Home Blog Page 38

RENUNGAN HARIAN 29 MARET 2023, Rabu Prapaskah V

Dan 3:14-20.24-25.28

Yoh 8:31-42

“Ikut, Kenal dan Setia”

Dalam dunia media sosial, kita mengenal istilah „follow“ atau “subscribe”. Ketika kita menekan tombol tersebut, kita akan mendapatkan berita terbaru dari akun yang kita ikuti. Akun-akun itu akan menjadi prioritas yang muncul dalam halaman akun media sosial kita. Kita pun akan mendapatkan informasi terbaru dan dapat mengikuti perkembangannya. Jika itu adalah seorang publik figur, kita bisa mendapat info tentang kegiatannya. Jika itu akun berita, kita akan mendapat berita terbaru. Pada dasarnya, dengan mem-„follow“ atau men-„subscribe“, kita jadi mengenal.

Bacaan-bacaan hari ini mengingatkan kita untuk mengikuti Allah dengan sungguh. Dalam bacaan pertama, ada tiga orang muda yang dipaksa dengan ancaman untuk menyembah dewa. Tetapi, mereka tidak mau karena mereka mengenal Yahwe. Demikian juga dalam Injil, ada banyak orang Yahudi yang mengakui dan mengikuti iman Abraham. Tetapi, Yesus mengingatkan mereka bahwa dalam mengikuti Allah, mereka juga harus mengenal Allah. Dengan mengenal Allah, mereka akan mengenal Kristus, mengerti pekerjaan Allah dan mengikuti-Nya dengan setia.

Beriman bukanlah soal ikut-ikutan. Kita memiliki warisan iman yang dibagikan, entah lewat keluarga, teman, maupun Gereja. Semua itu memberikan kita wawasan tentang iman Kristiani. Namun, apakah iman itu juga tumbuh secara personal dalam hati kita? Apakah kita mengenal Allah dan mengerti pekerjaan Allah? Dengan mengenal Allah, kita dapat memahami dan mengikuti-Nya dengan setia. Menjelang Paskah ini, kita semakin ditunjukkan Allah dan pekerjaan-Nya lewat pribadi Yesus Kristus. Semoga kita semakin mengenal dan memahami sehingga kita dapat mengikuti-Nya dengan setia. Mari kita membuka hati dan pikiran, agar Roh Kudus membimbing kita.

AL

RENUNGAN HARIAN 28 MARET 2023, Selasa Prapaskah V

Bilangan 21:4-9
Yoh 8:21-30


Memandang Salib



Jaman dulu, penyaliban adalah bentuk hukuman yang paling tidak manusiawi. Manusia dipaku, ditelanjangi dan dipertontonkan di khalayak umum. Karena dipaku, manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Seluruh hak dan kebebasannya direnggut. Bahkan untuk menggaruk bagian tubuhnya yang gatal pun tidak bisa. Martabatnya manusia diperlakukan sangat hina.

Tapi dengan salib, Tuhan kita Yesus Kristus justru mengambilnya sebagai jalan keselamatan. 

Mengapa Yesus memilih salib sebagai sarana penyelamatan-Nya?

Dalam Kristus, Salib bukan lagi hukuman yang hina. Salib adalah bukti cinta-Nya total, lambang pemberian diri seutuhnya kepada manusia. Salib adalah jalan ketaatan-Nya kepada Bapa. 

“Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa aku tidak berbuat apa-apa dari Diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku”

Salib menjadi tanda kesatuan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Di sana, Putra menyerahkan Roh-Nya kepada Bapa. Di sana Kasih Allah nyata. Tubuh-Nya mati di salib, namun Roh-Nya tetap berjaya.

Sebagai umat katolik, kita bisa memulai dan mengakhiri segala sesuatu dengan membuat tanda salib. +Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, Amin. Kita melibatkan Allah Tritunggal dalam segala karya baik yang kita lakukan. Mengawalinya bersama Allah, dan percaya Allah pun akan membantu kita menyelesaikannya juga dengan baik. 

Jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN HARIAN 27 MARET 2023, Senin Prapaskah V

Tambahan Daniel 13:1-9.15-17.19-30.33-62

Yohanes 8:1-11

MENILAI LEBIH JERNIH DAN BIJAKSANA


Coba kita tanya dalam hati, hal apakah yang tidak dinilai dalam hidup kita? Rasanya, tidak ada. Ada banyak hal di sekitar kita yang dinilai. Ketika kita sekolah, ada nilai yang mesti diberikan sebagai ukuran. Ketika bekerja, ada penilaian kinerja kerja yang disampaikan. Ketika melihat suatu barang yang kita butuhkan, ada penilaian di dalam barang itu sehingga bisa berubah harganya. Dalam berelasi pun, tak ayal, ada penilaian yang kita berikan secara langsung ataupun tidak. Contohnya saja, dia ini tipe orang yang kerja keras, dia ini orang yang mudah menggerutu, dan sebagainya.

Hidup ini tak lepas dari sebuah penilaian, baik dari diri kita atau dari sesama kita. Ada kalanya kita kecewa dengan penilaian orang lain terhadap kita. Kadang, kita merasa orang salah menilai kita. Kadang, kita sudah berusaha maksimal, tetapi orang lain menilai secara sebelah mata. Semua bisa saja terjadi.

Namun, satu hal yang bisa kita perjuangkan adalah kemampuan untuk menunda memberikan penilaian terhadap segala sesuatu. Ini adalah kemampuan untuk menahan diri sejenak dan melihat realitas yang ada secara jernih sehingga hal baik itu bisa diupayakan. Daniel membantu kita untuk melihat segalanya dengan lebih jernih dan bijaksana (Dan 13:1-62).

Kita belum tentu bisa mengubah penilaian dunia, tetapi kita bisa mengubah diri kita jadi lebih baik untuk menilai segal sesuatu secara bijaksana dengan tidak tergesa-gesa membuat penilaian.

Semoga berkat rahmatNya, kita bisa makin bijak dalam menilai dan mengevaluasi kenyataan dalam diri dan sesama kita. Mari bersaksi. Mari berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!

RAB

RENUNGAN HARIAN 26 MARET 2023, Minggu Prapaskah V

Yehezkiel 37:12-14
Roma 8:8-11
Yohanes 11:1-45

TUHAN KOK SENGAJA TERLAMBAT?

Atau kita yang mengharapkan Tuhan menolong cepat-cepat?

Jadi waktu siapa yang sebetulnya lebih pas? 

Katanya, waktu Tuhan pasti yang terbaik?

Tapi Dia sengaja memperlambat kedatangannya ke Betania. Padahal sudah diberitahukan bahwa Lazarus sedang sakit keras. “Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat Ia berada”. Dua hari kemudian Lazarus sudah mati. Bahkan pada waktu Yesus tiba di Betania, Lazarus sudah berbaring dalam kubur empat hari lamanya 

Tapi Tuhan santai saja. Dua hari kemudian dia mengajak murid-murid-Nya pergi ke Yudea, datang melayat. Dia datang ke tempat Dia sendiri akan dibunuh dan mati. 

“Tuhan sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati” – sesal Maria dan Marta, saudari Lazarus. 

Ternyata, Tuhan memang sengaja terlambat dan membiarkan “lazarus mati”. 

Dia berkata, “Tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu (lazarus sakit) sebab demikian lebih baik bagimu, SUPAYA KAMU DAPAT BELAJAR PERCAYA. 

Yesus berdiri di depan makam lazarus, memerintahkannya untuk keluar dari kubur. Lazarus keluar dari kubur itu. Disaksikan oleh banyak orang Yahudi yang melayat dan mereka menjadi PERCAYA kepada-Nya. 

Bukankah situasi sama akan dialami Yesus beberapa hari ke depan? Saat Dia ditangkap, didera, dianiaya bahkan menderita sampai wafat-Nya di Salib, di manakah pertolongan Bapa-Nya? Apakah Bapa-Nya juga memang sengaja terlambat menolong? Membiarkan Yesus mati? 

Bisa jadi doa Yesus di atas salib menjadi doa kita juga, “Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?

Yesus masuk dalam pengalaman kita yang sulit percaya, yang maunya cepat-cepat dan tidak sabar menanti pertolongan Tuhan. Untuk apa?

Sekali lagi, supaya KITA PERCAYA. Dia tidak terlambat tapi tepat waktu menurut rencana-Nya. Karena pada akhirnya Yesus bangkit dari kematian. 

Jadi, apakah waktu Tuhan yang terbaik? Tidak selalu terbaik untuk kita. Kadang kita harus mengalami kesulitan dulu, kesusahan, kehilangan, kesedihan yang mendalam dan Tuhan sepertinya sengaja terlambat menolong. Bahkan sampai perlu mengalami putus asa. Tapi pada waktunya Ia pasti menolong – menurut waktu yang Ia anggap tepat. Supaya, dalam pengalaman suram itu kita tetap PERCAYA.

“Setiap orang yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selamanya.”  

Jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN HARIAN 25 MARET 2023, Hari Raya Kabar Sukacita

Yesaya 7:10-14;8:10

Ibrani 10:4-10

Lukas 1:26-38

Pesta Maria Menerima Kabar Gembira

Gembira kita karena derita orang lain


Sadar gak? Saya bisa sampaikan contoh dalam kenyataan:

Secara biblis, kita gembira Maria hamil karena Roh Kudus, kita sering lupa hal itu membuat Sang Bunda bersimpuh lemas namun pasrah mendengar nya, ada bahaya dihujat, dianiaya dan tewas mengenaskan kalau saja Yusuf bukan orang yang tulus hati.


Secara teologis, terlebih lagi keselamatan kita terlaksana karena derita luar biasa hingga wafat Tuhan di salib Kalvari sampai kebangkitan Nya mengalahkan maut.
Secara biologis, sukacita kelahiran bayi terjadi karena derita bunda mengandung 9 bulan 10 hari dan kelahiran yang menyakitkan, penuh resiko pula.

Pertanyaan nya, apakah kita siap menderita bagi sukacita banyak orang lain? Persoalannya, kita mau tidak ringankan derita orang lain? Jangan sampai kita terbiasa ciptakan derita orang untuk gembira kita…

FE

RENUNGAN HARIAN 24 MARET 2023, Jumat Prapaskah IV

Bacaan I: Keb 2:1a.12-22;

Mzm 34:17-18.19-20.21.23;
Bacaan Injil: Yoh 7:1-2.10.25-30

_Ego scio Eum: quia ab Ipso sum, et Ipse Me Misit_ ; “Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku”.

Melalui Kitab Kebijaksaan, kita menemukan dua kepribadian, orang benar dan orang fasik. Orang benar selalu terarah kepada Kehendak Allah dan mengutamakan kebaikan sejati, sedangkan orang fasik hanya berfokus pada kejatuhan orang benar. Orang yang mengusahakan kebenaran akan semakin berkembang dalam kebenaran yang dia perjuangkan; orang suka membantu, mengampuni, dan bersyukur akan dengan mudah menemukan pelbagai alasan dalam hidupnya untuk melakukan perbuatan baik dan benar.

Sedangkan orang yang kerap bertindak buruk, perlahan merekapun juga akan semakin ahli dalam perbuatan-perbuatannya yang merugikan orang lain, seperti, mudah marah, mengeluh, mencuri, bahkan membunuh. Dan kedua kepribadian ini sangatlah bertolak belakang. Kebenaran dari orang yang mengikuti Kehendak Allah senantiasa meresahkan hidup orang fasik. Itulah sebabnya, orang fasik senantiasa berusaha menjatuhkan orang benar dengan cara-cara yang tidak terpuji, bahkan dengan alasan-alasan agama dan kesucian.

Inilah yang terjadi pada diri Kristus. Yesus yang mewartakan kebenaran malah dimusuhi dan hendak dibinasakan. Kita diajak untuk meneladan Kristus, melakukan kebenaran yang akan menghantar pada keselamatan dan kehidupan. Pada saat kita masih menyimpan dendam kepada sesama, kita jatuh pada kefasikan. Kita tidak lagi berfokus pada Allah dan Kehendak-Nya, tetapi kita berfokus pada amarah dan niat buruk kepada orang tersebut. Maka dari itu, kitapun diajak untuk melepaskan diri dari kefasikan dengan berani memaafkan dan mengasihi sesama kita, sesuai dengan Kehendak Allah.

AY

RENUNGAN HARIAN 23 MARET 2023, Kamis Prapaskah IV

Kel. 32:7-14;

Mzm. 106:19-20,21-22,23;

Yoh. 5:31-47.


Ndlosor Ke Bawah



Di hadapan para kadernya, seorang pimpinan partai bertanya kepada para kadernya, “Siapa yang belum turun ke bawah?”. Kemudian ia lanjut bertanya, siapa saja kader yang sudah _ndlosor_ menemui rakyat? Ternyata hanya sedikit yang menjawab. Ndlosor dalam arti bebas bisa dikatakan duduk di bawah dengan posisi bebas sambil kaki diselonjorkan atau seolah tiduran. Dalam _ndlosor_, manusia bersatu secara fisik dengan sesamanya. Ia merasakan getaran yang sama saat duduk di lantai bersama.

 “Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya…”(Kel 32;7). Musa diperintahkan utnuk melihat langsung apa yang telah dilakukan bangsanya. Demikian perintah Allah kepada Musa. Allah begitu marah kepada Israel karena perilakunya, Allah begitu murkanya kepada Israel. Allah hadir bersama Israel, tetapi Israel mengabaikan. Allah mencoba bersatu rasa dengan Israel, tetapi Israel seolah tidak mau tahu. Figur Musa, berhasil melunakkan hati Allah. Tuhan lebih memilih menepati janjiNya ketimbang mengumbar malapetaka.

Lalu?
Dalam kemarahanNya, rupanya Allah tetap mencoba mendengarkan orang pilihanNya. Ia juga mau turun untuk mendengarkan kita.

PHW

RENUNGAN HARIAN 22 MARET 2023, Rabu Prapaskah IV


Bacaan I : Yes 49: 8-15
Mazmur Tgp : Mzm 145: 8-9, 13c-14, 17-18
Injil : Yoh 5: 17-30

 

“Diutus: Ambil Bagian dalam Karya Keselamatan Allah”



Kita mungkin tahu suatu tim sepak bola. Satu tim sepak bola terdiri dari sebelas pemain dengan pembagian posisinya masing-masing. Ada yang bertugas sebagai penjaga gawang, pemain bertahan, pengatur lini tengah dan pencetak gol. Dan, masing-masing posisi memiliki tugasnya. Tujuan mereka adalah memenangkan pertandingan. Yang menarik adalah, para pemain dipilih, ditentukan posisinya oleh pelatih, dan dilibatkan dalam suatu taktik.

Bacaan-bacaan hari ini mendorong kita untuk terlibat dalam perbuatan kasih. Pertanyaannya, mengapa kita perlu berbuat kasih? Perbuatan kasih memiliki nilai perutusan sebagai rasa syukur dan tanggung jawab hidup beriman. Perbuatan kasih berakar pada Yesus Kristus dan memiliki tujuan agar semakin banyak orang mengalami keselamatan, kebahagiaan dan kehadiran Tuhan. Dengan kata lain, kita sedang ambil bagian dalam mewartakan karya keselamatan Allah.

Dalam masa Prapaskah ini, kita diajak untuk menyadari bahwa perbuatan kasih senantiasa terintegrasi dengan cinta Allah. Kita dipanggil untuk menjadi penyalur kasih Tuhan. Dengan demikian, bukan hanya kita saja yang terhubung dengan Tuhan, melainkan banyak orang memiliki hubungan dengan Tuhan. Kita tidak perlu khawatir tentang bentuk dan kemampuan kita, Allah pasti memilih, menentukan dan memberikan jalan kepada kita supaya karya keselematan tetap berjalan dan kita menjalankan dengan gembira hati.

Semoga Roh Kudus senantiasa menuntun dan menyertai kita.


AL

RENUNGAN HARIAN 21 MARET 2023, Selasa Prapaskah IV

Yehezkiel 47:1-9.12
Yohanes 5:1-16

“Tuhan menjadikanmu kuat”

Pernahkah kamu berpikir saat memohon pertolongan kepada Tuhan, terkadang Dia tidak mengabulkan persis apa yang kamu minta? Alih-alih Dia justru memberikan sedikit dorongan kekuatan agar kita mampu mewujudkan apa yang nampaknya tak mungkin kita lakukan. 

Saat kita meminta kesabaran, Dia justru memasukkan kita ke dalam pengalaman emosional yg memaksa kita belajar sabar. Saat kita menemui jalan buntu, Dia mempertemukan kita dengan orang-orang dapat membantu, lalu akhirnya kita sendiri yang menemukan jalan alternatifnya. 

Mengapa seperti itu? Bukankah Tuhan bisa lgsg saja memberi pertolongan persis seperti apa yang kita minta? Bisa. Tapi itu tidak membuat kita bertumbuh. Ditolong terus, dimanjain terus. Mau sampai kapan? Tuhan akan senang, jika melalui pertolongan-Nya kita bisa berjalan dan menemukan jalan keluarnya sendiri. Kita menjadi lebih hidup. 

“Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu, sementara aku sendiri menuju kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Keluh seorang yang lumpuh 38 tahun lamanya. Tiga puluh delapan tahun, dia tidak mampu mengandalkan kekuatannya sendiri. Ia mungkin berharap Tuhan membantu dia turun ke kolam Betesda, ia masih percaya kolam itu yang menyembuhkan. 

Tuhan tidak mengabulkannya, tapi memberikan pertolongan yang lain. “Bangunlah, angkatlah tilammu, dan berjalanlah”. Tuhan tau dia mampu. Tuhan tau kita mampu. Hanya butuh sedikit dorongan dan kekuatan iman maka kita mampu melakukannya. 

Orang lumpuh itu sembuh dan mampu berjalan. Bukan lagi kolam yang menyembuhkan, tapi kekuatan iman yg membuat dia kembali berjalan. Kata-kata Tuhan yang memberi kekuatan. Bangunlah, angkatlah dan berjalanlah. 

Jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN HARIAN 20 MARET 2023, Senin Prapaskah IV


*Pesta St Yusuf*


Ada kisah kecil dari seorang anak. Di kelasnya, akan ada sebuah drama musikal. Ibu gurunya bertanya tentang peran yang dimainkan oleh tiap anak. Semua temannya berkata ingin jadi ini dan itu sementara anak itu hanya diam saja. Lalu, ia ditanya oleh gurunya, “engkau ingin peran apa?” Jawab anak itu, “Saya ingin jadi penonton yang bertepuk tangan”. Gurunya merasa kaget dan bertanya, “mengapa?”. Katanya, “jika semuanya jadi pemain, siapa yang akan menonton dan bertepuk tangan di drama musikal ini”.

Sepotong kisah ini disampaikan oleh Bapa Uskup Suharyo ketika misa syukur ARDAS 2015. Dan, masih teringat pesan rohani dari kisah ini tentang betapa setiap dari kita itu memiliki perannya masing-masing dalam kehidupan kita ini. Semuanya ambil bagiannya masing-masing sesuai dengan peran dan tugasnya. Tidak semuanya akan kelihatan perannya. Namun, tanpa mereka, ‘proyek’ kehidupan ini tidak akan berjalan dengan baik.

Santo Yusuf adalah figur yang tak banyak dikisahkan di dalam Kitab Suci. Namun, St Yusuf memiliki peran besar dalam sejarah keselamatan umat manusia. Ia hadir sebagai pribadi yang tulus hati. Ia hadir sebagai suami yang setia untuk Maria dan ayah bagi Yesus. Kita tidak pernah tahu bagaimana kisah hidupnya. Namun, satu hal yang paling kita tahu bahwa ia mengambil bagian terbaik dalam sejarah keselamatan kita semua.

Ia tidak mencari popularitas, tetapi ia tahu misi hidupnya. Ia bekerja dengan tenang dan tahu mesti ke mana ia melangkah.

Semoga kita bisa seperti St Yusuf yang setia dan tulus hati dalam karya kita untuk ambil bagian terbaik bagi kebaikan bersama. Mari bersaksi dan berbahagia sebagai orang beriman.


Thank God It’s Monday!

RAB

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?