KAJ – Teolog Lutheran dari Norwegia, Pdt Dr Olav Fykse Tveit, yang sekarang menjabat sebagai Sekretaris Jendral Dewan Gereja Dunia (WCC), pada suatu kesempatan secara khusus bertemu Paus Benediktus XVI di Vatikan.
Pertemuan berlangsung pada Sabtu, 4 Desember 2010. Mereka mendiskusikan sejumlah permasalahan, termasuk kesatuan Gereja dan situasi orang Kristiani di Timur Tengah.
Pertemuan itu merupakan pertemuan resmi pertama sejak Tveit dilantik sebagai Sekretaris Jendral WCC, Januari 2010. Tveit dan Paus terlibat dalam pembicaraan yang terbuka dan bersahabat. Paus menekankan betapa pentingnya karya dan pelayanan WCC. Sebelum menjadi Paus, Joseph Ratzinger ikut terlibat dalam Komisi Faith and Order WCC pada awal 1970-an. Komisi ini membahas permasalahan teologis dan kesatuan Gereja-gereja.
WCC beranggotakan 349 Gereja yang mewakili lebih dari 550 juta orang Kristiani di seluruh dunia, termasuk Ortodoks, Anglikan, Protestan, dan beberapa Gereja Pentakosta dan Gereja Evangelis. Gereja Protestan Indonesia selain menjadi anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), juga menjadi anggota WCC.
Meskipun bukan anggota WCC, Gereja Katolik Roma yang terdiri dari 2.956 keuskupan (2010), dengan sekitar 1,1 miliar umat, berpartisipasi dalam kegiatan dan pelayanan WCC, misalnya Komisi Faith and Order, Komisi Misi Dunia dan Evangelisasi, serta Kelompok Kerja Gabungan WCC dan Gereja Katolik Roma. Perwakilan Katolik juga memberikan masukan untuk perencanaan Sidang ke-10 WCC di Busan, Korea pada 2013.
Sumber: http://www.hidupkatolik.com/2012/01/17/kerjasama-wcc-vatikan
Dialog Dewan Gereja Dunia WCC dan Vatikan
66 Tahun Majalah Hidup
Bertempat di Gereja Katedral Jakarta, sore 5 Januari 2012 lalu Mgr. I. Suharyo, Pr Uskup Agung Jakarta memimpin misa ungkapan syukur ulang tahun ke-66 Majalah Mingguan Hidup. Misa konselebrasi dengan dibantu empat orang imam ini menjadi sangat meriah karena diiringi paduan suara Mia Patria pimpinan Putut Pudyarto dengan lagu-lagu nuansa etnis berbagai daerah. “Lagu-lagu berirama Jawa, Bali, Batak, Melayu, serta tari-tarian yang mengiringi misa syukur ini melambangkan bahwa Majalah Hidup diterima oleh dan diperuntukkan untuk berbagai etnis dari seluruh Nusantara,” jelas Intan Permatasari, mantan finalis Akademi Fantasi Indosiar (AFI) III yang bertindak sebagai pembawa acara.
Dalam kothbahnya Mgr. Suharyo menandaskan bahwa Majalah Hidup adalah majalah KAJ tetapi dibaca oleh seluruh umat katolik Indonesia. “Karena itu saya menganggap kehadiran Majalah Hidup ini sebagai sarana mewartakan kabar gembira melalui cetak kepada umat katolik Indonesia. Saya membayangkan bagaimana seorang umat merasa tersentuh dengan membaca sebuah kesaksian hidup beriman yang disajikan Hidup. Atau seorang umat bertambah imannya dan pengetahuannya setelah membaca Hidup. Itulah sebabnya saya merasa kehadiran Hidup merupakan sarana penting bagi pewartaan terutama di era hidup modern saat ini,” tegasnya.
Lebih jauh Mgr. Suharyo menandaskan bahwa hidup manusia di era sekularisasi saat ini sudah gampang sekali mengesampingkan Allah. “Karena sebagian merasa dirinya sudah mampu merencanakan masa depan kehidupannya, mengandalkan kebolehannya meskipun masih ada yang selalu berpasrah kepada kehendak Allah. Ini persis seperti kisah Kain dan Abel,” ungkap Mgr. Suharyo.
Abel yang berprofesi sebagai penggembala yang terus berpindah-pindah dan tidak tahu apa yang akan terjadi mengenai masa depannya. Sehingga Abel hanya bisa berpasrah kepada alam dan Allah.
Sedangkan Kain berprofesi sebagai petani yang sudah menetap. “Sehingga dia sudah bisa merencanakan masa depannya dengan menyimpan hasil panenannya untuk masa depan. Sehingga dia merasa semakin tidak perlu memberi tempat Allah berperan dalam kehidupannya,” lanjut Mgr. Suharyo. Hal serupa juga terjadi di era modern ini. “Manusia telah mampu membuat hujan buatan. Karena itu dia merasa untuk apa lagi harus berdoa memohon hujan kepada Allah. Dalam keadaan seperti inilah kehadiran Mahjalah Hidup sangat memegang peran penting yaitu berupaya menghadirkan Allah ditengah-tengah manusia yang semakin menjauh dari Allah,” tegas Mgr. Suharyo.
Misi penting inilah yang harus mendapat dukungan setiap umat KAJ. Seorang pastor, guru, seorang dosen atau seorang pimpinan lembaga mempunyai tanggungjawab untuk memperkenalkan majalah ini kepada umatnya, muridnya, kepada mahasiswanya ataupun kepada karyawannya. “Bila seorang imam, guru, dosen atau pimpinan lembaga memperkenalkan majalah ini kepada warga lingkungannya pasti akan mendapat perhatian mereka. Paling tidak dia pernah melihat dan mendengar mengenai kehadiiran Majalah Hidup yang sudah berusia 66 tahun ini. Artinya ini menjadi bagian dari panggilan hidup kita untuk memperkenalkan Majalah Hidup ini kepada sekitar kita persis seperti Filipus memperkenalkan Yesus kepada Natanael. Tujuan kita agar manusia modern ini tetap dekat dengan Allah,” urai Mgr. Suharyo.
Jadi, lanjut Mgr. Suharyo mengenalkan Majalah Hidup kepada orang lain bukan semata-mata perkara teknis pemasaran, tetapi jauh lebih mendalam dari itu adalah perkara iman. “Karena itu mari umat KAJ mari menjadi Filipus – Filipus dan Filipa-Filipa yang mewartakan Allah,” ajak Mgr. Suharyo.
Di pihak lain Roesilah Kasiyanto, ketua Yayasan Hidup Katolik mengatakan bahwa Majalah Hidup sebagai sarana pewartaan harus tetap bisa menyesuaikan diri dengan zamannya. “Hanya dengan demikian majalah ini selalu dinanti-nanti pembacanya. Untuk itu seluruh awak Hidup harus terus belajar, belajar dan belajar untuk menyempurnakan dirinya dan kompetensinya. Hidup ini adalah belajar,” tegasnya.
Roesilah juga menekankan perlunya Hidup memperhatikan sisi bisnisnya. “Sebab untuk bisa terus bertahan harus ada profitabilitas untuk menunjang pengembangan lembaganya,” tandasnya. Kehadiran Majalah Hidup juga menurut dia merupakan salah satu sarana KAJ untuk meujudkan Arah Dasar Pastoral KAJ 2010 – 2015.
Harapan senada juga diungkapkan oleh A. Margana, Pemimpin Umum Majalah Hidup. Dalam usia 66 tahun, ujarnya, Majalah Hidup perlu dukungan semua pihak untuk tetap menjadi bacaan rohani setiap keluarga. Positioning Majalah HIDUP sekarang lebih jelas sebagai Mingguan Katolik, bacaan untuk meningkatkan pengetahuan dan keimanan katolik.
Margana juga menyatakan demi meningkatkan kepuasan pembacanya, pihaknya sebagai pengelola telah membenahi penampilan fisik majalah ini dengan kertas dan desain baru. “Majalah HIDUP ingin lebih memuaskan pembaca. Selain itu, iklan di Majalah HIDUP juga semakin bervariasi. Pemasang iklan bukan lagi melihat sekadar majalah Katolik, tapi mereka melihat pembacanya sebagai pasar potensial. Dari 15.000 majalah yang beredar, 90% berlangganan tetap. Pelanggan berarti orang katolik mampu yang menjadi pasar yang diincar oleh beberapa pemaang iklan seperti otomotif, perbankan, consumer goods, dll,” jelas Margana.
Sonar Sihombing
Surat Keluarga Januari 2012
BUNYIKAN TEROMPET KASIH
Terompet yang satu berbunyi anggun dan mantap
Yang lain terasa enggan dan lemah
Yang lain lagi penuh ambisi yang mengganggu kedamaian
Dan sebagian lagi tidak tahu apa yang harus dibunyikan..
Setiap keluarga mempunyai terompetnya
Menyuarakan bunyi istimewa dari pengalaman sucinya
Pengalaman akan Allah yang sedang membuat lagu-lagu cinta
Atau pengalaman sendiri yang bersuara parau dan sepi
Buatlah terompetmu bersama-sama
Entah parau, entah merdu, ciptakanlah bersama
Karena berdua selalu lebih baik daripada sendirian
Supaya suaranya saling melengkapi
Tak ada yang tidak beruntung tahun ini
Sebab kesedihan tak pernah dirancangkan
Yang ada hanyalah kebodohan yang direncanakan
Dengan mengabaikan Pencipta yang setiap hari bersama kita
Masih dengan suara terompet kasih-Nya.
_________________________________
Keluarga keluarga terkasih,
Perkenankanlah saya mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru 2012 untuk Anda semua di seluruh KAJ. Tahun 2011 sudah berganti, saatnya kita menciptakan pengalaman baru di tahun baru 2012 bersama seluruh keluarga kita. Tahun baru yang menjelang semoga membawa pengalaman-pengalaman yang semakin berarti dan baik bagi seluruh keluarga kita dengan harapan-harapan yang terus menerus diwujudkan dalam cinta kasih dan kebersamaan yang membawa kegembiraan bersama.
Kebiasaan banyak orang untuk menghabiskan waktu menjelang tahun baru dalam pesta dan perayaan memang membawa perasaan gembira tersendiri. Kita ingin momen detik-detik awal di tahun baru memberi kita start atau awal yang baru yang menyemangati. Kita ingin awal tahun diwarnai sukacita, dengan harapan sepanjang tahun membawa warna yang sama. Akan tetapi, di setiap akhir tahun, kabar yang kita dengar banyak kali justru kebalikannya. Begitu banyak keprihatinan yang muncul. Kita masih mengakhiri tahun-tahun dengan beberapa keluhan dan bahkan berita penderitaan saudara-saudara kita yang miskin dan terpinggirkan. Berita-berita perceraian, perselingkuhan, dan kegagalan rumah tangga juga tak sedikit kita ketahui.
Belum lagi di dalam keluarga-keluarga kita sendiri. Keprihatinan sepanjang tahun tentu menjadi refleksi/permenungan kita. Barangkali, masih tersisa beberapa pengalaman yang kurang menyenangkan; luka-luka dari relasi dan kerjasama yang gagal; masalah keuangan yang sempat membawa keruwetan; atau rencana-rencana yang belum terealisasi dan membuat “hutang pekerjaan” tentu juga membawa beban tersendiri. Akan tetapi, semua itu mau atau tidak harus ditinggalkan dan kita harus menjalani tahun baru dengan cerita yang baru juga.
Awal tahun menjadi semangat yang akan mewarnai sepanjang tahun yang baru ini. Awal tahun akan lebih baik jika diisi dengan optimisme yang realistis sekaligus resolutif bagi hidup kita. Kalau tahun-tahun yang lalu kita rasakan kurang membahagiakan, bukan berarti Tuhan tidak berpihak, melainkan barangkali kita yang perlu mengusahakannya dengan lebih disiplin. Bersama seluruh keluarga, dan tentu saja bersama iman kita kepada Yesus Kristus, semua usaha pembaruan kita akan lebih berarti. Memikirkan hal-hal yang berharapan baik tentu merupakan perwujudan iman juga, bukan?
Seorang Bapak mengatakan di tahun baru akan mulai membuat papan tulis yang akan diisi informasi ke mana ia, isteri, dan anak-anak pergi dan kapan akan pulang lengkap dengan jam dan tanggalnya. Semula saya tersenyum, mengingat kebiasaan menulis kepergian yang biasa dilakukan di semua seminari dan biara kami. Sekarang, ada seorang kepala keluarga awam mau menerapkan kebiasaan itu, saya menjadi kagum. Ternyata ada juga keluarga-keluarga yang mau menertibkan hidup keluarganya dengan hal-hal yang “baru”. Bapak itu mengatakan, usaha ini sekedar mengurangi pertengkaran yang disebabkan kecurigaan dan ketidaktahuan di dalam keluarga karena kurangnya informasi. Suatu usaha yang menarik..!
Keluarga-keluarga di Keuskupan Agung Jakarta yang terkasih, kita tentu tidak boleh melupakan tahun ini sebagai tahun kita memperdalam pengetahuan dan menjalankan hidup yang Ekaristis. Persatukanlah setiap perjuangan hidup keluarga kita bersama perayaan-perayaan Ekaristi bersama. Dengan perayaan bersama, Allah akan semakin dilibatkan dan dibiarkan ikut campur tangan mengelola keluarga-keluarga kita. Dengan kekuatan dari roti dan anggur Tuhan Kita, semoga kita semakin berani memulai tahun ini dengan sesuatu yang baru yang membawa kita pada pengalaman yang lebih baik. Akhirnya, kita berharap, akhir tahun nanti, kita dapat mendengar kabar-kabar baik dan keberhasilan yang lebih membawa rasa syukur akan penyertaan Tuhan.
Salam dan doa saya dalam Yesus, Maria, dan Yusuf
Alexander Erwin Santoso MSF
PESAN PAUS BENEDIKTUS XVI: Hari Perdamaian Sedunia Januari 2012
Dalam Rangka Perayaan Hari Perdamaian Sedunia Januari 2012
“MENDIDIK KAWULA MUDA DENGAN KEADILAN DAN DAMAI”
UMAT PARUNG Diancam, Tidak Boleh Merayakan NATAL
Tampaknya Bogor menjadi sebuah wilayah yang semakin tak menjunjung azas Bhineka Tunggal Ika. Kalau di Kota Bogor ada penyanderaan terhadap GKI Yasmin oleh Walikota, sedangkan di Kabupaten Bogor Bupati menyandera Gereja Katolik St. Johannes Babtista, Keuskupan Bogor di Parung.
Sudah sejak 2007 lalu umat katolik St. Joannes Babtista mengajukan permohonan ijin untuk mendirikan gereja di Parung. Tetapi hingga kini belum ada titik terang. ”Kami terpaksa perbaharui lagi permohonan itu tahun ini,” ungkap Hendrik dewan paroki Parung. Bahkan pada 2010 Bupati mengeluarkan SK No.453.2/556-Huk tentang Penghentian Seluruh Kegiatan Gereja Katolik Paroki St. Babtista Parung.
Nah menjelang Natal 2011 ini, ada pihak yang mengatasnamakan umat muslim Parung yang tegas mengatakan akan mengawal pelaksanaan SK Bupati itu. Lewat spanduk bertuliskan : “Kami Masyarakat Muslim Parung Mendukung dan Akan Mengawal SK Bupati Nomor: 453.2/556-Huk Perihal: Penghentian Seluruh Kegiatan Gereja Katolik Paroki Santo Babtista Parung”.
Bahkan hari ini 22 Desember 2011 sekelompok anak dari Forum Komunikasi Remaja Masdjid (FKRM) berunjuk rasa di depan kantor Bupati Bogor menuntut agar isi SK dimaksud dilaksanakan. ”Kebetulan kami sedang menghadap Bupati hari ini untuk menyampaikan aspirasi kami. Syukur Pak Bupati sudah mulai lebih bijaksana dari pada waktu sebelumnya. Karena itu dia mengusulkan agar umat Gereja Katolik St. Johannes Babtista merayakan natal tahun ini di lapangan Perumahan Telaga Kahuripan. Tetapi kami akan minta pendapat dari Bapak Uskup dulu,” jelas Hendrik.
Lebih jauh Hendrik mengatakan bahwa sebenarnya umat keberatan kalau harus merayakan Natal di Telaga Kahuripan. ”Sebab kenyataannya warga sekitar tanah gereja baik RT maupun RW dan juga warga dari 13 Desa di Parung tidak menginginkan kami pindah dari lokasi itu. Lalu siapa sebenarnya yang keberatan? Ya orang dari luar wilayah,” tandas Hendrik.
Kenyataan itu dibuktikan dengan jumlah spanduk yang terpasang. ”Kami ketahui bahwa sebenarnya ada 23 lebih spanduk yang sama yang telah dicetak, tetapi hanya empat spanduk yang berhasil dikibarkan. Selebihnya ditolak oleh warga setempat. Spanduk itu telah seminggu terpampang,” tandas Hendrik.
Gereja St. Johannes Babtista yang ingin dibangun oleh umat katolik Parung ini sudah mulai mengurus IMB sejak 2007 lalu. Rencananya gereja itu dibangun di atas lahan seluas 7.960 m2 dengan bangunan gereja seluas 896 m2.
Tampaknya aksi pelarangan perayaan natal ini telah mendapat tanggapan sangat luas. Rm. Markus Solo, Sekretaris Konggregasi Hubungan Antar Umat Beragama kawasan Asia Dewan Kapausan sangat menyayangkan hal ini. ”Kita adalah berasaskan kebhinekaan. Hendaknya pemerintah memberi perhatian akan pelanggaran akan kebebebasan beragama ini,” ungkapnya.
Bahkan Ismail Hasani, peneliti Setara Institute mengatakan pesan toleransi yang selama 2011 telah 19 kali diungkapkan oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono tidak meninggalkan bekas. “Bahkan sekadar menegur seorang wali kota yang melakukan pembangkangan hukum sekali pun,” ujar Hasani, dalam Refleksi Akhir Tahun Kondisi Kebebasan Beragama dan Hak Asasi Manusia 2011, di Jakarta, Senin (19/12).
Setara Institute mencatat, selama 2011 telah terjadi 244 kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan yang mengandung 299 bentuk tindakan kekerasan. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan adalah tiga provinsi dengan tingkat pelanggaran paling tinggi.
Sonar Sihombing
NATAL yang Menghijau
Ini dia sedikit tips 10 cara untuk anda yang merayakan Natal dan membuat perayaan ini menjadi sesuatu yang menjadi berkah untuk kita dan alam, karena Natal tidak seharusnya mengorbankan kelestarian Bumi kita.
(diambil dari artikel “Cara Merayakan Natal yang ramah untuk Bumi” di http://www.greenpeace.org/
1. Jangan lupa untuk mematikan kegemerlapan lampu pohon Natal ketika kamu tidak berada di dekatnya. Lampu menghabiskan sekitar 15 % dari kebutuhan listrik rumah tangga dan lampu pohon natal yang ditinggalkan menyala selama 10 jam per hari dan selama 12 hari berturut-turut akan meninggalkan jejak karbon yang cukup besar.
2. Diperkirakan sekitar 1,7 milliar kartu natal dikirim setiap tahunnya hanya di Inggris, belum seluruh dunia. Secara kasar itu setara dengan 200.000 pohon untuk membuatnya- dan berapa banyak dari kartu itu yang hanya dibuang setelah perayaan dan libur Natal? Jadi, cobalah untuk mengirim kartu ucapan Natal dari kertas atau bahan daur ulang, dengan sedikit daya kreatif dan usaha, kamu juga pasti bisa membuatnya sendiri, dan akan menjadi lebih berkesan. Atau coba kirimkan kartu elektronik seperti yang kami lakukan. Dan setelah hari besar berlalu, pastikan itu tidak terbuang sia sia, simpan baik bai, kumpulkan dan daur ulang kembali menjadi kertas yang bisa kamu gunakan lagi.
3. Gunakan kertas daur ulang sebagai pembungkus kado. Dibutuhkan 1,3 kg batubara untuk memproduksi 1 kg kertas pembungkus dan menghasilkan emisi sekitar 3,5 kg CO2- belum termasuk jejak karbon akibat proses transportasi dan pengapalan yang dibutuhkan hingga bisa sampai ke tangan kita. Tahun ini kenapa tidak membungkus dengan menggunakan majalah atau koran bekas saja?
4. Lilin,
Lilin paraffin dibuat dari residu minyak bumi, jadi tidak akan memberikan kebaikan apapun bagi kesehatan kamu dan keluarga, kecuali untuk cahaya kecilnya. Lilin yang terbuat dari minyak kedelai, atau lilin yang terbuat dari bahan alam atau tumbuhan lebih baik untuk kamu gunakan karena mudah terurai dan berkelanjutan, bebas asap, dan tentunya lebih ramah lingkungan.
5. Hiasi gerbang rumahmu dengan tanaman asli, bukan imitasi.
Daripada menghabiskan uang untuk hiasan Natal yang artificial yang tidak akan bisa didaur ulang dengan cepat, lebih baik gunakan tumbuhan asli untuk menghiasi rumahmu. Gunakan tanaman asli atau bunga2an dari kebunmu agar rumah terlihat lebih indah dan segar.
6. Pohon Natal: plastik atau sungguhan? Jika kamu mempertanyakan mana yang lebih baik, jawabannya: pohon sungguhan adalah pilihan yang lebih bersahabat dengan alam, meski pohon plastik dapat bertahan untuk beberapa tahun, tapi mereka dibuat dari bahan metal dan plastik PVC yang beracun. Ini jelas membutuhkan energi yang banyak untuk membuatnya, dan berbahaya bagi lingkungan jika nanti dibuang, dan akan menambah sampah di tempat penampungan sampah, juga butuh waktu lama untuk bisa terurai. Banyak pohon plastik kini dibuat di Cina atau Taiwan, jadi sudah pasti membutuhkan energi tambahan untuk mengirimkannya.
Pohon sungguhan menyerap banyak karbondioksida selama mereka tumbuh dan lebih bisa diurai oleh alam. Pohon juga merupakan habitat dari banyak satwa dan tumbuhan, dan secara umum lebih segar dan terlihat indah di dalam rumah kamu. Jika kamu membelinya dengan akar atau di dalam pot, setelah Natal kamu bisa menanamnya di halaman dan bahkan dapat menggunakannnya di tahun depan. Jangan lupa untuk menanam pohon lebih banyak daripada yang kamu ambil.
7. Bijak dalam menggunakan baterai.
Sebuah keluarga dapat menghabiskan banyak baterai, terutama dalam momen perayaan seperti Natal. Kebutuhan baterai mulai untuk kamera, mainan anak anak, remote tv, senter, dll. Gunakan baterai yang dapat diisi ulang daripada yang hanya sekali pakai. Memang akan memerlukan sedikit tambahan uang untuk membelinya, namun itu adalah investasi yang baik, dan kamu tak perlu membeli baterai lagi kedepannya. Jangan lupa untuk tidak membuangnya sembarangan karena baterai mengandung racun yang berbahaya bagi lingkungan.
8. Kembali ke pasar lokal
Berbelanjalah di pasar tradisional untuk kebutuhan Natal kamu. Beli produk sayuran atau daging yang berasal dari pertanian atau peternakan lokal, yang tidak membutuhkan banyak energi atau pesawat untuk mengirimnya. Selain itu, kamu telah berpartisipasi membantu perekonomian negara dengan membeli barang produksi dalam negeri.
9. Daur Ulang hadiah yang tidak diinginkan.
Sayangnya semua orang menerima setidaknya satu hadiah yang tidak diingini atau tidak dibutuhkan. Daripada dibuang lebih baik berikan kepada teman, anak yatim atau siapapun yang membutuhkannya. Di luar sana masih banyak orang yang membutuhkan sebuah pakaian atau mainan yang bagus dan layak. Mereka akan sangat berterimakasih untuk itu.
10. Donasikan sebagian rezeki Anda sebagai hadiah Natal bagi Bumi ini kepada lembaga amal atau mereka yang bergerak di bidang lingkungan.
Asal Mula Pohon Natal
Oleh: Romo William P. Saunders *
Kisah Pohon Natal merupakan bagian dari riwayat hidup St. Bonifasius, yang nama aslinya adalah Winfrid. St. Bonifasius dilahirkan sekitar tahun 680 di Devonshire, Inggris. Pada usia lima tahun, ia ingin menjadi seorang biarawan; ia masuk sekolah biara dekat Exeter dua tahun kemudian. Pada usia empatbelas tahun, ia masuk biara di Nursling dalam wilayah Keuskupan Winchester. St. Bonifasius seorang yang giat belajar, murid abas biara yang berpengetahuan luas, Winbert. Kelak, Bonifasius menjadi pimpinan sekolah tersebut.
Pada waktu itu, sebagian besar penduduk Eropa utara dan tengah masih belum mendengar tentang Kabar Gembira. St. Bonifasius memutuskan untuk menjadi seorang misionaris bagi mereka. Setelah melalui satu perjuangan singkat, ia mohon persetujuan resmi dari Paus St. Gregorius II. Bapa Suci menugaskannya untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Jerman. (Juga pada waktu itu St. Bonifasius mengubah namanya dari Winfrid menjadi Bonifasius). St. Bonifasius menjelajahi Jerman melalui pegunungan Alpen hingga ke Bavaria dan kemudian ke Hesse dan Thuringia. Kemudian pada tahun 722, paus menahbiskan St. Bonifasius sebagai uskup dengan wewenang meliputi seluruh Jerman. Ia tahu bahwa tantangannya yang terbesar adalah melenyapkan takhayul kafir yang menghambat diterimanya Injil dan bertobatnya penduduk. Dikenal sebagai “Rasul Jerman”, St. Bonifasius tetap terus mewartakan Injil hingga ia wafat sebagai martir pada tahun 754.
Marilah kita memulai cerita kita tentang Pohon Natal:
Dengan rombongan pengikutnya yang setia, St. Bonifasius sedang melintasi hutan dengan menyusuri suatu jalan setapak Romawi kuno pada suatu Malam Natal. Salju menyelimuti permukaan tanah dan menghapus jejak-jejak kaki mereka. Mereka dapat melihat napas mereka dalam udara yang dingin menggigit. Meskipun beberapa di antara mereka mengusulkan agar mereka segera berkemah malam itu, St. Bonifasius mendorong mereka untuk terus maju dengan berkata, “Ayo, saudara-saudara, majulah sedikit lagi. Sinar rembulan menerangi kita sekarang ini dan jalan setapak enak dilalui. Aku tahu bahwa kalian capai; dan hatiku sendiri pun rindu akan kampung halaman di Inggris, di mana orang-orang yang aku kasihi sedang merayakan Malam Natal. Oh, andai saja aku dapat melarikan diri dari lautan Jerman yang liar dan berbadai ganas ini ke dalam pelukan tanah airku yang aman dan damai! Tetapi, kita punya tugas yang harus kita lakukan sebelum kita berpesta malam ini. Sebab sekarang inilah Malam Natal, dan orang-orang kafir di hutan ini sedang berkumpul dekat pohon Oak Geismar untuk memuja dewa mereka, Thor; hal-hal serta perbuatan-perbuatan aneh akan terjadi di sana, yang menjadikan jiwa mereka hitam. Tetapi, kita diutus untuk menerangi kegelapan mereka; kita akan mengajarkan kepada saudara-saudara kita itu untuk merayakan Natal bersama kita karena mereka belum mengenalnya. Ayo, maju terus, dalam nama Tuhan!”
Mereka pun terus melangkah maju dengan dikobarkan kata-kata semangat St. Bonifasius. Sejenak kemudian, jalan mengarah ke daerah terbuka. Mereka melihat rumah-rumah, namun tampak gelap dan kosong. Tak seorang pun kelihatan. Hanya suara gonggongan anjing dan ringkikan kuda sesekali memecah keheningan. Mereka berjalan terus dan tiba di suatu tanah lapang di tengah hutan, dan di sana tampaklah pohon Oak Kilat Geismar yang keramat. “Di sini,” St. Bonifasius berseru sembari mengacungkan tongkat uskup berlambang salib di atasnya, “Di sinilah pohon oak Kilat; dan di sinilah salib Kistus akan mematahkan palu sang dewa kafir Thor.”
Di depan pohon oak itu ada api unggun yang sangat besar. Percikan-percikan apinya menari-nari di udara. Warga desa mengelilingi api unggun menghadap ke pohon keramat. St. Bonifasius menyela pertemuan mereka, “Salam, wahai putera-putera hutan! Seorang asing mohon kehangatan api unggunmu di malam yang dingin.” Sementara St. Bonifasius dan para pengikutnya mendekati api unggun, mata orang-orang desa menatap orang-orang asing ini. St. Bonifasius melanjutkan, “Aku saudaramu, saudara bangsa German, berasal dari Wessex, di seberang laut. Aku datang untuk menyampaikan salam dari negeriku, dan menyampaikan pesan dari Bapa-Semua, yang aku layani.”
Hunrad, pendeta tua dewa Thor, menyambut St. Bonifasius beserta para pengikutnya. Hunrad kemudian berkata kepada mereka, “Berdirilah di sini, saudara-saudara, dan lihatlah apa yang membuat dewa-dewa mengumpulkan kita di sini! Malam ini adalah malam kematian dewa matahari, Baldur yang Menawan, yang dikasihi para dewa dan manusia. Malam ini adalah malam kegelapan dan kekuasaan musim dingin, malam kurban dan kengerian besar. Malam ini Thor yang agung, dewa kilat dan perang, kepada siapa pohon oak ini dikeramatkan, sedang berduka karena kematian Baldur, dan ia marah kepada orang-orang ini sebab mereka telah melalaikan pemujaan kepadanya. Telah lama berlalu sejak sesaji dipersembahkan di atas altarnya, telah lama sejak akar-akar pohonnya yang keramat disiram dengan darah. Sebab itu daun-daunnya layu sebelum waktunya dan dahan-dahannya meranggas hingga hampir mati. Sebab itulah, bangsa-bangsa Slav dan Saxon dapat mengalahkan kita dalam pertempuran. Sebab itu jugalah, panenan telah gagal, dan gerombolan serigala memporak-porandakan kawanan ternak; kekuatan telah menjauhi busur panah, gagang-gagang tombak menjadi patah, dan babi hutan membinasakan pemburu. Dan sebab itulah juga, wabah telah menyebar di rumah-rumah tinggal kalian, dan jumlah mereka yang tewas jauh lebih banyak daripada mereka yang hidup di seluruh dusun-dusunmu. Jawablah aku, hai kalian, tidakkah apa yang kukatakan ini benar?” Orang banyak menggumamkan persetujuan mereka dan mereka mulai memanjatkan puji-pujian kepada Thor.
Ketika suara-suara itu telah reda, Hunrad mengumumkan, “Tak satu pun dari hal-hal ini yang menyenangkan dewa. Semakin berharga persembahan yang akan menghapuskan dosa-dosa kalian, semakin berharga embun merah yang akan memberi hidup baru bagi pohon darah yang keramat ini. Thor menghendaki persembahan kalian yang paling berharga dan mulia.”
Dengan itu, Hunrad menghampiri anak-anak, yang dikelompokkan tersendiri di sekeliling api unggun. Ia memilih seorang anak laki-laki yang paling elok, Asulf, putera Duke Alvold dan isterinya, Thekla, lalu memaklumkan bahwa anak itu akan dikurbankan untuk pergi ke Valhalla guna menyampaikan pesan rakyat kepada Thor. Orang tua Asulf terguncang hebat. Tetapi, tak seorang pun berani berbicara.
Hunrad menggiring anak itu ke sebuah altar batu yang besar antara pohon oak dan api unggun. Ia mengenakan penutup mata pada anak itu dan menyuruhnya berlutut dan meletakkan kepalanya di atas altar batu. Orang-orang bergerak mendekat, dan St. Bonifasius menempatkan dirinya dekat sang pendeta. Hunrad kemudian mengangkat tinggi-tinggi palu dewa Thor keramat miliknya yang terbuat dari batu hitam, siap meremukkan batok kepala Asulf yang kecil dengannya. Sementara palu dihujamkan, St. Bonifasius menangkis palu itu dengan tongkat uskupnya sehingga palu terlepas dari tangan Hunrad dan patah menjadi dua saat menghantam altar batu. Suara decak kagum dan sukacita membahana di udara. Thekla lari menjemput puteranya yang telah diselamatkan dari kurban berdarah itu lalu memeluknya erat-erat.
St. Bonifasius, dengan wajahnya bersinar, berbicara kepada orang banyak, “Dengarlah, wahai putera-putera hutan! Tidak akan ada darah mengalir malam ini. Sebab, malam ini adalah malam kelahiran Kristus, Putera Bapa Semua, Juruselamat umat manusia. Ia lebih elok dari Baldur yang Menawan, lebih agung dari Odin yang Bijaksana, lebih berbelas kasihan dari Freya yang Baik. Sebab Ia datang, kurban disudahi. Thor, si Gelap, yang kepadanya kalian berseru dengan sia-sia, sudah mati. Jauh dalam bayang-bayang Niffelheim ia telah hilang untuk selama-lamanya. Dan sekarang, pada malam Kristus ini, kalian akan memulai hidup baru. Pohon darah ini tidak akan menghantui tanah kalian lagi. Dalam nama Tuhan, aku akan memusnahkannya.” St. Bonifasius kemudian mengeluarkan kapaknya yang lebar dan mulai menebas pohon. Tiba-tiba terasa suatu hembusan angin yang dahsyat dan pohon itu tumbang dengan akar-akarnya tercabut dari tanah dan terbelah menjadi empat bagian.
Di balik pohon oak raksasa itu, berdirilah sebatang pohon cemara muda, bagaikan puncak menara gereja yang menunjuk ke surga. St. Bonifasius kembali berbicara kepada warga desa, “Pohon kecil ini, pohon muda hutan, akan menjadi pohon kudus kalian mulai malam ini. Pohon ini adalah pohon damai, sebab rumah-rumah kalian dibangun dari kayu cemara. Pohon ini adalah lambang kehidupan abadi, sebab daun-daunnya senantiasa hijau. Lihatlah, bagaimana daun-daun itu menunjuk ke langit, ke surga. Biarlah pohon ini dinamakan pohon kanak-kanak Yesus; berkumpullah di sekelilingnya, bukan di tengah hutan yang liar, melainkan dalam rumah kalian sendiri; di sana ia akan dibanjiri, bukan oleh persembahan darah yang tercurah, melainkan persembahan-persembahan cinta dan kasih.”
Maka, mereka mengambil pohon cemara itu dan membawanya ke desa. Duke Alvold menempatkan pohon di tengah-tengah rumahnya yang besar. Mereka memasang lilin-lilin di dahan-dahannya, dan pohon itu tampak bagaikan dipenuhi bintang-bintang. Lalu, St. Bonifasius, dengan Hundrad duduk di bawah kakinya, menceritakan kisah Betlehem, Bayi Yesus di palungan, para gembala, dan para malaikat. Semuanya mendengarkan dengan takjub. Si kecil Asulf, duduk di pangkuan ibunya, berkata, “Mama, dengarlah, aku mendengar para malaikat itu bernyanyi dari balik pohon.” Sebagian orang percaya apa yang dikatakannya benar; sebagian lainnya mengatakan bahwa itulah suara nyanyian yang dimadahkan oleh para pengikut St. Bonifasius, “Kemuliaan bagi Allah di tempat mahatinggi, dan damai di bumi; rahmat dan berkat mengalir dari surga kepada manusia mulai dari sekarang sampai selama-lamanya.”
Sementara kita berkumpul di sekeliling Pohon Natal kita, kiranya kita mengucap syukur atas karunia iman, senantiasa menyimpan kisah kelahiran Sang Juruselamat dalam hati kita, dan menyimak nyanyian pujian para malailat. Kepada segenap pembaca, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Natal yang penuh berkat dan sukacita!
* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber : “Straight Answers: Christmas Tree Origins” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2002 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
KEMANA ARAH DIALOG ANTAR AGAMA

Bedah buku “Muslim Bertanya Kristen Menjawab (MBKM)” karya Christian W. Troll yang diterjemahkan oleh Markus Sola Kewuta, 20 Desember 2011 di Jakarta berjalan semarak. Ruang pertemuan Center for Dialogue and Cooperation Among Civilition (CDCC) tempat acara digelar terisi penuh.
Para pembedah buku ini menyatakan buku ini sangat baik. “Buku ini dapat menjadi acuan dialog yang substantif dan otentik. Sebagai orang Islam saya tidak merasa tersinggung sedikit pun membaca bahasan dalam buku ini. Ini jauh dari sifat memojokkan Islam seperti yang banyak dilakukan oleh penulis yang mengaku ahli Islamologi,” ungkap Saleh Partaonan Daulay, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah.
Saleh mencontohkan Robert Spencer, David Horowitz dan Ali Sina sebagai Islamolog dan penulis-penulis buku yang secara terbuka menyerang dan hendak memojokkan Islam. “Tentu saja para pembenci Islam ini akan semakin menjauhkan kita dari prinsip-prinsip dialog untuk merajut keharmonisan antara dua agama di masa yang akan datang,” tandas Saleh.
Lebih jauh Saleh mencoba mengidentifikasi mengapa Kristen dan Islam sering bergesakan dalam kehidupan sehari-hari. “Salah satu diantaranya karena agama kita adalah sama-sama agama misioner. Hendak mengembangkan agamanya masing-masing ke semakin banyak orang. Sehingga Islam mencurigai pihak Kristen sedang mengadakan kristenisasi dan sebaliknya kristen mencurigai Islam sedang melakukan aksi islamisasi. Sebenarnya disinilah peran dialog agar tidak ada saling mencurigai yang akan memperuncing kebencian satu sama lain,” lanjut Saleh.
Dari berbagai jenis dialog yang ada maka Saleh menganjurkan agar dialog yang bersikap inklusivisme yang terus dikembangkan. “Sebab dengan dialog bersikap inklusif ini masing-masing pihak meyakini dalam dirinya bahwa agama lain pun memberikan keselamatan bagi umat manusia dan dia sendiri tetap pada keyakinannya bahwa agamanya lebih baik dari agama lain,” jelasnya.
Dengan sikap inklusif seperti ini para pihak yang berdialog untuk beberapa kasus bersedia melakukan interpretasi ulang terhadap beberapa ajaran agamanya untuk selanjutnya diasimilasikan dengan kebenaran agama lain. Dalam dialog jenis ini semua pihak terbuka tanpa menyebabkan seseorang harus meninggalkan esensi dan kemurnian ajaran agamanya,” jelas Saleh.
Setelah membaca buku ini Saleh merasa perlu memberikan apresiasi kepada penulisnya dengan beberapa alasan. Pertama, penulis buku ini memiliki pemahaman yang baik mengenai kedua agama ini. Dengan pemahaman itu dia berani mengangkat secara terbuka topik-topik yang selama dianggap tabu dan sensitif. Kedua, dia juga dinilai berhasil memberikan landasan berpijak berdasarkan Kitab Suci maupun Al Quran dan Hadits. Memperluas pengetahuan penganut kedua agama. Ketiga, menurut Saleh penulis memberi penghormaan yang tinggi terhadap ajaran-ajarann Islam. “Dalam buku ini tak satu katapun saya temui yang menghina, menjelekkan atau melecehkan ajaran Islam,” tandasnya.
Alasan ke-4, buku ini merupakan model dialog yang sangat efektif dan efisien bagi semua agama. “Dengan berbagai alasan di atas saya katakan inilah dialog agama yang otentik dan substantif,” tegas Saleh.
Pembahas lainnya adalah Rm. Benny Soesetyo, sekretaris Komisi Hubungan Antar Umat Beragama KWI. Benny mengatakan bahwa apa yang ditulis dibuku ini dinilai sangat efektif untuk memberi penjelasan mengenai pendapat kita tentang agama kita dan agama orang lain. “Sehingga saya tidak perlu lagi kesana kemari memberi penjelasan, cukup menyuruh mereka membaca bukunya,” ujarnya. Benny juga memuji kejernihan dan kelugasan pembahasan dalam buku ini. “Sehingga hal yang ruwet dan sulit bisa dijelaskan dengan demikian gamblang dan bisa dibaca di kemacetan jalan,” ungkapnya.
Memang Benny mengatakan dialog antar iman seperti ini diperlukan. “Tetapi untuk lebih mewujudnyatakan di lapangan perlu aksi bersama dalam hal mengembangkan kesejahteraan dan membebaskan rakyat banyak dari ketertinggalan, kemiskinan dan kebodohan,” tandasnya.
Sebab dialog antar umat beriman di bidang teologi dan filsafat itu lebih pada kebutuhan para ahli dikalangan atas. “Sedangkan dikalangan bawah yang dibutuhkan adalah kebersamaan untuk bisa sama-sama menikmati kesejahteraan dan keadilan. Karena itu dibutuhkan dialog aksi dan tindakan praktis. Karena itu saya mengajak kaum muda Muhammaddiyah, Pemuda Katolik, Perhimpunan Mahasiswa Katolik RI dan kalangan muda lainnya untuk bergandeng tangan untuk mujudkan dialog aksi ini agar secepatnya pula rakyat banyak kita menikmati hasilnya,” tandasnya.
Menurut Benny, dialog aksi ini bukanlah hal baru. Para pendahulu kita sudah lebih dahulu mempraktekkannya. Dulu pendiri Muhammadiyah Kiyai Dahlan berdialog dengan Rm. Van Lith bagaimana mendirikan sekolah yang modern. Hal yang praksis juga telah dilakukan oleh pahlawan nasional IJ Kasimo bersama para pemuka agama Islam lainnya.
Dari peserta bedah buku ada yang menganggap harga buku MBKM sekitar Rp50.000 per eksemplar dinilai terlalu mahal. “Buku agama biasanya diberikan gratis apalagi buku seperti dialog ini. Apalagi memiliki misi khusus, sedangkan gratis aja belum tentu dibaca,” ungkap Abujamin Roham yang juga penulis buku keagamaan. Dia sendiri mengaku buku yang sangat tebal ditulisnya hanya dibagikan gratis dan hanya beberapa yang memberi ongkos cetak dan kirim.
Sonar Sihombing
Jadwal Misa Malam Natal dan Natal 2011
Paroki Alam Sutra- St. Laurentius (MENJADI PAROKI PER 1 JAN 2012):
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 07.00, 10.00, 18.00 WIB
Paroki Bekasi- St. Arnoldus Jannsen:
Malam Natal: 16.00, 19.30, 22.30 WIB
Natal: 06.00, 09.00, 17.30 WIB
Paroki Bintaro- St. Matius Penginjil:
Malam Natal: 17.00, 20.00, 23.00 WIB
Natal: 07.00, 09.30, 17.00 WIB
Paroki Bojong Indah- St. Thomas Rasul:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 08.30, 16.00, 18.00 WIB
Paroki Cengkareng- Trinitas:
Malam Natal: 15.00, 18.30, 22.00 WIB
Natal: 06.00, 12.00, 16.00, 19.00 WIB
Paroki Cijantung- St. Aloysius Gonzaga:
Malam Natal: Pk. 17.00, 20.30 WIB
Natal: 06.00, 08.00, 18.00 WIB
Kapel Kopassus- St. Valentino:
Malam Natal: Pk. 18.00 WIB
Paroki Cilandak- St. Stefanus:
Malam Natal: 18.00, 22.00 WIB
Natal: 07.00, 09.00, 17.00 WIB
Paroki Cilangkap- St. Yohanes Maria Vianney:
Malam Natal: 18.30, 20.30 WIB
Paroki Ciledug- St. Bernadet (BELUM ADA GEDUNG GEREJA):
Malam Natal: 16.00 (di Gereja St. Maria Regina, Bintaro Sektor IX), 18.00 (Aula Tarakanita), 19.00 (Metro Permata)
Natal: 08.00 (Aula Tarakanita), 17.00 (Metro Permata)
Paroki Curug- St. Helena:
Malam Natal: 17.00, 20.30 WIB
Natal: 08.00, 17.30 WIB
Paroki Cililitan- St. Robertus Bellarminus:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 08.00, 18.00 WIB
Paroki Danau Sunter- St. Yohanes Bosco:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 06.00, 08.00, 18.00 WIB
Paroki Duren Sawit- St. Anna:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30, 16.30, 18.30 WIB
Stasi Perumnas Klender- St. Yoakhim:
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 08.00 WIB
Stasi Billy & Moon- St. Maria Bintang Samudra:
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 08.00 WIB
Paroki Duri Kosambi- St. Matias Rasul:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30, 17.00 WIB
Paroki Grogol- St. Kristoforus:
Malam Natal: 17.00, 20.30 WIB
Natal: 05.45, 07.30, 10.00, 16.30, 18.30 WIB
Stasi Jelambar- St. Polikarpus:
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 09.00, 17.00 WIB
Paroki Kampung Duri- Damai Kristus:
Malam Natal: 17.00, 20.00 WIB
Natal: 08.30, 18.30 WIB
Paroki Karawaci- St. Agustinus:
Malam Natal: 17.00, 21.00 WIB
Natal: 17.00 WIB
Paroki Katedral- St. Perawan Maria Diangkat ke Surga:
Malam Natal: 17.00, 20.00, 22.30 WIB
Natal: 06.00, 07.30, 09.00, 11.00, 18.00 WIB
Paroki Kedoya- St. Andreas:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 06.00, 08.30, 11.00, 16.30, 18.30 WIB
Paroki Kelapa Gading- St. Yakobus:
Malam Natal: 17.30, 21.30 WIB
Natal: 06.00, 08.30, 10.30, 17.30 WIB
Stasi Pegangsaan Dua- St. Yakobus:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 09.30 WIB
Stasi Kim Tae Gon- St. Andreas Kim Tae Gon:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00, 18.00 WIB
Paroki Kemakmuran- Bunda Hati Kudus:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 10.00, 17.00 WIB
Paroki Kemanggisan- Maria Bunda Karmel:
Malam Natal: 18.00 (Gereja), 18.00 (Auditorium), 22.00 WIB (Gereja)
Paroki Kramat- Hati Kudus Yesus:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 09.00, 17.00 WIB
Paroki Kranji- St. Mikael:
Stasi Harapan Indah- St. Albertus:
Malam Natal: 17.00, 21.00 WIB
Natal: 07.00 WIB
Paroki Lubang Buaya- Kalvari:
Malam Natal: 17.00, 22.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00, 17.00 WIB
Stasi Taman Mini Indonesia Indah- St. Katarina:
Malam Natal: 19.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30 WIB
Paroki Mangga Besar- St. Petrus & Paulus:
Malam Natal: 17.30, 20.00 WIB
Natal: 07.00, 09.00, 18.00 WIB
Paroki Matraman- St. Yoseph:
Malam Natal: 17.00, 20.00 WIB
Kapel Jatinegara- Gembala Baik:
Malam Natal: Pk. 19.00 WIB
Paroki Meruya- Maria Kusuma Karmel:
Malam Natal: 16.30, 21.00 WIB
Natal: 07.00, 10.00, 16.30, 19.30 WIB
Paroki Pademangan- St. Alfonsus Rodriguez:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 18.00 WIB
Paroki Pamulang- Rasul Barnabas:
Malam Natal: 16.00, 21.00 WIB
Natal: 07.00, 10.00, 18.00 WIB
Paroki Pantai Indah Kapuk- Regina Caeli:
Malam Natal: 18.00, 21.30 WIB
Natal: 08.00, 10.30, 17.00 WIB
Paroki Pejompongan- Kristus Raja (GEREJA BELUM SELESAI):
Malam Natal: 17.00, 20.00 WIB (Di Basement Gereja Kristus Raja)
Natal: 08.30 WIB
Paroki Pulomas- St. Bonaventura:
Malam Natal: 17.00, 20.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00, 16.30, 18.30 WIB
Paroki Serpong- St. Monika:
Malam Natal: 17.00, 21.00 WIB
Natal: 06.00, 09.00, 17.00, 19.30 WIB
Paroki Slipi- Kristus Salvator:
Malam Natal: 18.00, 21.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00, 17.00 WIB
Paroki Sunter- St. Lukas:
Malam Natal: 17.00, 20.00, 23.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30, 11.00, 18.00 WIB
Paroki Taman Galaksi- St. Bartholomeus:
Malam Natal: 17.00, 19.00 WIB
Natal: 06.30, 09.00 WIB
Paroki Tangerang- Hati Tak Bernoda St. Perawan Maria:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 07.30, 10.00, 18.00 WIB
Stasi Kota Bumi- St. Gregorius:
Malam Natal: 17.30, 21.00 WIB
Natal: 08.00 WIB
Stasi Teluk Naga- St. Maria Immaculata:
Malam Natal: 19.00 WIB
Kapel Poris- St. Agustinus:
Malam Natal: 19.00 WIB
Paroki Teluk Gong- St. Philipus Rasul:
Malam Natal: 18.00, 21.30 WIB
Natal: 08.00, 17.00 WIB
Paroki Theresia- St. Theresia:
Malam Natal: 13.00 (Expat), 17.00, 20.00, 23.00 WIB
Natal: 06.30, 08.30, 11.30 (Expat), 15.00, 18.00 WIB
Gua Maria Sendang Pawitra Dirusak
Tempat ziarah di Tawang Mangu, Karanganyar Jawa Tengah (Gua Maria Sendang Pawitra Sinar Surya) tadi malam dirusak oleh orang tidak bertanggungjawab. Gua Maria yang didirikan di lereng Gunung Lawu itu tepatnya terletak di sekitar Grojogan Sewu. Kejadian ini diperkirakan terjadi sekitar pukul 24.00 tengah malam tadi malam. Pak Narto yang diserahi sebagai juru kunci tempat ziarah itu sekitar pukul 20.00 WIB turun ke tempat saudaranya karena ada saudara yang sakit. Sekitar pukul 22.00 WIB dia kembali ke lokasi dan belum terjadi apa-apa. Sekitar pukul 24.00 malam dia melihat ada cahaya lampu senter di sekitar lokasi. Namun Pak Narto tidak menaruh curiga karena hal seperti itu sudah biasa terjadi. Sering sekali ada orang berziarah pada malam hari.
Tetapi ketika keesokan harinya Pak narto begitu kaget dan langsung menangis. Sebab dilihatnya lokasi ziarah itu sudah porak poranda. Yang lebih menyedihkan lagi kepala patung Bunda Maria hilang tidak tahu kemana. Dua patung malaikat kecil di bawah patung itu pun dihancurkan. Tempat air suci ikut jadi sasaran, meja tempat lilin berpindah ke dekat meja altar. Patung salib setinggi 1,5 meter hilang mungkin juga dibawa oleh si perusak.
Kejadian pagi tadi begitu mengagetkan banyak pihak. Kapolses Tawangmangu sendiri langsung datang ke lokasi kejadian demikian juga Kapolres Karanganyar. Police line langsung dipasang. Hingga saat ini masih diselidiki siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa ini.Pastor paroki Rm. Sunaryady berharap supaya siapapun yang melakukan perusakan itu bukan karena dendam, bukan karena dikecewakan, dan tidak berkeinginan merusak ketengangan warga di sekitar Tawangmangu, bahkan mungkin di Indonesia.
Kapolres Tawangnangu telah mengundang tokoh-tokoh agama Karanganyar dan menghimbau agar warga tidak mudah terpancing oleh situasi ini. Dia berjanji akan terus melakukan penyelidikan atas kejadian ini.