Zakaria 9:9-10

Rm 8:9.11-13

Mat 11:25-30

MENYERAH KEPADA ALLAH

Sikap menyerah biasa diartikan sebagai kalah. Setelah berjuang, berusaha, mengerahkan segala cara tapi hasilnya jauh dari yang kita harapkan. Lalu kita memilih menyerah. Yang sudah terjadi biar terjadi. Yang tak bisa diubah biarkan seperti itu. Ini bisa menjadi pilihan sulit, jika kita tidak pernah mengalami kegagalan. Atau, sepanjang hidup kita berpikir harus sukses, harus berhasil.

Dalam hidup, seringkali terjadi kita dibawa masuk ke dalam pengalaman itu. Pengalaman di mana akhirnya kita “dipaksa” untuk menyerahkan diri kepada Allah. Apa yang kita inginkan tidak terjadi. Apa yang kita usahakan tidak berhasil. Sebaliknya, yang tidak disangka-sangka malah datang. Terkadang kita ingin memaksakan itu, tapi yang terjadi malah stress dan uring-uringan.

Nubuat Zakaria hari ini menyatakan, Tuhan datang sebagai raja yang hendak menaklukan hati setiap manusia. Ia datang tidak dengan kekerasan tetapi dengan kelemahlembutan. Ia datang membawa damai kepada bangsa-bangsa.

“Ia akan memusnahkan kuda-kuda dari Yerusalem, busur perang ia lenyapkan”. Kuda dan busur perang adalah simbol hati yang keras, hati yang penuh perlawanan, ingin menang dan tidak mau kalah.

Terhadap Allah, kita harus menyerah dan kalah. Berusaha menang melawan Allah hanya berakhir pada kehancuran dan kebinasaan. Anda tentu tau, siapa ciptaan Allah yang selalu melawan, mau menjadi nomor satu, menolak tunduk kepada Allah dan ingin menjadi seperti Allah. Akhirnya mereka masuk ke dalam jurang kebinasaan.

Bacaan Injil hari ini diambil dari Injil Matius. Ada dua pesan yang diungkapkan Yesus. Pertama, Yesus bersyukur karena misteri Kerajaan Allah dinyatakan kepada orang kecil. Mereka yang sederhana, rendah hati dan mau menyerahkan hatinya kepada Allah. Bukan kepada orang bijak dan orang pandai – yang seringkali “gelasnya” sudah penuh dan sulit untuk menerima kebijaksanaan-kebijaksanaan baru. Kedua, Yesus mengajak siapapun untuk datang kepada-Nya. Menyerahkan diri kepada-Nya. Di sana kita mendapat ketenangan. Pikullah kuk-Nya, jangan menolak apalagi melawan. Sebab enaklah kuk-Nya, dan ringan beban-Nya. Belajarlah dari Yesus, bagaimana Ia menghadapi semuanya.

Menyerah kepada Allah adalah sikap terbuka kita menerima Allah tinggal di dalam hati kita. Kita tidak hidup menurut daging – yang selalu ingin dipuaskan keinginannya – tapi hidup menurut Roh Allah. Bukan lagi kita yang hidup, tapi Kristus yang hidup dalam diri kita. Kata Paulus kepada jemaat di Roma, “Tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, maka kamu akan hidup”.

Jadi, kamu gimana?

RA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here