Home Blog Page 116

Undangan: MISA BERSAMA DUTA BESAR VATIKAN

Sebagaimana yang telah berlangsung saat ini, setiap minggu pk. 11.30 merupakan pelayanan ekaristi dengan bahasa Inggris,
khusus misa tanggal 12 Oktober 2014 ada hal yang berbeda.

Dalam rangka peringatan 25 Tahun Kedatangan Santo Yohanes Paulus II ke Indonesia serta mengisi bulan Rosario.
Kami; Paroki Kristus Raja bekerjasama dengan Cultura di Vita (CdV) dan Gerakan Rohani Santo Yohanes Paulus II bermaksud akan menyelenggarakan Perayaan Ekaristi Syukur pada :

Hari/Tanggal : Minggu, 12 Oktober 2014
Waktu : Pk. 11.30 – selesai
Tempat : Gereja Kristus Raja, Jl. Danau Toba no. 56

Perayaan Ekaristi akan dipimpin dengan Selebran Mgr. A. Guido Filipazzi (Dubes Vatikan untuk Indonesia), bersama dengan romo: RD Adi Prasojo, RD H. Sridanto Aribowo, RD TAM Rochadi W, RD Y. Sulistiadi dan RD Y. Ferdinan

Seperti halnya dalam kunjungan pastoral ke berbagai belahan dunia mendiang Paus Johanes Paulus II yang bersentuhan dengan berbagai macam budaya.
Maka dalam Misa tanggal 12 Oktober 2014 ini selain menggunakan bahasa Inggeris, doa umat akan juga digunakan berbagai bahasa dari negara lain.

Invitation JP2 12 Okt hal 1 9x6cm CETAK OKEInvitation JP2 12 Okt hal 2 9x6cm CETAK

Surat Keluarga Oktober 2014: “BUDI PEKERTI MEMBUAT KELUARGA KATOLIK BERCAHAYA”

 
 

090212-edutaiment2

Dalam suatu kesempatan, seorang ibu mengeluhkan teman anak-anaknya yang setiap kali bermain di rumahnya. Bukan karena mereka banyak saja, tetapi mereka dianggap tidak sopan dan sangat buruk tingkah lakunya kepada orang yang lebih tua. Sering ia mengeluh pada anaknya sendiri yang bingung antara membela teman-temannya atau membenarkan kata-kata ibunya yang memang telah diterapkan di  rumah itu.

Setiap kali masuk rumah, anak-anak usia belasan tahun itu hanya berkata, “Hai Tante!” pada si ibu. Kemudian anak anak itu tak peduli lagi dengan keberadaan si empunya rumah dan langsung main beberapa alat musik di rumah itu.  Mereka juga makan minum di ruangan musik dan meninggalkan kotoran yang banyak di situ. Jika kekurangan makanan, mereka ambil sendiri makanan di kulkas tanpa bicara apa apa, meskipun si ibu ada di sekitarnya. Tentu hal ini membuat si ibu jengkel dan menyampaikan hal itu pada anaknya.

Apakah ini suatu generation gap? Apakah ini karena mereka masih berusia 14 tahun? Apakah ini karena si ibu yang terlalu menuntut dan kurang mengerti anak-anak remaja? Ataukah ada suatu proses belajar yang hilang dalam diri anak anak remaja itu? Kita sering menjumpai dan maklum dengan tingkah laku anak-anak itu kereta menganggap mereka belum dewasa. Akhir-akhir ini rentang ketidaksopanan dan ketidakmengertian anak-anak akan tata krama atau etiket bergaul dengan orang yang lebih tua bisa lebih luas lagi.

Banyak juga para OMK di tingkat mahasiswa tidak mengerti bagaimana bergaul dengan orang yang lebih tua. Beberapa dari mereka bahkan tidak tahu melobi, menghibur, meminta sesuatu, dan memberi salam pada orang tua. Masalah dengan orangtua mereka sendiri banyak terjadi. Seringkali dugaannya adalah soal lingkungan yang membuat tidak sopan atau soal “anak-anak sekarang”. Masalah tidak sesederhana itu : menyalahkan suatu masa dan berhenti berusaha.

Jika anak remaja mulai tidak bisa diajak berbicara, melawan tanpa alasan, atau bahkan sering “kabur-kaburan” dari rumah, maka Anda mempunyai masalah dengan mereka. Anak-anak perlu mendapat pola pendidikan nilai dan relasi di rumah. Mereka tidak mendapatkannya dengan sempurna di luar rumah, karena lingkungan luar adalah lapangan praktik, bukan tempat belajar pertama. Tempat pertama adalah bersama keluarganya.

Pendidikan etiket atau tata Krama adalah pendidikan yang sangat halus yang harus dilatihkan di rumah, sebagai tempat pertama pendidikan terjadi. Anggapan bahwa anak dan orangtua adalah sahabat tidak sama dengan menyingkirkan pelajaran menghormati orangtua seperti kebiasaan orang Indonesia pada umumnya. Persahabatan anak dan orangtuanya adalah suatu status mental, bukan suatu cara bergaul orang-orang seusia atau teman sekelas.

Bayangkanlah jika anak Anda memegang kepala Anda karena jengkel atau marah. Atau meninju Anda karena kecewa permintaannya tidak dipenuhi? Apakah Anda akan merasa malu atau biasa-biasa saja? Jika Anda merasa malu, berarti cara didik Anda belum tepat. Inilah yang saya maksudkan dengan perbedaan antara status mental sebagai sahabat dan cara bergaul yang seharusnya. Lihatlah ayat dalam Amsal 15:20: Anak yang bijak menggembirakan ayahnya, tetapi orang yang bebal menghina ibunya.

Keluarga-keluarga Katolik yang terkasih, ketika seorang anak merasa tidak ada batas antara dirinya dengan orangtua, barangkali mereka akan kehilangan hormat juga pada nasihat dan pengaruh baik dari orangtuanya. Masa pendidikan moral dan etiket anak jadi terganggu. Yang saya maksudkan bukanlah soal kegembiraan atau fun di rumah karena anak-anak dan orangtua dekat saja. Ini adalah persoalan pendidikan moral dan nilai.

Justru ketika kita menempatkan diri sewajarnya sebagai orangtua, anak anak selain mendapat pendidikan yang wajar, juga mendapatkan cara bergaul denga orang tua atau orang yang lebih dewasa yang lain dengan lebih baik. Penempatan ini membuat anak anak sadar tempatnya. Mereka akan tahu bahwa mereka perlu bertingkah laku tertentu agar dapat bergaul wajar dengan lingkungan sekitarnya.

Anak-anak Katolik harus belajar menjadi anak-anak yang tahu tata karma, terdidik dalam pergaulan dan akhirnya menjadi anak-anak yang berbudaya Indonesia yang benar. Hal ini berguna bagi anak-anak kita agar mereka dapat belajar sesuatu yang berguna dari orangtuanya. Hal ini nanti akan berujung juga pada hal iman keluarga. Kitab Amsa mengingatkan kita juga dalam Amsal 10:1: Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya.

Pendidikan iman bukanlah hal yang tidak mungkin atau amat sulit dilakukan. Orangtua akan mudah mengajarkan apa saja jika mereka mempunyai wibawa sebagai orangtua yang dapat diteladani. Saat itu tidak akan dapat digantikan oleh orang lain. Mengerti bagaimana membangun hubungan yang sewajarnya. Kalau dulu orangtua menggunakan kekerasan atau sikap otoriter, sekarang dengan keteladanan dan kewajaran bergaul orangtua-anak.

Saat ini sedang dimulai sinode luar biasa tentang keluarga di Roma. Bapak Uskup Ignatius Suharyo juga menghadirinya. Semoga Bapak Uskup membawa “oleh-oleh” istimewa untuk seluruh keluarga di Keuskupan Agung Jakarta ini. Semoga Anda semua juga menjalankan hidup berkeluarga dengan baik dan disiplin. Melakukan kewajiban agama dan melakukan hukum kasih dengan rajin.

Semoga bulan Maria juga menyemangati setiap kita untuk bersikap iman yang teguh, tak tergoyahkan dan berani mengambil bagian dalam penyebaran iman di dalam keluarga kita masing-masing dan lingkungan sekitar. Tuhan memberkati

Mzm.119:2: Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati,

Rm. Alexander Erwin MSF

SURAT GEMBALA HARI PANGAN SEDUNIA 2014

“Mencintai dan merawat bumi untuk pangan sehat bagi semua”

(Disampaikan sebagai pengganti khotbah, pada

Misa Sabtu/Minggu, 27/28 September 2014)

 
junk-food-vs-healthy-food
 

Para Ibu dan Bapak, Suster, Bruder, Frater, Kaum Muda, Remaja dan Anak-anak yang terkasih dalam Kristus,

1. Setiap tanggal 16 Oktober Gereja Katolik ikut memperingati Hari Pangan Sedunia, sebagai wujud keterlibatan Gereja di tengah keprihatinan dunia sekarang ini. Saya mengajak saudari-saudara sekalian untuk ikut menyambut Hari Pangan Sedunia ini sebagai salah satu wujud iman kita.

2.1. Saat peringatan Hari Pangan Sedunia 2013 , Bapa Suci Fransiskus menyampaikan pesan yang sangat penting. Beliau mengatakan bahwa Hari Pangan Sedunia menghadapkan kita pada salah satu tantangan yang sangat serius bagi kemanusiaan, yaitu kondisi tragis adanya jutaan orang lapar dan menderita gizi buruk, di antaranya banyak anak-anak. Beliau menyebut kelaparan dan gizi buruk sebagai skandal yang mestinya menantang kesadaran pribadi dan kesadaran bersama kita untuk ikut menemukan pemecahan masalah itu secara adil dan menyeluruh, demi kebaikan seluruh umat manusia (bdk Flp 2:1-5). Ternyata sikap individualis justru tumbuh berkembang dan semakin menyebar. Kecenderungan ini mengarahkan orang pada sikap acuh tak acuh terhadap saudari-saudara yang mati atau dalam bahaya mati karena kelaparan gizi buruk. Keadaan seperti ini belum jauh berbeda dengan keadaan bumi pada abad yang lalu. Mengenai keadaan itu Mahatma Gandhi mengatakan, “Bumi menyediakan makanan cukup untuk kebutuhan setiap manusia tetapi bukan untuk keserakahannya.” Oleh karena itu, harus ada perubahan.

2.2. Apa yang dapat kita lakukan? Bapa Suci mengajak kita pertama-tama untuk sungguh-sungguh melepaskan diri dari sikap individualis, dari ketamakan atau keserakahan, dari sikap acuh tak acuh terhadap orang lain, dari sikap diperbudak oleh nafsu mencari untung sendiri. Selanjutnya beliau mengajak kita untuk mendidik diri sendiri dalam sikap belarasa, menemukan kembali nilai dan makna solidaritas dalam hubungan antar manusia. Tujuannya antara lain adalah untuk menghilangkan aneka bentuk kekurangan pangan akibat kemiskinan.

2.3. Pesan-pesan Bapa Suci sungguh pantas kita renungkan karena di sekitar kita masih begitu banyak orang lapar dan menderita gizi buruk. Menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa, kelaparan parah dialami oleh satu dari delapan orang di dunia. FAO memperkirakan 842 juta orang, atau sekitar 12 prosen pendudukan dunia, mengalami kelaparan kronis pada 2011-2013.

3.1. Sementara itu menurut Laporan Akhir tahun 2012 Komisi Nasional Perlindungan Anak, dari 23 juta anak balita di Indonesia, 8 juta jiwa atau 35 persennya mengidap gizi buruk kategori berat, yang menyebabkan tinggi badan lebih rendah dari balita normal; sementara 900 ribu bayi atau sekitar 4,5 persen dari total jumlah bayi di seluruh Indonesia mengalami gizi buruk. Menurut Dirjen FAO Jose Graziano da Silva, Indonesia merupakan satu dari 19 negara yang dinilai berhasil mengurangi jumlah penduduk kekurangan gizi; dari sekitar 20 persen total jumlah penduduk pada tahun 1990-an menjadi 8,6 persen pada tahun 2012. Angka penduduk kelaparan dan kurang gizi ini masih besar dan tentu membuat kita prihatin dan sedih.

3.2. Ketidak-pedulian kita terhadap mereka yang lapar dan menderita gizi buruk tercermin dalam sikap kita terhadap makanan. Ada yang membuang-buang makanan. Ada yang hanya suka makanan enak dan menyenangkan, tanpa memikirkan asupan gizi yang cukup dan menyehatkan. Akibatnya banyak orang sakit dan rawan penyakit berat karena kelebihan makanan yang tidak menyehatkan, sementara yang lain kelaparan.

Saudari-saudara terkasih,

4. Tidak jarang orang mempertanyakan keadilan Tuhan ketika berhadapan dengan keadaan dunia yang buruk dan tidak menyenangkan seperti kelaparan, gizi buruk, bencana alam, atau sakit. Padahal sesungguhnya semua itu adalah akibat tindakan manusia sendiri. Tuhan menyediakan makanan cukup, tetapi manusia tidak mengelolanya dengan baik. Tuhan menyediakan makanan bervariasi yang sehat, manusia memilih yang enak dan menyenangkan saja. Kritik terhadap orang yang mempertanyakan Tuhan dan tindakan-Nya kita dengar dalam sabda Tuhan yang diwartakan hari ini. Nabi Yehezkiel mengkritik orang-orang yang cenderung membenarkan diri dan melemparkan kesalahan pada Tuhan (18:25). Sementara itu Yesus menyatakan bahwa orang yang benar dan selamat adalah mereka yang insaf dan berbalik dari segala kesalahannya (Mat 21:28-32). Yesus menuntut perubahan tingkah laku dari kita semua juga. Yang disoroti adalah orang yang berubah dari “ya” dalam perkataan menjadi “tidak” dalam kelakuan. Dalam hal percaya dan berubah, sikap orang-orang terpandang ternyata lebih buruk daripada orang yang dalam masyarakat dipandang paling jelek dan hina. Orang yang dipandang hina mau membuka diri bagi Kerajaan Allah. Sebaliknya, kaum elit atau cerdik pandai menutup diri terhadap kedatangan pemerintahan Allah dan pelaksanaan kehendak-Nya di dunia ini.

5. Apa yang bisa kita buat? Bapa Suci memberikan pesan yang sangat jelas agar kita melepaskan diri dari sikap acuh tak acuh dan serakah, serta bersikap solider terhadap mereka yang kelaparan dan menderita gizi buruk. Sikap tobat itu bisa dimulai dalam keluarga dengan tindakan nyata. Pertama, sediakanlah pangan yang sehat dan gizi yang seimbang dalam keluarga. Jangan sekedar mencari yang enak dan berlebihan. Patut diingat bahwa sehatnya masyarakat ditentukan oleh kesehatan dalam keluarga. Kedua, kita bisa membantu keluarga lain yang kelaparan dan menderita gizi buruk dengan menyisihkan sebagian pangan sehat keluarga kita untuk mereka yang kelaparan dan menderita gizi buruk dalam bentuk dana solidaritas.

Saudari-saudaraku yang terkasih,

7. Solidaritas dalam bentuk lain dapat kita wujudkan dengan menjaga lingkungan hidup yang sehat. Lingkungan hidup kita yang kurang sehat dapat membuat makanan kita tercemar. Mari kita dukung solidaritas dalam menjaga lingkungan hidup agar tanah tidak makin rusak; agar air tidak makin kotor; agar udara tidak makin panas dan mengandung racun. Kita teruskan gerakan peduli sampah, mengurangi pemakaian plastik dan styrofoam dan prakarsa-prakarsa kreatif yang lain.

8. Baiklah kita juga memakai kesempatan bulan Rosario, bulan Oktober yang akan datang ini, untuk berdoa bersama dan seperti Maria, Bunda Gereja. Kita mohon agar kita semakin peduli menyediakan pangan sehat dalam keluarga kita sendiri; agar melalui gerakan solidaritas, kita semakin peduli menyediakan makanan bagi mereka yang kelaparan dan menderita gizi buruk.

9. Akhirnya, bersama-sama dengan para imam, diakon dan semua pelayan umat, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/adik-adik kaum muda, remaja dan anak-anak semua yang dengan beraneka cara terlibat dalam karya perutusan Gereja Keuskupan Agung Jakarta. Melalui gerakan Hari Pangan Sedunia kali ini, kita diajak untuk semakin peduli dengan berbagi kehidupan yang sehat dengan sesama umat kita maupun masyarakat yang lebih luas. Sambil menimba kekuatan dari teladan Bunda Maria, kita berharap bahwa gerakan pelayanan pangan sehat tetap berlanjut dan menjadi habitus umat di Keuskupan Agung Jakarta yang kita cintai ini. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda semua, keluarga dan komunitas Anda.

+ I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta

DOWNLOAD SURAT GEMBALA HPS 2014

KAJ download

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-8/Thn3/2014

 Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-8/Thn3/2014

View at Google


 
 

Kebaktian Kepada Hati Yesus Yang Mahakudus

Artikel Renungan Uskup Agung Jakarta, Mgr. I Suharyo ini, telah diterbitkan dalam Edisi Cetak Info Gembala Baik Agustus 2014. Silahkan lihat versi PDF-nya di Info Gembala Baik 07/03/2014

HATIKUDUSYESUS

Kebaktian kepada Hati Yesus Yang Mahakudus tersebar luas berdasarkan penglihatan-penglihatan yang diterima oleh Santa Margareta Maria Alacoque (1647-1690). Kebaktian ini terpusat pada “HATI”, yang memberi tempat luas untuk perasaan dan afeksi. Pengalaman dan perasaan manusiawi Yesus, khususnya kesengsaraan-Nya direnungkan dengan rasa haru dalam waktu yang lama, sampai seakan-akan orang beriman sendiri merasakan luka-luka tubuh dan jiwa Kristus dalam jiwa dan badan mereka sendiri. Orang terharu terutama karena kesengsaraan jiwa Yesus menunjukkan bahwa cinta-kasih-Nya yang tanpa batas tidak diterima oleh orang-orang berdosa. Oleh karena itu tumbuh keinginan dan kehendak yang sangat  kuat untuk membalas kasih Yesus dengan cinta-bakti yang bernyala-nyala.

Setelah Paus Pius IX (1856) memasukkan pesta Hati Kudus Yesus ke dalam penanggalan liturgi, beberapa Paus menulis  ensiklik berkenaan dengan pesta ini. Salah satu yang paling penting ialah yang ditulis oleh Paus Pius XII, yang menyatakan bahwa sembah bakti kepada Hati Kudus Yesus sangat bernilai dan penting dihayati oleh orang beriman.

Bentuk-bentuk kebaktian yang biasa dijalankan ialah Pesta Hati Yesus Yang Mahakudus,  (sejak Pius IX), perayaan hari Jumat pertama (sejak St.Margareta Maria Alacoque) yang terdiri dari jam kudus (dilakukan pada hari Kamis malam menjelang Jumat pertama) untuk mempersatukan diri dengan Yesus yang menderita dan ditinggalkan seorang diri di taman Getsemani, Misa dan komuni silih atas dosa terhadap Yesus dalam Sakramen Mahakudus yang tidak diperhatikan atau malahan dilukai Hati-Nya oleh dosa-dosa.

Salah satu teks Kitab Suci yang sangat erat berkaitan dengan hari raya ini ialah Yoh 19:31-37, yang menceritakan lambung Yesus ditikam, dan dari sana mengalir darah dan air (19:34). Peristiwa ini begitu penting dan ditekankan oleh Yohanes sampai ia mengatakan: “Dan orang yang melihat  hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya” (19:35). Peristiwa ini menjadi lambang yang menyatakan arti wafat Yesus di kayu salib, yang dapat dimengerti dengan baik kalau kita dapat menangkap lambang-lambang yang dipakai.

Pesta Hati Kudus mengajak kita untuk merenungkan sejarah hidup kita sebagai sejarah Allah yang memper-hati-kan kita dengan kasih-Nya yang tidak mengenal batas. Kasih itu tidak membiarkan kita berjalan menurut arah yang kita pilih sendiri. Kasih Allah mendidik kita, seperti dulu kasih yang sama mendidik umat Allah Perjanjian Lama (Hos 11:1-9) agar kita berani mengarungi samudera kehidupan. Kasih itu mendorong dan menggerakkan hati kita, agar kita pun selalu siap untuk membagikan kasih. +Mgr. Suharyo (**)

Pelatihan Guru TK se-KAJ: “Guru TK adalah Salah Satu Panutan dan Model bagi Anak sejak Dini”

“Ayo menjadi Guru TK Idaman.”

Demikian ajakan Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Jakarta (MPK-KAJ) dengan mengadakan Pelatihan Guru TK se-KAJ pada Jumat, 12 September 2014 di Aula TK St. Maria, Juanda Jakarta Pusat. Hal ini penting mengingat Guru TK adalah salah satu Panutan dan Model bagi anak-anak sejak dini. Selain itu pelatihan ini semakin penting juga, agar para Guru bisa dipercaya orang tua untuk menjadi partner dalam mendidik anak-anak mereka dalam terang iman Katolik.

Pelatihan ini menghadirkan narasumber Bpk. Fidelis Waruwu. Sangat diharapkan Suster/Ibu Kepala TK mengutus seluruh gurunya ikut pelatihan ini. Info hubungi: Sr. Margriet, PIJ (08211 0480 818); Sr. Elisabeth, PIJ (0813 1034 6599); Ibu Vincent (08788 4552 467) atau Ibu Laurentia (0815 1108 5051). (**)

guru-mengajar-teacher-pendidikan-anak-usia-dini-preschooler-kindergarten-mother-teach-anak-usia-dini-tk-paud

RD Yohanes Subagyo: Pelayanan Prima, Jati Diri Gereja

 

Gereja dipanggil menciptakan budaya pelayanan penuh kasih. Spiritualitas melayani harus membadan dalam ucapan dan tindakan keseharian.

Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) menggulirkan sebuah gerakan untuk semakin menghadirkan wajah Gereja yang melayani. Dalam Arah Dasar Pastoral (Ardas) KAJ 2011- 2015, tahun 2014 ini, umat KAJ diajak meng hayati dan menghidupi Tahun Pelayanan. Gerakan yang baru digulirkan ini merupakan salah satu upaya KAJ menampilkan jati diri Gereja.

Menurut Vikaris Jenderal KAJ ini, jati diri Gereja dapat dilihat dalam empat hal. Pertama, cita-cita atau visi dan misi Gereja. Kedua, struktur Gereja. Gereja Katolik dikenal memiliki struktur yang amat kuat, dari kepausan hing ga lingkungan-lingkungan. Ketiga, leadership atau kepemimpinan. “KAJ me rumuskan kepemimpinan sebagai jati diri Gereja dalam dua kata yakni par tisipatif dan transformatif,” urai Romo Subagyo. Gereja sebagai sebuah per sekutuan umat beriman dan gerakan mewujudkan Kerajaan Allah, harus melibatkan banyak pihak dalam mengambil kebijakan. Gereja juga menjadi lembaga yang terus-menerus bertransformasi, mengubah menjadi lebih baik. “Maka, tata kelola paroki harus bergerak menuju ke arah yang lebih baik,” imbuhnya.

jakarta katedral-1

Dan, keempat, adalah culture atau budaya lembaga. Gereja harus menciptakan budaya penuh kasih dan nyaman bagi siapapun. Umat harus dibuat senang dan bersyukur, karena sudah menjadi bagian Gereja. Maka, gerakan untuk menciptakan pelayanan prima di paroki-paroki merupakan upaya untuk menghadirkan suasana Gereja yang semakin dipenuhi kasih dan disemangati roh pelayanan.

Berikut petikan wawancara dengan Romo Subagyo:

Mengapa pelayanan prima?
Pelayanan prima merupakan salah satu cara untuk membentuk dan menghadirkan jati diri Gereja. Pelayanan prima ini adalah budaya yang me njadi ciri khas dari sebuah lembaga. Nah, salah satu yang khas dari lembaga Gereja adalah semangat melayani. Kadangkala, kita begitu fasih berbicara tentang semangat kasih, spiritualitas pelayanan, namun semangat dan spiritualitas itu tidak pernah membadan dalam ucapan dan perilaku kita.

2950818989_febbea8339

Bagaimana pelayanan prima ini diwujudkan?
Saat ini, hampir semua lembaga swasta ataupun instansi pemerintah berlomba-lomba menghadirkan pelayanan yang baik. Lalu, bagaimana dengan pelayanan di paroki-paroki? Kadangkala, pelayanan di sekretariat paroki tidak lebih baik dari kantor kelurahan. Birokrasinya berbelit-belit, dan pe layanannya juga tidak memuaskan.

Melihat kondisi ini, menurut saya, diperlukan sebuah transformasi, sebuah perubahan. Tidak mengubah semua, tetapi mengubah menjadi semakin lebih baik. Dan, proses ini dimulai dari mereka yang berada di garis depan pelayanan umat, yakni para pegawai sekretariat paroki. Mereka perlu dibekali dengan pola pikir dan keterampilan-keterampilan dalam melayani umat. Mulai dari hal-hal yang paling sederhana, seperti cara menerima telepon, berbusana, menyapa tamu, menghadapi beragam keluhan umat, dan yang lain. Pola pikir mereka juga harus terarah kepada pelayanan yang ramah dan tulus hati.

Saya menyadari, ini akan mengubah budaya atau kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dan sudah mapan selama ini. Tapi, ini harus dilakukan untuk menampilkan Gereja yang semakin ramah, Gereja yang semakin melayani. Melalui pelayanan yang prima dari para pegawai sekretariat paroki, diharapkan umat akan semakin merasakan kehadiran Allah secara nyata.

jakarta_cathedral_02_by_altamirano-d4vrdp1

Apa harapan terhadap gerakan ini?
Gerakan yang baru dimulai ini bisa memberikan dampak yang besar.Semo ga gerakan ini juga terus bergulir di paroki-paroki di KAJ, atau bahkan me nular ke keuskupan lain. Saya yakin, Roh Kudus akan terus berkarya, mungkin dengan cara-cara yang sederhana, untuk mengubah wajah Gereja sebagai persekutuan dan gerakan yang semakin melayani. Karena, jati diri Gereja adalah persekutuan umat beriman yang melayani.

Aprianita Ganadi (hidupkatolik.com)

Luar Biasa: Para Lansia akan Berlomba Paduan Suara, Ayoo Kita Dukunggg!

 
 
lomba koor lansia
 
Dalam menggalang kerjasama antar paroki, menghidupkan komunitas lansia paroki dan menyalurkan hobi para lansia, maka Komunitas Pastoral Adi Yuswa (Lansia) Siemon Hanna, mengundang para lansia mengikuti Lomba Paduan Suara memperebutkan Piala Bergilir Uskup Agung Jakarta pada Sabtu, 13 September 2014, Pk. 09.00 di Aula Katedral Jakarta. Pemenangnya akan tampil dalam Misa Lansia Sedunia 1 Oktober 2014.
Tambahan Hadiah:
Juara 1: Piala dan dana pembinaan Rp. 5.000.000,-
Juara 2: Piala dan dana pembinaan Rp. 3.000.000,-
Juara 3: Piala dan dana pembinaan Rp. 1.500.000,-
Tema Lomba: Semangat Berkarya tak Lekang Usia
Lagu yang dilombakan:
Tingkat Dekenat maupun KAJ: Menyanyikan 1 Lagu Wajib dan 1 Lagu Pilihan

  1. Lagu Wajib: Hymne “Komunitas Pastoral Adi Yuswo KAJ. Dinyanyikan 2 kali, dimana bagian pertama 1 suara dan pengulangannya 4 Suara (SATB)
  2. Lagu Pilihan: Diaransemen SAT, Bila ada anggota bersuara B yang merasa ketinggian untuk menyanyikan suara T, bisa ikut menyanyikan melodi suara S. Lagu Pilihannya:

–          Mars Lansia, Cipt. CB. Hardjowiyono (1 kali saja)
–          Masa Tua Bahagia, Cipt. Christoforus (1 kali saja)
–          Sampai Masa Tuamu, Cipt. Drs. Ec. Elly (2 kali)
Ketentuan:

  1. Minimum berjumlah 25 orang/grup, maksimum 35 orang termasuk dirigen, namun tidak termasuk pengiring musik.
  2. Pengiring musik tidak harus dari lansia
  3. Dirigen adalah lansia dari grup tersebut
  4. Lagu Wajib dan Pilihan dinyanyikan secara Acapela (tanpa iringan) atau hanya dgn 1 iringan alat musik saja. Di tahap final (Tingkat KAJ) panitia hanya menyediakan Keyboard Yahama.
  5. Nada dasar boleh disesuaikan
  6. Iringan, pakai teks atau tidak, pakaian, dan gerakan/gaya tidak termasuk dalam penilaian.
  7. Panitia memberikan subsidi kepada masing-masing dekenat: Rp. 1.500.000,- dan 1 piala.

Kriteria Penilaian:

  1. Materi Suara, pengolahan suara, blending (suara menyatu, tidak ada yang menonjol) dan ketepatan nada.
  2. Teknik menyanyikan, pengaturan pernafasan, kekompakan dan teknik vokal
  3. Penjiwaan, kesesuaian penampilan/interpretasi lagu terhadap isi maupun nuansa lagu

Info hubungi: Sdr. Clemens Simanullang (0816 1964 585) dan PEMIKAT KAJ: 021-3519193
 

Jumat 22 Agustus 2014 Peringatan Wajib SP Maria Ratu

Bacaan: Yeh. 37:1-14; Mzm. 107:2-3,4-5,6-7,8-9; Mat. 22:34-40; BcO Pkh. 8:5 – 9:10


Bacaan Injil Mat. 22:34-40:
34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka 35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: 36 “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” 37 Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Renungan:
Hari ini saya kembali kagum pada kemampuan Yesus merangkum ajaran dan hukum yang ditemui. Rangkuman ajaran itu adalah mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. “Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Mat 22:40). Rangkuman Yesus ini pasti memudahkan para murid, juga kita, dalam memahami ajaranNya dan membingkai pengajaran kita.

Sebagai seorang murid saya selalu senang kala guru/dosenku memberikan rangkuman materi pengajarannya. Sebaliknya sebel dan males kalau guru/dosen ngajarnya berbelit-belit dan tidak jelas.

Salah satu dosen yang kuingat selalu membuat skema materi pengajaran yang gampang kupahami adalah Rm Sudiarjo SJ. Jujur (maaf ya MoDipo dosen dan sahabatku), lebih mudah membaca skema beliau daripada mendengarkan beliau kala ngajar. Dan untungnya beliau murah hati, selalu meninggalkan skemanya kala istirahat dan aku boleh melihatnya. Aku pun mempelajari skema beliau dan kemudian membuat sendiri setelah selesai kuliah.

Belajar dari Yesus marilah kita belajar merangkum dengan baik segala pengajaran yang kita terima dan merumuskannya kembali sebagai rumusan yang gampang dimengerti. Membuat yang rumit jadi sederhana dan tidak memperumit yang sederhana. 

Kontemplasi: Bayangkan Yesus lagi mau dijebak dengan pertanyaan. Yesus tenang dan malah memberi jawaban yang membuat para penjebaknya terkagum2. Coba padankan dengan salah satu pengalamanmu.

Refleksi: Tulislah pengalamanmu kala menanggapi jebakan2 yang pernah kaualami.

Doa: Yesus, terima kasih atas pengajaranMu yang menjadi patokan hidup kami: mengasihi Tuhan dan sesama. Semoga banyak guru/dosen sungguh membantu siswa-siswinya memahami yang diajarkan bukan memperumitnya. Amin.

Perutusan: Aku akan terus belajar mempermudah yang rumit dan tidak menjadikan rumit yang mudah.

(www.sesawi.net)

Gereja Katolik Tegas Menolak Aborsi: “Kisah Kunjungan Paus Fransiskus ke Kuburan Para Bayi Korban Aborsi”

Dalam pandangan Gereja Katolik terkait dengan aborsi yaitu kita menolak tegas dilakukannya aborsi. Sudah banyak dokumen Gereja yang berbicara tentang penghargaan atas kehidupan dan bahkan yang secara khusus dan tegas mengatakan menolak aborsi.

Katekismus Gereja Katolik yang dipromulgasikan dalam rangka memperingati 30 tahun pembukaan Konsili Vatikan II (11 Oktober 1992) oleh Paus Yohanes Paulus II meringkas secara padat ajaran Gereja Katolik mengenai aborsi pada nomor 2270-2279. Pertama-tama disampaikan masalah perlindungan terhadap janin, “Hidup manusia haruslah dihormati dan dilindungi secara absolut sejak dari saat pembuahan. Sejak saat pertama keberadaannya, seorang manusia haruslah diakui bahwa dia mempunyai hak sebagai seorang pribadi-diantaranya adalah hak untuk hidup yang merupakan hak yang tidak bisa diganggu gugat bagi orang yang tak bersalah.”

140628_wn_pope_0639_16x9_992

Berikut adalah kisah sikap penolakan Paus Fransiskus terhadap aborsi dengan merencanakan akan mengunjungi kuburan para bayi korban aborsi di Korea Selatan. Selama perjalanannya ke Korea Selatan, Paus Fransiskus mengunjungi dan berdoa di Pemakaman untuk Bayi-bayi yang di aborsi” sebagai bagian dari kunjungan ke Wisma Kkottoghnae untuk orang sakit.

Juru bicara Vatikan, Pastor Federico Lombardi juga menyampaikan dalam konferensi pers belum lama ini bahwa Bapa Suci akan memberikan pidato dalam bahasa Inggris dan akan mengikuti adat istiadat setempat seperti melepas sepatu sebelum memasuki tempat-tempat tertentu.

Wisma Kkottongnae terletak di Keuskupan Cheongju, Korea Selatan, yang didirikan tahun 1976 oleh Pastor John Oh, pendiri Saudara-Saudari Yesus Kkottongnae.

Cemetery_in_Kkottongnae_South_Korea_Credit_Andy_Prima_Kencana_wwwandyprimacom_CNA_8_8_14

Imam itu mendirikan wisma itu terinspirasi oleh seorang pengemis jalanan bernama Choi Dong Gwi yang memberi makan kepada 18 pengemis yang sakit meskipun ia sendiri mengalami cacat fisik.

Wisma ini memberikan bantuan kepada para tunawisma, orang cacat, dan pecandu alkohol. Saat ini ia melayani sekitar 5.000 orang.

Pemakaman untuk bayi-bayi aborsi tersebut terletak di belakang wisma itu dan termasuk sebuah patung Keluarga Kudus yang dikelilingi oleh salib-salib yang dipasang di makam-makam para bayi aborsi.

Diumumkan oleh Vatikan pada Maret, Paus akan mengunjungi Korea dari tanggal 13 hingga 18 Agustus menyusul undangan dari Presiden Republik Korea Selatan, Park Geun-hye, dan para uskup dari Korea.

Bertajuk “Rise Korea, clothe yourself in light, the Lord’s glory shines upon you,” kunjungan Paus itu dimulai dengan keberangkatannya dari Roma pada malam Rabu (13/8). (ucanews.com)

Terbaru

Populer