Home Blog Page 108

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2015 “TIADA SYUKUR TANPA PEDULI” 14/15 Februari 2015


 
Para Ibu dan Bapak,
Para Suster dan Bruder, Para Imam dan Frater.
Kaum Muda, Remaja dan Anak-Anak yang terkasih dalam Yesus Kristus,
1. Bersama-sama dengan seluruh Gereja, pada hari Rabu yang akan datang kita memasuki masa Prapaskah. Selama masa Prapaskah kita diajak untuk secara khusus menyiapkan diri agar kita masing-masing, keluarga dan komunitas kita dapat mengalami Paskah yang sejati, Paskah yang membaharui kehidupan. Masa Prapaskah adalah masa peziarahan rohani yang akan menjadi semakin bermakna kalau ditandai dengan doa yang tekun dan karya-karya kasih yang tulus. Dengan demikian kita dapat memetik buah-buah penebusan yaitu hidup baru yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita. Hidup baru itu akan membuat kita mampu menjalankan nasehat Rasul Paulus, yaitu agar kita melakukan segala sesuatu hanya demi kemuliaan Tuhan :”Jika engkau makan atau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu demi kemuliaan Allah” (1 Kor 10:31). Kita juga berharap, khususnya melalui olah rohani selama masa Prapaskah ini, kita semakin mencapai “kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Ef 4:13).
2. Masa Prapaskah tahun ini kita jalani ketika kita merayakan Tahun Syukur Keuskupan Agung Jakarta. Dalam rangka Tahun Syukur itu, semboyan yang ingin kita dalami adalah “Tiada Syukur Tanpa Peduli”. Semboyan ini mencerminkan dinamika hidup beriman kita yang kita harapkan menjadi semakin ekaristis. Dalam perayaan Ekaristi kita mengenangkan Yesus yang “mengambil roti, mengucap syukur, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya”. Dengan demikian jelas bahwa bentuk syukur yang paling sesuai dengan teladan Yesus adalah kerelaan untuk “dipecah-pecah dan dibagikan”, seperti roti ekaristi. Panitia Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Agung Jakarta telah menyiapkan bahan-bahan yang sangat memadai untuk mendalami makna semboyan “Tiada Syukur Tanpa Peduli”. Keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan bersama yang sudah disiapkan pastilah akan memperkaya, meneguhkan dan menjadikan hidup kita pujian bagi Tuhan dan berkat bagi semakin banyak orang. Kalau Anda karena berbagai alasan, tidak mungkin mengikuti pertemuan-pertemuan pendalaman iman bersama-sama, Panitia Aksi Puasa Pembangunan juga sudah menyediakan bahan “Retret Agung Umat : Perjalanan Rohani Menanti Kebangkitan” yang dapat digunakan secara pribadi.
 
Saudari dan saudaraku yang terkasih,
3. Kisah Injil yang diwartakan pada hari ini (Mrk 1:40-45) mengajak kita untuk belajar dari Yesus dalam mengembangkan sikap peduli.
3.1. Orang kusta yang diceritakan dalam Injil adalah orang yang tersingkir, orang yang dipinggirkan dalam masyarakat. Penyingkiran ini mempunyai sejarah yang panjang. Ada waktunya – sebelum masa pembuangan, ketika Umat Allah Perjanjian Lama masih merdeka – penyingkiran orang kusta melalui peraturan-peraturan keras tidak dikenal. Baru ketika mereka tinggal di pembuangan dan bergaul dengan orang-orang yang mempunyai peraturan-peraturan mengenai orang kusta, mereka mengambil alih peraturan itu dan diterapkan bagi umat. Peraturan itu amat keras, sebagaimana dikatakan dalam Kitab Imamat :”Orang yang sakit kusta harus berpakaian cabik-cabik, dan rambutnya terurai. Ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru : Najis! Najis!” (13:45), supaya orang lain yang berjumpa atau berada dekat dengan dia menyingkir agar tidak ketularan najis.
3.2. Sementara itu secara jasmani orang kusta dapat sembuh. Namun tidak cukup bahwa ia sembuh. Untuk diterima kembali dalam masyarakat dan ikut dalam perayaan suci kesembuhannya harus dinyatakan secara resmi oleh imam (Im 14:2-32). Itulah sebabnya Yesus mengatakan kepada orang yang disembuhkan-Nya untuk memperlihatkan diri kepada imam. Tetapi proses itu tidak mudah : para imam sulit dijumpai – apalagi ketika ibadah dipusatkan di satu tempat – dan syarat-syaratnya pun sulit dipenuhi oleh orang-orang sederhana.
3.3. Dengan demikian lengkaplah penderitaan yang ditanggung oleh orang kusta itu. Melihat orang yang menderita seperti itulah hati Yesus tergerak oleh belas kasihan (Mrk 1:41). Inilah sebentuk kepedulian yang amat nyata. Selanjutnya sesudah orang kusta itu disembuhkan, dikatakan bahwa Yesus “menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras” (ay 43). Apa maksudnya? Salah satu cara baru untuk memahami hal ini ialah dengan memperhatikan keadaan pada waktu itu, sebagaimana sudah disampaikan. Sering para imam yang berwenang menyatakan orang kusta sudah sembuh –  dengan demikian dapat diterima kembali ke dalam masyarakat dan ikut serta dalam upacara-upacara suci – , kurang bersedia melakukannya. Yang sebenarnya jelas dan mudah, menjadi sulit. Wajarlah bahwa Yesus kesal dan berkata keras. Ia sangat kecewa karena imam yang seharusnya membantu  orang kusta itu untuk mengalami dan mensyukuri kesembuhannya, malahan menghalanginya. Inilah bentuk kepedulian Yesus yang lain.
 
Saudari-saudaraku yang terkasih,
4. Orang kusta yang diceritakan dalam Injil adalah wakil dari sekian banyak saudari-saudara kita yang terpinggirkan pada zaman kita sekarang ini. Mereka itu misalnya adalah saudari-saudara kita yang tidak mempunyai Akte Kelahiran atau Kartu Tanda Penduduk, sehingga tidak bisa memperoleh hak-hak mereka sebagai warga negara; saudari-saudara kita yang dicap dengan stigma yang menutup kemungkinan untuk mengembangkan diri; atau yang lebih kasat mata, mereka yang tinggal di jalanan atau di gerobak-gerobak sampah, yang menjadi korban perdagangan manusia, dan mereka yang secara umum bisa disebut direndahkan martabat pribadinya sebagai manusia. Seperti orang kusta dalam Injil mereka juga berseru mohon disembuhkan. Seruan seperti itu, terwakili misalnya dalam seruan seorang remaja putri jalanan yang diberi kesempatan untuk berbicara dengan Paus dalam kunjungannya ke Filipina baru-baru ini. Sesudah menceritakan riwayat hidupnya sebagai anak jalanan, remaja putri itu berkata, “Bapa Suci, mengapa Tuhan membiarkan anak-anak seperti kami ini dibuang oleh orangtua kami, hidup di jalanan, dilecehkan tanpa ada yang membela kami ….”. Anak itu tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, hanya menangis keras. Dan Bapa Suci pun tidak tahu harus berkata apa untuk menanggapi jeritan hati anak itu selain dengan mendekapnya.
5. Rupanya kenyataan pinggiran seperti ini ada di mana-mana. Oleh karena itu dalam Seruan Apostolik Sukacita Injil, Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk pergi masuk ke tengah-tengah kenyataan pinggiran dalam arti yang seluas-luasnya. Ia menulis, “Sukacitanya dalam mewartakan Yesus Kristus diungkapkan baik dengan kepeduliannya untuk mewartakan-Nya ke wilayah-wilayah yang lebih membutuhkan bantuan maupun dengan senantiasa bergerak keluar ke daerah-daerah pinggiran dari wilayahnya sendiri atau ke lingkungan sosial budaya yang baru” ( No. 30).
6. Kita boleh bersyukur karena di keuskupan kita perutusan untuk pergi ke “pinggiran” semakin dikembangkan secara kreatif. Kita yakin, sekecil apapun yang kita lakukan sebagai bentuk syukur dan kepedulian kita, kita melakukannya dalam usaha kita untuk semakin mengikuti Yesus Kristus, dan tentu saja dalam rangka mewujudkan ajakan Bapa Suci Fransiskus untuk pergi ke pinggiran – dalam arti yang seluas-luasnya. Namun kita tidak boleh berpuas diri, kita dipanggil untuk terus mengusahakan yang lebih lagi.
7. Akhirnya, marilah kita saling mendoakan, agar kita masing-masing, keluarga-keluarga dan komunitas kita serta seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta terus berkembang dan menjadi pribadi-pribadi, keluarga dan komunitas yang semakin bersyukur serta peduli. Semoga semangat Gembala Baik Dan Murah Hati, semakin mendorong kita semua untuk semakin kreatif mewujudkan syukur dan kepeduliaan kita. Terima kasih atas berbagai peran Ibu/Bapak/Suster/Bruder/Para Imam dan Frater, kaum muda, remaja serta anak-anak dalam kehidupan Gereja Keuskupan Agung Jakarta yang kita cintai bersama. Berkat Tuhan selalu menyertai kita semua, keluarga-keluarga dan komunitas kita.
 
 
+ I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta
 

DOWNLOAD SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2015 USKUP SUHARYO

KAJ download
 
 

UNDANGAN Jalan Salib dalam Bentuk Pantomim: Pemain Pantomim Dunia Asal Slovakia

Mas Dodo
 
Akan diadakan peragaan jalan salib dalam bentuk Pantomim yang akan dimainkan oleh Milan Sladek, pemain pantomim dunia kebangsaan Slovakia dan RD TAM Rochadi W sebagai narator.
Acara yang bertema The Way of The Cross akan berlangsung sekitar 80 menit tersebut akan diadakan 2 kali pada hari Kamis dan Jumat, 26 dan 27 Februari 2015 pk. 19.00 di Gereja Kristus Raja – Pejompongan, Jl. Danau Toba 56 Jakarta Pusat.
Tempat terbatas. Undangan dapat diperoleh secara GRATIS dengan menghubungi Yudha 0896.3790.0254 , Yohanes 0878.9829.0009 , Susi 0813.1118.6109 , Lily 0898.2739.081
Siapa cepat, dapat
Terlampir flyernya
Silakan diinformasikan ke paroki masing masing
Berhubung Gratis dan juga peminatnya banyak, tolong ditekankan juga bahwa hanya mereka yang benar benar hadir yang memesannya
Terima kasih, berkah dalem
Dodo
GEMA Paroki Kristus Raja – Pejompongan
www.kristusraja.com

Daftar Bioskop yang Memutar Film NADA Untuk ASA di Jakarta dan Sekitarnya

 
Bioskop-Bioskop JAKARTA, TANGERANG, BEKASI MULAI 5 FEBRUARI 2015 menayangkan film menghormati kehidupan:
NADA UNTUK ASA
“ketika berani hidup adalah sebuah pilihan!”
I. BIOSKOP-BIOSKOP XXI/21
Plaza Senayan XXI
Kasablanka XXI
Metropole XXI
Pluit Village XXI
Puri XXI
Pondok Indah 1 XXI
Pejaten Village XXI
Blok M Square
Citra XXI
Atrium XXI
Gading 21
Gading XXI
Sunter
Cipinang XXI
Arion
Kalibata XXI
Kramat Jati XXI
Cibubur
Cijantung
Tamini
Lotte Bintaro
Summarecon Serpong XXI
Karawaci XXI
Balekota XXI
CBD Ciledug XXI
Plasa Cibubur XXI
Summarecon Bekasi XXI
Mega Bekasi XXI
Metropolitan XXI
Grand Mal XXI
Lippo City Cikarang
II. BIOSKOP-BIOSKOP BLITZ
Mall of Indonesia (MOI)
Pacific Place (PP)
Teraskota BSD
Cyberpark Bekasi
Selamat menonton! Ajaklah keluarga Anda dan teman-teman. Mohon bantuan broadcast info ini ya. Terimakasih.
Official link NADA UNTUK ASA:
web: nadauntukasa.com
Facebook: facebook.com/nadauntukasa
Twitter: twitter.com/nadauntukasa (@nadauntukasa)
Instagram: instagram.com/nadauntukasa
salam
Sahabat Positif! Komsos KAJ

Jadwal “Kursus Persiapan Perkawinan” (KPP) 2015 KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

glass

KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

Jadwal “Kursus Persiapan Perkawinan” (KPP) 2015


 

DOWNLOAD JADWAL LENGKAP KPP 2015 KAJ

 
KAJ download
 
 

“Allah Adalah Kasih” (Deus Caritas Est) oleh Uskup Suharyo

Beberapa waktu yang lalu saya berjumpa dengan seorang Pastor Paroki yang menceritakan kepada saya pengalaman yang menarik. Ia menjumpai seorang muda yang tidak pernah mau berdoa Bapa Kami. Ketika ditanya alasannya, orang muda itu mengatakan bahwa setiap kali ia ingin mengucapkan doa itu, ia merasa mual. Bagi dia mengucapkan doa Bapa Kami hanya mengingatkan dirinya akan peristiwa buruk yang pernah ia alami dengan bapaknya. Pengalaman buruk dengan bapaknya sendiri itu meninggalkan luka batin yang mendalam, sehingga ia tidak mau lagi berdoa Bapa Kami. Pengalaman manusiawi yang buruk, ternyata dapat berpengaruh besar akan gambaran dan pengalaman seseorang akan Allah. Dan pada gilirannya, gambaran dan pengalaman akan Allah tertentu, sadar atau tidak sadar, akan menentukan cara berpikir, sikap dan perilaku seseorang.

goad is

Pada tanggal 25 Desember 2005, Paus Benediktus XVI mengeluarkan ensikliknya yang pertama, yang berjudul “Allah adalah Kasih” (=Deus Caritas Est), yang adalah kutipan dari 1 Yoh 4:8.16. Ensiklik ini pertama, bukan hanya dalam arti urutan dalam daftar tulisan Paus Benediktus XVI. Dengan menulis ensiklik ini sebagai yang pertama, bisa dikatakan bahwa Paus ingin memberi perspektif karya pelayanannya dalam Gereja. Paus ingin menempatkan semua yang ia pikirkan, lakukan, putuskan – seluruh karya penggembalaannya – dalam rangka mewartakan bahwa Allah adalah Kasih. Mengapa ini begitu penting? Jawabannya ada dalam pengantar. Di dalamnya antara lain dikatakan, “Dalam dunia, di mana nama Allah kadang-kadang dikaitkan dengan balas dendam atau bahkan kewajiban akan kebencian dan kekerasan, pesan ini amat aktual dan mengena” (No. 1).

kasih

Keyakinan iman bahwa Allah adalah Kasih, merupakan buah dari kontemplasi Santo Yohanes yang dinyatakan dalam suratnya yang pertama : “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia” (1 Yoh 4:8.16). Allah inilah yang “lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yoh 4:19). Rasul Paulus mengatakan hal yang sama dengan cara berbeda. Ia menulis, “…. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rom 5:8).). Pengalaman akan kasih Allah itu menjadikan mereka pribadi-pribadi yang utuh, matang, kudus. Semoga kita, keluarga dan komunitas kita, dengan menyambut kedatangan Yesus Putera Allah Sang Kasih dalam perayaan Natal, semakin dapat mengalami kasih Allah yang membaharui kehidupan. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda, keluarga dan komunitas Anda. (Mgr. I. Suharyo)

(Tulisan ini pernah dimuat dalam INFO GEMBALA BAIK KAJ Edisi. 11, thn.1, 2012)

Paus Mengkritik Charlie Hebdo: Janganlah Hina Keyakinan !!

Paus Fransiskus menyampaikan bahwa kemerdekaan mengemukakan pendapat senantiasa ada batasnya. Terkait masalah penembakan kantor redaksi majalah Charlie Hebdo, Paus menyampaikan bahwa seorang tak bisa mempermainkan kepercayaan atau keyakinan orang lain.

“Seorang tak bisa memprovokasi, mengejek kepercayaan orang lain, mempermainkan kepercayaan seorang. Tiap-tiap agama mempunyai harga diri. Dalam menjalankan kebebasan untuk mengemukakan pendapat, itu semua ada batas-batasnya, ” kata Paus dalam kunjungannya ke Manila, Filipina, seperti di beritakan NBC News, Kamis, 15 Januari 2015.

Menurut Paus, kemerdekaan menjalankan ibadah dan kepercayaan serta mengemukakan pendapat adalah hak asasi yang paling utama. Hak mengemukakan pendapat secara bebas, menurut Paus, harus diikuti dengan keharusan untuk berbicara tentang hal-hal yang diterima dengan baik oleh orang-orang. Jadi semua kebebasan ada tanggung jawabnya. Jangan merugikan atau menghina masyarakat lain.

Paus mengatakan bahwa orang yang menjalankan hak bebasnya, namun tidak menjalankan kewajiban bertanggung jawabnya itu harus siap “ditonjok” oleh orang yang merasa terhina oleh pendapatnya.
Tetapi tentu saja tindak kekerasan dan terlebih pembunuhan, demikian kata Paus, tak dibenarkan untuk merespons hinaan itu. (Tempo.co dan sumber lainnya)

Kali ini Hanya Satu Orang Katolik Di Jajaran Menteri Jokowi

Sosok ini pernah kami tampilkan dalam INFO GEMBALA BAIK Edisi 11, Thn. 1, 2012.

SUDAHKAH SAYA BERMANFAAT?

“Kurang waras”, demikian Dahlan Iskan menyebut Ignatius Jonan, Direktur  Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI). Bagaimana tidak, kalau mau, Jonan, yang pernah kuliah  di Harvard,  bisa mendapat pekerjaan dengan upah jauh lebih tinggi. Ternyata, sejak  tahun 1998, pria yang tekun berdevosi kepada Bunda Maria, dikejar pertanyaan: Bagaimana bisa bermanfaat kepada orang lain? Maka di tahun 2009, ketika ditawari menjadi Dirut PT KAI, meski bukan bidangnya,  setelah sebulan berpikir, ia bersedia menerimanya.  Di jabatan sekarang, Jonan bersyukur, dia dapat berbuat sesuatu untuk  masyarakat.   Naik kereta  api, sekarang jauh lebih manusiawi, demikian komentar banyak orang.  Ada komentar?  Ini alamat emailnya: jonan@kereta-api.co.id

1651307620X310

Nah, tulisan di atas adalah tulisan kami jauh sebelum beliau diangkat menjadi Menteri Perhubungan. Mari kita mengenalnya lebih lanjut.

Tentu anda akhir-akhir ini sering mendengar nama Ignasius Jonan. Apalagi sejak tragedi Pesawat Air Asia. Bekas Direktur PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) ini telah diangkat jadi Menteri Perhubungan dalam Kabinet Kerja Presiden Jokowi. Ia mengucap sumpah jabatan Menteri dengan menempatkan tangan diatas Alkitabyang dipegang oleh Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) RD Yohanes Rasul Edy Purwanto.

Mulai sejak ditunjuk juga sebagai Dirut PT KAI pada Februari 2009, Jonan memang sering melakukan dobrakan. Ia memulai langkah dengan mengatur service basic PT KAI. Ia merubah tujuan perusahaan, dari tujuan product ke tujuan pelanggan. Ia lakukan bermacam pergantian agar KAIdapat bekerja optimal penuhi hasrat pelanggan.

sajut-ignasius-jonan-januari-2015-hidup-katolik

Jonan yaitu sulung dari lima bersaudara. Ayahnya, Jusuf Jonan, entrepreneur asal Surabaya. Sang ibu, putri seorang petinggi di Singapura. Jonan lahir di Singapura, 21 Juni 1963. Ia melewati saat kecil sampai umur 10 th. di Singapura. Lantas, ia pindah ke Surabaya sampai merampungkan belajar di Kampus Airlangga.

Selepas itu, Jonan meneruskan sekolah di Amerika Serikat. Finance serta International Law merupakan bagian yang digelutinya. Posisi direktur sebagian perusahaan dijabatnya sampai lalu dipercaya jadi Dirut PT KAI. Satu terobosan yang dikerjakan alumni SMA St Louis Surabaya ini yaitu memberlakukan system piket untuk seluruhnya karyawan, termasuk juga dirinya sendiri serta beberapa direktur PT KAI. Satu bulan sekali Jonan semalaman berjaga di stasiun kecil. Waktu Lebaran lantas, Jonan juga berjaga tiap-tiap malam. Pernah satu malam, ia masih tetap terbangun pada jam 02. 00 WIB. Walau sebenarnya, jam 05. 00, ia mesti pergi naik kereta api menuju Yogyakarta. Terkadang untuk melepas capek, Jonan mesti tidur di bangku kereta api.

ignasius-jonan

Jonan pernah mengakui senantiasa membawa Rosario serta medali dengan gambar suci di kantong pakaiannya. “Saya senantiasa membawa ini. Saya berdoa ; Terjadi kepadaku menurut kehendak-Mu. Namun, ya praktiknya sulit. Saya juga sebagai manusia tak dapat pasrah 100 %, ” katanya. Jonan mengaku sekitar lebih sepuluh th. senantiasa membawa Rosario serta medali pemberian sang bapak, dimanapun ia pergi. Saat tengah lakukan perjalanan dengan kereta api, ia senantiasa menyediakan saat untuk menggelindingkan butiran doa Rosario. Ia juga membawa lembaran doa Novena Tiga Kali Salam Maria serta doa-doa lain didalam tasnya.

Mari kita mendoakan Pak Ignatius Jonan, agar tetap setia melayani Gereja dan Negara tercinta kita. Amin

114411_jonan

Santa Perawan Maria Bunda Allah

Renungan akan misteri kelahiran Sang Juruselamat telah menghantar umat Kristiani bukan hanya untuk mengenali Santa Perawan sebagai Bunda Yesus, melainkan juga sebagai Bunda Allah. Kebenaran ini sudah ditegaskan dan diterima sebagai harta warisan iman Gereja sejak dari abad-abad awal kekristenan, dan akhirnya secara resmi dimaklumkan dalam Konsili Efesus pada tahun 431.
images
Dalam komunitas Kristiani awal, sementara para murid semakin menyadari bahwa Yesus adalah Putra Allah, menjadi semakin nyatalah bahwa Maria adalah Bunda Allah. Gelar ini tidak muncul dalam Kitab Suci. Yang ditegaskan adalah bahwa Yesus “menyamakan diri dengan Allah” (Yoh 5:18; 10:33). Ia menyatakan “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30). Ia diakui sebagai “Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:18).
Capture2
Sejak abad ketiga umat Kristiani Mesir sudah mendaraskan doa ini kepada Bunda Maria : “Kami bergegas datang untuk mohon kepadamu, ya Bunda Allah yang kudus, janganlah kiranya engkau mengabaikan permohonan dalam kesesakan kami, tetapi bebaskanlah kami dari segala yang jahat, ya Santa Perawan yang mulia”. Dalam doa kuno ini sebutan Bunda Allah muncul untuk pertama kalinya.
05e67c7c6b
Mengikuti teladan umat Kristiani awal dari Mesir, kiranya kita pun dapat mempercayakan diri kita kepada dia yang sebagai Bunda Allah, dapat memperoleh dari Putra Ilahinya rahmat pembebasan dari yang jahat dan keselamatan sejati. Salam dan Berkat Tuhan bagi Anda, keluarga dan komunitas Anda. (Mgr. + I. Suharyo)

Surat Vikjen untuk Umat Beriman dalam Merayakan Rabu Abu 18 Februari 2015 dan Imlek 19 Februari 2015

Para Pastor ytk., dan Seluruh Umat Beriman Allah
Melalui email ini kami kirimkan Surat Vikjen dan lampiran tentang usul bagi umat beriman dalam menghormati dan merayakan Imlek (19 Februari 2015) yang malam perayaannya bertepatan dengan hari Rabu Abu (18 Februari 2015).
Terima kasih 🙂
Salam,
Felix Iwan Wijayanto
Sekretaris DKP
Sekretariat Dewan Karya Pastoral (DKP)

Keuskupan Agung Jakarta
Gedung Karya Pastoral lt. 1
Jl. Katedral 7 Jakarta 10710
Telp. 021-3519193

Surat Edaran Usulan ini Tidak Boleh Dipotong-Potong!

2015-01-21 Surat Vikjen ttg Imlek
Usulan untuk disampaikan kepada Umat beriman yang masih Menghormati dan Merayakan Imlek
Bagaimana menjawab pertanyaan umat tentang Rabu Abu yang bertepatan dengan malam tahun baru Imlek 2015?

  1. Dialog dengan Budaya Tionghoa

Gereja Katolik sangat mendukung makna peristiwa budaya Imlek yang masih dihayati oleh sebagian orang Tionghoa yang beragama Katolik. Ada makna hormat kepada Tuhan, leluhur dan sesama manusia (yang lebih tua), Syukur, persaudaraan, berbagi dan solidaritas terhadap sesama yang menderita. Berbicara tentang malam Imlek, ada berbagai kebiasaan bagi penganut agama Konfusianisme. Ada yang berkumpul bersama keluarga di Rumah untuk berdoa kepada Tien (Tuhan) bersyukur atas tahun yang berlalu dan mohon bimbingan untuk ditahun mendatang. Sepanjang pengetahuan yang amat terbatas, biasanya orang Tionghoa pada malam itu ciacay tidak makan makanan yang berjiwa (Daging dll). Maksudnya adalah supaya membersihkan diri dalam rangka menyambut tahun baru Imlek. Saling mengucapkan selamat tahun baru dilakukan pada hari raya Imlek (tgl 19 Feb 2015, keesokan hari) setelah sembayang di Klenteng-klenteng dan berbagi rezeki kepada kaum papa. Biasanya merayakan Imlek sambil makan-makan bersama keluarga besar di rumah orang tuanya (anak tertua kalau orang tuanya sudah meninggal) dan berbagi Angpao.
Mengenai kebiasaan makan bersama dengan keluarga di malam Imlek, tidak diketahui kapan kebiasaan itu muncul (perlu pengkajian lebih lanjut).

  1. Usulan Solusinya :

Diharapkan umat beriman mempertimbangkan dialog dengan budaya Tionghoa ini. Semoga umat beriman semakin dewasa dalam memilah mana yang bermakna dari suatu ajaran Gereja dan Budaya. Oleh karena itu kami menawarkan arahan sebagai berikut, Rabu Abu, tgl 18 Febuari 2015 tetap berjalan seperti biasa dan perayaan Imlek dirayakan  pada keesokan harinya. Umat tetap berpuasa dan pantang. Makan kenyangnya di malam Imlek bersama keluarga dengan pantang Daging, atau Rokok atau ikan atau Jajan, silahkan umat berdiskresi sendiri. Pada hari raya Imlek umat beriman bisa makan bersama keluarga dalam persaudaraan setelah beribadah.

Berakhir Menyedihkan: Perjuangan Gereja Katolik di Malaysia berkenaan pemakaian kata ‘Allah’

Pastor Lawrence Andrew

Pastor Lawrence Andrew
Pastor Lawrence Andrew

 
Perjuangan panjang Gereja Katolik di Malaysia untuk terus memakai kata “Allah” dalam majalah mingguan Herald selesai pada Rabu sesudah pengajuan bandingnya dihentikan.
Lima hakim yang dipimpin oleh Tan Sri Abdull Hamid Embong dengan cara bulat menyatakan bahwa ada ketidakadilan prosedural. Dia memberikan bahwa ambang batas untuk review belum tercukupi.
Suatu panel beranggotakan tujuh hakim Pengadilan Federal pada 23 Juni 2014, memberhentikan banding Gereja untuk ajukan banding ke Pengadilan Banding dalam hal melarang Herald memakai kata “Allah”.
Hakim Agung Tun Arifin Zakaria yaitu diantara empat hakim panel yang sepakat memberhentikan banding Gereja, Sedangkan tiga hakim yang lain tak sepakat.
Untuk memperjuangkan hak untuk memakai kata “Allah” di Herald, editornya Pastor Lawrence Andrew menyatakan kekecewaan berkenaan penghentian banding oleh Pengadilan Federal, yang menurut dia bakal mengakibatkan kerusakan hak-hak minoritas. Akan terjadi penindasan tirani; akan meningkatkan tindak intoleransi di Malaysia.
Pastor Andrew mengharapkan bahwa hak-hak minoritas, termasuk juga orang-orang miskin serta kurang mampu, tak bisa diinjak-injak.
Saat ditanya perihal alasan pengacara dari grup Muslim berkenaan penghentian banding itu, yaitu adalah ditujukan tidak untuk “membuka luka lama serta mengakibatkan keresahan orang-orang muslim”. Menurut pastor Andrew, ia tak tahu bagaimana hubungan “membuka luka lama serta keresahan” dengan topik penggunaan kata “Allah” pada majalah Herald, ini lantaran kata “Allah” sendiri sudah dipakai ratusan tahun lamanya oleh orang Kristen di Malaysia.
“Melayu sudah jadi bahasa dalam Gereja di Malaysia dan Indonesia dan bangsa serumpun, sepanjang beratus-ratus tahun dan saya sudah tunjukkan bukti (bahwa Bhs Malaysia) telah jadi bhs ibadat sepanjang beberapa ratus th. di buku Misa, ” tuturnya. “Dan sampai kini tak ada permasalahan apa pun, jadi saya tak lihat kemungkinan menghidupkan permasalahan. ”
Kata “Allah” dipakai dengan cara luas oleh beberapa orang Kristen di Sabah serta Sarawak serta Gereja memiliki pendapat bahwa larangan pemakaiannya di Herald adalah pelanggaran kebebasan beragama serta berekspresi.
Tokoh Gereja Cyrus Das menyampaikan bahwa masalah hak-hak konstitusional golongan minoritas masih tetap dapat memperolehnya.
“Ada permasalahan konstitusional yang lain yang belum diakukan, serta ini bisa dikerjakan dalam masalah lain, ” kata Das diluar ruangan sidang.
Politisi Malaysian Chinese Association (MCA) Gan Peng Sieu, yang juga seseorang pengacara, menuturkan penghentian banding di Pengadilan Federal pada Rabu juga sebagai suatu ketidakadilan.
“Orang-orang menginginkan Pengadilan Federal untuk berbuat lebih banyak lantaran ini adalah diluar politik, pekerjaan dari Pengadilan Federal yaitu melestarikan serta mempertahankan Konstitusi Federal serta sekarang ini permasalahan kata ‘Allah’ tak lagi ada gunanya untuk negara, ” kata Gan.
Gan juga menyampaikan bahwa orang awam serta golongan agama bakal menyimpulkan bahwa permasalahan ini sudah selesai dengan ketentuan pada Rabu.
?Datuk Zainul Rijal Abu Bakar, ketua Asosiasi Pengacara Muslim, nampaknya sepakat, seraya menyampaikan bahwa ketentuan itu cuma terbatas pada Herald, berarti Gereja tak bisa memakai kata “Allah” dalam publikasi.
“Komunitas Muslim Malaysia tak sukai bila kata ‘Allah’ dipakai non-Muslim. Berbeda dengan bangsa serumpunya Indonesia, yang secara sosio agama lebih dewasa”.

Terbaru

Populer