RENUNGAN HARIAN 17 SEPTEMBER 2023, MINGGU BIASA PEKAN ke-24 (XXIV)

691

Bacaan I Sir 27:30-28:9
Bacaan II Rom 14:7-9
Injil Matius 18:21-35

PENGAMPUNAN YANG SEMPURNA


Dalam hidup, anda pasti pernah berbuat salah. Atau sebaliknya ada orang lain yang berbuat salah kepada anda. Menyikapi situasi itu apa yang dilakukan? Mengaku salah dan meminta maaf saat kita berbuat salah dong pastinya. Atau jika ada yang orang lain yang berbuat salah – dan mereka mengaku salah dan meminta maaf – saya yakin anda pun bisa mengampuninya.

Tapi untuk berapa banyak? Untuk berapa lama? Sampai kapan?

Problem inilah yang ditanyakan Petrus kepada Yesus. “Tuhan (Lord), sampai berapa kalikah aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”. Yesus berkata kepadanya, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.”

Kita mungkin berpikir, “oh tujuh puluh kali tujuh kali” berarti 490 kali. Kalau gitu yang ke-491 tidak perlu diampuni lagi. Nah ini pemahaman yang agak keliru. 

Untuk memahami Sabda Yesus ini, kita perlu ingat konteks besar tujuan penulisan Injil Matius. Injil Matius ditujukan bagi orang-orang Yahudi yang mengimani Kristus. Hidup mereka tidak mudah. Dikucilkan dari tempat ibadah dan diusir dari komunitas. Muncul pertanyaan, apakah dengan mengimani Kristus – berarti membatalkan adat istiadat Yahudi dan Hukum Taurat yang selama ini telah mereka hidupi sejak semula? Jawabannya tidak. 

 ”Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinyaMatius 5:17.

Yesus datang untuk menyempurnakan hukum Taurat. Maka, setiap orang Yahudi yang mengikuti ajaran moral baru Kristus, tidak hanya sekedar menjalankan Hukum Taurat, tapi lebih lagi. 

Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” Matius 5:48.

Maka, angka “tujuh puluh kali tujuh kali” bisa dibaca sebagai pengampunan yang sempurna. Apa itu? Pengampunan sempurna yang juga diberikan Bapa kepada kita yang berdosa. Ini nampak dalam perumpamaan yang diceritakan Yesus kepada Petrus.

Sebab hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunasi utangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak istrinya dan segala miliknya untuk pembayar utangnya. Lalu sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala utangku akan kulunasi. Tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan utangnya.

Utang 10.000 Talenta adalah utang yang sangat banyak. Satu Talenta = 6000 Dinar. Kalau berhutang 10.000 Talenta, artinya berhutang 60.000.000 (enam puluh juta) Dinar. Kalau upah Pekerja 1 Dinar untuk 1 hari (Mat 20:2), artinya orang ini berhutang bekerja selama 60 juta hari atau kurang lebih 164 tahun hari kerja. Bahkan sampai mati pun dia tetap dalam hutangnya. Tapi karena belaskasih sang raja, hutang yang sangat banyak itu dihapuskan dan orang itu dibebaskan dari hutangnya. Inilah kasih Allah yang tak terbatas itu. 

Pengampunan sempurna adalah pengampunan tanpa batas yang berdasar pada Kasih Allah Bapa yang juga sempurna – tanpa batas. 

“Demikianlah Bapa-Ku yang di surga akan berbuat terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” 

Mengampuni dengan segenap hati adalah mengampuni yang sempurna. Ini melibatkan seluruh keutuhan hidup kita. Namun terkadang begitulah, kita mengampuni hanya di mulut saja, tapi hati masih menyimpan dendam dan mengingat-ingat kesalahan orang lain. Jika begitu terus, perjalanan kita untuk mencapai hidup kristiani yang sempurna akan menjadi lebih berat. 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here