Home Blog Page 95

MENGAPA KAMU SEORANG KATOLIK?

Paus: Suksesi Apostolik dari St. Petrus, Pemimpin 12 Rasul Tuhan Yesus

Pater William P. Saunders
Pater William P. Saunders

oleh
Pater William P. Saunders
Pertanyaan:
KAJ.or.id – Terkadang saya bertemu dengan orang-orang yang mengatakan, “Oh, saya dulu seorang Katolik.” Kemudian mereka bertanya, “Mengapakah kamu tetap tinggal dalam Gereja Katolik?” Mohon jawaban yang baik untuk menanggapi pertanyaan “Mengapa kamu seorang Katolik?”
Tanggapan:
Setiap orang Katolik sepatutnya dapat memberikan suatu jawaban yang mantap dan mendalam atas pertanyaan, “Mengapa kamu seorang Katolik?” Tentu saja, bagi tiap-tiap invidivu, jawabannya bersifat amat pribadi dan mungkin agak berbeda dari jawaban orang lain. Saya harap, tak seorang pun dari kita yang telah dewasa akan sekedar menjawab, “Yah, karena orang tua membaptisku Katolik” atau “Aku dibesarkan secara Katolik” atau “Keluargaku semuanya Katolik.” Bukan. Bagi masing-masing kita, jawabannya haruslah pribadi, dari lubuk hati dan penuh keyakinan. Saya akan memberikan jawaban saya atas pertanyaan ini.
Pertama-tama, saya akan mengatakan bahwa saya seorang Katolik karena inilah Gereja yang didirikan Yesus Kristus. “Sejarawan paling ahli sekali pun akan harus mengakui bahwa Gereja Kristen pertama yang ada sejak jaman Kristus adalah Gereja Katolik Roma.” “Perpecahan besar pertama dalam kekristenan baru muncul pada tahun 1054,” ketika Patriark Konstantinopel berselisih dengan paus atas siapa yang lebih berwenang; sang Patriark mengekskomunikasi paus, yang ganti mengekskomunikasi Patriark, dan lahirlah Gereja-gereja “Orthodox”
Kemudian, pada tahun 1517, Martin Luther memicu gerakan Protestan, dan ia diikuti oleh Calvin, Zwingli, dan Henry VIII.  “Sejak itu, Protestanisme telah terpecah-pecah menjadi banyak Gereja-gereja Kristen lainnya.”
Namun demikian, “satu-satunya Gereja dan Gereja Kristen pertama yang didirikan Kristus adalah Gereja Katolik.” “Pernyataan ini tidak berarti bahwa tidak ada kebaikan dalam Gereja-gereja Kristen lainnya.” “Tidak pula berarti bahwa orang-orang Kristen lainnya tidak dapat masuk surga.” “Tetapi, sungguh berarti bahwa ada sesuatu yang istimewa mengenai Gereja Katolik.” Konsili Vatican II dalam “Konstitusi Dogmatis tentang Gereja” memaklumkan bahwa KEPENUHAN dari sarana-sarana keselamatan ada dalam Gereja Katolik sebab inilah Gereja yang didirikan Kristus (No. 8).
Paus: Suksesi Apostolik dari St. Petrus, Pemimpin 12 Rasul Tuhan Yesus
Paus: Suksesi Apostolik dari St. Petrus, Pemimpin 12 Rasul Tuhan Yesus

Alasan kedua mengapa saya seorang Katolik ialah karena Suksesi Apostolik. Yesus mempercayakan otoritas-Nya kepada para rasul. Ia memberikan otoritas khusus kepada Petrus, yang disebut-Nya sebagai “batu karang” dan kepada siapa Ia mempercayakan kunci Kerajaan Allah. Sejak jaman para rasul, otoritas ini telah diwariskan melalui Sakramen Imamat dari uskup ke uskup, dan kemudian diperluas ke imam dan diakon. Uskup kita sendiri, andai mau, dapat menelusuri kembali otoritasnya sebagai seorang uskup hingga ke jaman para rasul.
Dalam tahbisan imamat yang suci, Bapa Uskup menumpangkan tangannya ke atas kepala calon imam yang akan ditahbiskan. Dalam saat khidmad itu, suksesi apostolik diwariskan. Dalam terang iman, orang dapat melihat bukan saja Bapa Uskup, melainkan St. Petrus dan St. Paulus, bahkan Yesus Sendiri, menyampaikan tahbisan suci. “Tidak ada uskup, imam ataupun diakon dalam Gereja kita yang menahbiskan dirinya sendiri atau memproklamirkan dirinya sendiri;” tetapi otoritas itu berasal dari Yesus Sendiri dan dijaga oleh Gereja.
Alasan ketiga mengapa saya seorang Katolik adalah karena kita percaya akan kebenaran, yakni kebenaran mutlak yang diberikan oleh Tuhan Sendiri. Kristus menyebut Diri-Nya sebagai “jalan dan kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6). Ia menganugerahkan kepada kita Roh Kudus, yang disebut-Nya Roh Kebenaran (Yoh 14:17), yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada kita dan yang akan mengingatkan kita akan semua yang telah Ia ajarkan (Yoh 14:26).
Kebenaran Kristus telah dipelihara dalam Kitab Suci. Konsili Vatican II dalam “Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi” memaklumkan bahwa, “segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para pengarang yang ilhami atau hagiograf (penulis suci), harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus, maka harus diakui, bahwa Kitab Suci mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita” (No. 11).
catholic_vs_protestant_
Ilustrasi Image.Google.com

Kebenaran ini terus dipelihara dan diterapkan pada suatu masa dan budaya tertentu oleh magisterium, yakni otoritas mengajar Gereja. Sementara kita menghadapi berbagai macam issue seperti bioetika atau euthanasia – masalah-masalah yang tak pernah dibicarakan secara spesifik dalam Kitab Suci – betapa beruntungnya kita mempunyai Gereja yang mengatakan “Cara hidup seperti ini adalah benar atau cara ini salah menurut kebenaran Kristus.” Tak heran, Gereja Katolik menjadi berita utama di surat-surat kabar; kita adalah satu-satunya Gereja yang berpendirian tegas dan mengatakan, “Ajaran ini adalah benar selaras dengan pemikiran Kristus.”
Alasan lain mengapa saya seorang Katolik adalah karena sakramen-sakramen kita. Kita percaya akan ketujuh sakramen yang dianugerahkan Yesus kepada Gereja. Masing-masing sakramen menangkap suatu unsur penting dari kehidupan Kristus, dan melalui kuasa Roh Kudus mendatangkan bagi kita keikutsertaan dalam kehidupan ilahi Allah. Sebagai contoh, coba renungkan betapa anugerah maha berharga kita boleh menyambut Ekaristi Kudus, Tubuh dan Darah Tuhan kita, atau menyadari bahwa dosa-dosa kita telah sungguh diampuni dan jiwa kita dipulihkan setiap kali kita menerima absolusi dalam Sakramen Tobat.
Dan yang terakhir, saya seorang Katolik karena orang-orang yang membentuk Gereja. Saya mengenangkan begitu banyak para kudus: St Petrus dan St Paulus yang memelihara agar Injil hidup pada masa-masa awali. Pada masa penganiayaan Romawi, para martir awal Gereja—seperti St. Anastasia, St. Lusia, St. Yustinus atau St. Ignatius dari Antiokhia, yang pada tahun 100 menyebut Gereja “Katolik”—membela iman dan menderita aniaya maut karenanya. “Pada Abad-abad Kegelapan, ketika banyak hal sungguh “gelap”, memancarlah terang yang benderang dari St. Fransiskus, St. Dominikus dan St. Katarina dari Siena”.
Pada masa gerakan Protestan, ketika bidaah mengoyak Gereja, Gereja dibela oleh St. Robertus Bellarminus dan St. Ignatius Loyola, para reformator sejati. Saya berpikir mengenai para kudus yang hidup di jaman kita, seperti Moeder Teresa atau Paus Yohanes Paulus II, yang dari hari ke hari melakukan karya kudus Allah. Ada begitu banyak para kudus yang mengilhami masing-masing kita untuk menjadi warga Gereja yang baik.
Tetapi ada mereka-mereka yang lain juga. Pada waktu Misa, arahkanlah pandangan ke sekeliling gerejamu. “Lihatlah pasangan-pasangan suami isteri yang berjuang untuk mengamalkan Sakramen Perkawinan dalam abad yang memperturutkan hawa nafsu dan perselingkuhan”. “Lihatlah orang-orangtua yang rindu mewariskan iman kepada anak-anak mereka.” ” Lihatlah kaum muda yang berjuang untuk mengamalkan iman kendati dunia yang penuh pencobaan.” “Lihatlah kaum lanjut usia yang tetap setia kendati perubahan-perubahan dalam dunia dan Gereja”. “Lihatlah para imam dan kaum religius yang membaktikan hidup mereka demi melayani Tuhan dan Gereja-Nya”. Ada begitu banyak orang yang membentuk Gereja kita.
Ya, tak seorang pun sempurna. Kita berdosa. Itulah sebabnya mengapa salah satu doa terindah dalam Perayaan Misa dipanjatkan sebelum tanda damai; kita berdoa, “Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu.” Ya, kendati segala kelemahan manusia, Gereja, sebagai lembaga yang didirikan oleh Kristus, terus melaksanakan misi-Nya di dunia ini.

Singkat kata, itulah alasan-alasan mengapa saya seorang Katolik dan seorang warga Gereja Katolik Roma. Alasan-alasan ini bukanlah asal.

Melainkan, mencerminkan permenungan mendalam dan pergulatan, setelah dibaptis Katolik, setelah melewatkan masa pendidikan di sekolah St Bernadette, setelah lulus dari SMA West Springfield, dan setelah pergumulan sengit dengan iman sepanjang hari-hari perkuliahan di William and Mary dan kemudian di Seminari. Saya harap setiap orang Katolik dapat dengan bangga memberikan suatu jawaban yang jelas dan mendalam atas pertanyaan, “Mengapa kamu seorang Katolik?”

Fr. Saunders adh Dekan the Notre Dame Graduate School of Christendom

Workshop “Yoga Untuk Kesehatan Keluarga”

Workshop “Yoga Untuk Kesehatan Keluarga”


KAJ.or.id – Dalam rangka Hari Yoga International, Yoga Group Kramat turut berpartisipasi untuk kedua kalinya mengadakan workshop “Yoga Untuk Kesehatan Keluarga” pada hari Sabtu, 18 Juni yang berlangsung mulai dari pukul 08.30 – 11.00 pagi di aula lantai 3 Gedung Antonius, Paroki Hati Kudus, Kramat Raya 134, Jakarta Pusat. Acara yang diikuti oleh 103 peserta ini dibuka dengan kata sambutan dan berkat dari Pastor Paroki, Romo Agung, OFM.
Acara ini memiliki 3 tujuan utama yaitu:
– Untuk meningkatkan pengetahuan akan manfaat yoga bagi kesehatan keluarga,
– Agar warga paroki Kramat dan sekitarnya semakin sehat, bahagia dan damai dalam hidup melayani keluarga dan sesama, serta
– Mempererat tali persaudaraan di antara warga lingkungan, wilayah dan kategorial di paroki Kramat.
Motto: Sehat, Bahagia dan Damai.
www.yogakramat.weebly.com
Terima kasih dan salam kasih Kristus,
Ben Setiadi (Instruktur Yoga Kramat)
081214599288

SURAT KELUARGA JULI 2016: “Menjadi Keluarga Kontras”

 
kat2KAJ.or.id – Keluarga-Keluarga Katolik terkasih, semoga Anda sekeluarga mengalami kasih karunia Allah bersama seluruh keluarga di masa kebersamaan ini. Semoga saat istimewa ini kita pakai bersama untuk membangun quality time yang rohani. Persatuan dalam keluarga jika disempurnakan dengan doa bersama akan menjadi relasi spiritual berkualitas antar anggota keluarga.
Keluarga Kontras maksudnya adalah keluarga yang berani “menjadi lain” yang tetap memelihara nilai-nilai luhur kekerabatan, hidup doa, hormat, etika dan etiket, serta berbudaya hangat (afektif) dalam hubungan dengan anggota keluarga lain. Sementara yang lain hidup “sendiri-sendiri” dan miskin komunikasi, keluarga kontras mampu menjadi garam dengan tetap menunjukkan cara hidup yang berbeda, yang normal, yang manusiawi, dan yang “Indonesia”.
Kemerosotan nilai-nilai moral dan manusiawi serta tradisi dapat disebabkan karena banyak orangtua hanya mengejar “kehebatan” akademis, sehingga menyerahkan begitu saja pendidikan putra-putrinya pada institusi (sekolah) yang maju ilmu pengetahuannya, tetapi “miskin hidup rohani”. Sekolah yang hanya menjadikan anak-anak mahir berbahasa asing semakin menjamur.  Sekolah yang makin menjadikan anak-anak menjadi semakin berperilaku global lebih menjamur lagi. Gaya hidup modern menjadikan sekolah makin mahal tapi miskin budi pekerti dan nilai-nilai.kat
Keluarga-Keluarga Katolik yang baik, saya percaya Anda tetap memperhatikan hidup rohani seluruh keluarga. Saya percaya bahwa masih banyak orang Katolik yang beriman baik dan tetap menjaga imannya. Meskipun demikian, “serangan” informasi dari berita, pengetahuan, jejaring sosial, sampai isu-isu per-detik, membuat keluarga kita kurang berdaya mengatasi hidup ini. Kita ingin anak kita beriman dan berbudi luhur, tetapi mereka menerima beban hidup modern yang membuat “senang” dan “lebih mudah”, dan melupakan kekuatan tradisi yang terbukti lebih manusiawi dan diterima semua usia.
Kita ingin agar anak-anak tetap “melek informasi” dan modern. Kita pasti membutuhkan anak-anak yang makin mahir berbahasa asing dan paham teknologi terkini. Kita tidak mungkin membendung rasa ingin tahu dan ingin berjejaring dari anak-anak kita, atau bahkan kita sendiri sebagai orangtua. Biarpun demikian, kita lebih ingin anak-anak kita tidak “ketinggalan rohani”. Kita rindu melihat anak-anak yang pandai, tetapi tetap tahu “sopan santun”. Kita pasti ingin anak-anak menjaga tubuh mereka agar tidak terlilit tren seks bebas di antara teman-teman mudanya.

Bagaimana membangun jembatan generasi dan pendidikan itu? Kadang kita bingung memulainya.

Jangan membiarkan iblis bekerja semakin giat untuk memeluk anak-anak dan pasangan kita ke dalam dosa yang lebih dalam. Jangan biarkan informasi palsu merusak keluarga kita sehingga Firman Allah menjadi olok-olokan dan tidak trendy. Saya dan Anda tentu mempunyai kerinduan yang sama: ingin keluarga tetap menjadi persembahan yang baik buat Tuhan. Kekuatan jahat hanya bisa dikalahkan oleh KASIH dan KOMUNIKASI.
Lihatlah Allah yang adalah kasih (bdk. I Yoh. 4:8) tetap menyertai kita. Meskipun demikian, kita tetaplah anak-anak dunia yang dipengaruhi dunia begitu rupa, sehingga dapat melupakan Allah dan bahkan melupakan-Nya. Kasih Allah menjadi kurang berguna karena kelalaian kita.

Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. (I Yoh.3:1)

Dunia mengarahkan kita untuk semakin melupakan Allah, sebab kita hanya mengandalkan akal sehat yang terbatas. Jangan menjadi bodoh, hanya karena kita melulu mengandalkan kekuatan sendiri.
Ketika sebuah keluarga memberi waktu untuk berbicara tentang iman, maka seluruh keluarga akan lebih beriman. Meskipun tidak selalu mudah, tetapi jika “sharing iman” menjadi kebiasaan  di dalam rumah, maka semua tidak akan mengalami gagal rohani. Orangtua yang dengan tulus mendengarkan pengalaman anak-anaknya hari itu, pasti dapat lebih menyemangati mereka. Apalagi jika ia mengajak anaknya berdoa kepada  Tuhan, tentu hidupnya akan semakin utuh dan lengkap.
kat1
Rajinlah menegur dengan sopan dan hormat pada anak-anak atau pasangan. Teguran bisa mengenai apa saja, tentang hal sehari-hari, tentang kebersihan tubuh, menjaga tubuh, kebersihan lingkungan, pergaulan, berdoa, disiplin harian, sampai disiplin menghadiri acara keluarga dan makan bersama. Saya percaya hal itu tidak sulit, jika Anda menginginkan dan mengaturnya dengan lembut dan disiplin. Jangan mudah memberikan toleransi pada hal yang wajar, seperti mengucapkan terima kasih, makan bersama, atau memberi salam kepada orang yang lebih tua.
Semoga saat-saat istimewa tetap menjadi “saat rohani” untuk Anda sekeluarga. Semoga makin banyak anak-anak yang pandai secara akademis, juga pandai secara rohani dan emosinya. Semoga makin banyak anak-anak kecil dan remaja yang sopan berbicara dan pandai bergaul serta mengatur hidupnya. Semoga Allah digembirakan dengan banyaknya keluarga kontras di Keuskupan Agung Jakarta ini. Jangan cuma menambah orang-orang pandai, tetapi didiklah manusia yang utuh. Selamat berjuang dan menang bersama Allah.
 

Salam Keluarga Kudus

Alexander Erwin Santoso MSF

Ketua Komisi Kerasulan Keluarga KAJ

KUNJUNGAN (Belajar dari Pater Jules Chevalier)

Páter Jules Chevalier MSC
Páter Jules Chevalier MSC

KAJ.or.id – Belum lama ini, saya mengadakan kunjungan orang sakit. Tiba-tiba seorang ibu janda yang sudah sepuh nyelethuk, “Sekarang ini, para pastor tidak pernah kunjungan umat. Mungkin karena kami orang miskin, “pauper ubique iacet” – di mana-mana orang miskin itu tidak dihargai, seperti yang dikatakan Ovidius (43 seb.M – 18 M). Kalau zaman dulu, pastor-pastor bule itu rajin kunjungan walau hanya jalan kaki saja!”
Kata-kata yang keluar dari bibir
ibu itu memang harus saya amini. Kunjungan umat adalah reksa pastoral yang tidak tergantikan.
Kebanyakan umat mengeluh, karena pastor parokinya dalam berkunjung itu “pilih-pilih”. Bahkan ada salah seorang umat yang berkata, “Kebanyakan pastor-pastor yang bertugas di paroki kami khan dari keluarga yang sederhana bahkan miskin, kenapa setelah menjadi pastor lupa asal-usulnya”. Kata-kata itu sempat membuat telinga saya merah, karena saya memang dari keluarga miskin, orang nggunung lagi!
hungerHerman Pongantung MSC dalam bukunya yang berjudul, “Pastor Jules Chevalier” menyadarkan kita yang sebagian besar pembaca milis ini adalah pastor. Pastor Jules Chevalier sangat dekat dengan orang miskin dan sangat terbuka dengan mereka. Ia senantiasa mengadakan kunjungan umat, terutama keluarga-keluarga susah atau janda miskin. Pada kesempatan itu pula, Chevalier menyadari bahwa ia sendiri adalah orang miskin, lahir dari keluarga susah.
Sementara itu, Hans Kwakman MSC dalam bukunya yang berjudul, “Karisma Jules Chevalier dan Indentitas Keluarga Chevalier” memberikan masukan tentang kedekatan Pastor Chevalier dengan kaum miskin, “Ia berbicara tentang perlunya mengunjungi kaum miskin secara personal, mengesampingkan keenakan diri, duduk di sisi kaum miskin, menghirup udara yang mereka hidup. Itulah cara kita menunjukkan bahwa kita mengasihi mereka dan menganggap mereka sebagai saudara-saudara kita” (hlm. 49).
paus francis mencium kakiBarangkali, Pastor Chevalier sangat memahami bahwa Gereja adalah gereja kaum miskin, seperti apa yang ditulis C. Congar dalam bukunya yang berjudul, “Gereja Hamba Kaum Miskin”. Seorang pastor – mau tidak mau – dipandang oleh sebagian umat memunyai jabatan penting.
Sebagai contoh, sebutan “Romo” di kalangan masyarakat Jawa, pasti berasal dari lingkungan kraton yang feodal. Dan untuk beberapa orang, kesan keningratan atau kefeodalan itu masih terasa. Di negeri Barat, orang kenal istilah, “Don” (Itali), “Monsieur l’abbé” (Prancis). Di Indonesia kita juga kenal istilah RP dan RD yang barangkali membuat umat miskin bertanya-tanya, “Kuwi ki apa to” – singkatan apa sich itu? Padahal kita sering mendengar azas Injil, “Non dominari, sed ministrare” – bukan memerintah melainkan melayani. Atau dalam Injil kita membaca, “Just as the Son of Man did not come to be served, but to serve, and to give his life as a ransom for many” – Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat 20: 28).
poor
Pastor Berthy Tijow dalam refleksinya untuk para imam dan bruder “Sulkaltim” (Sulawesi Kalimantan Timur + Utara) pada akhir Juni 2016, menulis bahwa orang-orang miskin sangat dekat dengan Pastor Jules Chevalier, “Mereka tahu bahwa tidak akan ditolak. Untuk umat paroki, dompetnya selalu terbuka” (hlm. 48). Hal ini barangkali mirip dengan apa yang dibuat oleh Kardinal Justinus Darmoyuwono, yang mengatakan, “Mungkin orang-orang yang datang itu ada yang menipu kita. Tetapi siapa tahu ada yang memang butuh sekali uang. Toh kita lebih baik ditipu daripada menipu.
Dan pada masa kini, Mgr. Ignatius Suharyo dalam suatu kesempatan Temu Pastoral di Aula KAJ (September 2015) memberikan input untuk para petugas pastoral. Katanya:

“Orang miskin itu butuh makan, pakaian, uang sekolah, obat dan perhatian. Berikanlah kepada mereka apa yang mereka butuhkan saat itu. Urusan pemberdayaan adalah urusan lain atau nanti.”

Sabtu, 9 Juli 2016, RP. Markus Marlon MCS

Pertemuan ke-2 Dewan Paroki Harian (DPH) se-KAJ 2016

dewan-paroki-by-rm-anton-konseng-pr-1-638Kpd: Yth. Dewan Paroki Harian (DPH)
Sesuai dengan Program Karya DKP KAJ 2016 yang telah direncanakan, Pertemuan DPH se-KAJ akan dilaksanakan sebanyak dua kali dalam tahun 2016, yaitu pada Februari dan Juli. Sebagai tindak lanjutnya, maka pertemuan yang kedua akan diadakan pada:
Sabtu, 30 Juli 2016, Pk. 08.00 WIB, di Aula Ratna, Panti Asuhan Vincentius Putera, Jl. Kramat Raya 134.

Agenda pertemuan: Rekoleksi, pendalaman dan dialog bersama Uskup Suharyo.

Dalam rangka tersebut, kami mohon agar setiap paroki dapat mengutus 6 orang yang mewakili Dewan Paroki Harian termasuk Ketua Umum/Ketua Dewan Paroki. Konfirmasi kehadiran paling lambat 19 Juli 2016 kepada Sekretariat DKP KAJ melalui email: dkp@kaj.or.id dan dkp.kaj@gmail.com. Info: 021-3519193, eks. 210 (Sekretariat DKP KAJ). (*)

Komisi Kateketik KAJ mengadakan pelatihan Kaderisasi Pelayan Pastoral 2016

Kokohkan Kaderisasi
KAJ.or.id – Komisi Kateketik (Komkat) KAJ mengadakan pelatihan Kaderisasi Pelayan Pastoral bekerjasama dengan Seksi Katekese Paroki se-KAJ. Pelatihan ini diadakan di Wisma Samadi Klender, Jakarta Timur pada 30 Juli dan 6 Agustus 2016.
Sebelumnya pelatihan serupa juga telah dilaksanakan pada bulan April, Mei dan Juni. Bagi paroki yang belum mengutus perwakilannya diharapkan segera menghubungi Komkat KAJ (021-3519193, eks. 222) dan Hendro (0813.8585.0682). (*)

Pra Temu Mahasiswa PMKAJ 2016: “Muda dan Merdeka”


IMPLEMENTASI ARDAS KAJ
KAJ.or.id – Pastoral Mahasiswa Keuskupan Agung Jakarta (PMKAJ), merupakan pelayanan pastoral yang dinaungi & dihidupi oleh mahasiswa Katolik di Keuskupan Agung Jakarta. PMKAJ terdiri dari berbagai unit, yaitu unit tengah, unit barat, timur, selatan & Pastoran Unika Atmajaya Jakarta.

Dalam rangka mempererat basis komunitas, memetakan kegiatan bersama, serta menumbuhkan kepedulian semangat nasionalisme kaum muda terhadap sesama, komunitas, gereja dan negara yang berlandaskan Arah Dasar (ARDAS) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), maka dirancang kegiatan Temu Mahasiswa PMKAJ 2016 yang akan dilaksanakan pada September 2016 nanti.

Publish
Seminar Pra Temu PMKAJ 2016
Rangkaian acara tersebut dimulai dengan kegiatan Pra Temu Mahasiswa PMKAJ 2016, yang berbentuk seminar bertemakan “Muda dan Merdeka” di aula Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (26/6), yang dihadiri 100 peserta bersama romo moderator dan panitia . Seminar ini dibagi menjadi dua sesi yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Sesi pertama seminar ini mengenai “Arah Dasar KAJ dan Pancasila sebagai Dasar Negara dengan pembicara RP. Ignatius Ismartono, SY dan Rafael Udik Yunianto dan sesi kedua mengenai “Implemetasi Pancasila Dalam Kehidupan Mahasiswa Katolik” dan pembicara sesi kedua, yaitu Surya Tjandra dan Yuniarto Wijaya. Inti dari sesi pertama adalah memberikan penjelasan mengenai Arah Dasar (ARDAS) dan Pancasila sedangkan sesi kedua mengenai penerapan Arah Dasar dan Pancasila pada mahasiswa Katolik.
IMG_8947
Sesi Pertama: Kaum Muda Berciri Pancasila
Sesi pertama Romo Ismartono, SY sangat menekankan bahwa Pancasila seharusnya menjadi motivasi untuk menggerakkan komunitas agar terwujudnya kaum muda yang bercirikan Pancasila. Selanjutnya Romo Ismartono juga mengatakan, jika Pancasila dapat dilaksanakan dengan baik akan terwujud kaum muda yang lebih baik dari sebelumnya karena mereka dapat mengetahui hal yang baik dan buruk. Beliau juga berpesan agar kaum muda lebih peka terhadap keadaaan negara dan menegakkan keadilan bagi mereka minoritas yang mengalami diskriminasi.
Rafael Udik Yunianto yang biasa disapa Udi ini berkata, “kaum muda harus mempunyai aksi yang berasal dari diri sendiri agar bisa mempengaruhi sesamanya dan bersama mempraktekkan aksi tersebut dan menyebarkan nilai-nilai Pancasila ini pada sekiatarnya”. Beliau yang merupakan seorang praktisi HR juga memberikan contoh seorang Mahatma Gandhi dalam memimpin bangsa India dimana dia selalu memberikan contoh atau aksi sehingga bangsa India mengikuti aksi tersebut. Udik juga memberitahukan Keuskupan Agung Jakarta merupakan Keuskupan pertama yang mempratikkan Pancasila sebagai Arah Dasar umatnya dalam menjalankan kehidupan. Intinya, KAJ mengharapkan gereja dapat berubah dari eksklusif menjadi inklusif dan dari pastoral menjadi evengelisasi.
1111
Sesi Kedua: Pancasila bagi Mahasiswa Katolik
Sesi kedua yang membahas mengenai “Implemetasi Pancasila Dalam Kehidupan Mahasiswa Katolik”, Surya Tjandra menjelaskan, sekarang dan dulu jauh berbeda. Ada jarak waktu yang tidak bisa terus diterapkan pada waktu berikutnya. “Kalau zaman dulu kita bermain kelereng saja sebagai sebuah permainan, beda ceritanya dengan sekarang, kalian bermain dengan gadget kalian. Adakah yang salah? Tentu tidak, justru kehadiran gadget memudahkan kita dalam berkomunikasi.” Tambahnya. Jadi, dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila tentu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan tetap mengindahkan kaidah-kaidah yang berlaku.
Pada kesempatan yang sama Yuniarto Wijaya atau akrab disapa Toto ini, mengatakan seperti apakah Pancasila yang membekas diingatan kita. Pancasila bukan lagi membahas isinya, tetapi aksi nyata kita di lingkungan masyarakat. “Kita perlu memiliki sikap toleransi kepada sesama kita. Cara pandang kita terhadap suatu masalah bukan dari satu sisi saja, tetapi melihatnya dari beragam akspek. Ketika seseorang atau pun komunitas hingga suatu negara mengalami musibah perlu pula sikap simpati, meski dalam bentuk tulisan, dan ucapan melalui medsos. Dalam hal memilih pemimpin bukan asal pilih, tetapi terlibat langsung dalam proses pengusungan hingga pemilihan. Dan jangan jadikan kebiasaan yang buruk menjadi budaya sehingga menyusahkan kita dikemudian hari,” tegasnya.
IMG_8970
Dapat disimpulkan bahwa implementasi Pancasila oleh mahasiswa Katolik adalah melakukan sikap toleransi antar umat beragama, menumbuhkan kepekaan dan simpati terhadap lingkungan sekitar, dan tidak melakukan kebiasaan buruk yang merugikan diri dan sesama. (PMKAJ)

Buka Puasa FKUB dan KAJ: Dibutuhkan Dialog Karya dan Dialog Etis

Mgr. Ign. Suharyo tampil sebagai salah satu panelis bersama empat orang lainnya dalam buka puasa bersama.


KAJ.or.id – Suasana di aula Katedral Jakarta sejak pukul 16 sudah mulai ramai pada 23 Juni 2016 lalu. Sebagai tuan rumah Uskup Agung Jakarta Mgr. Ign. Suharyo pun sudah berada di lokasi. Satu per satu para tamu khusus yaitu para pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Prov. DKI Jakarta, Rombongan Kepala Kanwil Kemenag DKI, rombongan Kepala Badan Puskesbangpol Prov. DKI serta para alumni Sekolah Agama dan Bina Damai (SABDA) angkat I, II dan III.
Suasana keakraban terlihat dengan saling memberi salam dan bergurau. Hingga akhirnya dimulai dengan diskusi singkat bertajuk: Merajut Persaudaraan dalam Perbedaan. Lima orang panelis mengambil posisi di panggung yaitu Mgr. Ign. Suharyo, DR. H. Abdurrahman (kakanwil Kemenag DKI), H. Taufik (FKUB DKI), H. Taufan dan DR. Kardiono Kepala Badan Kesbangpol DKI. Tampil sebagai moderator Bpk. Rudy Pratikno, SH. Mgr. Suharyo menegaskan bahwa perbedaan itu adalah hakikat dasar manusia.

“Demikian juga anak bangsa ini terdiri dari berbagai latar belakang suku, agama dan ras. Sebagai bagian dari umat manusia di jagat ini kita pun memiliki rasa kemanusiaan. Rasa inilah yang mempersatukan kita seperti tertera dalam sila kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab,” tutur Mgr. Suharyo.

Mgr. Ign. Suharyo tampil sebagai salah satu panelis bersama empat orang lainnya dalam buka puasa bersama.
Mgr. Ign. Suharyo tampil sebagai salah satu panelis bersama empat orang lainnya dalam buka puasa bersama.

Pertanyaannya, lanjut Mgr. Suharyo, bagaimana kita yang saling berbeda ini bisa merajut rasa persaudaraan bukan sebaliknya rasa permusuhan. “Kuncinya adalah mengedepankan dialog baik itu dialog kerja maupun dialog etis. Setiap manusia telah terlukai entah itu dalam skala kecil seperti anak kecil yang dimarahi ibunya maupun skala besar seperti para pengungsi yang terusir dari negaranya karena adanya konflik. Bagaimana kita menanggapi luka batin ini agar kita bisa hidup semakin manusiawi. Kasus-kasus luka batin itu sperti kemiskinan, konflik, atau masalah social lainnya harus didialogkan dalam karya yang disebut dialog karya,” terang Mgr. Suharyo.
Agar dialog karya ini bisa berjalan perlu adanya kepedulian. “Gereja Katolik peduli pada para buruh pekerja di Tangerang. Lantas siapa yang mengurus anak-anak mereka? Lahirlah gagasan mendirikan rumah penitipan anak agar orang tua mereka bisa bekerja seharian,” katanya memberi contoh.
Bagaimana dengan anggota DPR peduli dengan masalah kemanusiaan? “Mereka misalnya harus membuat peraturan, UU yang bisa menjamin terpenuhinya hak setiap warganya. Atau FKUB prihatin melihat semakin merosotnya kerukunan antar umat beragama maka dilahirkanlah program SABDA. Jadi semuanya karena ada kepedulian,” tandas Mgr. Suharyo.
Kakanwil Kemenag DR. Abdurrahman (berdiri) juga tampil sebagai panelis di acara buka puasa bersama
Kakanwil Kemenag DR. Abdurrahman (berdiri) juga tampil sebagai panelis di acara buka puasa bersama

Seiring dengan pernyataan Mgr. Suharyo hal serupa juga terungkap dari Kakanwil Kemenag DR. Abdurrahman. “Persaudaraan kongkrit itu telah terujud malam ini. Teman-teman dari non muslim menghargai kami yang berpuasa dan memasilitasi buka puasa. Contoh kongkrit ini sudah menjadi bahan rujukan bagi negara-negara non muslim lainnya dengan bertanya bagaimana Indonesia yang begitu majemuk bisa hidup berdampingan dengan rukun. Antara lain hal itu diceritakan oleh Dubes kita untuk negara Ajarbaijan kemarin ketika kami sama-sama buka puasa bersama,” tutur Abdurrahman.
Karena itupula Abdurrahman mengeaskan bahwa Kementerian Agama itu bukan milik satu agama tetapi semua agama yang diakui oleh perundang-undangan yang berlaku. “Di kementerian setiap agama punya perwakilan Pembina masyarakat katolik, budha, Kristen, hindu. Dan kini kami sedang mempersiapkan pembimas Kongfuchu,” ungkap Abdurrahman.
Kepala Badan Puskesbangpol DKI DR. Kardiono juga memberikan masukan dalam diskusi panel buka puasa bersama
Kepala Badan Puskesbangpol DKI DR. Kardiono juga memberikan masukan dalam diskusi panel buka puasa bersama

Hal ini pun dibenarkan oleh Badan Puskesbangpol DKI. “Saya hanya ingin menganjurkan kepada seluruh pemuka agama agar selalu mengingatkan umatnya tetap memelihara dan membangun persaudaraan di lingkungannya. Saya juga sangat mengapresiasi upaya FKUB DKI mengembangkan program SABDA. Program ini bisa menjadi perekat antar umat beragama,” tandas DR. Kardiono.
Para panelis yang sudah tampil ini tak sempat lagi menampung berbagai aspirasi maupun pertanyaan dari para peserta dan undangan yang hadir. Karena waktu berbuka puasa telah tiba dan dilanjutkan dengan makan malam bersama serta memberi kesempatan kepada para umat islam melakukan sholat.

Sonar Sihombing- Komsos KAJ

Buka Bersama FKHK: Merajut Silaturahmi Lintas Agama

ceramah pada Buka Puasa Bersama yang diselenggarakan oleh FKHK (Forum Komunikasi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan) Dekenat Jakarta Timur bertempat di Aula Gereja Paroki Keluarga Kudus Rawamangun, Jakarta Timur pada hari Selasa (21/6/2016)

ceramah pada Buka Puasa Bersama yang diselenggarakan oleh FKHK (Forum Komunikasi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan) Dekenat Jakarta Timur bertempat di Aula Gereja Paroki Keluarga Kudus Rawamangun, Jakarta Timur pada hari Selasa (21/6/2016)
Ceramah pada Buka Puasa Bersama yang diselenggarakan oleh FKHK (Forum Komunikasi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan) Dekenat Jakarta Timur bertempat di Aula Gereja Paroki Keluarga Kudus Rawamangun, Jakarta Timur pada hari Selasa (21/6/2016)

KAJ.or.id – “Saling hubungan antar umat Islam dan Nasrani itu bukan barang baru. Justru antar umat beragama tidak saling berkomunikasi adalah hal yang aneh karena sejarah telah membuktikannya”. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua PBNU, H. Nusron Wahid, SE.,MSE dalam memberikan ceramah pada Buka Puasa Bersama yang diselenggarakan oleh FKHK (Forum Komunikasi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan) Dekenat Jakarta Timur bertempat di Aula Gereja Paroki Keluarga Kudus Rawamangun, Jakarta Timur pada hari Selasa (21/6/2016).

“Saling hubungan antar umat Islam dan Nasrani itu bukan barang baru. Justru antar umat beragama tidak saling berkomunikasi adalah hal yang aneh karena sejarah telah membuktikannya”

Nusron menegaskan bahwa hal yang menyebabkan kecurigaan – kecurigaan antar umat itu tidak lain karena warisan kolonialisme. Kolonialisme Belanda di zaman itu sangat erat dengan politik de vide et impera (pecah belah) maka agama menjadi isu yang paling mudah untuk diadu domba. Upaya adu domba itu bertujuan supaya bangsa Indonesia tidak akan pernah merdeka sebagai bangsa yang maju, beradab dan besar.

Beberapa narasumber Ketua PBNU, H. Nusron Wahid, SE.MSE; Romo Antonius Suyata MSF; Ketua FKHK AY. Suyoto; Rm. Philipus Aditya Subono SCJ dan Rm. FX. Widyatmaka, SJ, Drs. AH. Yuniadi MM (Bimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta) & William Yani (Anggota DPRD DKI Jakarta)
“Saling hubungan antar umat Islam dan Nasrani itu bukan barang baru. Justru antar umat beragama tidak saling berkomunikasi adalah hal yang aneh karena sejarah telah membuktikannya”. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua PBNU, H. Nusron Wahid, SE.,MSE

Pada awal acara Romo Antonius Suyata, MSF (Romo Paroki Rawamangun) memberikan sambutan pembuka yang intinya memberikan apresiasi dan menekankan silaturahmi antar umat beragama seperti ini penting dilestarikan karena memang sudah menjadi tradisi turun temurun.
AY. Suyoto selaku Ketua FKHK Dekenat Jakarta Timur juga menjelaskan bahwa acara yang bertema “Membangun Persaudaraan Sejati Dalam Mewujudkan dan Melestarikan Nilai – Nilai Pancasila” ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi dan mewujudkan kerukunan lintas agama di wilayah Jakarta Timur. AY. Suyoto berharap jalinan kebersamaan antar umat beragama ini dapat membangun kekuatan dan kesatuan di tengah keberagaman sebagaimana semboyan dalam Garuda Pancasila “Bhinneka Tunggal Ika.
Beberapa narasumber Ketua PBNU, H. Nusron Wahid, SE.MSE; Romo Antonius Suyata MSF; Ketua FKHK AY. Suyoto; Rm. Philipus Aditya Subono SCJ dan Rm. FX. Widyatmaka, SJ, Drs. AH. Yuniadi MM (Bimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta) & William Yani (Anggota DPRD DKI Jakarta)
Beberapa narasumber Ketua PBNU, H. Nusron Wahid, SE.MSE; Romo Antonius Suyata MSF; Ketua FKHK AY. Suyoto; Rm. Philipus Aditya Subono SCJ dan Rm. FX. Widyatmaka, SJ, Drs. AH. Yuniadi MM (Bimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta) & William Yani (Anggota DPRD DKI Jakarta)

Acara ini dihadiri sekitar 150 orang yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat diantaranya perwakilan dari pemerintah, aparat kepolisian dan tokoh masyarakat di Jakarta Timur. Turut hadir dalam acara Rm. Philipus Aditya Subono SCJ dan Rm. FX. Widyatmaka, SJ, Drs. AH. Yuniadi,MM (Bimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta) & William Yani (Anggota DPRD DKI Jakarta).

(Beny W – Komsos Paroki Cilangkap)

Para Suster Pertapa OCD hadir untuk Menopang Iman Gereja KAJ

Nabi Elia menghadapi nabi palsu baal di Gunung Karmel (1 Raj 9). Nabi Elia merupakan Bapa Rohani para Petapa OCD
Vikjen KAJ, Rm Samuel Pangestu, menerima 8 Suster OCD. suster ocd di jakarta, kaj, keuskupan agung jakarta
Selasa, 31 Mei 2016, delapan orang Suster kontemplatif dari Biara OCD Lembang datang mengawali pendirian Biara Kontemplatif OCD di kompleks Samadi, Klender. (foto-foto: Rm Antara, Rm Samuel dan Rm Ulun)

Kehadiran Biara Rubiah OCD di Samadi-Klender KAJ

KAJ.or.id – Dalam perjalanan sejarahnya Gereja Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) diberkati dan diperkaya dengan kehadiran para Imam, Biarawan serta Biarawati dari aneka Tarekat Religius serta pertumbuhan umat yang menggembirakan. Hingga saat ini KAJ dilayani oleh para imam Diosesan, 20 tarekat Imam, 42 tarekat suster dan 2 tarekat Bruder. Sungguh indah dan istimewa bahwa menjelang peringatan 210 tahun Gereja KAJ, Tuhan melengkapi dengan kehadiran Tarekat Suster Kontemplatif OCD (Ordo Carmelitarium Discalceatorum) untuk pertama kalinya di KAJ. Mereka hadir sebagai pendoa dan pertapa bagi Gereja, khususnya KAJ.
Pada 31 Mei 2016, delapan orang Suster kontemplatif dari Biara OCD Lembang datang mengawali pendirian Biara Kontemplatif OCD di kompleks Samadi, Klender. Setelah dua abad lebih Gereja KAJ berdiri, baru pertama kali ini telah hadir tarekat suster religius kontemplatif.

Para suster pertapa ini mengarahkan hidup untuk tugas berdoa. Berdoa bagi Gereja dan keselamatan jiwa-jiwa, para imam dan gereja lokal khususnya Gereja KAJ.

Kehadiran para suster rubiah ini juga menjadi tanda kesaksian kuat bahwa Tuhan diatas segala-galanya. Di tengah gelombang konsumerisme, sekularisasi kota metropolitan, kesaksian para suster rubiah sungguh memberi warna kedalaman iman dalam hidup keseharian.

Nabi Elia menghadapi nabi palsu baal di Gunung Karmel (1 Raj 9). Nabi Elia merupakan Bapa Rohani para Petapa OCD
Nabi Elia menghadapi nabi palsu baal di Gunung Karmel (1 Raj 9). Nabi Elia merupakan Bapa Rohani para Petapa OCD

Mari kita haturkan syukur dan sukacita kepada Allah Maharahim dengan doa agar kehadiran Biara Pertapa OCD semakin menyuburkan gereja KAJ. Selain memperkaya khasanah para pelaya pastoral di KAJ, kehadiran para suster pertapa kontemplatif juga semakin melengkapi kesatuan para pelayan pastoral dalam doa dan kerasulan. Tuhan memberkati keluarga-keluarga dan komunitas kita sekalian (+ RD. Adi Prasojo – Sekretaris KAJ). (*)
Ordo Carmelitarum Discalceatorum (OCD) acapkali disebut Karmelit Tak-Berkasut. Didirikan Santa Theresia dari Avilla & Santo Yohanes dari Salib yang membawa pembaharuan ordo Karmel. Ordo Karmel berasal dari para pertapa Gunung Karmel Palestina (1185). Mereka meneladani Nabi Elia (1 Raj 9:9-18) yang hidup dalam kesunyian pertapaan Gunung Karmel. (Rk)

Terbaru

Populer