Home Blog Page 15

RENUNGAN MINGGU 10 DESEMBER 2023, MINGGU ADVEN II

Yesaya 40:1-5.9-11
2Ptr 3:8-14
Mrk 1:1-8

SIAPKAN JALAN BAGI TUHAN

Menjaga harapan di tengah situasi penuh pesimis itu tidak mudah. Seseorang diajak untuk tetap bertahan dan yakin bahwa pada akhirnya semua akan berlalu dan berakhir indah. Tugas kenabian Yesaya juga pasti tidak mudah. Ia diutus untuk tetap memelihara pengharapan umat Israel pada masa pembuangan Babel. Di Babel, umat Israel tercabut dari akarnya, tinggal di daerah asing, bait Allah hancur, perkakas-perkakas bait Allah dinodai, bahkan mereka tidak diperkenankan beribadah kepada Allah. Pada masa itu, Yesaya hadir memelihara iman dan harapan bangsa terpilih, bahwa masa sulit ini akan segera berakhir. Umat Allah diminta bersiap-siap, sebab Allah akan datang membawa pertolongan bagi mereka. “Setiap lembah ditimbun, gunung bukit diratakan, jalan yang bekelok-kelok menjadi datar”. 

Semangat yang sama dibawa oleh Yohanes Pembaptis, Yesaya Perjanjian Baru. Yohanes muncul sebagai penyiap jalan bagi YANG AKAN DATANG. Dan Ia membantu umat Allah bersiap dengan cara yang unik, “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis, dan Allah akan mengampuni dosamu”. Situasinya kini berbeda dari konteks Yesaya. Umat Israel tidak lagi diperbudak oleh bangsa lain di tanah asing, tetapi diperbudak oleh dosa, kekuatan rohani asing. Bertobat berarti berbalik kepada Allah, meninggalkan dosa dan segala tindakannya. Hanya itu yang dibuat oleh Yohanes, tidak kurang tidak lebih. 

Namun, setelah Yohanes akan datang Dia yang akan membaptis umat dengan Roh Kudus. Kita semua tau siapa yang Yohanes maksud. Dialah Yesus Kristus. 

Mari saudara-saudari – bagi kita yang telah dibaptis menanggapi undangan Yohanes Pembaptis. Kita luruskan jalan bagi-Nya, kedatangan-Nya dengan pertobatan. Di banyak paroki KAJ akan mulai diadakan penerimaan sakramen pengakuan dosa menyambut natal. Mari kita gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Saat di mana kita menyerahkan kembali hidup kita kepada ALLAH. Kita merayakan buah-buah sakramen ini dengan pertobatan yang membawa kita pada kehidupan. 

RA

Perayaan Ekaristi Minggu Adven 2 pada 10 Desember 2023, Pk. 11.00 WIB di KAPEL ANGELUS WISMA SAMADI

✝️ Kami mengundang umat untuk hadir MISA secara Offline dalam:✝️

🔔Perayaan Ekaristi Minggu Adven 2 pada 10 Desember 2023, Pk. 11.00 WIB di KAPEL ANGELUS WISMA SAMADI ⛪🔔

🙏Misa dipersembahkan oleh RD Ignasius Putera Setiahati🙏

NB: Misa juga akan disiarkan Live di TVRI Nasional🌏

Perayaan Ekaristi Minggu Adven 1 pada 03 Desember 2023, Pk. 11.00 WIB di Gereja Katedral Jakarta Pusat bersama RM. HANI RUDI HARTOKO, SJ

✝️ Kami mengundang umat untuk hadir secara offline dalam:✝️

🔔Perayaan Ekaristi Minggu Adven 1 pada 03 Desember 2023, Pk. 11.00 WIB di Gereja Katedral Jakarta Pusat ⛪🔔

🙏Misa dipersembahkan oleh RM. HANI RUDI HARTOKO, SJ🙏

NB: Misa akan disiarkan Live di TVRI Nasional🌏

RENUNGAN MINGGU 3 DESEMBER 2023, MINGGU ADVEN I

Bacaan Ekaristi

Yes 63:16b-17, 64:1, 3b-8

1Kor 1:3-9

Mrk 13:33-37

HATI-HATILAH DAN BERJAGA-JAGALAH

Hari ini kita mengawali Tahun Baru Kalendarium Gereja dengan Minggu Adven I. Kita memasuki Tahun B/II. Itu berarti sepanjang tahun, pada hari minggu kita akan ditemani oleh Injil Markus. Injil Markus merupakan Injil yang singkat, lugas dalam kalimat dan menantang keyakinan iman kita. Sebagaimana dalam Injil hari ini, Yesus mengingatkan murid-murid-Nya sekali lagi untuk berhati-hati dan berjaga-jaga!

Setiap kali kita sering menggunakan kata-kata itu. “Hati-hati ya”, begitu kalau kita berpesan kepada orang yang kita kenal manakala mereka mau bepergian. Kalimat tersebut mengandung makna dalam. Jika berkendara, hati-hati dimaksudkan agar berkendara dengan waspada, pelan-pelan saja yang penting selamat sampai tujuan. Lega rasanya jika orang yang kita pesankan betul-betul selamat sampai tujuan dan mengirimkan pesan, “saya sudah sampai ya”. 

Saat berkomunikasi, hati-hati dimaksudkan agar setiap kalimat dari mulut keluar dengan bijaksana. Tidak menyakiti perasaan dan menyinggung, dan pesannya dimengerti oleh lawan bicara. Karena itu terciptalah lagu, “hati-hati gunakan mulutmu, karna Bapa di surga melihat ke bawah, hati-hati gunakan mulutmu”. Pun juga tangan, kaki dan segala hal yang di luar. Lalu, bagaimana dengan pikiran, perlu hati-hati dalam menggunakan pikiranmu?

Pesan Yesus dalam Injil hari ini jelas. Berjaga-jaga, ibarat seorang hamba yang berjaga-jaga menunggu tuannya pulang entah kapan. Yang penting, jangan sampai saat tiba tuannya pulang, hambanya tidak didapati sedang tidur. Tidur adalah saat rentan kita, tidak sadar. Hanya organ-organ vital kita bergerak otomatis untuk menjaga agar kita tetap hidup. Hamba yang berjaga-jaga adalah lambang kesetiaan melaksanakan tanggung jawab atas tugas dari tuannya untuk menjaga rumahnya sesuai dengan tugasnya. 

Kapan penunggu pintu harus berjaga-jaga? Kisah Injil menyebutkan, bahwa tuan rumah bisa saja pulang menjelang malam, tengah malam, dan atau larut malam, atau pagi-pagi buta. Menarik, kisah tidak menyebutkan untuk berjaga-jaga di siang hari, melainkan berjaga-jaga pada empat kondisi malam: Menjelang malam, tengah malam, larut malam dan pagi-pagi buta. Empat waktu malam itu adalah waktu kritis dan rentan, di mana ancaman keburukan bisa meningkat, tanpa perlindungan cahaya sinar mentari. Saat itu kewaspadaan memang harus ditingkatkan, sementara itu tubuh lelah dan ingin tidur. Kontras. 

Setia sebagai anak-anak Allah. Itu yang menjadi pesan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Kita dipanggil untuk setia selalu kepada Allah, sebagaimana Ia juga setia kepada kita. Dalam Kristus, Bapa meneguhkan peziarahan kita sampai pada hari kesudahan. Juga Yesaya, mengingatkan umat Israel bahwa Tuhanlah Bapa. Ia yang selama ini menyertai dan menguatkan. Namun, manusia seringkali jatuh dalam ketidaksetiaan, memilih jalan yang lain, memberontak dan berpaling dari Allah. 

RA

 

RENUNGAN SENIN 27 NOVEMBER 2023, THANK GOD IT’S MONDAY!

THANK GOD IT’S MONDAY!

27 November 2023

Nemo dat quod non habet. Artinya, orang memberikan sesuatu dari apa yang ia punya. Inilah pemberian yang terbaik. Lalu, jika orang meminta kita mendoakan mereka, dan kita mengatakan iya. Apa artinya? Artinya, kita menyediakan waktu untuk berdoa baginya dan bagi intensi baiknya. Kita punya waktu untuk dia dan berdoa untuk dia.

Apa yang kita janjikan adalah sebuah tanda bahwa kita ‘memiliki’ sesuatu yang bisa kita bagikan untuk orang lain. Dan, semoga itu bisa diperjuangkan.

Semoga bisa membagikan diriku untuk sesama. Mari bersaksi & berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday! (RAB)

RENUNGAN MINGGU 26 NOVEMBER 2023, HARI RAYA KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM

Yehezkiel 34:11-12.15-17
1Kor 15:20-26a.28
Matius 25:31-46

Minggu ini kita menutup seluruh kalender tahun Liturgi dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam – sekaligus pertanda akan dimulainya Tahun Liturgi baru dalam masa adven. Hari ini saya ingin mengajak anda merenungkan makna Kristus sebagai Raja Semesta Alam. 

Status raja dalam kerajaan atau sistem monarki agaknya sulit untuk dibayangkan bagi kita yang hidup di negara demokrasi. Pemimpin di Indonesia adalah presiden yang dipilih oleh rakyat dalam pemilu setiap lima tahun sekali. Kuasanya diberikan dari rakyat yang memilih. Lalu untuk mendampingi, dijalankan fungsi-fungsi lain dalam kuasa yudikatif dan legislatif. Sedangkan dalam sistem monarki – apalagi monarki absolut – seluruh kekuasan itu diberikan kepada penguasa tunggal yakni raja. Dia yang memberi aturan, memerintah, menghakimi. 

Kristus Raja digambarkan berbeda dengan raja-raja di dunia ini. Kuasa Raja-Nya digunakan seperti gembala. Yang mencari domba-domba yang hilang, menyelamatkan mereka yang tercerai berai. Yang tersesat dibawa-Nya pulang, yang luka dibalut-Nya, yang sakit dikuatkan. Dia pula yang akan menjadi hakim, domba dengan domba, domba jantan dan kambing jantan. Apa yang disampaikan Nabi Yehezkiel ini menjadi penanda apa yang menjadi tujuan Kerajaan Allah. Maka, setiap orang yang menjadi milik-Nya, mengabdi-Nya dengan ikut ambil bagian dalam tujuan ini. 

Ini ditegaskan kembali dalam bacaan Injil. Yesus berbicara kepada murid-murid-Nya situasi akhir zaman. Ketika Anak Manusia – sang Raja Semesta Alam – datang dalam kemuliaan menghakimi setiap orang. Domba-domba diletakkan di sebelah kanan diberkati dan diundang untuk menerima Kerajaan yang telah disediakan. Domba-domba adalah mereka (kita) yang melayani sang raja dalam diri sesama yang paling hina, kecil dan tak dianggap. Memberi makan yang lapar, memberi minum yang haus, memberi tumpangan orang asing, memberi pakaian yang telanjang, mengunjungi yang sakit dan yang dipenjara. Pengabdian kepada sang Raja diwujudkan dalam pelayanan kepada mereka yang hina. 

Sebaliknya, kambing-kambing diletakkan di sebelah kiri dan dienyahkan ke dalam api yang kekal yang disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Mereka adalah kebalikan dari domba. Tidak melayani mereka yang hina adalah tanda menolak untuk mengabdi sang Raja. 

 

PERAYAAN EKARISTI MINGGUAN Bersama Rm. Yakobus Sriyatmoko, SX Minggu, 26 November 2023, Pk. 11.00 WIB, di Wisma Samadi Klender

PERAYAAN EKARISTI MINGGUAN
Bersama Rm. Yakobus Sriyatmoko, SX

Minggu, 26 November 2023, Pk. 11.00 WIB
di Kapel Angelus, Pusat Pastoral, Wisma Samadi Klender

Umat dipersilahkan Hadir Secara Offline & Koor dari Frater Scholastikat Xaverian.

Nb. Misa disiarkan juga di Stasiun TVRI Nasional

Download Bahan Bulan Keluarga sekaligus Bahan Pertemuan Adven 2023

SOLIDER = CINTA

Download Bahan Bulan Keluarga sekaligus Bahan Pertemuan Adven 2023

Masa Adven mendatangi kita kembali. Kita bergembira karena itu berarti kita merayakan Allah yang menyertai dan menolong kita. Kegembiraan dari ribuan tahun yang lalu dan masih bergema sampai hari ini adalah karena Allah kita yang berkehendak ikut ambil bagian dalam hidup dan perjuangan manusia, ciptaan-Nya.

Betapa menakjubkan memiliki Allah seperti Dia! “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3 : 16). Allah yang tidak menyayangkan Anak-Nya untuk menjadi korban demi keselamatan manusia dan mendidik kita agar sesuai dengan rencana baik-Nya.

Kita berkumpul untuk maksud kebersamaan sekaligus mempersiapkan diri merayakan Natal dengan hati yang gembira dan jiwa yang lepas bebas dari kesenangan duniawi belaka. Kita sering terbelenggu oleh kemakmuran dan kekayaan kita dan lupa bahwa hidup kita “perlu dibagikan”. Kebersamaan ini mengajak kita membangun suatu sikap solider: melihat penderitaan sesama kita sebagai “panggilan” untuk hidup suci dan benar.

Melalui kebersamaan kita di masa Adven ini, kita tidak hanya sekedar merayakan, melainkan juga mencari kejelasan bagaimana hidup dalam kebenaran Allah, yang suka jika kita saling mengasihi dan menyayangi. Allah kita sungguh Sang Imanuel, tinggal bersama kita dan membawa kita semakin dekat pada-Nya melalui sikap itu.

Semoga dengan bertemu, berdoa, bernyanyi, beraktivitas dan membangun niat, kita semakin dapat merayakan Sang Firman yang menjadi manusia. Tuhan Memberkati. Amin

(Rm. Erwin Santoso, MSF – Ketua Kerasulan Komisi Keluarga KAJ)

LINK DOWNLOAD BAHAN BULAN KELUARGA 2023

RENUNGAN SENIN 20 NOVEMBER 2023, MINGGU BIASA KE-33 TAHUN A

THANK GOD IT’S MONDAY!

20 November 2023

Jika Tuhan seketika datang di hadapanmu dan bertanya, “apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat padamu?” Kira-kira apa jawaban kita. Apa yang akan menjadi permohonan pertamamu? Untuk siapakah? Demi apakah? Demi siapakah?

Silakan menjawabnya di hari Senin ini. Semoga yang ada dalam puncak permohonan kita adalah sesuatu yang baik dan tidak melulu tentang aku.

Semoga semuanya tak melulu tentang aku. Mari bersaksi & berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!

RAB

RENUNGAN MINGGU 19 NOVEMBER 2023, MINGGU BIASA KE-33 TAHUN A

Amsal 31:10-13.19-20.30-31
1Tesalonika 5:1-6
Matius 25:14-30

Tuan Adalah Manusia Kejam?

Saudara-saudari terkasih, dalam Kisah Injil hari ini Yesus kembali menceritakan sebuah perumpamaan mengeai Kerajaan Surga. Seperti seorang yang mau bepergian lalu memercayakan harta kepada hamba-hambanya. Semua diberikan menurut kesanggupannya. Saya membayangkan, sebelum harta itu dipercayakan sudah terjadi dialog lebih dulu antara tuan dan hambanya. Berapa banyak jumlah harta yang dapat dijalankan oleh setiap hamba-hamba itu. Setelah dialog, terjadi kesepakatan. Yang merasa sanggup lima talenta, diberi lima talenta, begitupula yang diberikan dua talenta dan satu. Saya berandai-andai, seandainya ada satu yang bilang tidak sanggup, bagaimana reaksi tuannya itu ya? Tapi itu tidak masuk dalam cerita. 

Kita tau cerita berikutnya. Hamba yang diberi 5 talenta – menghasilkan laba lima talenta. Itu berarti ia dapat untung 100% dari modal yang ia terima dari tuannya. Begitu pula yang dilakukan oleh hamba yang diberi dua talenta, juga memperoleh untung 100%. Modal dua, labanya juga dua. Mereka dua diapresiasi oleh tuannya itu dan diperkenankan ikut berbahagia bersama tuannya. Jadi bisa dikatakan, pemberian atau pendelegasian harta ini menjadi semacam “ujian” integritas dari tuan kepada hambanya. Apakah para hamba yang baik itu tetap berlaku baik pula saat tuannya tidak ada ditempat. Integritas adalah Aku tetap melakukan hal yang benar dan baik, juga ketika tidak ada orang yang melihat. 

Rupanya ada satu hamba yang bersikap lain. Mungkin hamba itu menyatakan aku hanya sanggup satu talenta. Diberilah ia satu talenta. Tapi ia melakukan hal yang berlainan dengan hamba yang lain. Hamba itu menyembunyikan talentanya di dalam tanah. Tindakan ini bukan karena ia niat melakukan itu, tetapi didasari pada bagaimana ia memandang tuannya. Mari kita cermati bersama apa yang dikatakan hamba yang terakhir ini:

“Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam, yang menuai di tempat Tuan tidak menabur, dan memungut di tempat Tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta Tuan di dalam Tuan. Ini, terimalah milik Tuan!”. 

Hamba itu menyebut tuannya adalah manusia yang kejam. Yang sadis, otoriter, hanya nyuruh-nyuruh dan hanya meminta hasil, cuma tau beres. Hamba ini tidak suka dengan tuan yang seperti itu. Talenta yang dikubur adalah ungkapan protesnya itu. Tetapi pertanyaannya, apakah memang tuannya memang seperti itu? Ataukah hamba satu itu yang memiliki cara pandang yang salah mengenai tuannya? Mengapa cara pandang seperti itu bisa muncul? Apa yang mendasarinya? Lalu mengapa hamba yang lain punya sikap yang berbeda terhadap tuannya itu?

Kalau dipikir-pikir perumpamaan ini sepertinya memang menggambarkan relasi Allah dengan manusia. Sebagai orang beriman, cara kita memaknai dan menjalani hidup ini bisa ditentukan juga dari cara kita memandang Allah. Pengenalan kepada Allah yang benar akan menggerakan kita juga untuk menjalankan hidup ini – yang adalah anugerah – dengan benar. Sebaliknya, pengenalan Allah yang keliru bisa membawa pada tindakan dan keputusan yang keliru pula. 

Mungkin kita pernah merasa, Aku merasa Tuhan tidak adil, kejam dan hanya menuntut. Mengapa aku dilahirkan seperti ini, dari orangtua seperti itu? Mengapa doa-doa tidak terkabul sementara saya rajin beribadah? Mengapa yang lain diberi rezeki sedang aku tidak? Mengapa Tuhan menghukumku dengan seperti ini? Akhirnya hidup dijalani sebagai beban, penuh musibah dan kesulitan dan terasa berat. 

Pengenalan Allah yang benar akhirnya menjadi penting. Ini dapat membantu kita dalam cara pandang dan bersikap tentang perjalanan hidup. 

Jadi, kamu gimana?

RA

Terbaru

Populer