Home Blog Page 24

RENUNGAN HARIAN 21 JULI 2023, JUMAT BIASA XV

Jumat biasa pekan ke-15 (H)
Jumat, 21 Juli 2023

Bacaan:
Bacaan I: Kel 11:10-12:14;
Mzm 116:12-13.15-16bc.17-18;
Bacaan Injil: Mat 12:1-8.

Renungan Sore:

Misericordiam Volo, et non sacrificium. Dominus enim est Filius hominis etiam sabbati ; ”Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan. Sebab Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat”.

Paskah merupakan sejarah keselamatan, Tuhan lewat membebaskan bangsa Israel dari perbudakan orang Mesir. Namun sejarah tersebut perlahan diubah menjadi aturan-hukum yang baku, beku dan membelengu. Bangsa Israel justru memperbudak dirinya sendiri dengan aturan dan hukum. Untuk itulah, kita perlu memandang hukum dan aturan sebagai sarana mencapai kebaikan, pembebasan dan keselamatan bersama. Jangan sampai kita diperbudak karena hukum/aturan.

Gerejapun menetapkan Lex Suprema Salus Animarum , hukum tertinggi adalah keselamatan jiwa-jiwa (kan. 1752). Agar mencapai keselamatan jiwa, maka hendaknya hukum/aturan dilaksanakan dengan mengindahkan belas kasih. Kasih menjadi dasar dari setiap hukum yang dilaksanakan. Sehingga hukum tidak ada lagi digunakan untuk kepentingan diri dengan menutup mata terhadap kebutuhan sesama. Jangan sampai kita jatuh menjadi Firaun/Farisi baru yang memiliki ideologi “pokoknya”.

Pada saat kita memaksakan nafsu dan keinginan sendiri, kita justru jatuh menjadi Firaun dan kaum Farisi baru yang mengorbankan sesama demi kepuasan pribadi. Kita dipanggil untuk meneladan Kristus yang lebih mendahulukan kasih, dengan rela berkorban demi keselamatan bersama. Dalam keselamatan itulah, kita bersama pemazmur akan mengangkat piala keselamatan dan menyerukan nama Tuhan.

Kontemplasi:
Bayangkanlah Allah yang berbelas kasih, Allah yang mengutamakan keselamatan anda dan sesama dibanding persembahan dan ketaatan kepada aturan/hukum semata.

Refleksi:
Bagaimana anda berani mengutamakan kasih dalam menjawab kebutuhan sesama, tanpa melanggar hukum/aturan tetapi dengan melaksanakannya sesuai konteks.

Doa:
Ya Bapa, ajarlah kami untuk menjadi pribadi yang tegas dalam prinsip serta fleksibel dalam karya, fortiter in re suaviter in modo , sehingga dapat menerapkan hukum yang didasarkan pada kasih, dan mengindahkan kebutuhan sesama. Amin.

Perutusan:
Aku akan mengunakan hukum/aturan demi keselamatan jiwaku dan sesama.

– Rm. Antonius Yakin –

RENUNGAN HARIAN 20 JULI 2023, KAMIS BIASA XV

Kel.3:13-20;
Mzm. 105:1,5,8-9,24-25,26-27;
Mat. 11:28-30.

Emang enak?

“Emang enak…, rasain..Emang gue pikirin” Kalimat dan kata-kata ini sempet ngetrend pada zamannnya. Ledekkkan di antara anak-anak yang terlontar saat menertawakan temannya yang sedang jatuh entah karena kelalaian sendiri atau keisengannya atau sebab lain. Kalau inget denger kata-kata itu waktu kecil sih memang dongkol dan kesel, apalagi jika kita yang ditertawakan.
Bagaimana tidak, sudah jatuh, ditertawakan dan tidak ada yang menolong.

Beruntunglah kita punya Tuhan yang baik. Ia sungguh memperhatikan perjuangan para murid-Nya. Terhadap mereka yang sedang mengalami kesulitan, Ia mengatakan, “Marilah datang kepada-Ku, kalian yang letih lesu dan berbeban, aku akan memberikan kelegaan bagi-Mu.” (Mat 11:28). Syukurlah Yesus tidak mengatakan “emang gue pikirin..”, meski kita kadang tidak memikirkan Yesus. Dalam kasih memang ada perjuangan, tetapi sekaligus juga ada kebahagiaan. Yesus mengajak kita “belajar”; melatih diri, sehati seperasaan dengan-Nya.

Lalu?
Sekarang saya bisa menjawab pertanyaan “emang enak?” dari teman-teman saya dahulu. Tidak ada jatuh yang enak. Akan tetapi, dengan kelembutan hati kita bisa menemukan kebanggaan dan kegembiraan dari sakitnya jatuh, karena di situlah kita belajar sesuatu.

SonyPr

RENUNGAN HARIAN 19 JULI 2023, RABU BIASA XV: Kuasa: mendominasi atau menghidupkan?

Mat 11:25-27

Bacaan I : Kel 3: 1-6.9-12

Mazmur Tgp : Mzm 103: 1-2.3-4.6-7

Injil : Mat 11: 25-27

“Kuasa: mendominasi atau menghidupkan?”

Pengalaman perjumpaan Musa dengan Allah merupakan awal panggilan hidupnya, yang kemudian mengubah pandangannya tentang Allah. Pengalaman Musa memperlihatkan bahwa kuasa Allah membawa kehidupan. Paham pada masa itu, berjumpa dengan Allah dapat membawa kematian. Tetapi, Musa tidak mengalami itu sehingga membuat dirinya sangat yakin bahwa Allah yang memiliki kuasa dan kuasa itu membawa pada kehidupan. Buktinya, dia tidak mati ketika berjumpa dengan Tuhan.

Kuasa mungkin diidentikan dengan jabatan, kedudukan atau posisi tinggi di mana mampu menentukan kebijakan. Kuasa juga mungkin identik dengan kekuatan. Dengan kuasa, kita bisa melakukan banyak hal yang diinginkan. Namun, dari semua yang bisa dilakukan, kita dapat merenungkan apakah tujuan dari kuasa itu? Cara Allah menggunakan kuasa adalah dengan memberikan dan membuka ruang kehidupan baru bagi banyak orang.

Saudara-saudari yang terkasih, kadang kita terlena dengan kuasa yang dimiliki, apa pun bentuknya, berapa pun besarnya, dll. Hari ini kita diingatkan untuk menggunakannya sebagai jalan yang membuka kehidupan baru. Kuasa tidak digunakan untuk mendominasi demi kepentingan diri atau kelompok. Sebaliknya, kuasa harus bisa memberi kesempatan bagi orang lain tumbuh dan merasakan kehidupan yang layak. Semoga kita sadar betul menggunakan rahmat Tuhan untuk banyak membantu orang di sekitar kita.

Tuhan memberkati.

AL

RENUNGAN HARIAN 18 JULI 2023, SELASA BIASA XV: “MENGAPA SEPERTI ITU?”

Bacaan I: Keluaran 2: 1-15a
Matius 11: 20-24

Mengapa Seperti Itu?

Tak semua orang menghendaki hidupnya binasa. Apalagi harus mendekap dalam penderitaan panjang. Tentu menyakitkan. Untuk menjauh dari kenyataan pahit, apa yang harus dilakukan?
Kecaman Yesus untuk penghuni kota Khorazim dan Betsaisa tentu ada alasan. Hidupnya kian redup dalam pola yang sesat. Lebih mementingkan diri. Tak peduli dengan derita sesama. Menjadikan pesona dunia segalanya dan melupakan Tuhan.
Kata pertobatanlah yang mampu mengobati hidup kelam. Keluar dari zona nyaman. Merasa diri bukan di atas segalanya. Sedikit merendah untuk mengakui kebesaran Tuhan. Ada yang perlu dilakukan. Ubalah cara hidup lama yang kurang memberi rasa nyaman. Tatap masa depan. Sedikit melangkah dengan sejuta harapan. Meraih mimpi untuk hidup lebih baik.
Kesulitan hidup selalu ada. Hadapilah. Tantangan hidup tak mungkin dihindari. Berdamailah dengan keadaan itu. Asal saja niatmu tulus. Tentu harapanmu akan menjadi kenyataan.

RENUNGAN HARIAN 17 JULI 2023, Senin Biasa XV

Kel 1:8-14.22

Mat 10:34-11:1

 

THANK GOD IT’S MONDAY!

Konon katanya, hakim yang adil adalah hakim yang netral dan tidak berpihak dalam memutuskan satu perkara. Namun, kalau kita lihat dalam Kitab Suci, Allah hadir sebagai hakim dan benteng pertahanan yang memihak.

Allah memihak kita yang percaya dan berpegang pada-Nya. Allah berpihak pada orang yang benar. Allah berpihak pada mereka yang perjuangkan kehidupan. Allah berpihak pada orang yang setia dan taat pada perintah-Nya. Apakah kamu yakin Tuhan berpihak padamu? Tunjukkan kualitasmu dan Allah di pihakmu.

Semoga makin sadar Allah di pihak kita untuk segala hal baik dan benar bagi semesta. Mari bersaksi dan berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!

RAB

RENUNGAN HARIAN 16 JULI 2023, MINGGU BIASA XV

Yesaya 55:10-11

Roma 8:18-23

Matius 13:1-23

MENGUSAHAKAN TANAH YANG BAIK

 

Yesus menggunakan perumpaan penabur yang menabur benih. Benih yang sama ditaburkan. Tapi bagaimana nasib benih itu ditentukan dari tanah seperti apa yang menerimanya. Yang diharapkan Tuhan adalah kita menjadi seperti tanah yang baik. Menjaga dan merawat benih itu lalu berbuah dengan lipat-lipat gandanya. 

Yang patut kita perhatikan adalah jenis-jenis tanah lain yang menyebabkan benih tidak tumbuh. Apa saja yang menyebabkan itu? Ada benih yang jatuh di pinggir jalan, tanpa perlindungan dan dibiarkan begitu saja. Akhirnya lenyap karena dimakan burung-burung. Tanah ini adalah mereka yang sama sekali menolak benih Firman Allah. Yang ditaburkan lenyap begitu saja. 

Ada yang jatuh di tanah yang berbatu-batu, tanahnya tidak banyak. Benih tumbuh tapi akarnya tidak baik. Akhirnya tumbuhnya juga tidak baik, tidak tahan sengatan matahari dan akhirnya kering mati. Ada juga dari kita yang seperti ini. Yang menerima firman, tapi tidak dipupuk dengan baik dan tidak berakar. Lama-lama iman dan Firman itu hilang dan habis juga.

Ada yang jatuh di semak duri, lalu kalah pertumbuhannya. Semak duri makin menghimpit dan menghambat pertumbuhan benih dan akhirnya mati. 

Pada akhirnya, semua benih yang jatuh di tanah yang tidak baik akan hilang, lenyap dan mati.

Hanya pada tanah yang baik benih berbuah dan bisa menjadi berkat bagi orang sekitarnya. Berbuah tanda bahwa benih tanaman itu hidup. Begitu pula, orang beriman disebut hidup jika hidupnya menghasilkan buah-buah berkat bagi banyak orang. Seperti kata Kitab Yesaya, “… memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah Firman yang keluar dari mulut Allah”.

Tanah yang baik, yang siap menjadi tempat pertumbuhan benih tidak terjadi begitu saja. Tanah harus digemburkan dulu, dicangkul, diberi pupuk, disiram, didiamkan. Baru ketika sudah siap barulah bibit atau benih ditanam di sana. Dengan begitu, bibit dan benih akan tumbuh berkembang dan akhirnya berbuah pada waktunya. 

Untuk itu kadang kita dibentuk dan masuk dalam pelbagai macam kesulitan dan penderitaan. Kadang bisa bikin lelah dan pusing juga. Oleh karena itu, Paulus meneguhkan kita dalam suratnya kepada jemaat di Roma, “Saudara-saudara, aku yakin, penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”. Paulus bukan mengajak kita untuk mencari penderitaan dan kesulitan. Bukan. Tapi kita harus bersahabat dengan kesulitan- sambil juga mencari cara dan jalan bersama-sama mengenyahkan penderitaan (suffering) dari dunia. Jalan-jalan itu yang menjadi buah dari pertumbuhan kita. Semakin serupa dengan Kristus, yang menjadikan diri-Nya berbuah bagi kebahagiaan dan keselamatan manusia. 

Jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN HARIAN 15 JULI 2023, SABTU BIASA XIV – Peringatan St. Bonaventura

Kej 49:29-32; 50:15-24
Mat 10:24-33

JANGAN TAKUT FITNAH


Tidak ada bully dan persekusi lebih kejam daripada yang dilakukan anak-anak Israel terhadap Yusuf, si Bungsu. Dijual sebagai budak oleh kakak-kakaknya sendiri. Ada rasa sakit hati mendalam harus diolah sepanjang hidup Yusuf, hingga pada saat di singgasana kuasa, si Bungsu ini malahan berkenan menjadi penyelamat.

Menurut saya inilah pembalasan dendam yang paling indah! Aku akan diam dalam segala hinaan, cacian dan fitnah hingga saat kuasa itu terkumpul hingga mampu membuat musuh bertekuk lutut aku memberinya pengampunan. Sungguh suatu transendensi illahi.

Untuk setiap umat yang teraniaya, mari berjuang terus. Semakin kreatif, semakin keras bekerja, raih kesejahteraan hingga mampu menghidupi si penganiaya…

Fe

RENUNGAN HARIAN 14 JULI 2023, JUMAT BIASA XIV

Jumat biasa pekan ke-14 (H)
Jumat, 14 Juli 2023.

Bacaan:
Bacaan I: Kej 46:1-7.28-30;
Mzm 37:3-4.18-19.27-28.39-40;
Bacaan Injil: Mat 10:16-23.

Renungan Sore:

Eritis odio omnibus propter nomen Meum: qui autem perseveraverit usque in finem, hic salvus erit ; “Kalian akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi barangsiapa bertahan sampai kesudahannya, akan selamat”.

Yesus memberi peringatan kepada kita semua selaku murid-Nya. Dalam menjalani karya pewartaan akan dijumpai banyak tantangan dan kesulitan. Namun Yesus juga berjanji akan selalu menyertai. Dia tidak akan membiarkan kita berjuang sendiri. Dan kitapun diajak untuk untuk berani berjuang Bersama-Nya hingga akhir. Bukan dengan kekerasan tetapi dengan cinta dan pengampunan. Sehingga kita boleh mengalami akhir yang menyelamatkan dan mengembirakan.

Yesus mengatakan, orang yang berdiri teguh sampai akhir akan diselamatkan. Ketika kita dimampukan untuk menghadapi kesulitan serta tantangan yang ada, maka akan banyak pembelajaran yang didapatkan, sehingga kita boleh semakin dewasa dalam iman, harapan dan kasih. Itulah sebabnya, Yesus mengajarkan kita agar dapat tanggap terhadap keadaan yang ada, “Aku mengutus kalian seperti domba ke tengah-tengah serigala! Sebab itu hendaklah kalian cerdik seperti ular, dan tulus seperti merpati”.

Melalui keterbukaan hati terhadap setiap peristiwa yang terjadi, maka kita akan dimampukan untuk setia dalam iman dan luwes dalam cara. Sehingga setiap pengalaman yang ada semakin memampukan kita untuk bertumbuh dan bersyukur. Sebagaimana Yusuf, yang mensyukuri pengalamannya karena dia mau menyadari dan belajar dari penyertaan Allah dalam hidupnya. Sehingga Yusufpun dapat mengampuni kesalahan saudara-saudaranya.

Yusuf tidak tergoda untuk mengikuti dorongan emosi sesaat dengan membalas kejahatan mereka. Tetapi dengan hati yang penuh kasih, ia dapat menemukan rancangan Tuhan bagi hidup keluarganya. Dia akhirnya bertemu kembali dengan ayahnya Yakub setelah lebih dari dua puluh tahun terpisah. Momen reuni yang sangat mengharukan dan rasa sakit dari cobaan, kesulitan dan bahaya tidak lagi menjadi masalah. Maka marilah kita berdiri teguh dalam pencobaan sehingga kita boleh dipersatukan kembali dengan Allah Bapa kita, Dia yang akan menghapus setiap air mata kita.

Kontemplasi:
Bayangkanlah Allah yang senantiasa menyertai anda dalam setiap lika-liku, suka-duka, pahit-manis, kehidupan ini, sehingga anda dapat semakin bertumbuh dan berkembang dalam kedewasaan iman, harapan dan kasih.

Refleksi:
Bagaimana anda berani menemukan Allah yang hadir dalam setiap peristiwa kehidupan ini, sehingga membuat anda semakin dapat mengasihi dan mengampuni tiap anggota keluarga yang dianugerahkan Tuhan kepada anda?

Doa:
Ya Bapa, ajarlah kami untuk memiliki Hati-Mu yang penuh kasih dan pengampunan, sehingga kamipun boleh merasakan kegembiraan dalam karya pewartaan yang kami hidupi. Amin.

Perutusan:
Aku akan belajar untuk memaknai pengalaman hidupku dalam terang Kasih Allah.

– Rm. Antonius Yakin Pr –

RENUNGAN HARIAN 13 JULI 2023, KAMIS BIASA XIV (H)

(SonyPr) Ign. Prasetya H. Wicaksana, Pr

Hari biasa, Pekan Biasa XIV (H)

Kej. 44:18-21,23b-29; 45:1-5;

Mzm. 105:16-17,18-19,20-21;

Mat. 10:7-15

“TERBUANG”

Dimas baru saja lulus SMA. Ada rasa bangga sekaligus sekaligus sebaliknya. Selama enam tahun ia tinggal di Panti asuhan. Mamanya memasukkan dia ke sana karena kesulitan ekonomi. Ia merasa dibuang keluarga. Setahun berlalu dari panti, ia pun membuka usaha kecil-kecilan sambil menabung untuk kuliah. Ia pun bersyukur telah memperoleh bekal kehidupan dari Panti. Ia tidak lagi merasa dibuang, melainkan bersyukur.

Yusuf begitu terluka dengan saudara-saudaranya. Ia begitu kesal karena disingkirkan dan dibuang oelhe saudaranya sendiri. Namun siapa yang sangka, ia kembali bertemu dengan saudara-saudaranya. Yusuf bisa saja acuh atau membalas dendam. Akan tetapi Yusuf memilih memainkan peran lain. Kesempatan itu digunakan untuk memperilhakan siapa dirinya di hadpaan saudarany. Bagaimanapun juga mereka adalah tetap keluarganya.“Akulah Yusuf, saudaramu, yang kalian jual ke Mesir. Tetapi sekarang janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri karena kalian menjual aku ke sini, sebab demi keselamatan hidup kalianlah Allah menyuruh aku mendahului kalian ke Mesir.” (Kej44:5).

Lalu?

Manusia memisahkan, Allah mempersatukan. Jalan persatuan memang berliku. Manusia mereka derita, Allah merancang kehidupan. Yang direncanakan Allah tetaplah indah.

(SonyPr)

Ign. Prasetya H. Wicaksana, Pr

RENUNGAN HARIAN 12 JULI 2023, RABU BIASA XIV

RENUNGAN HARIAN, 12 JULI 2023, RABU BIASA XIV, Mat. 10:1-7

Rabu, 12 Juli 2023

Hari Rabu Biasa Pekan XIV

Bacaan I          : Kej. 41:55-57; 42:5-7a,17-24a

Mazmur Tgp   : Mzm. 33:2-3,10-11,18-19

Injil                  : Mat. 10:1-7

 “Memilih: Balas Dendam atau Balas Kasih”

Kisah Yusuf dalam bacaan pertama sangat menarik. Yusuf berada dalam posisi yang sangat dilematis, antara ingin membala sakit hatinya karena dijual oleh saudara-saudaranya atau menyelamatkan keluarganya yang kelaparan. Kisah ini menarik karena Yusuf mengulang skema „mengorbankan“ salah seorang saudara agar seluruh keluarga selamat. Yusuf meminta seorang anggota keluarga untuk ditinggalkan dalam tahanan dan keluarga yang lain akan selamat. Skema ini mengingatkan mereka akan peristiwa Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya. Kali ini, mereka harus merelakan lagi salah seorang anggota keluarga.

Kadang kita lebih mudah berpikir untuk membalas sakit hati. Kita merencanakannya dan berupaya membalas rasa sakit itu dengan perlakuan yang sama. Apalagi, jika kita memiliki posisi dan kesempatan yang besar. Yusuf memilih untuk menarik diri, menangis dan berdiskresi tentang keputusan yang akan diambilnya. Dia memilih untuk tidak menumpahkan rasa sakit hatinya kepada keluarganya.

Saudara-saudari yang terkasih, untuk mengubah sakit hati dan keinginan balas dendam, kita membutuhkan waktu sejenak untuk menarik diri. Mungkin kita juga butuh waktu untuk menangisi rasa sakit sehingga bisa lebih lega untuk menerima pengalaman pahit. Dan, kemudian memutuskan untuk memilih yang baik. Semoga kita tidak tergesa-gesa ingin membalas sakit hati, tetapi merenungkan dan mencari kehendak Tuhan di dalam tiap pengalaman.

Tuhan memberkati.

AL

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?