
Paus Fransiskus pekan lalu mengeluarkan sebuah pesan global untuk bertindak mengatasi perubahan iklim yang “luar biasa” menghancurkan planet dan mengatakan negara-negara kaya harus bertanggungjawab memecahkan masalah ini.
Dalam ensiklik baru yang ditujukan kepada setiap orang di planet ini, pemimpin 1,2 miliar umat Katolik dunia tersebut menyalahkan keserakahan manusia dan teknologi baru yang merusak.
Para aktivis Green telah memuji campur tangan Paus karismatik itu karena ia memiliki pengaruh kuat terhadap negara-negara untuk mengatasi pemanasan global.
Mereka berharap pesan Bapa Suci akan meningkatkan tekanan kepada negara-negara untuk mengambil langkah-langkah lebih jauh dan juga berharap kepada lebih dari 200 negara yang akan berkumpul di Paris untuk KTT pada Desember membuat kesepakatan global tentang emisi karbon.
Ensiklik itu mereferensi argumen skeptis dengan mengakui bahwa aktivitas gunung berapi, gerak bumi melambat dan siklus matahari merupakan faktor dalam perubahan iklim.
Ia mempertahankan bahwa “pemanasan global yang paling berpengaruh dalam beberapa dekade terakhir ini akibat gas rumah kaca terutama sebagai akibat dari aktivitas manusia”.
“Jika tren ini terus berlanjut, abad ini mungkin menyaksikan perubahan iklim yang luar biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya perusakan ekosistem, dengan konsekuensi serius bagi kita semua,” tulisnya.
Konsekuensinya, menurut Bapa Suci, akan mencakup kenaikan permukaan air laut secara langsung akan mengancam seperempat populasi dunia yang tinggal di dekat atau di garis pantai, dan akan terasa paling akut oleh negara-negara berkembang.
Ia menyoroti kekurangan air yang akut bisa timbul dalam beberapa dekade, “pengendalian air dengan bisnis multinasional besar dapat menjadi sumber utama konflik di abad ini”.
Salah satu tema yang ditekankan dalam ensiklik tersebut adalah negara-negara kaya harus menerima tanggung jawab untuk mengatasi perubahan iklim dan harus “membantu membayar utang ini” dengan memotong emisi karbon mereka dan membantu negara berkembang mengadopsi bentuk-bentuk energi yang berkelanjutan.
“Tanah orang miskin di bagian selatan sangat kaya dan sebagian besar tercemar, namun akses ke kepemilikan barang dan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan penting dihambat oleh sistem hubungan komersial dan kepemilikan yang secara struktural sesat,” tulis Paus.
Dia mengatakan dunia harus menghentikan pembakaran bahan bakar fosil.
“Kita tahu bahwa teknologi berbasis pada penggunaan bahan bakar fosil – bukan hanya batubara, tetapi juga minyak bumi akan sangat mencemari,” tulisnya.
Negara-negara berkembang membutuhkan bantuan keuangan untuk mengatasi hal ini “, tetapi melakukannya mereka membutuhkan bantuan negara yang telah mengalami pertumbuhan yang besar pada biaya polusi yang sedang berlangsung di planet ini”.
Pakta ini, kata Paus Fransiskus, perlu dimasukkan ke dalam perjanjian yang mengikat. ”Perjanjian internasional sangat dibutuhkan, karena pemerintah lokal tidak selalu mampu melakukan intervensi yang efektif”. (indonesia.ucanews.com)
Dengan “Laudato Si” Paus Fransiskus Mengajak Gereja Bersatu Melawan Pengrusakan Alam
Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-5/Thn4/2015
Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-5/Thn4/2015
[gview file=”https://www.kaj.or.id/wp-content/uploads/2015/06/INFO-GEMBALA-eds-05_2015-1.pdf” height=”700px” width=”480px” save=”1″]
Serikat Salesian Don Bosco (SDB)

Serikat Salesian Don Bosco (SDB), merupakan sebuah kongregasi religius yang terdiri dari para bruder dan pastor. Santo Yohanes Don Bosco sendiri yang telah membentuk kongregasi ini. St. Don Bosco memberi nama kongregasinya Salesian sebagai ungkapan devosinya pada St. Fransiskus Sales. Kongregasinya pun disahkan oleh Tahta Suci pada 1 Maret 1869. Semboyan SDB, Da Mihi Animas Coetera Tolle (Berilah saya jiwa-jiwa dan ambillah yang lainnya) berasal dari moto St. Fransiskus Sales.
Karya kerasulan yang terutama dari para Salesian adalah melayani orang-orang muda, terutama mereka yang miskin dan kurang beruntung. Dimanapun para SDB bekerja, pengembangan sumber daya orang muda melalui pendidikan dan ketrampilan menjadi yang terutama. Para Salesian berusaha menumbuhkan di dalam diri orang muda: keramah-tamahan, optimisme dan kegembiraan, kreativitas dan fleksibilitas serta iman yang mendalam kepada Allah.
Gaya pendidik para Salesian dikenal dengan nama Sistem Preventif, dimana sistem ini didasari sepenuhnya pada Ajaran Katolik, Akal budi dan Cinta kasih. Misi SDB antara lain membebaskan kaum muda sepenuhnya dari ketidaktahuan, kemiskinan, kesengsaraan, dan lebih khusus lagi dari dosa. Nah bagi kamu semua yang muda-mudi, apakah terpanggil bertobat dan melayani Tuhan Allah sepenuhnya? Kami menanti anda di Wisma Salesian Don Bosco, Jl. Mandor Iren no. 5, Sunter Jaya – Jakarta Utara, telp. 021-651 7330. (*)
Dr Irene: “Dia Memanggil”
Hidup ini sebuah pilihan. Maukah kita mengikuti panggilan-Nya untuk menjadi ‘garam dunia’? Itulah yang menjadi pergulatan batin dr. Irene Setiadi, ketika “ditantang” Romo Terry Ponomban, untuk membantu sesama di Atambua. Setelah 6 bulan resah, dr Irene memilih “ya”. Desember 2000, berangkatlah dr. Irene dan kawan-kawan ke Atambua. Lahirlah Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK).
Sepanjang 13 tahun ini, KBKK melakukan pelbagai kegiatan misioner. Mulai dari pengungsi Timtim, korban konflik di Poso, tsunami di Aceh, hingga suku Asmat. Waktu melayani suku Asmat, di suatu kampung, dr. Irene menyapa ibu-ibu, berapa jumlah anak mereka? Banyak yang menjawab 1, 2, dan 3 anak . Dr. Irene heran, dia bertanya berapa kali si ibu melahirkan, jawabannya 2 hingga 6 kali. Dr. Irene tersentuh. KBKK memberikan beasiswa kepada lulusan SMA suku Asmat untuk menjadi perawat dan bidan.
Resep dr. Irene, yang setiap hari misa pagi ini: ”Banyak doa, menerima ekaristi, dan membaca Kitab Suci, agar kita mempunyai kekuatan untuk berkarya”. Tak heran dr. Irene banyak berkarya, selain pendiri KBKK, ia juga perintis Forum Pelayanan Penjara KAJ. Email dr Irene: irenkbkk@yahoo.com). (*)

Maria Penolong Abadi: “Sebuah Kisah”
Ada banyak jenis gambar Bunda Maria. Gambar Maria Penolong Abadi memperlihatkan Bunda Maria sedang menggendong kanak-kanak Yesus. Sikap dan wajah Yesus memperlihatkan rasa cemas. Yesus yang masih kecil tampak mencari perlindungan pada bunda-Nya. Tangan-Nya yang mungil menggenggam erat tangan Bunda Maria. Mata Yesus menunjukkan rasa cemas. Rasa terkejut dan usaha menyelamatkan diri secara tergesa-gesa tampak dari salah satu sandal-Nya yang tergantung dan hampir terlepas.
Menurut pelukisnya, ketika itu Yesus sedang bermain. Malaekat yang tiba-tiba datang membuat Yesus terkejut. Ia segera lari ke pangkuan bunda-Nya untuk mohon perlindungan. Bunda Maria juga sempat terkejut sebelum mengetahui apa yang terjadi. Yesus kecil terkejut ketika melihat dua utusan Tuhan itu, karena mereka memperlihatkan secara jelas salib, paku-paku, lembing dan bunga karang yang penuh cuka dan empedu. Barang-barang ini, kita temukan ketika Yesus menderita sengsara dan akhirnya disalibkan di Kalvari. Sebagai anak kecil Yesus ketakutan dan merasa ngeri. Karena itu Ia memeluk Maria. Jari-jari-Nya gemetar dalam genggaman Bunda Maria yang memberikan rasa aman. Dengan penuh kasih keibuan Bunda Maria merapatkan kanak-kanak Yesus lebih dekat ke tubuhnya. Dalam pelukan Maria, Yesus merasa aman.
Doa yang ditujukan kepada Bunda Penolong Abadi antara lain berbunyi begini :”Bunda Penolong Abadi, dengan penuh kepercayaan dan harapan kami berlutut di hadapanmu. Belum pernah ada orang yang sia-sia mencari perlindunganmu. Semasa hidupmu sebagai ibu, engkau selalu memberi pertolongan kepada Yesus Puteramu. Dengan penuh kasih sayang engkau melindungi dan membimbing-Nya selama masa muda-Nya. Selama hidup-Nya di muka umum engkau menghibur-Nya dan memberi dorongan kepada-Nya.
Pada saat Ia menderita, engkau mendampingi dan menguatkan-Nya. Demikian juga jadilah bagi kami seorang ibu yang selalu menolong kami …. Kami selalu memerlukan bantuanmu, teristimewa dalam kesulitan yang sekarang ini kami alami …. Bunda Maria pandanglah kami dengan penuh kebaikan dan kasih sayang.Jadilah perantara kepada Putera Ilahimu untuk memberoleh anugerah-anugeran …. Yang kami mohon dengan saat dalam doa ini … O Bunda Penolong Abadi yang setia, terimalah doa kami. Amin”.
Semoga Bunda Maria Penolong Abadi selalu menyertai Anda dalam usaha untuk semakin setia mengikuti Yesus Kristus. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda, keluarga dan komunitas Anda. (+ Mgr. Suharyo)
Romo Lambertus Somar MSC: “Selama Ini Buta”
Romo Lambertus Somar MSC menyadari bahwa dia diberikan karunia untuk melayani orang-orang sakit di tahun sejak 35 tahun yang lalu. Sejak itu ribuan pasien dilayaninya. Di tahun 1995, ia mulai menerima penderita narkoba. Mula-mula, hanya 1 penderita narkoba perbulan, kemudian tiap minggu, dan lama-lama tiap hari. Setelah lebih fokus menangani masalah narkoba, baru ia sadar bahwa selama ini ia buta.
Tak melihat bahwa di umat banyak masalah keluarga. Dari keluarga bermasalah, inilah awal penggunaan narkoba terjadi. Karena itu, ia sangat mengharapkan agar paroki-paroki, melalui Seksi Kerasulan Keluarga, bisa lebih banyak kegiatan menyebar luaskan gerakan hidup sehat, termasuk pencegahan pemakaian narkoba. Melalui Yayasan Kasih Mulia yang didirikannya, Romo Somar sedang menyusun modul-modul pelatihan yang nantinya bisa digunakan di paroki-paroki.
Ia juga mendambakan agar para pastor paroki, secara rutin, misal 2 hari dalam seminggu, mengunjungi umat. Hubungan yang akrab antara pastor dan umat membantu banyak dalam menyelesaikan masalah keluarga. “Sebagai pastor, saya merasakan, bahwa kita lebih banyak bicara dari pada bersedia mendengarkan. Padahal mendengarkan itu penting”, ujarnya dengan lembut.
Romo Somar yang saat ini berusia 82 tahun, masih penuh enerji. Di papan tulis , tercantum jadwal padatnya selama seminggu. Mulai dari menerima pasien, menengok panti rehabilitasi narkoba, memberikan latihan, rapat, mengadakan kunjungan. Email Romo Somar: drugkp_ykm@yahoo.co.id. (*)
PESAN GEMBALA BAIK: Doa Penyerahan Diri
Rupert Mayer adalah seorang imam Serikat Yesus dari Jerman (1876-1945). Di tengah-tengah pergolakan Perang Dunia II, beberapa kali dia keluar masuk penjara bahkan kamp konsentrasi karena mengkritik pemerintah Nazi. Doa yang ada di bawah ini adalah doa kesukaan Beato Rupert Mayer.

Doa ini diberikan kepada Ibu Mary Jane oleh pendamping rohaninya. Kiranya semua tahu bahwa Mary Jane adalah seorang terpidana mati. Sejak beberapa bulan dia mendoakannya dalam bahasa Indonesia, setiap malam, sering sepanjang hari dan pada jam-jam menjelang pelaksanaan hukuman mati. Teks doa ini juga dibawa oleh dia ke tempat pelaksanaan hukuman mati dan dalam perjalanan menuju tempat itu, dia diberitahu eksekusinya ditunda. Kita ingin belajar dari keteguhan imannya, kekuatan harapannya dan nyala kasihnya.

Mari kita terus berdoa agar dia mendapat kesempatan untuk membuktikan lagi bahwa dirinya adalah korban; dan semoga hukuman mati bagi siapa pun, tidak dijalankan.
Marilah Berdoa untuk Mary Jane Fiesta Veloso:
Doa bersama Mary Jane
Tuhan, sebagaimana Engkau kehendaki, demikianlah kiranya terjadi padaku;
dan sebagaimana Engkau kehendaki, demikianlah aku mau melangkah.
Tolonglah aku, agar aku selalu mengerti kehendak-Mu.
Tuhan, apa yang Engkau kehendaki, kuterima dalam hatiku;
dan apa yang Engkau kehendaki, menjadi kebahagiaan bagiku.
Cukuplah bahwa aku seluruhnya menjadi milik-Mu.
Tuhan, karena Engkaulah yang menghendakinya, maka adalah baik bagiku;
dan karena Engkaulah yang menghendakinya, aku tabah dan aman.
Hatiku tenang dalam tangan-Mu.
Tuhan, kapan saja Engkau menghendakinya, itulah waktunya;
dan kapan Engkau menghendakinya, aku siap melangkah,
hari ini dan setiap hari dan sepanjang segala abad.
+ I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta (*)
SURAT KELUARGA JUNI 2015: Menormalkan Keluarga Kita

Rekreasi adalah pembentukan kembali
Saat alam menyembuhkan dalam cahaya
Seluruh insan dihembusi dengan daya
Yang menguatkannya kembali bersukacita
Mari menimba air kehidupan
Dari sumber-sumber keselamatan
Di tempat Tuhan menyediakan lahan
Untuk menanami kembali tandusnya hidup
Keluarga membawa senda dan tawa
Memberikan keindahan dalam kesatuan
Jangan menghentikan tawa anak-anak
Karena mereka merindukan ayah ibunya
(Alexander Erwin MSF)
Keluarga-keluarga yang terkasih di Keuskupan Agung Jakarta, setelah anak-anak disibukkan dengan pekerjaan rumahnya dan sekolah, sekarang anak-anak mempunyai kesempatan untuk menikmati kebersamaan yang membuatnya bersukacita. Inilah saat liburan yang pantas kita perhatikan. Inilah saat mengembalikan keluarga pada situasi normal.
Apa itu situasi normal? Keluarga normal adalah tujuan setiap keluarga dan sekarang ini menjadi perjuangan kebanyakan keluarga, khususnya di kota besar seperti ini. Kita mungkin sudah lelah memikirkan definisi, tetapi saya tidak ingin menyampaikan definisi itu, karena perhatian saya lebih pada masalah keluarga yang membutuhkan kebersamaan dan komunikasi.
Membayangkan sebuah keluarga, ada ibu dan bapak yang menjaga. Ibu di rumah dengan segala ketrampilan dan keibuannya mendidik dan mengurus rumah tangga dan segala kerumitannya. Keajaiban diberikan para ibu melalui tangan halusnya yang menjadi sedikit kasar karena pekerjaan rumah yang tak ada habisnya. Tetapi seorang ibu selalu merasa bahagia mengerjakan semua itu untuk anak-anak dan suaminya.
Seorang ayah memberikan perhatian melalui kerja keras dan komunikasinya, meskipun lebih sedikit dibandingkan para ibu. Ayah selalu dinantikan kepulangannya dari tempat bekerja. Seorang ayah yang baik memberikan perasaan aman dan nyaman untuk seluruh keluarganya, karena ia merasa gembira dapat memikul tanggungjawab sebagai ayah dengan karya tangan dan pikirannya untuk mencari nafkah.
Anak-anak dengan segala dinamikanya menemukan tempat yang paling nyaman di rumahnya. Ada saja yang mau disampaikannya kepada kedua orangtuanya. Seorang anak merasa “at home” berada dekat orangtua dan rumahnya. Di sanalah ia belajar pertama kali sampai nanti ia bisa mandiri membangun rumah tangganya sendiri. Betapa indah menyaksikan anak-anak meramaikan rumah dengan pengalamannya sendiri.
Saya merasa tidak bermimpi jika banyak keluarga Katolik dapat menciptakan sebuah rumah tangga yang “normal” seperti itu. Apalagi jika setiap hari minggu seluruh keluarga dapat mengikuti Ekaristi/Misa bersama di Gereja. Apalagi yang dinantikan? Masalah ekonomi dan tantangan dari luar rumah lebih mudah dihadapi jika setiap anggota keluarga saling mengasihi dan mendukung dengan komunikasi yang utuh. “Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! “(1 Taw.16:11).
Saat ini banyak anak-anak kita yang sedang mengalami liburan. Jangan lupa mengajak mereka dalam acara kebersamaan. Berilah acara sederhana dan bangkitkan rasa cinta mereka melalui perhatian Anda. Mari mengembalikan “normal”-nya keluarga kita seperti diingatkan Paus Fransiskus, agar kita terhindar dari tantangan dunia global yang membuat keluarga kita makin tak menentu arah.
Carilah saat di mana Tuhan dapat membentuk kembali (rekreasi) setiap pribadi yang ada di rumah. “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Mat.18:20) Makan bersama adalah salah satu cara termurah. Pergi ke tempat rekreasi setahun sekali juga bukanlah hal yang mewah, jika kita mempersiapkannya dengan menabung. Kebersamaan adalah suatu tanda dan bahasa cinta keluarga. Anggaplah ini suatu investasi yang akan diraih saat itu dan di masa depan.
Keluarga-keluarga di Jakarta, marilah kita senangkan hati Tuhan, mari persembahkan keluarga yang sederhana dan biasa, tetapi normal. Semoga kita semua mau berjuang atau berkorban untuk menciptakan kebersamanaan untuk membentuk sebuah keluarga yang biasa tetapi terbuka untuk menerima berkat Tuhan bersama. Saya dan para imam tentu berdoa untuk Anda dan keluarga semua. Tuhan memberkati.
Salam Keluarga Kudus
Alexander Erwin MSF
Komisi Kerasulan Keluarga KAJ
Gedung Karya Pastoral
Jl. Katedral 7
Jakarta10710












