Yesaya 55:10-11

Roma 8:18-23

Matius 13:1-23

MENGUSAHAKAN TANAH YANG BAIK

 

Yesus menggunakan perumpaan penabur yang menabur benih. Benih yang sama ditaburkan. Tapi bagaimana nasib benih itu ditentukan dari tanah seperti apa yang menerimanya. Yang diharapkan Tuhan adalah kita menjadi seperti tanah yang baik. Menjaga dan merawat benih itu lalu berbuah dengan lipat-lipat gandanya. 

Yang patut kita perhatikan adalah jenis-jenis tanah lain yang menyebabkan benih tidak tumbuh. Apa saja yang menyebabkan itu? Ada benih yang jatuh di pinggir jalan, tanpa perlindungan dan dibiarkan begitu saja. Akhirnya lenyap karena dimakan burung-burung. Tanah ini adalah mereka yang sama sekali menolak benih Firman Allah. Yang ditaburkan lenyap begitu saja. 

Ada yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, tanahnya tidak banyak. Benih tumbuh tapi akarnya tidak baik. Akhirnya tumbuhnya juga tidak baik, tidak tahan sengatan matahari dan akhirnya kering mati. Ada juga dari kita yang seperti ini. Yang menerima firman, tapi tidak dipupuk dengan baik dan tidak berakar. Lama-lama iman dan Firman itu hilang dan habis juga.

Ada yang jatuh di semak duri, lalu kalah pertumbuhannya. Semak duri makin menghimpit dan menghambat pertumbuhan benih dan akhirnya mati. 

Pada akhirnya, semua benih yang jatuh di tanah yang tidak baik akan hilang, lenyap dan mati.

Hanya pada tanah yang baik benih berbuah dan bisa menjadi berkat bagi orang sekitarnya. Berbuah tanda bahwa benih tanaman itu hidup. Begitu pula, orang beriman disebut hidup jika hidupnya menghasilkan buah-buah berkat bagi banyak orang. Seperti kata Kitab Yesaya, “… memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah Firman yang keluar dari mulut Allah”.

Tanah yang baik, yang siap menjadi tempat pertumbuhan benih tidak terjadi begitu saja. Tanah harus digemburkan dulu, dicangkul, diberi pupuk, disiram, didiamkan. Baru ketika sudah siap barulah bibit atau benih ditanam di sana. Dengan begitu, bibit dan benih akan tumbuh berkembang dan akhirnya berbuah pada waktunya. 

Untuk itu kadang kita dibentuk dan masuk dalam pelbagai macam kesulitan dan penderitaan. Kadang bisa bikin lelah dan pusing juga. Oleh karena itu, Paulus meneguhkan kita dalam suratnya kepada jemaat di Roma, “Saudara-saudara, aku yakin, penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”. Paulus bukan mengajak kita untuk mencari penderitaan dan kesulitan. Bukan. Tapi kita harus bersahabat dengan kesulitan- sambil juga mencari cara dan jalan bersama-sama mengenyahkan penderitaan (suffering) dari dunia. Jalan-jalan itu yang menjadi buah dari pertumbuhan kita. Semakin serupa dengan Kristus, yang menjadikan diri-Nya berbuah bagi kebahagiaan dan keselamatan manusia. 

Jadi, kamu gimana?

RA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here