata: ”Bagaimanakah aku dapat menghidangkan ini di depan seratus orang?” Jawabnya: ”Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka makan, sebab beginilah firman Tuhan: Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya.” Lalu dihidangkannyalah roti itu di depan mereka. Maka makanlah mereka dan masih ada sisanya, sesuai dengan firman Tuhan.


Bacaan Kedua, Ef 4:1-6
Saudara-saudara, aku, orang yang dipenjarakan demi Tuhan, menasihati kamu, supaya  sebagai orang-orang yang telah terpanggil, kamu hidup berpadanan dengan panggilan itu.

Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.

Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu. Satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa kita semua, yang mengatasi semua, menyertai semua dan menjiwai semua.


Bacaan Injil, Yoh 6:1-15
Sekali peristiwa, Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.

Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Ketika itu Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat.

Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: ”Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?”

Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: ”Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.”

Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: ”Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” Kata Yesus: ”Suruhlah orang-orang itu duduk. Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.

Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: ”Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.”

Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: ”Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia.”

Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.”

Renungan Singkat

Mewartakan iman – menegakkan keadilan

Tema keadilan menjadi salah satu tema penting dari ajaran iman Gereja Katolik. Apa itu definisi keadilan? Mungkin kita sering mengartikan keadilan adalah sama rasa – sama rata. Tapi apakah benar demikian?

Dalam Katekismus Gereja Katolik – Keadilan adalah kehendak yang teguh dan tetap untuk memberikan kepada Allah dan sesama apa yang menjadi hak mereka (KGK 1836). Kepada Allah, segala pujian, syukur, hormat dan kemuliaan bagi-Nya. Itu tidak perlu diperdebatkan. Kepada manusia adalah hak apa yang melekat dalam diri manusia. Pertanyaannya hak yang mana?

Secara tegas, setiap pribadi manusia berhak mendapatkan segala yang ia butuhkan agar tumbuh mencapai kesejahteraannya sendiri. Dan untuk memenuhi itu, dibutuhkan kesadaran bersama – kerja bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Sebab dalam kesejahteraan bersama diandaikan pribadi-pribadi di dalamnya juga sejahtera. 

Bacaan-bacaan hari ini memberikan kepada kita salah satu hak setiap pribadi manusia untuk tumbuh. Hak itu adalah hak untuk mendapat makanan. Makanan diperlukan untuk tumbuh, sebab di sana terdapat gizi yang diperlukan untuk tubuh kita. 

Elisa berhadapan dengan situasi kelaparan di Gilgal. Sempat ada keraguan apakah dua puluh roti jelai cukup untuk memberi makan 100 orang. Firman Tuhan, “Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya”. Kalau Tuhan turut campur memberi makan, berarti soal makan itu memang dikehendaki Tuhan. 

Yesus dan murid-murid-Nya juga menghadapi persoalan yang sama seperti Elisa. Di depan mereka ada 5000 orang laki-laki – kepala keluarga, belum termasuk perempuan dan anak-anak. Dan mereka butuh makan. Hak dasar manusia.

Tuhan menghendaki mereka makan dan memerintahkan murid-murid-Nya untuk mengusahakan itu.

Filipus  dan Andreas menyambut niat dan kehendak itu. Tapi mereka ragu, bisakah dengan sumber daya yang sedikit bisa memberi makan untuk sedemikian banyak orang. Sumber daya yang ada tidak sebanding dengan jumlah yang harus dilayani. 

Kristus mengambil sumber daya itu, mengucap syukur kepada Bapa-Nya, dan membagi-bagikannya kepada orang disana. Semua dapat makan, bahkan makanan itu sisa dua belas bakul. 

Ungkapan syukur kepada Allah diwujudkan juga melalui usaha untuk memenuhi hak-hak dasariah manusia. Mewartakan iman – mewujudkan keadilan. Kita orang beriman menunjukkan kasih dengan saling membantu. 

Zaman ini, banyak sesama kita belum mendapatkan hak-hak dasariahnya untuk tumbuh sebagai manusia yang utuh. Hak pendidikan, hak makanan, hak udara yang sehat, hak air yang bersih, hak jaminan kesehatan, hak bekerja dan berkreatifitas, dan lainnya. Semua itu tanggung jawab kita bersama demi kesejahteraan bersama. 

Lalu, kita gimana?

RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XVI, 21 Juli 2024

Bacaan Pertama, Yeremia 23:1-6

Beginilah Firman Tuhan, ”Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!” Sebab itu beginilah firman Tuhan, Allah Israel, terhadap para gembala yang menggembalakan bangsaku: ”Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman Tuhan.

Dan Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku mencerai-beraikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak. Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekor pun, demikianlah firman Tuhan.

Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman Tuhan, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: Tuhan-keadilan kita.
‭‭

Bacaan Kedua, Efesus 2:13-18

Saudara-saudara, di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ”jauh”, sudah menjadi ”dekat” oleh darah Kristus. Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, sebab dengan wafat-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya.

Dengan demikian, Ia mengadakan damai sejahtera. Dalam satu tubuh Ia mendamaikan keduanya dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.

Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ”jauh” dan damai sejahtera kepada mereka yang ”dekat”. Sebab oleh Dia kita, kedua pihak beroleh jalan masuk kepada Bapa dalam satu Roh.

Bacaan Injil, Markus 6:30-34

Sekali peristiwa Yesus mengutus murid-murid-Nya mewartakan Injil. Setelah menunaikan perutusannya, mereka kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.

Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat.

Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.

Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka.

Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.”
‭‭

Renungan Singkat

“Beristirahatlah Seketika”

Dalam Injil hari ini kita menemukan suatu hal yang tidak biasa dilakukan oleh orang zaman sekarang. Biasanya, kalau seorang berhasil dalam pekerjaan, pantang baginya untuk berhenti. Kalau bisa terus merencanakan apa yang bisa dikembangkan.

Dikisahkan Yesus hari ini berjumpa dengan kedua belas murid yang telah Ia utus. Para murid menceritakan apa yang mereka ajarkan dan kerjakan. Mereka cerita tentang keberhasilan dan kegagalan mereka. Anehnya Yesus tidak mengutus mereka lebih lanjut. Mumpung masih panas mungkin. Tapi cukuplah perutusan itu bagi mereka. Yesus malah mengajak mereka untuk pergi ke tempat sunyi dan beristirahat seketika. Tidak selalu kerja keras yang berlebihan itu baik untuk diri sendiri. Murid-murid juga butuh digembalakan. Kristus melakukan itu kepada murid-murid-Nya.

Karya perutusan para murid baik untuk dilakukan. Tapi lebih penting dari itu adalah berani ambil waktu menyingkir, sendirian, beristirahat. Menjadi sungguh melegakkan ketika istirahat itu diambil bersama Kristus. Hadir dalam doa dan dalam penerimaan Sakramen, mendengarkan Dia dan menerima Tubuh-Nya sebagai sumber energi rohani bagi kita.

Allah sendiri yang akan menjadi Gembala bagi para domba. Sebab gembala-gembala dari pihak manusia mengecewakan. Mereka bukannya merawat dan menjaga, tetapi malah membuat domba-domba itu tercerai-berai. Begitulah Sabda Tuhan yang disampaikan lewat kritik Yeremia.

Dengan demikian, para gembala manusia harus memiliki roh Allah sendiri, yang sifatnya menjaga, merawat dan menumbuhkan. Roh Allah itu mempersatukan, yang lain menceraiberaikan.

Lihat bagaimana Kristus menghimpun kembali para rasul – calon-calon gembala itu – sepulang karya dan perutusan mereka. Mereka dihimpun, disegarkan kembali, diistirahatkan, diperhatikan. Pun ketika Yesus melihat banyak orang, ia berbelaskasih – karena melihat mereka seperti domba tak mempunyai gembala.

Mari kita mohon Roh Allah selalu memimpin kita. Sebab dimana pun dan bagaimana pun kita, pada akhirnya kita dituntut untuk menjadi gembala. Pertama mulai dari menggembalakan diri kita sendiri sebelum menggembalakan sesama. Menggembala bersama Roh Allah – menjaga, merawat dan menumbuhkembangkan menuju kesempurnaan.

Jadi, kamu gimana?

RA

 

 

RENUNGAN MINGGU BIASA XV, 14 JULI 2024

Bacaan Pertama, Amos 7:12-15
Sekali peristiwa, berkatalah Amazia, imam di Betel, kepada Amos, ”Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana! Tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab inilah tempat kudus raja, inilah bait suci kerajaan.” Jawab Amos kepada Amazia: ”Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. Tetapi Tuhan mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan Tuhan berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel.”

Bacaan Kedua, Efesus 1:3-14
Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.

Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.

Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.

Aku katakan ”di dalam Kristus”, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan – kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya – supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya. Di dalam Dia kamu juga – karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu – di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu.”

Bacaan Injil, Markus 6:7-13
Sekali peristiwa Yesus memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju.

Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: ”Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka.”

Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.”

Renungan Singkat

Kristus melibatkan kita. Dia tidak bekerja sendirian. Roh-roh jahat tetap bekerja juga sampai sekarang. Maka kita – para murid Tuhan – juga wajib bekerja lebih keras lagi, melakukan pekerjaan Tuhan. 

Jangan khawatir, jangan takut. Ia menyertai kita. Ia memberi kita kuasa-Nya sendiri. Jangan khawatir akan apapun. Kuasa Tuhan cukup. Cukuplah karunia-Nya untuk kita. 

Banyak orang perlu disembuhkan. Lebih dari sekedar kesembuhan fisik, adalah kesembuhan batin. Banyak orang perlu diciptakan kembali dalam Tuhan, menjadi manusia baru – manusia yang hidup dan karena Kasih Tuhan sendiri. 

Jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XIV, 7 Juli 2024

Bacaan Pertama, Yehezkiel 2:2-5

Sekali peristiwa, kembalilah rohku ke dalam tubuhku dan aku ditegakkannya. Kemudian aku mendengar Dia yang berbicara dengan aku. Firman-Nya kepadaku: ”Hai anak manusia, Aku mengutus engkau kepada orang Israel, kepada bangsa pemberontak yang telah memberontak melawan Aku. Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku sampai hari ini juga. Kepada keturunan inilah, yang keras kepala dan tegar hati, Aku mengutus engkau dan harus kaukatakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan Allah. Dan baik mereka mendengarkan atau tidak – sebab mereka adalah kaum pemberontak – mereka akan mengetahui bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka.”

Bacaan Kedua, 2Korintus 12:7-10

Saudara-saudara, agar aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa yang kamu terima, aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk mengecoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”

Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”
‭‭
Bacaan Injil, Markus 6:1-6
Sekali peristiwa, Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: ”Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?

Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?”

Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: ”Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.”

Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.”

Renungan Singkat

SEBAB JIKA AKU LEMAH, MAKA AKU KUAT

Saudara-saudari terkasih, bacaan yang ditampilkan dalam Minggu Biasa ke-14 ini bagi saya terasa agak suram. Bagaimana tidak? Tiga tokoh yang tampil, Yehezkiel, Paulus, dan Yesus menunjukkan kepada kita semua resiko dan konsekuensi apa yang dihadapi ketika kita  menerima tugas perutusan dari Allah. Masing-masing harus siap bahwa peristiwa kegagalan dan penolakkan menjadi bagian dari tugas perutusan mereka. 

Yehezkiel dipanggil menjadi nabi oleh Tuhan kepada kaum buangan Israel, mereka yang telah dipilih tapi memberontak kepada Allah melalui cara hidup mereka yang lalim. Pada bacaan pertama ini, Yehezkiel diminta memperkenalkan diri kepada bangsa itu bahwa Allah telah mengirim Dia sebagai nabi. 

Coba kita bayangkan ya, seandainya kita adalah bangsa Israel yang disebut pemberontak itu. Tiba-tiba di tengah kerumunan, ada seorang anak muda – out of nowhere – berdiri dan berteriak dengan lantang mengatakan, “Oi Israel, dengarkanlah Firman Allah, sebab Ia telah mengutus aku sebagai nabi di tengah-tengah-Mu!”. Kalau saya melihat situasi seperti, pasti saya akan acuh dan mengatakan, “siapa elu boy?!!”

Tapi Yehezkiel tetap maju. Sebab ia tidak mengutus dirinya sendiri, melainkan Allah. Ketika Allah mengutus – Allah pasti akan menyertai. 

Apa yang dialami Yehezkiel mungkin sama dengan apa yang rasakan oleh Yesus. Ia ditolak di tempat asal-Nya. Menarik jika kita cermati, dalam Injil Markus, kisah ini ditaruh dalam Bab 6, setelah sebelumnya Yesus membuat banyak mukjizat di daerah-daerah lain di Bab 3-5. Berbeda sekali dengan Matius dan Lukas yang menempatkan kisah ini persis setelah Yesus dicobai oleh Iblis. Sebelum Yesus memulai seluruh karya-karya baik-Nya. 

Markus menampilkan kisah penolakan orang-orang di kampung asal Yesus – sebagai intermezzo kisah keberhasilan mukjizat yang dilakukan-Nya. Di tengah kisah keberhasilan, Markus menyelipkan kisah kegagalan Yesus di Nazaret. 

“Ia tidak dapat mengadakan satu mujizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.”

Kisah ini seperti duri dalam daging, seperti apa yang direfleksikan Paulus dalam bacaan kedua. Sepertinya Markus ingin menunjukkan, meski Yesus itu Kristus Mesias Sang Juruselamat, bertindak berbicara penuh kuasa dan menyembuhkan banyak orang namun Ia masih bisa gagal. Masih ada orang-orang yang bisa menolak Dia. Masih ada orang yang  tidak akan percaya. Tidak semua misinya lancar-lancar saja. Markus mau memperlihatkan kepada murid-murid yang hendak mengikuti Yesus, bahwa perjalanan iman mereka pun juga tidak akan mulus-mulus saja. 

Bagaimana reaksi Yesus setelah mengalami penolakan itu?

Biasa saja, like nothing happen. Tidak disebutkan Yesus hendak dilempar ke jurang. Tapi sebaliknya, Yesus terus berjalan berkeliling dari desa ke desa sambil mengajar. 

Dalam pengalamannya, Paulus merasakan penolakan, penganiayaan, siksaan dan kesesakan. Dan Ia berdamai dengan itu, bersyukur bahkan bermegah karena boleh mengalami itu semua. Sebab apa? Karna justru ketika dia mampu bertahan dan tetap berharap dalam situasi seperti itu, itu semua terjadi bukan karena jasanya, tapi karena karunia Tuhan yang berkarya dalam dirinya. 

“Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”

Jadi, kamu gimana?

RA

KAMPUS ORANG MUDA JAKARTA – PENDAFTARAN

APA ITU KOMJak?

KOMJak (Kampus Orang Muda Jakarta) merupakan program pengembangan diri komprehensif yang didirikan oleh Rm Johannes Hariyanto, SJ. Dilakukan dengan pendekatan sosial dan Ignasian dengan metode System Thinking. Program ini menargetkan Orang Muda Katolik (OMK) di wilayah Jabodetabek (Mahasiswa dan orang muda). Program ini berjalan sejak tahun 2008 sebagai tindak lanjut Temu Pastoral KAJ 2008, “Bersama Orang Muda Katolik, Menggapai Masa Depan Gereja. 

EFLYER INI UNTUK APA?

Informasi untuk pendaftaran KOMJak Angkatan XII dengan tagline “PAHAMI JEJAKMU, PILIH JALURMU!”

GIMANA CARA DAFTARNYA?

Klik link pendaftaran ini: http://bit.ly/daftarkomjak12

KAPAN TUTUP PENDAFTARANNYA?

MINGGU, 27 JULI 2024

KALAU MAU TAU LEBIH LANJUT?

DM aja ke Instagram @komjakarta

atau website http://www.komjakarta.org

Terbaru

Populer