Home Blog Page 20

RENUNGAN HARIAN 27 AGUSTUS 2023, MINGGU BIASA KE-21 (XXI)

Yesaya 22:19-23
Roma 11:33-36
Matius 16:13-20

MESIAS, ANAK ALLAH = ANAK MANUSIA?

 

Saat tiba di daerah Kaisarea Filipi (lihat peta sebelah) tiba-tiba – tak ada angin, tak ada hujan – Yesus bertanya kepada para murid, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?”. Kita jangan langsung menduga bahwa Yesus sedang bertanya apa kata-kata orang tentang diri-Nya. Belum sampai sana. Mungkin saja “Anak Manusia” yang dimaksud pada awal pertanyaan ini bukan tentang Yesus. Tapi tentang “Anak Manusia” yang terdapat dalam Nubuat Daniel. 

“Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.” (Daniel 7:13-14).

Bisa jadi, saat itu, di kalangan orang Yahudi sendiri menerka-nerka siapa gerangan yang dimaksud Anak Manusia oleh Nubuat Daniel ini? Siapakah Dia, yang datang dari awan-awan di langit. Siapakah Dia, yang diberikan kekuasaan dan kemuliaan sebagai raja! Siapakah Dia itu? Siapa yang ada dalam pikiran orang-orang akan diserahi Kekuasaan dan Kemuliaan Bapa yang Mahatinggi dalam Kerajaan-Nya yang kekal dan tidak akan musnah?

Oh itu. Ada yang bilang, Anak Manusia yang dimaksud itu adalah Yohanes Pembaptis. Ada lagi yang bilang Elia. Ada lagi yang bilang Yeremia – atau salah seorang nabi.

Lah, terus siapa dong?

Gak tau, pokoknya salah seorang dari para nabi terdahulu itulah sang “Anak Manusia” yang dimaksud dalam Nubuat Daniel. 

Pertanyaan Yesus dilanjutkan, sekarang, “Menurut kamu, siapakah Aku ini?”.

Saya membayangkan, dengan bahasa lain, Yesus hendak bertanya kepada mereka, “Menurut kamu, setelah kalian melihat apa yang Aku lakukan, Aku katakan dan perbuat, apakah Aku klop dengan “Anak Manusia” sesuai Nubuat Daniel itu? Bahwa Akulah yang akan diserahi segala kuasa dan kemuliaan dan memerintah sebagai raja?”

Saya yakin para murid ada yang takut dan ragu-ragu. Saya membayangkan ada beberapa di antara mereka berpikir, “Wah, offside nih orang! Pede bener lu!” Bahkan mungkin ada yang sebenarnya yakin tapi ragu-ragu untuk menjawab. Memang sih, para murid itu menyaksikan sendiri Yesus mengadakan banyak mukjizat. Tapi apa spesialnya Yesus?

Dia bisa menyembuhkan orang (Mat 12:9-15)? Lah Nabi Elia juga pernah nyembuhin Naaman (2Raj 5:14-15).

Memberi makan banyak orang (Mat 14:13-21)? Lah Musa dulu juga bisa kasih turun manna di padang gurun (Kel 16).

Bisa jalan di atas air (Mat 14:22-33)? Lah buset, bahkan Musa bisa belah air laut merah trus jalan nyebrang dengan ribuan orang (Kel 14:15)?

Trus apa lebihnya Yesus dari nabi-nabi itu? Mungkin begitu pikir para murid yang ragu, takut dan diam. 

Tiba-tiba, dalam kesunyian, Petrus maju dan mengakui Yesus, “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup!”. Petrus maju sebagai orang yang percaya. Mungkin dia juga ragu, bingung dan takut. Tapi itu tidak membuat dia diam. Ia berani mengambil sikap iman, maju dan mengakui imannya – di tengah keragu-raguannya. 

Apa upahnya menjadi seperti Petrus? 

“Berbahagialah engkau, SIMON BIN YUNUS, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga”. 

Coba kita ganti, nama SIMON BIN YUNUS dengan nama kita sendiri. Seperti itulah kata-kata Yesus jika kita tetap mau percaya kepada Yesus sebagai juruselamat di tengah keragu-raguaan, ketidakpahaman, ketidakmengertian. Iman yang bertahan itu adalah anugerah dari Bapa, bukan karena kita yang mau percaya. Bapa sendiri yang memilih kita, bukan kita yang memilih Dia. 

Pada perikop setelah ini , Petrus mendapat anugerah menyaksikan sendiri Kemuliaan Yesus di atas gunung Tabor. Yesus berubah rupa dalam kemuliaan bersama Musa dan Elia (Mat 17)

Yesus sendiri mengakui diri-Nya sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup. Dialah sang “Anak Manusia” yang dinubuatkan Kitab Daniel. Dia yang akan diserahkan kekuasaan dan kemuliaan sebagai Raja dalam Kerajaan Allah di surga. 

Lalu Yesus melarang murid-murid untuk memberitahukan ini kepada siapapun. Kadang kita bertanya, kenapa dilarang sih, bukannya bagus disebarkan begitu?

Eh tunggu dulu. Kalau disebarkan saat itu pasti dunia persilatan langsung heboh! Para murid-murid yang adalah saksi mata semua mukjizat saja ragu-ragu menjawab dan menerima. Apalagi yang tidak pernah kenal Yesus, langsung diberitahu bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah – Anak Manusia dalam Nubuat Daniel yang akan datang sebagai Raja????

(intermezzo) Tapi rasa saya sih pasti ada yang jadi Lambe Turah trus cerita ke orang banyak. Dan akhirnya berita ini menyebar seperti gosip sampai Yerusalem.

Karena ini yang menyebabkan Yesus disambut kelak di Yerusalem bak seorang Raja (Mat 21). Kok bisa-bisanya orang-orang ini menyambut Yesus seperti menyambut kedatangan raja kalau sebelumnya tidak berita tentang itu?

 

 

 

Bahkan di atas kayu salib Yesus pun tertulis – “Yesus orang Nazaret, Raja orang Yahudi” (Mat 27:37).

 

Dan alasan yang sama menjadi tuduhan penyaliban-Nya, karena Yesus mengaku sebagai Raja (Mat 27:11).

Ia dipakaikan busana raja dan mahkota duri dan memberi tongkat seperti raja (Mat 27:29)

Gara-gara ini juga orang banyak mengolok-olok Yesus (Mat 27:29, 42). 

Tapi setelah semuanya selesai, setelah Yesus bangkit sebelum terangkat ke surga, Ia meyakinkan para murid. 

Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:18-20).

Emang benar Dialah Anak Allah, Anak Manusia, Raja semesta alam. 

Mereka yang percaya akhirnya diutus dan disertai Tuhan. 

Jadi begitulah kisahnya. Kadang-kadang di tengah keraguan, kita perlu mengambil sikap iman seperti Petrus. Lepas bebas dari segala ketakutan, kekhawatiran dan keraguan. 

Dan orang yang berani mengambil keputusan imannya tidak akan kehilangan ganjarannya.

Jadi, kamu gimana?

RA

 

Perayaan Ekaristi Minggu, 27 Agustus 2023, Pk. 11.00 WIB di Pusat Pastoral Samadi, Klender, Jakarta Timur (Disiarkan juga di TVRI Nasional)

_Kami mengundang umat untuk hadir secara offline dalam:_
Perayaan Ekaristi Minggu, 27 Agustus 2023, Pk. 11.00 WIB di Pusat Pastoral Samadi, Klender, Jakarta Timur
(Disiarkan juga di TVRI Nasional)
*Misa dipersembahkan oleh Rm. John Laba T, SDB*
NB: Misa akan disiarkan juga di TVRI Nasional

RENUNGAN HARIAN 26 AGUSTUS 2023, SABTU PEKAN BIASA KE-20 (XX)

Rut 2:1-3.8-11;4:13-17

Matius 23:1-12

 

IKUTI NASIHATNYA
ABAIKAN KELAKUANNYA

Dalam kehidupan nyata, kita sering jumpa kelakuan orang dengan pribadi terpecah atau somplak. Pengemudi motor yang zigzag selalu potong jalan orang, saat kita maju dia teriak “hoi sabar!” Padahal dirinya yang lakukan tindakan menang sendiri. Orang dengan pribadi somplak, selalu mau menang sendiri dan meminta yang lain memakluminya, sering kita temui memancing emosi kita.

Yesus mengundang kita pada tingkah kesalehan yang tinggi, meminta kita turuti nasehat orang farisi dan ahli taurat tapi jangan contoh perbuatannya. Ini sama saja dengan perjuangan kita tetap disiplin penuh kasih dalam hidup bahkan saat berhadapan dengan pribadi somplak macam orang farisi.

Mereka tidak perlu dinasehati, nasehat sudah penuh di kepala mereka dan mudah keluar dari mulutnya karena batinnya sudah tertutup, tak bisa serap satupun nasehat. Batinnya egois dan merasa selalu benar. Maka kita yang waras memang harus maklum akan kelakuan mereka.

Bukankah kita yang pasti masuk surga?

FE

RENUNGAN HARIAN JUMAT, 25 AGUSTUS 2023 “Keputusan yang didasarkan pada Kasih”

RENUNGAN HARIAN JUMAT, 24 AGUSTUS 2023, Keputusan yang didasarkan pada Kasih, Rut 1:1.3-6.14b-16.22, Mat 22:34-40, renungan katolik, renungan harian katolik, renungan kristiani, jumat biasa xx

Jumat biasa pekan ke-20 (H)
Jumat, 25 Agustus 2023.

Bacaan:
Bacaan I: Rut 1:1.3-6.14b-16.22;
Mzm 146:5-10;
Bacaan Injil: Mat 22:34-40.

Diliges Dominum Deum tuum ex toto corde tuo, et in tota anima tua, et in tota mente tua et diliges proximum tuum, sicut teipsum_ ; “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan segenap akal budimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.

Dalam situasi sulit, tidak jarang seseorang mengambil keputusan pribadi yang dirasa menguntungkan dirinya dan sesama sekitar. Inilah keputusan yang dipilih oleh Orpa, dia memilih untuk kembali ke kampung halamannya dan meninggalkan Naomi, ibu mertuanya. Pilihan Orpa ini masuk akal dan sesuai dengan perhitungan manusiawi.

Namun ada pula, pribadi-pribadi yang tidak melulu mendasarkan pilihan pada pertimbangan duniawi saja, melainkan digerakkan oleh Kasih. Sebagaimana Rut yang tetap memilih setia mengikuti Naomi, mertuanya.

Keputusan ini didasarkan pada Kasih, yang bukan sekedar perhitungan manusiawi melainkan memiliki unsur ilahi. Pilihan inilah yang membuat Rut pantas dimasukan dalam sejarah keselamatan manusia. Melalui keturunan Rut inilah, hadirlah Raja Daud dan Yesus Kristus, Juru Selamat kita.

RENUNGAN HARIAN JUMAT, 24 AGUSTUS 2023, Keputusan yang didasarkan pada Kasih, Rut 1:1.3-6.14b-16.22, Mat 22:34-40, renungan katolik, renungan harian katolik, renungan kristiani, jumat biasa xx

Hal senada diungkapkan oleh Yesus hari ini. Kristus memberikan perintah Kasih kepada kita semua. Kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama seperti pada diri sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi. Hukum kasih ini saling terkait satu sama lainnya.

Kasih kepada Allah nampak melalui kasih kita kepada sesama. Kasih kepada sesama nampak pada bagaimana kita menghargai diri sendiri. Dengan menghargai diri, kitapun mampu mengasihi sesama dengan lebih baik. Dan dengan mengasihi sesama maka kita menunjukkan Kasih kepada Allah.

Perintah kasih ini perlu diwujud-nyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana kita membina relasi kasih dalam keluarga: pasangan, orang tua, mertua, anak dan menantu. Sebagaimana Rut yang tetap mengasihi Naomi meskipun sudah ditinggal mati oleh suaminya, putera dari Rut.

RENUNGAN HARIAN KAMIS, 24 AGUSTUS 2023, PESTA S. BARTOLOMEUS, RAS (M) “Dulu Sinis, Sekarang Manis”

Pesta S. Bartolomeus, Rasul Martir, Rm Sony Pr, Why.21:9b-14, Yoh.1:45-51

Pesta S. Bartolomeus, Ras (M)
Why.21:9b-14; Mzm. 145:10-11,12-13ab, 17-18; Yoh.1:45-51.

Dulu Sinis, Sekarang Manis

Sikap sinis adalah perilaku yang memandang sesuatu dengan cenderung rendah. Sikap yang diperlihatkan cenderung meragukan kebaikan yang diusahakan atau ditampilkan orang lain. Semua gagasan baik cenderung dimentahkan dengan nada sindiran.

Sinis yang kadang dibarengi sikap masa bodoh merupakan ciri stress (CNN.com , 2015). Sehingga perlu berhati-hati menghakimi mereka yang bersikap sinis. Tidak perlu ditanggapi serius. Mereka yang sini kadang hanya perlu diberi waktu dan didengarkan saja.

Nada Nathanael seperti terdengar sinis. Di saat Filipus sedang begitu semangatnya menceritakan pertemuannya dengan Yesus (Yoh 1:45), Nathanael dengan sinis menjawab “mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazareth” (Yoh 1:46). Filipus tidak terburu-buru menghakimi Nathanael, ia justru memberi ruang bagi Nathanael.

Kebenaran Filipus dipertegas oleh Yesus sendiri. Bahkan Yesus memuji Nathanael sebagai orang Israel sejati (1:47). Sikap Nathanael pun berubah, tidak lagi sinis. Ia menjadi manis di hadapan Allah, ia datang kepada Yesus dan menyembahNya (1:49).

Lalu?
Tak perlu emosi dan berbalik negatif menghadapi mereka yang sinis. Mungkin saja kita diutus menjadi “Filipus” bagi mereka. Tetap tersenyum, niscaya; sinis pun berubah manis. (Sy)

RENUNGAN HARIAN 23 AGUSTUS 2023, RABU BIASA PEKAN KE-20 (XX)

Bacaan I : Hak 9: 6-15
Mazmur Tgp : Mzm 21: 2-3.4-5.6-7
Injil : Mat 20: 1-16a

“Murah Hati: Ruang Cinta Allah untuk Bertumbuh“

Apa itu murah hati? Apakah murah hati sepadan dengan nilai sebuah upah? Injil hari ini berkisah tentang pemilik kebun anggur yang mengajak pengangguran untuk bekerja di ladangnya dan kemudian memberi mereka upah atas kerja mereka. Semua yang bekerja pada hari itu, entah yang terdahulu maupun yang terakhir, mendapat nominal yang sama. Sayangnya, mereka yang terdahulu bekerja kecewa karena upah yang sama dengan pekerja yang datang terakhir.

Sebagai manusia, kadang kita hanya terbatas melihat dari apa yang kita terima begitu saja. Kalau kita memperhatikan perumpamaan dalam Injil, pemilik kebun anggur memberikan pekerjaan bagi orang yang tidak bekerja. Dia memberikan kesempatan untuk bekerja dan memberi upah atas pekerjaannya. Semata-mata, dia tidak hanya melengkapi kebutuhan harian tetapi juga memberi kesempatan bagi pekerja untuk mengaktualisasikan diri.

Hari ini kita belajar bahwa murah hati tidak sepadan dengan sekadar upah yang diterima. Allah sungguh murah hati karena dia tidak hanya melengkapi kebutuhan kita tetapi membuka peluang agar kita berkembang dan berkarya. Sayangnya, kita sering terjebak dengan tolok ukur manusiawi saja. Semoga kita membuka hati dan merasakan kemurahan hati Allah sebagai ruang cinta yang besar untuk tumbuh dalam iman sebagai anak Allah yang baik.

Tuhan memberkati.
AL

RENUNGAN HARIAN 22 AGUSTUS 2023, PERINGATAN St PERAWAN MARIA, RATU

Hak 6:11-24a
Matius 19:23-30

TUHAN MENANTANGMU, BERANI?

 

Gideon, seorang biasa seperti kita. Tetiba disebut sebagai pahlawan oleh Malaikat Tuhan. 

Gideon, mempertanyakan penyertaan Tuhan terhadap bangsanya. Mengapa bangsanya tidak merdeka. Apakah kuasa Tuhan hanya hebat di masa lalu, tidak di masa sekarang?

Gideon, matanya selalu mengarahkan ke luar. Padahal Tuhan sedang mempersiapkan dirinya, dan memanggil dirinya untuk menjadi pembebas. 

Gideon, saat sudah dipanggil pun masih meragukan penyertaan Tuhan. Dia merasa kecil tak berdaya, mana mungkin melawan musuh yang begitu kuat?

“Akulah yang menyertai engkau, sebab engkau akan memukul kalah orang Midian sampai habis”. 

Gideon meminta tanda. Tuhan membakar habis semua persembahan yang disiapkannya. 

Gideon akhirnya percaya. Tapi Tuhan meneguhkan, “Jangan Takut!”

Petrus pun takut. Ia mendengar, bahwa orang kaya pun sukar untuk masuk ke dalam kerajaan surga. Lalu siapa yang akan diselamatkan?

Petrus telah meninggalkan semua, siapa yang lagi yang dapat menjamin keselamatannya? Di dunia pun di surga kelak?

“Jangan Takut”. Barangsiapa (berani) meninggalkan segala-galanya demi Tuhan akan menerima kembali seratus kali lipat, dan memperoleh hidup yang kekal. 

Kamu pun dipanggil oleh-Nya, untuk menjadi pahlawannya yang berani. 

Kamu pun dipanggil-Nya, untuk meninggalkan segala hal yang selama ini menghalangimu masuk kerajaan surga.

Berani?

Jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN HARIAN SENIN, 21 AGUSTUS 2023, PW St. Pius X, Paus, “Baik itu adalah Kualitas yang dimiliki oleh Seseorang”

Hak. 2:11-19, Mat. 19:16-22, PW St. Pius X, Paus, renungan harian, renungan katolik, rm anton baur, St Maksimiliamus Kolbe

THANK GOD IT’S MONDAY!

21 Agustus 2023 – St Pius X

Kata ‘baik’ itu kata sifat yang melekat pada orang atau tindakan tertentu. Baik itu adalah kualitas yang dimiliki oleh seseorang. Baik adalah fokus yang diupayakan oleh hidup manusia.

Jika memang semua orang punya maksud baik dan tujuan baik dalam hidupnya, pasti hidup kita juga baik. Hanya saja, kadang-kadang apa yang kita anggap baik, belum tentu baik untuk orang lain. Apa yang orang anggap baik, belum tentu baik bagi masyarakat.

Lalu bagaimana? Ikutilah peraturan dan perintah yang berlaku dalam masyarakat. Bukan hanya ikuti tetapi juga kritis atasnya apakah memang demi banyak orang atau tidak. Dengan begitu, dengarkanlah suara hatimu untuk bisa jernih melihat yang baik bagi hidup semua orang.

Semoga makin perjuangkan banyak hal baik dalam hidup. Mari bersaksi dan berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday! (RAB)

RENUNGAN HARIAN 21 AGUSTUS 2023, Peringatan St. Pius X

Hak 2:11-19

Mat 19:16-22

THANK GOD IT’S MONDAY!
21 Agustus 2023 – St Pius X

Kata ‘baik’ itu kata sifat yang melekat pada orang atau tindakan tertentu. Baik itu adalah kualitas yang dimiliki oleh seseorang. Baik adalah fokus yang diupayakan oleh hidup manusia.

Jika memang semua orang punya maksud baik dan tujuan baik dalam hidupnya, pasti hidup kita juga baik. Hanya saja, kadang-kadang apa yang kita anggap baik, belum tentu baik untuk orang lain. Apa yang orang anggap baik, belum tentu baik bagi masyarakat.

Lalu bagaimana? Ikutilah peraturan dan perintah yang berlaku dalam masyarakat. Bukan hanya ikuti tetapi juga kritis atasnya apakah memang demi banyak orang atau tidak. Dengan begitu, dengarkanlah suara hatimu untuk bisa jernih melihat yang baik bagi hidup semua orang.

Semoga makin perjuangkan banyak hal baik dalam hidup. Mari bersaksi dan berbahagia sebagai orang beriman. Thank God It’s Monday!

RAB



RENUNGAN HARIAN 20 AGUSTUS 2023, MINGGU BIASA KE-20 (XX)

Yesaya 56:1.6-7
Roma 11:13-15.29-32
Matius 15:21-28


KEADILAN ALLAH

Pada minggu-minggu sebelumnya, kita telah kenyang dengan tema KERAJAAN SURGA. Perumpamaan tentang Kerajaan Surga, Yesus yang berubah rupa dalam kemuliaan surgawi  dan Santa Perawan Maria diangkat ke Surga. Maka, pada minggu ini kita masuk pada tema yang lain lagi. Tapi masih berkaitan dengan faktor bagaimana Kerajaan Surga dapat hadir di muka bumi ini. 

Tema itu adalah mengenai KEADILAN ALLAH. 

Sebagai manusia, apa yang kita pahami sebagai keadilan? Sama rata-sama rasa? Setiap orang berhak mendapatkan apa yang menjadi hak sesuai kewajibannya? atau apa? Tentu bicara soal keadilan dalam kacamata manusia kita bisa berdiskusi panjang. 

Yang saya maksud tentang Keadilan Allah di sini juga bukan tentang Allah akan mengadili orang-orang pada zaman akhir nanti – yang benar masuk surga, yang salah masuk neraka. Bukan. Bukan sama sekali. 

Mari kita lihat Sabda-Sabda Tuhan pada hari ini. 

Kitab Nabi Yesaya dalam Bacaan Pertama menyampaikan Firman Tuhan seperti ini, “…sebab sebentar lagi akan datang keselamatan yang dari pada-Ku, dan keadilan-Ku akan dinyatakan. Sebab Aku akan membawa ke gunung-Ku yang kudus ORANG-ORANG ASING yang menggabungkan diri pada Tuhan untuk melayani Dia dan mengasihi nama-Nya untuk menjadi hamba-hamba-Nya..” Di akhir perikop juga disebutkan, “SEBAB RUMAH-KU akan disebut RUMAH DOA bagi segala bangsa“.

Rasul Paulus dalam bacaan kedua menjelaskan apa itu keadilan Allah. Keadilan Allah adalah kemurahan hati-Nya. Kemurahan bagi bangsa-bangsa yang tidak taat. Karna justru dalam ketidaktaatan mereka, Allah menunjukkan kemurahan-Nya: memanggil mereka untuk menerima kasih karunia dan menjawab panggilan-Nya. 

Tema ini juga ditunjukkan melalui tindakan Yesus terhadap perempuan Kanaan. Yesus berjumpa perempuan ini saat Dia menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.

Tirus dan Sidon terletak di garis pantai Laut Mediterania, sebelah utara Galilea. Anda tentu tau bagaimana pandangan orang-orang Yahudi mengenai orang-orang dari daerah ini. Perempuan Kanaan ini memohon kepada Yesus untuk menyembuhkan anak perempuannya yang sakit. Ibu ini tau, dia orang asing. Bahkan dia juga sadar sebutan orang-orang yahudi bagi bangsanya.

“Benar, Tuhan, tapi anjing-anjing pun makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya”.

Tapi itu tak menyudutkan hati Ibu ini. Labeling atau cap yang diberikan kepadanya dan sebangsanya tidak menghalangi dia untuk berharap pada kemurahan Allah yang adil. Kalau Allah adil, maka Rahmat-Nya tidak hanya diberikan untuk segelintir orang saja yang dianggap layak, tapi juga bagi bangsa asing, yang disebut kafir itu. Harapan Ibu ini timbul dari imannya yang sangat besar – demikian ungkapan Yesus. “Hai Ibu sungguh besar imanmu!”. 

Jadi, hari ini saya TIDAK mengajak anda untuk bersikap seperti ibu yang punya iman itu. Tapi, saya ingin mengajak anda untuk sadar – bahwa keadilan Allah yang murah hati harus hadir di bumi ini. Maka kita sebagai anak-anak Allah dipanggil untuk mewujudkan itu. 

Masih banyak sesama kita yang terasing, atau diasingkan, yang butuh pertolongan seraya terus berharap bahwa kemurahan hati Allah mereka rasakan juga. Misalnya, mereka yang terjerat dan menjadi korban praktek perdagangan orang. Mereka yang terasing dari kebijakan pemerintah. Mereka yang betul-betul belum merasakan apa artinya sejahtera. Dan masih banyak lagi.

Kita, saya dan anda dipanggil Allah untuk ikut serta terlibat dalam menghadirkan keadilan-Nya, yakni kemurahan hati-Nya. 

Kalau anda, saat ini anda merasakan Rahmat Allah yang begitu besar, dalam rupa kesehatan, kesejahteraan, rezeki yang berlimpah – lalu bagaimana rahmat itu adil dirasakan juga dalam diri orang yang tidak mengalaminya? Sebaliknya, ketidakadilan terjadi karena ulah segelintir orang dengan kepentingan pribadinya.

Rahmat-Nya harus dirasakan oleh semua orang – juga bagi mereka yang terasing. 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?