Home Blog Page 135

Tahun Persaudaraan: Pesta Pengampunan

Tahun Persaudaraan, Pesta Pengampunan

Tahun Persaudaraan,  Pesta Pengampunan

Beberapa waktu lalu Tempo.co melansir sebuah berita mengenai hasil riset menyangkut negara berpenduduk paling bahagia di dunia. Ini merupakan hasil polling terhadap  150.000 orang dari 148 negara yang hasilnya diumumkan 19 Desember 2012 lalu. Kepada mereka diajukan 5 pertanyaan apakah mereka cukup istirahat, diperlakukan sopan, banyak senyum atau tertawa, belajar atau melakukan hal-hal yang menarik, serta merasa gembira di hari sebelumnya. Jawaban mereka ini dianggap merepresentasikan kegembiraan (kebahagiaan) hidup bila menjawab ya.

Terungkap 7 dari 10 negara yang penduduknya paling gembira (bahagia) dibumi berasal dari Amerika Latin.  Jadi mereka tidak tinggal di Qatar negara terkaya. Mereka juga tidak di Kanada yang memiliki penduduk berpendidikan sarjana tertinggi. Mereka juga bukan di Jepang yang memiliki usia hidup paling tinggi. Juga tidak di Prancis, Jerman dan Amerika Serikat negara modern. Bahkan bukan juga di Singapura yang menduduki urutan paling buncit.

Ketujuh negara Amerika Latin ini tentu saja jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju. Malah mereka tergolong miskin. Guatemala misalnya. Puluhan tahun dirobek perang saudara. “Tetapi di Guatemala, budaya persahabatan menyebabkan orang selalu tersenyum,” kata Luz Castillo, pelatih selancar angin berusia 30-an tahun. “Kami dikelilingi oleh alam yang indah, yang memungkin kami mengabaikan semua masalah yang tengah kami hadapi.”

Bagi saya yang menarik hidup paling bahagia dan bersahabat (bersaudara) ada di negara-negara Amerika Latin. Amerika Latin adalah basis utama umat Katolik dewasa ini.

Robert J. Barro dan Rachel M. McClerry  yaitu Guru besar Harvard University dan Senior Reseach Fellow pada Kennedy School of Government Harvard University yang menyatakan wajar kalau paus baru dari Amerika Latin yaitu Paus Fransiskus dari Argentina. Sebab menurut mereka saat ini di Amerika Latin bermukim hampir setengah dari  jumlah keseluruhan umat katolik dunia. Tepatnya 44 persen umat Katolik  dunia dewasa ini berada di Amerika Latin bukan di Eropa lagi.

Lantas hubungannya dengan kita? Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) telah menetapkan tahun 2013 ini sebagai tahun persaudaraan (tahun persahabatan). Apa yang membuat negara-negara di Amerika Latin hidup bahagia walaupun tidak kaya? Salah satunya adalah kebiasaan mereka memberi senyum kepada orang lain karena dianggap sebagai sahabat (saudara).

Hidup dalam persaudaraan (Persahabatan) Sejati merupakan sebuah jaminan kebahagiaan. Hidup Dalam Perasudaraan Sejati ini  pula yang diperdalam para pegiat Komisi-Komisi dan Pemikat KAJ pada Hari Studi 6/4, lalu. Dalam makalahnya Rm. DR. Martin Harun, OFM memberikan makna luas dan biblis persaudaraan  serta syarat melanggengkan persaudaraan sejati di komunitas dan akhirnya memancar keluar menjadi universal dan kosmis.

Persaudaraan adalah pesta pengampunan. Hanya dengan semangat mengampuni dan diampuni persaudaraan sejati dapat hadir langgeng. “Tidak ada saudara yang menganggap dirinya lebih benar dari saudara yang kurang atau berbuat salah. Kalau ada saudara yang bersalah, maka kita harus lebih dahulu mengoreksi diri apa salah kita kepada saudara itu. Kemudian sebagai tanggungjawab kita kepada saudara kita ingatkan dia empat mata dan bukan dicacimaki dan dimarahi.  Sebab setiap orang yang marah dan mengatakan “Kafir” dan  “Jahil” kepada saudaranya patut mendapat hukuman berat (Mat.5:22). Memaafkan saudara harus berlangsung tujuhpuluh kali tujuh, tidak terbatas,” tulisnya.

Menyadari, menyesali dan kemudian meminta maaf atas kesalahan diri sendiri adalah langkah paling awal dalam memelihara hidup persaudaraan sejati. “Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu” (Mt 18:35).

Jadi menurut Yesus, hidup dalam persaudaraan sejati sangat berkaitan dengan menyadari, menyesali dan menangai kekurangan diri sendiri dan dengan dengan sikap itu berusaha menyadarkan dan mengampuni saudara. Jadi persaudaraan adalah “pesta pengampunan” (fête du pardon) seperti ditulis oleh Jean Vanier, seorang pendekar utama hidup persaudaraan masa kini.

Persaudaraan sejati yang telah hidup dan menghidupi komunitas kita akhirnya juga akan mentransendensi dirinya dalam kasih  (agapè) yang sungguh-sungguh tanpa pamrih. Sehingga kasih persaudaraan di dalam jemaat akan membuat kita juga mampu mengasihi mereka yang masih di luar jalinan kasih jemaat. Ini menjadi tujuan hidup kristiani juga.

“Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?” (Mat 5:46?47). Kasih tanpa pamrih yang melampau batas sesama umat, diilustrasikan  Yesus dalam kisah seorang Samaria yang menunjukkan belas kasih yang universal (Luk 10:25?37). Jelas bahwa berkembangnya faham modern tentang kasih dan persaudaraan yang universal berkembang dari benih-benih ajaran Yesus.

Selain mampu hidup dalam persaudaraaan sejati dengan sesama manusia secara universal, kita juga dituntut hidup bersahabat dengan alam lingkungan kita. Memang hal ini tidak ada dibahas dalam Kitab Suci. Tetapi St. Fransiskus dari Asisi menyadari bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah sesama ciptaan Tuhan. Karena itu Fransiskus menyapa mereka sebagai saudara dan saudari yang sama-sama menghadirkan kemuliaan Tuhan. Fransiskus tidak menganggap dirinya lebih tinggi dari ciptaan lain sehingga bisa sesukahati memperlakukan mereka.

Belajar untuk bersaudara dengan alam dan segala makhluk kini semakin mendesak, sebab alam yang pernah mengancam, kini makin lemah dan rapuh dibandingkan dengan manusia yang bertambah kuat karena ilmu dan tehniknya.

Menerima alam serta segala makhluknya sebagai  saudara akan mengurangi ketakutan kita terhadap alam dan juga akan mengikis perampasan dan pencemaran kita terhadap alam.

Seorang tidak akan mengeruk habis-habisan apa yang diakuinya sebagai ciptaan Tuhan yang penuh perlambangan. Seorang tidak akan menuangkan cairan beracun ke dalam air kali yang ia hargai sebagai saudarinya, atau membuang sampah ke tanah yang ia hormati sebagai ibu pertiwinya.

Sebagai kesimpulan, menurut Perjanjian Baru kita dilahirkan kembali menjadi anak Bapa, saudara Kristus, dan saudara satu sama lain di dalam jemaat kristen. Kasih persaudaraan kristiani itu melintasi batas-batas marga, jender, bangsa dan golongan sebab terwujud dalam usaha melakukan kehendak Bapa dan dipertahankan dalam saling minta dan memberi maaf dalam kegagalan.

Kasih persaudaraan kristiani yang khusus ini menjadi landasan untuk tindakan kasih terhadap semua manusia, hal mana pada zaman modern lazim disebut sebagai kasih dan persaudaraan universal. Sejak Fransiskus Asisi persaudaraan universal ditantang pula untuk menjadi persaudaraan kosmis.

Sonar Sihombing.

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-4/2013

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-4/2013

“Sesungguhnya Aku ini adalah Hamba Tuhan; Jadilah Padaku Menurut Perkataanmu itu”

hari raya kabar suka cita, 8 April 2013

hari raya kabar suka cita, 8 April 2013

Hari Raya Kabar Sukacita : Yes 7:10-14; 8:10; Ibr 10:4-10; Luk 1:26-38

Pasangan suami-isteri baru yang mendengar bahwa sang isteri mulai mengandung, maka pasangan suami-isteri tersebut sungguh bersukacita, dan kiranya mareka pun juga tergerak untuk mewartakan sukacita atau kegembiraannya kepada saudara-saudarinya. Namun jika seorang perawan mengandung pasti akan menjadi bahan cemoohan atau pembicaraan jelek. Maria, perawan suci dari Nazaret tiba-tiba menerima kabar dari Allah melalui malaikatNya bahwa ia akan mengandung seorang anak laki-laki karena Roh Kudus. Secara manusiawi hal ini kiranya sungguh menakutkan, jangan-jangan ada tuduhan orang lain ia berzinah atau kena tulah. Namun begitulah kehendak atau janji Allah harus segera terlaksana, dengan mengutus Pribadi kedua menjadi manusia melalui rahim Maria. Dengan kata lain Maria terpilih sebagai wakil umat manusia untuk bekerjasama dalam perwujudan janji Allah, maka kesanggupan Maria untuk mengandung karena Roh Kudus sungguh merupakan kabar sukacita atau gembira. Maria adalah bunda kita dan teladan umat beriman, maka marilah kita meneladan imannya.

“Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38)

Kutipan di atas ini merupakan tanggapan Maria dengan rendah hati mentaati kehendak atau perintah Allah. Hemat saya orang yang rendah hati dan taat sungguh menggembirakan banyak orang atau membuat sukacita bagi banyak orang. Sebagai orang beriman marilah kita senantiasa hidup dan bertindak dengan taat dan rendah hati. Ketaatan kita terutama adalah taat kepada kehendak dan perintah Allah dalam rangka berpartisipasi mewujudkan karya penyelamatan dunia. Dunia seisinya ketika diciptakan oleh Allah semuanya baik adanya, namun karena dosa dan keserakahan manusia apa yang semula baik telah rusak: ciptaan-ciptaan lain selain manusia seharusnya membantu manusia dalam mengusahakan keselamatan jiwanya alias menjadi sarana atau wahana sudah terbalik menjadi tujuan.

Berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia memang harus berjuang dan berkorban, sebagaimana dialami oleh Maria, sebagai perawan yang harus mengandung, mempersembahkan keperawanannya kepada Allah, bukan untuk kenikmatan seksual sebagaimana didambakan banyak orang. Apa yang paling berharga dipersembahkan kepada Allah demi keselamatan atau kesejahteraan umum, seluruh umat manusia. Memberi persembahan kepada Allah seharusnya memang yang paling baik, paling berharga atau paling bernilai, yang berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah. Marilah kita ingat dan sadari bahwa diri kita serta segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai sampai kini merupakan anugerah Allah yang kita terima melalui saudara-saudari kita, maka selayaknya jika kemudian semuanya dipersembahkan kembali kepada Allah.

Sekali lagi kami ingatkan bahwa kita berada dalam Tahun Iman, dimana kita diajak untuk kembali ke sumber-sumber iman sebagai pedoman atau acuan hidup dan bekerja. Salah satu sumber iman kita adalah sabda Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, maka marilah kita bacakan dan dengarkan serta cccap dalam-dalam sabda Allah. Semoga kehendak dan perintah Allah sungguh meresap dalam-dalam atau tertanam dalam hati kita, sehingga mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita. Keunggulan hidup beriman terletak dalam penghayatan atau tindakan bukan wacana atau omongan, maka marilah kita bekerjasama atau saling membantu dalam menghayati sabda atau perintah Allah dalam hidup sehari-hari, agar diri kita maupun kebersamaan hidup kita semakin dikasihi oleh Allah dan umat manusia. Dengan kata lain semoga cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa menjadi kabar sukacita atau kabar gembira bagi siapa saja. Marilah kita senantiasa melakukan apa yang baik dan membahagiakan orang lain, karena kita semua mendambakan hidup bahagia, damai sejahtera, aman sentosa kapan pun dan dimana pun.

“Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.” Di atas Ia berkata: “Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya” — meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat –.” (Ibr 10:7-8)

Kehendak Allah bagi kita semua adalah agar kita semua setia dan giat melakukan kehendakNya dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Bukan `korban persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa’, sebagaimana sering dilakukan oleh sementara orang dengan berjaga bakti sepanjang malam dalam adorasi kepada Sakramen Maha Kudus, yang berkenan pada kehendak Allah. Derap langkah para pendahulu kita, misalnya di wilayah Keuskupan Agung Semarang, senantiasa terarah secara konkret pada suka-duka umat manusia, warga masyarakat, misalnya dengan social-ekonomi demi kesejahteraan rakyat atau kesejahteraan masyarakat.

Kami berharap kepada kita semua umat beriman untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan kesempatan dan kemungkinan masing-masing. Dengan kata lain hendaknya kita sungguh hidup membumi, berpartisipasi dalam aneka macam seluk beluk hidup sehari-hari umat manusia masa kini. Tentu saja kita kemudian tidak jatuh ke semangat materialistis atau duniawi, melainkan tetap dalam dan dengan terang iman berpartisipasi dalam aneka seluk-beluk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus, Penyelamat Dunia, Allah yang telah mendunia dengan menjadi manusia, kami harapkan kita sungguh hidup mendunia atau membumi.

Salah satu keprihatinan kita masa kini antara lain adalah kerusakan atau kehancuran lingkungan hidup, sehingga tidak sesuai lagi dengan kehendak Allah. Maka marilah kita tingkatkan perawatan lingkungan hidup, kita buat lingkungan hidup semakin enak dan nikmat untuk ditempati atau ditinggali. Aneka jenis tanaman hendaknya diusahakan, demikian juga aneka jenis binatang biarlah hidup bebas, dan jangan dipenjara di dalam sangkar. Dimana mungkin hendaknya dibuat sumur-sumur resapan air hujan.

“Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: “Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku.” Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN” (Mzm 40:7-10)

Ign 8 April 2013 (marya_sj ; marya_sj@yahoo.com)

Refleksi: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”

Marya SJ, pergilah keseluruh dunia, wartakan injil

Marya SJ, pergilah keseluruh dunia, wartakan injil

(Kis 4:13-21; Mrk 16:9-15)

“Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya.

Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya.

Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk 16:9-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Kiranya kita semua setiap hari senantiasa bepergian, entah dekat atau jauh, dalam kota atau luar kota, dalam negeri atau luar negeri. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati kita semua dipanggil kemana pun kita pergi maupun dimana pun kita berada untuk senantiasa `memberitakan Injil kepada segala makhluk’.

Dengan kata lain hendaknya cara hidup, cara bertindak maupun sepak terjang kita senantiasa menggembirakan dan menggairahkan orang lain untuk semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Yesus yang telah bangkit dari mati hidup dan bertindak melalui RohNya, maka marilah kita lihat dan imani karya Roh Kudus dalam ciptaan-ciptaanNya dan tentu saja terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Kita berharap siapapun yang bertemu kita atau melihat kita akan melihat dan bertemu dengan Allah yang hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.

Yesus adalah Penyelamat Dunia, maka kita yang masih hidup di dunia ini dan beriman kepadaNya dipanggil untuk menjadi pewarta-pewarta Kabar Gembira kepada dunia. Pada masa kini lingkungan hidup sungguh memprihatinkan, maka semoga kehadiran dan sepak terjang kita dimana pun senantiasa membuat lingkungan hidup semakin bergairah, mempesona dan menarik.

Marilah lingkungan hidup dimana kita hidup maupun bekerja kita usahakan semenarik dan semempesona mungkin: berilah tanaman yang memadai, jaga kebersihan lingkungan dst.. Usaha penghijauan dengan penanaman pohon-pohon hendaknya menjadi gerakan masal dimana-mana, dan kita hentikan pembabatan hutan yang tak tahu aturan demi kepentingan komersial.

• “Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.”(Kis 4:19-20), demikian kata Petrus dan Yohanes terhadap para tokoh bangsa Yahudi yang ingin mengadili dan menghukum mereka.

Apa yang dikatakan oleh Petrus dan Yohanes ini kiranya dapat menjadi teladan bagi siapapun yang dipanggil menjadi saksi. Secara khusus kami berharap kepada mereka yang dipanggil menjadi saksi di pengadilan untuk “berkata-kata tentang apa yang dilihat dan didengar” alias memberi informasi yang benar dan akurat. Jangan coba-coba menjadi saksi palsu atau melakukan kebohongan dalam memberikan kesaksian, karena dengan demikian anda akan berbalik menjadi tersangka serta kemudian harus diadili dan dihukum.

Kejujuran merupakan keutamaan yang sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan dalam kehidupan bersama. Maka kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dididik dan dibina dalam hal kejujuran, dan tentu saja teladan orangtua atau generasi tua sungguh penting dalam hal hidup jujur. Sekali lagi saya angkar rumor bahwa `jujur akan hancur’, memang hidup jujur akan hancur untuk sementara, tetapi akan mulia dan bahagia serta damai sejahtera untuk selamanya.

Semoga mereka yang berkarya di dua departemen yang sangat erat dengan pembinaan manusia, yaitu Departemen Agama dan Departemen Pendidikan, dapat menjadi teladan dalam hal kejujuran, tidak melakukan korupsi sebagaimana masih marak sampai kini. Jika mereka yang bekerja di dua departemen ini tidak jujur lagi dan selalu berkorupsi apa yang dapat diharapkan dari negeri tercinta ini.

Para tokoh atau pemuka agama yang pada umumnya menjadi panutan hidup umatnya kami harapkan juga dapat menjadi teladan atau saksi kejujuran.

“TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku. Suara sorak-sorai dan kemenangan di kemah orang-orang benar: “Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan,”

(Mzm 118:14-15)

marya_sj (marya_sj@yahoo.com)

Konferensi Pers Uskup KAJ terkait Paskah 2013: Iman yang tidak berbuah pada Persaudaraan bukanlah Iman Sejati

MK02-1

Pada Paskah Tahun 2013 ini, Uskup Agung Gereja Katedral mempunyai pesan khusus dan pantangan bagi umat Katolik untuk menjaga kondisi lingkungan yang terancam pemanasan global. Caranya adalah dengan ‘puasa’ menggunakan bahan-bahan mengandung plastik dan styrofoam.

“Ada pantangan dan puasa baru yang telah kami terapkan di keuskupan, yaitu pantang gunakan plastik dan styrofoam. Pesan tersebut adalah sebagai salah satu pesan Paskah tahun ini,” ujar Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Ignatius Suharyo usai melakukan Perayaan Paskah di Gereja Katedral, Jakarta, Minggu (31/3/2013).

Menurut Suharyo, tindakan puasa dan pantangan menggunakan plastik dan styrofoam sebagai kantong ataupun wadah merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menjaga kelestarian bumi yang terancam pemanasan global.

“Menurut orang pandai, penggunaan keduanya dapat merusak lingkungan hidup. Karena itu ketika makan dan lain sebagainya hindari menggunakan barang-barang itu,” ujar Beliau.

Dia pun mendukung berbagai macam upaya masyarakat yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari pemanasan global yang dapat merusak ekosistem makhluk hidup lainnya.

“Seperti 23 Maret lalu, kita menyambut Hari Bumi. Ajak seluruh keluarga ikut gerakan itu. Ini merupakan bentuk kesadaran kita pelihara bumi dengan menghemat sumber daya alam,” lanjutnya.

Dalam misa Minggu Paskah ini, dia berpesan agar setelah melewati Paskah untuk tidak hanya menjalani ibadah secara ritual semata, namun harus diwujudkan dalam bentuk perbuatan nyata menolong sesama.

“Ibadah saja enggak cukup. Harus berbuat nyata dalam kehidupan dengan wujud kongkret Persaudaraan. Persaudaraan mesti memuat semangat bela rasa. Iman yang tidak berbuah pada Persaudaraan bukanlah Iman Sejati,” tegas Uskup. (liputan6.com dan beberapa sumber lainnya)

Misa Krisma dan Pembaharuan Janji Imamat 2013 – Homili Bapa Uskup: “Terpecah akibat Permainan Status”

Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada hari menjelang Perayaan Kamis Putih (pagi harinya) diadakan misa bersama di Gereja Katedral Jakarta. Misa dipimpin secara konselebran oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo, Pr (28/3).

Misa ini dihadiri oleh ratusan imam (pastor) Katolik di Keuskupan Agung Jakarta dan juga ribuan umat Katolik. Dalam kesempatan ini, para pastor membarui Janji Imamat mereka. Selain pembaruan janji, ada juga pemberkatan minyak untuk pelayanan sakramen seperti minyak Krisma (sacrum chrisma) yang digunakan untuk memberkati para baptisan, tahbisan diakonat, tahbisan imamat, tahbisan uskup, dan sakramen krisma, minyak Katekumen (oleum catecumenorum) untuk memberkati mereka yang ingin menjadi katolik (para katekumen), dan minyak untuk Pengurapan orang sakit (oleum infirmorum) yang digunakan untuk memberkati mereka yang dalam kondisi sakit serius atau menjelang ajal. Pemberkatan ini dilakukan oleh Bapak Uskup.

“Dalam Perayaan Ekaristi ini akan diberkati minyak-minyak yang akan digunakan dalam perayaan sakramen Gereja dan kami para imam juga berkesempatan untuk memperbaharui janji imamat kami agar semakin dekat dengan Kristus dan semakin serupa dengan-Nya. Semoga kami para imam semakin hadir sebagai Gembala yang Baik, Murah Hati dan Setia pada Allah,” ungkap Bapa Uskup membuka homilinya. Misa Krisma dan Pembaharuan Janji Imamat ini dipercayakan kepada Dekenat Barat II, jumlah umat Katolik yang hadir meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Dalam kesempatan itu juga dilakukan prosesi penyerahan Tongkat Gembala Uskup yang memiliki Logo Baru Keuskupan Agung Jakarta. “Saya merasa grogi kali ini karena menggunakan mitra baru dengan tulisan dan logo KAJ, rasanya seperti memikul seluruh keuskupan di kepala saya,” papar Bapa Uskup lagi sambil tersenyum dan disambut senyuman juga oleh para umat yang mendengarkan.

Dalam khotbahnya Bapa Uskup mengangkat tema Persaudaraan sebagai bagian dari tema APP 2013. “Kita ingin belajar dari rasul Paulus yang membangun Persaudaraan di tengah-tengah komunitas kita. Saudari/a terkasih,Umat korintus mnghadapi masalah perpecahan dalam komunitasnya, karena perilaku persaingan antara gereja-“gereja rumah” jaman itu. Mereka bersaing satu dengan lain dan ingin dianggap paling hebat dan setia pada ajaran Tuhan.

Perpecahan itu diperparah dengan masalah perkawinan, perilaku dalam ibadat, tentang makan daging yang sudah dipersembahkan pada dewa/i dan juga kemudian masalah karunia-karunia Roh khususnya “bahasa roh”.Paulus pertama-tama tidak memberikan nasihat-nasihat  praktis, tapi memberikan landasan iman yang utama, yaitu:

“Bahwa kamu semua adalah Tubuh Kristus, kamu semua masing-masing adalah anggotanya.” Setelah itu Paulus memberikan landasan konseptual bahwa semua masalah harus ditempatkan dalam kerangka pembangunan iman umat dalam pembangunan komunitas. Dengan kata lain, anugerah-anugerah khusus itu harus digunakan untuk kepentingan bersama. Perkataan Paulus itu justru memberikan tempat bagi adanya perbedaan dan pembaharuan. Perbedaan-perbedaan itu tidak dihilangkan oleh uniformitas, tapi harus saling melengkapi dengan dinamis.

Nah terkait adanya penerimaan perbedaan-perbedaan dan sikap saling melengkapi itu, kita smua tahu hal itu!!

Tetapi rupanya ada sesuatu yang tersembunyi yang sering tidak kita sadari dan akhirnya perbedaaan yang tidak dikelola akan membuat komunitas malah semakin terpecah bukannya semakin berbela rasa dan bersaudara.

Hal ini menimbulkan kesan bahwa bukannya keberagaman yang diberikan tempat tapi justru keseragaman yang dipaksakan.

Lalu apakah yang tersembunyi itu? Yaitu:

Permainan Status (Status Game).

Permainan Status ini lazim digunakan dalam dunia perpolitikan kita. Namun kini mulai merasuk ke dalam kehidupan menggereja. Itu terjadi ketika seseorang berlomba-lomba mengumpulkan Kredit Poin demi prestise dan status yang dianggap baik.

Semua berlomba-lomba! Ini membuat orang menjadi egois, seperti dalam Kisah Kitab Suci tentang “Menara Babel”. Permainan Status seperti ini bagi banyak orang sudah menjadi zona nyaman yang umum. Ini menyedihkan!

Saking nyamannya sehingga sulit keluar dari permainan itu.

Sebaliknya dalam hidup bersama dengan intelegensi yang tinggi perbedaan diterima bahkan disyukuri untuk dikelola dengan baik, dengan demikian komunitas akan menjadi dinamis, terbuka untuk perubahan dan tidak berhenti dalam zona nyaman.

Tentu diperlukan figur pimpinan seperti Paulus. Yang ingin membawa komunitasnya keluar dari zona nyaman dengan Permainan Statusnya yang telah melekat lama, untuk kemudian masuk ke Zona Kristus yang lebih baik di masa depan.

Paulus mampu melakukan itu karena ia sudah mengalami perubahan radikal terlebih dahulu dalam perjumpaan dengan Kristus.

Marilah kita memohon rahmat Tuhan agar kita menyadari zona nyaman yang membuat kita siap untuk berkelahi tapi tidak siap bersaudara, meskipun kita sudah sering berbicara soal Persaudaraan. Dan kemudian kita dapat menuju ke Zona Kristus yang berisi Persaudaraan Sejati.

(Foto: Jo Hanapi)

Paus Fransiskus Akan Pimpin Misa Kamis Putih di Penjara

Paus Fransiskus Pimpin Misa Kamis Putih, di Penjara, paus di penjara, paus fransiskus

Paus Fransiskus Pimpin Misa Kamis Putih, di Penjara, paus di penjara, paus fransiskus

Paus Fransiskus telah memutuskan untuk merayakan Misa Kamis Putih, 28 Maret 2013 yang akan datang di Penjara Khusus untuk Remaja ”Casal del Marmo” di kota Roma, Italia. Di tempat ini direncanakan Paus Fransiskus akan membasuh kaki 12 orang tahanan remaja yang menghuni penjara tersebut, demikian dilaporkanradiovaticana.va, Kamis, 21/3.

Agenda Paus Fransiskus pada hari itu rencananya diawali dengan memimpin Misa Krisma di Basilika Santo Petrus terlebih dahulu. Baru kemudian pada sore hari, Ia menuju penjara dan memimpin Misa Kamis Putih ditempat dimana pada bulan Maret tahun 2007 pernah dikunjungi Paus Emiritus Benediktus XVI. Dalam kunjungan tersebut, Paus Emiritus Benediktus XVI juga merayakan Misa Kudus namun bukan dalam rangka pembasuhan kaki atau merayakan Misa Kamis Putih.

Biasanya, perayaan Kamis Putih dan praktek pembasuhan kaki diadakan di Basilika Santo Petrus atau Basilika Santo Yohanes Lateran dengan mencuci kaki para imam atau awam. Namun bagi Paus Fransiskus pada kesempatan perayaan Kamis Putih ini, ingin Ia rayakan seperti sewaktu menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires, Argentina.

Menurut Juru bicara Vatikan yang diberitakan ncronline.org mengatakan bahwa, sebelum menjabat sebagai Paus, Imam Ordo Jesuits yang pernah menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires ini terbiasa mengadakan dan memimpin Misa di rumah sakit, penjara atau rumah sakit khusus orang miskin dan terpinggirkan.

Tindakan ini menurut Paus Fransiskus dilakukan sebagai panggilan untuk mengenang Kristus dengan melayani sesama yang sedang ada di penjara, yang sedang sakit di rumah sakit atau tempat penampungan masyarakat miskin dan terpinggirkan. “Dengan merayakan Kamis Putih di Penjara Casal del Marmo, Paus Fransiskus ingin melanjutkan praktek hidup dan pelayanan dalam kesederhanaan,” kata juru bicara Vatikan dalam sebuah pernyataannya pada hari Kamis, 21 Maret kemarin. (www.hidupkatolik.com/)

Pertemuan Bersejarah antara Paus Fransiskus dan Benediktus XVI

Pertama-tama: Terpujilah Allah Tritunggal Maha Kudus!

Berikut ini saya informasikan pertemuan bersejarah antara Paus Fransiskus dan Benediktus XVI.

Baru saja Juru bicara Vatikan, Padre Federico Lombardi SJ, memberikan keterangan bahwa setelah Paus Fransiskus tiba di heliport Castel Gandolfo, Benediktus XVI dengan tongkat yang menyanggah kakinya sudah menantikan Paus baru itu, dan pada saat Paus Fransiskus turun dari helikopter, Mereka saling bersalaman dan saling berpelukan. Suatu momen yang menggembirakan dan mengharukan….

Setelah itu, mereka bersama naik mobil kepausan menuju Istana Apostolik.

Pada saat mereka tiba di Istana Apostolik, mereka langsung menuju Kapel Pribadi di sana untuk berdoa bersama. Ada hal yang sangat menarik untuk diperhatikan di sini, karena saat Benediktus XVI menunjukkan kepada Fransiskus di mana dapat berdoa, dan dia hendak menunggu saja menunjukkan penghormatannya kepada Paus yang baru, justru Paus Fransiskus memegang tangan Benediktus XVI dan mengajaknya berdoa bersama dia. Sehingga keduanya berdoa bersama berdampingan di hadapan Ikon Maria.

Setelah berdoa bersama, Paus Fransiskus memberikan sebuah hadiah kepada Benediktus XVI berupa sebuah ikon Maria bernama Maria Bunda Rendah Hati (Madonna dell’ Umiltà). Fransiskus berkata kepada pendahulunya bahwa ketika ia mengetahui nama dari ikon tersebut, pikirannya langsung tertuju kepada Benediktus XVI yang katanya telah memberikan kepada kita contoh kerendahan hati dan kelembutan selama masa kepausannya selama 8 tahun ini.

Saat itu, Benediktus XVI segera menyambut dan merangkul tangan Fransiskus serta mengucapkan terima kasih kepadanya.

Kemudian mereka mulai mengadakan percakapan pribadi dan dilanjutkan dengan acara makan bersama yang dihadiri oleh kedua Sekretaris Fransiskus dan Benediktus.

Juru bicara Vatikan mengatakan kepada kita bahwa Paus Fransiskus telah menunjukkan devosinya kepada Benediktus XVI setelah 2 kali menelpon dirinya di Castel Gandolfo, yaitu pada saat setelah terpilih dan pada hari Pesta Santo Yosef.

Setelah acara pertemuan bersejarah dan mengharukan itu selesai, Paus Fransiskus dijadwalkan kembali ke Vatikan dengan helikopter dan Benediktus XVI tentu saja kembali mendampingi dirinya menuju helikopter.

Terlampir saya sertakan pula beberapa foto hasil pertemuan kedua Paus kita tercinta, yang satu Paus bertugas, yang satu lagi Paus emeritus. Keduanya akan memimpin Gereja dan kita semua, yang satu dengan karya pastoral, yang satu lagi dengan doa-doanya.

Tiada kata lain yang dapat terucapkan di dalam hati, hanya: Terpujilah Allah Tritunggal.
(Shirley Hadisandjaja – Italia)

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-3/2013

Info Gembala Baik KAJ, Edisi Ke-2/2013

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-3/2013

 

Misa Inaugurasi (Penahbisan) Paus Fransiskus

 

Di depan ratusan ribu jemaat yang berkumpul di alun-alun St Peter, Vatikan, Paus Fransiskus resmi dilantik (19/3). Misa penahbisan Paus Fransiskus diadakan di Lapangan Santo Petrus, Roma, di hadapan pemimpin dunia dan pemuka agama. Paus meninggalkan kediaman sementaranya di Casa Santa Marta sebelum pukul 0900 waktu setempat.

Paus berkeliling Lapangan Santo Petrus dengan mengendarai mobil terbuka. Paus berkali-kali berhenti untuk menyambut warga dan memberkati penyandang cacat. Paus Fransiskus kemudian memasuki Basilica dan mengenakan baju kebesaran.

Cincin Emas-Perak

Ia kemudian menerima pallium kepausan yang terbuat dari bulu domba. Ini menandakan perannya sebagai penggembala umat. Paus juga menerima “cincin nelayan” bergambar Santo Petrus yang memegang dua kunci. Cincin ini bukan cincin baru dan terbuat dari perak berlapiskan emas, bukan emas murni seperti cincin yang dikenakan oleh pendahulunya.

Setelah menerima pallium dan cincin maka Fransiskus resmi menjadi paus ke-266. Para kepala negara, tokoh politik dan agama dari berbagai negara menghadiri pentahbisan yang menandai kepemimpinan resmi Paus Fransiskus sebagai pemimpin bagi 1,2 miliar umat Katolik di seluruh dunia.

Di antara pemimpin yang hadir adalah Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou. Kehadiran presiden Taiwan ini membuat marah Cina yang menganggap Taiwan sebagai provinsinya yang membangkang. Vatikan adalah salah satu dari 23 negara yang mengakui Taiwan sebagai negara.

Ia tercatat sebagai Paus bertama dari benua Amerika. Paus Fransiskus telah menegaskan akan menempuh pendekatan sederhana dalam menjalankan tugas-tugasnya. (detik.com)

Terbaru

Populer