Home Blog Page 137

12 Maret dimulainya Konklaf dan tidak akan lama mengingat Pekan Suci sudah Dekat

12 Maret, dimulainya Konklaf,tidak akan lama, mengingat Pekan Suci sudah Dekat

12 Maret, dimulainya Konklaf,tidak akan lama, mengingat Pekan Suci sudah Dekat
 

Akhirnya keluarlah keputusan yang dinantikan yaitu bahwa sidang Konklaf Para kardinal untuk memilih Paus baru akan diadakan pada esok hari, 12 Maret 2013. Sesi pertama pemilihan di Kapel Sistina akan dimulai pada sore hari, setelah Misa pagi “Pro eligendo Summo Pontifice“ (untuk memilih Sri Paus) di Basilika St. Petrus.

Hari bersejarah itu akan menyedot perhatian publik dunia. Sebelumnya para Kardinal telah berkumpul selama lima hari dan mengadakan pertemuan tertutup di Vatikan untuk mempersiapkan segala sesuatu terkait pengadaan Konklaf.

Secara resmi jurubicara Vatikan yaitu Pater Lombardi SJ, mengumumkan tanggal dimulainya pertemuan Konklaf dalam konferensi pers pada 8 Maret lalu.

Sidang konklaf ini dirasakan akan dilakukan dengan cepat mengingat para kardinal memilih hendak merayakan Pekan Suci di wilayahnya masing-masing. “Sudah lebih dari seminggu saya meninggalkan keuskupan, I wanna go home,” ungkap Kardinal Timothy Dolan dari Amerika Serikat, Jumat lalu.

Berhembus isu bahwa di antara para kardinal yang diduga mendapat suara banyak adalah Uskup Milan, Italia, Kardinal Angelo Scola, Kardinal Odilo Pedro Scherer dari Brasilia, dan Kardinal Marc Ouellet dari Kanada.

Peraturan negara yang mengatur pemilihan Paus bahwa sebuah konklaf harus dimulai antara 15 dan 20 hari setelah pemimpin tertinggi Gereja Katolik mengalami  kekosongan, tapi tak lama sebelum pengunduran dirinya pada 28 Februari, Paus Benediktus XVI mengeluarkan keputusan untuk memodifikasi aturan konklaf selama ini yaitu, mengizinkan para kardinal untuk memajukan  tanggal konklaf lebih awal. Kolese Kardinal memutuskan tanggal konklaf pada hari kelima dari pertemuan pra-konklaf mereka, setelah menunggu 115 kardinal yang memenuhi syarat pemilihan.

Pada sesi pagi 8 Maret, sebelum mengumumkan penjadwalan pemilihan Paus baru,  Angelo Kardinal Sodano, dekan Kolese Kardinal, mengatakan kepada pertemuan itu bahwa dengan perubahan yang dilakukan oleh Paus Benediktus, para kardinal tidak perlu membahas lagi tentang apakah mereka memulai konklaf sebelum 15 Maret.

 
 
 

Terkait Konklaf: Sidang Pemilihan Paus Baru

Dewan Kardinal,Masih Belum diputuskan Kapan diadakan Konklaf

Dewan Kardinal,Masih Belum diputuskan Kapan diadakan Konklaf
 

Dewan Kardinal: Masih Belum diputuskan Kapan diadakan Konklaf

 

Walaupun telah melalui sidang pra-konklaf ketiga, Dewan Kardinal masih belum juga mengumumkan tanggal dimulainya pelaksanaan Konklaf untuk memilih Paus baru.

Bahkan, Dewan Kardinal memutuskan bahwa pertemuan selanjutnya pada 4 dan 5 Maret kemarin hanya untuk membahas kebutuhan Gereja, demikian terungkap dalam News.Va.

“Kami tidak bisa memberikan informasi yang spesifik dari pertemuan tersebut karena kami berpegang pada sumpah kerahasiaan. Kami hanya bisa memberikan informasi tentang hal-hal yang umum saja,” tegas Pater Federico Lombardi SJ, juru bicara Vatikan.

Hal-hal yang dibahas 5 Maret kemarin sangat banyak seperti kegiatan Takhta Suci selanjutnya, hubungan dengan para uskup, pembaruan Gereja sesuai Konsili Vatikan II, situasi Gereja terkini dan isu-isu keanekaragaman budaya serta cara-cara enagelisasi yang berbeda dan situasi yang berbeda. Pertemuan 5 Maret kemarin telah dihadiri 148 kardinal dari berbagai negara dan benua.

Walaupun demikian ada hal unik yang terungkap dalam pertemuan itu yaitu adanya pembahasan usulan tentang modifikasi tata aturan Konklaf yang dibuat Paus Benediktus XVI, inti modifikasi itu yaitu memungkinkan para dewan kardinal untuk dapat memulai Konklaf kurang dari 15 hari setelah berakhirnya sebuah kepausan.

“Penentuan tanggal konklaf adalah sebuah diskusi yang terbuka. Dewan Kardinal masih membutuhkan waktu beberapa lama karena perlu membuat persiapan yang memadai. Mereka tidak ingin tergesa-gesa,” ujar Pater Lombardi.

(Source: http://www.news.va/)
 
 

Refleksi Prapaskah: “Pencobaan Yesus = Pencobaan Kita”

Refleksi Prapaskah

 

“Pencobaan Yesus = Pencobaan Kita”

Seperti Yesus yang dibawa Roh Kudus ke padang gurun dan tinggal di sana selama empat puluh hari, dalam masa Prapaskah ini kita pun diajak Roh Kudus untuk berada di padang gurun spiritual. Menarik untuk mencermati tiga godaan yang dialami Yesus saat itu, karena ternyata godaan-godaan tersebut tetap relevan dengan situasi kita sekarang:

  1. 1.    Meraih berbagai kenikmatan duniawi

Yesus yang lapar didekati Iblis dengan bujukan menggiurkan: mengubah batu menjadi roti. Meskipun Putera Allah dapat melakukan mukjizat yang lebih besar dari sekadar mengubah batu menjadi roti, Yesus tetap rendah hati, tidak mau menunjukkan kuasa-Nya. Bagi Yesus, ada yang lebih penting daripada sekerat roti, “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja.” (Lukas 4:4)

Kita yang “lapar” didekati Iblis dengan bujukan menggiurkan: meraih berbagai kenikmatan duniawi. Sering kali kita tidak rendah hati seperti Yesus, melainkan kita berusaha keras siang-malam mengejar harta, jabatan, dan kesuksesan demi kehidupan yang mapan dan terpandang di masyarakat. Padahal masih ada yang lebih utama, yaitu menjadikan Allah sebagai prioritas dalam hidup kita, serta Firman-Nya sebagai “makanan” yang lebih penting daripada harta, jabatan, dan kesuksesan.

  1. 2.    Memperoleh kerajaan dunia dengan menyembah Iblis

Iblis mengaku, semua kerajaan dunia telah diserahkan kepadanya. Kerajaan dunia bukan hanya mencakup kekuasaan dalam arti harfiah, melainkan juga segala perbuatan daging yang dapat membuat manusia terlena dan terjerat. Bujukan kedua dari Iblis ini lebih luas cakupannya. Namun, Yesus tidak bergeming. Dengan tegas Ia mengatakan, “Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (Lukas 4:8)

Sampai sekarang, “kerajaan dunia” masih sangat menggoda kita. Dalam Galatia 5:19-21, rasul Paulus menyebut macam-macam perbuatan daging, yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Jika kita terlena dan terjerat dalam perbuatan daging tersebut, berarti kita telah berhasil ditakhlukkan Iblis, kita belum menyembah Tuhan dengan sepenuh hati.

  1. 3.    Mencobai Tuhan supaya keinginan terkabul   

Pencobaan ketiga menyangkut relasi dengan Allah. Yesus ditempatkan di bubungan Bait Allah dan ditantang Iblis untuk menjatuhkan diri. Jika benar Yesus adalah Anak Allah, tak perlu takut, karena malaikat-malaikat-Nya akan melindungi. Menangkal godaan ini, Yesus berkata, “Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (Lukas 4:12) 

Karena sudah dibaptis menjadi anak-anak Allah, kita sering kali menuntut “hak istimewa”  kepada Tuhan dengan mengajukan berbagai permohonan. Ketika kenyataan hidup tidak sesuai keinginan dan harapan, doa-doa tak kunjung mendapat jawaban, kita protes dan mencobai Tuhan bahkan mengancam Tuhan untuk memenuhi bermacam keinginan kita.

Pencobaan-pencobaan Yesus di padang gurun berakhir. Namun, Iblis tidak menghilang untuk seterusnya. Iblis mundur dari hadapan Yesus dan menunggu waktu yang baik untuk kembali menggoda Yesus (bdk. Lukas 4:13).

Belajar dari kegagalannya di padang gurun, kali lain Iblis berusaha memengaruhi Yesus melalui rasul-Nya, Simon Petrus. Ketika Yesus untuk pertama kali memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga; Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur-Nya. “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” (Matius 16:22)

Yesus yang selalu waspada, menyadari yang berbicara itu adalah Iblis yang memakai mulut Petrus. Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Matius 16:23)

Dapat dibayangkan, Petrus tentu sangat terkejut digertak Yesus seperti itu. Tetapi, dari pengalaman tersebut, ketika mewartakan Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga, Petrus dapat menasihati, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama. (1 Petrus 5:8-9)

Iblis masih mengintai kita sampai saat ini. Namun, kita tidak perlu mencemaskan sepak-terjangnya, karena Yesus menyertai kita senantiasa sampai akhir zaman (bdk. Matius 28:20b). Dalam hidup-Nya di dunia ini, Yesus telah mengalahkan roh-roh jahat, Iblis, dan musuh terakhir yang dikalahkan-Nya ialah maut. Ia telah membuktikan kuasa Allah yang jauh lebih besar daripada kuasa kegelapan, Iblis, dan maut. Berpegang pada Sabda Yesus, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Matius 26:41), kita dapat menangkal godaan-godaan Iblis dalam hidup kita.

(Patricia Heinrica-Kontributor Web KAJ)

 

Petuah Terakhir Benediktus XVI

Paus-Mundur

Paus-Mundur
Paus Benediktus XVI menyampaikan petuah terakhirnya di hadapan puluhan ribu umat yang hadir di Lapangan Santo Petrus.
Ratzinger demikian nama Paus Benediktus XVI, menyapa para peziarah yang sudah sejak pukul 07.00 pagi waktu Roma, sudah memenuhi Via della Conciliazione, ruas jalan panjang membujur dari Lapangan Santo Petrus hingga sungai Tiber.
Sebagaimana diutarakan Pastor Markus SVD langsung dari Roma mengungkapkan Lapangan Santo Petrus seperti digenangi lautan manusia. Para peziaraj melambai-lambaikan berbagai bentuk dan ragam spanduk dengan tulisan bermacam-macam, seperti “Grazie Santo Padre” (Terima kasih Bapa Suci), atau “Arrivederci” (Sampai jumpa lagi), atau “Perga per noi” (doakan kami), dan berbagai tulisan dalam berbagai bahasa.
Para peziarah pun tidak henti-hentinya meneriakkan yel-yel “Benedetto”, nama Sri Paus dalam bahasa Italia. Kadang pula terdengar teriakan “Viva il Papa” dan diikuti oleh paduan suara campur yang menggetarkan suasana pagi ini.
Menurut Pastor Markus, tepat pukul 10.35 pagi waktu Roma, Papa Mobil meluncur pelan, masuk ke Lapangan Santo Petrus dari samping kanan Basilika. Di belakangnya duduk Sekretaris pribadi, Mons. Georg Gaenswein, yang sudah ditahbiskan beliau sendiri menjadi Uskup Agung tanggal 6 Januari lalu dan merangkap Kepala Rumah Tangga (Prefettura) Sri Paus.
Ketika melihat Papa Mobil, massa semakin kuat dan ramai meneriakkan yel-yel seraya bertepuk tangan meriah. Setelah melewati beberapa blok untuk menyalami massa dan disaluti oleh Musik Militer dari wilayah kelahirannya, Bavaria, Jerman, beliau naik ke Singgahsana, sebuah Kursi putih yang sudah akrab dengannya sejak 8 tahun ini.
Seperti biasa, sebelum duduk, beliau merentangkan kedua tangan ke arah para hadirin, seolah-olah ingin merangkul mereka satu persatu.
”Delapan tahun lalu, ketika sudah jelas bahwa diri saya terpilih menjadi Paus, pertanyaan yang dominan di dalam hati saya adalah: Tuhan, apa yang Kau inginkan dariku? Mengapa Engkau memilih saya? Saya tahu bahwa sejak itu saya memikul beban berat di pundakku,” ucap Paus, Radio Vatikan melansir.
Lanjut Paus, delapan tahun yang lalu adalah tahun-tahun yang indah dan penuh arti. Tetapi juga masa-masa penuh tantangan, sehingga Gereja ibarat bahtera para rasul yang terombang-ambing di danau Genesaret. Badai dan gelombang menerjang menimbulkan rasa takut dan panik, dan Tuhan tidur di buritan.
Tetapi syukur, Tuhan tidak meninggalkan bahtera ini, karena bahtera ini bukan milik kita manusia atau milik saya pribadi, tetapi milik Tuhan sendiri. Mendengar itu, massa bertepuk tangan ramai sambil meneriakkan nama Sri Paus. Benediktus sadar bahwa selama masa bakti, Tuhan senantiasa dekat dengan umatNya dan menganugerahkan segala yang perlu untuk kemajuan GerejaNya.
Sri Paus juga mengungkapkan terima kasih kepada para pekerjanya di Tahta Suci Vatikan dan seluruh umat yang tersebar di seluruh dunia. Selama masa jabatannya, beliau betul merasakan dukungan dan kedekatan umat Katolik sejagad, sekalipun banyak dari mereka yang belum pernah berjumpa dengannya secara langsung.
Menjelang sambutannya yang berdurasi kurang lebih 20 menit itu, beliau meneguhkan hati dan iman umat Katolik sedunia. Katanya dalam nada getar:
“Saya pergi. Itu keputusan yang saya ambil dengan sukarela. Tetapi kamu harus tetap riang gembira di dalam iman. Saya pergi bukan untuk urusan pribadi. Saya pergi untuk membaktikan diri kepada doa untuk Gereja kita yang kita cintai ini. Tuhan yang memanggil kita ke dalam satu komunitas iman, akan tetap bersama kita, memenuhi hati kita dengan harapan dan menyinari kita dengan kasihNya tanpa batas.”
Paus juga menyampaikan ucapan terimakasihnya kepada seluruh umat dan warga dunia yang selama ini mendukung tugas perutusannya dalam doa dan kehadiran mereka masing-masing.
“Paus milik semua orang, dan begitu banyak orang merasa sangat dekat. Ini benar bahwa saya menerima surat dari tokoh-tokoh terbesar dunia – dari Kepala Negara, tokoh agama, perwakilan dari dunia budaya dan sebagainya. Saya juga menerima banyak surat dari orang-orang biasa yang menulis kepada saya dari hati mereka,” ucapnya.
“Ini adalah buah dari iman pada kehendak Tuhan dan cinta yang mendalam dari Gereja Kristus. Saya akan terus bersama Gereja dalam doa-doa saya.”
“Dan saya mengajak Anda masing-masing untuk berdoa bagi saya dan untuk Paus yang baru,” pesannya.
Usai sambutan terakhir ini, hadirin yang saat itu sudah membludak hingga ujung Via della Conciliazione berdiri, memberikan aplaus panjang. Lambaian bendera-bendera dan spanduk-spanduk kelihatan semakin tenang pertanda sedih. Sri Paus pun berdiri, melambaikan tangan kepada hadirin. Sebuah momentum kuat yang sempat menuai deraian air mata.
Upacara dilanjutkan dengan penyampaian ucapan Salam pisah dan terima kasih dari para hadirin yang diwakili melalui kelompok bahasa Inggris, Italia, Jerman, Spanyol, Portugis, Polandia dan Arab.
Di akhir audiensi, Sri Paus dan hadirin bersama-sama menyanyikan lagu Bapa Kami di dalam bahasa Latin. Lalu beliau menutup dengan berkat terakhirnya sebagai Paus.
Beliau turun tahta. Berjalan menuju Papa Mobil, mengambil tempat duduk. Papa Mobil turun perlahan dari pelataran Basilika menuju hadirin. Tahtanya, Kursi putih, tinggal kosong.
Sri Paus bergerak keluar, diiringi aplaus panjang, memanggil-manggil namanya dan seraya air mata tetap berderai. Di atas Papa Mobil beliau terus merentangkan kedua tangannya, seakan-akan ingin membawa pergi sekitar 200.000-an hadirin bersamanya.
Rangkulan lengannya tentu terlalu pendek untuk jumlah sebesar ini, apalagi untuk umat Katolik sedunia. Tetapi di dalam doa dari atas bukti Mons Vaticanus, beliau dan seluruh umat Katolik di lima benua akan tetap bersatu.
Paus Benediktus XVI juga menyampaikan terimakasihnya kepada seluruh umat katolik dan warga dunia atas semua kasih dan doa untuknya. “Untuk Anda dan keluarga Anda, saya memberikan berkat saya. Terima kasih!” seru Paus.
(Source: http://www.tribunnews.com/)

VATIKAN: 200 ribu Peziarah Hadiri Perpisahan Benediktus XVI

Benediktus-XVI-naik-Mobil

Cuaca di kota Roma hari ini tidak seperti biasanya. Rabu, 27 Pebruari 2013, sebuah hari musim dingin yang indah. Matahari bersinar cerah sejak pagi. Inilah sebuah hari penting di dalam sejarah Gereja Katolik: Paus Benediktus XVI tampil ke publik dalam upacara audiensi umum untuk terakhir kali setelah pengumuman pengunduran dirinya dua pekan lalu.
Sejak pukul 07.00 pagi waktu Roma, sekitar 200.000-an peziarah sudah memenuhi Via della Conciliazione, ruas jalan panjang membujur dari Lapangan Santo Petrus hingga sungai Tiber. Di ruas jalan itu pula sudah dipasang beberapa layar lebar. Di situ terdapat beberapa titik kontrol, selain dari arah Porta Santa Anna, tepi barat, dan Porta Sant’Angelo dari tepi arah timur Vatikan. Ribuan polisi dan aparat keamanan pun siaga di sekeliling Vatikan.
Para peziarah berjuang masuk ke Lapangan Santo Petrus dan mengambil tempat paling depan supaya bisa melihat Sri Paus dari dekat dan mengucapkan kata-kata pisah yang bisa didengar oleh Bapa Suci sendiri.
Dari saat ke saat Lapangan Santo Petrus seperti digenangi lautan manusia. Mereka melambai-lambaikan berbagai bentuk dan ragam spanduk dengan tulisan bermacam-macam, seperti “Grazie Santo Padre” (Terima kasih Bapa Suci), atau “Arrivederci” (Sampai jumpa lagi), atau “Perga per noi” (doakan kami), dan berbagai tulisan dalam berbagai bahasa. Mereka pula tidak henti-hentinya meneriakkan yel-yel “Benedetto”, nama Sri Paus dalam bahasa Italia. Kadang pula terdengar teriakan “Viva il Papa” dan diikuti oleh paduan suara yang menggetarkan suasana pagi ini.
Tepat pkl. 10.35 pagi waktu Roma, Papa Mobil meluncur pelan, masuk ke Lapangan Santo Petrus dari samping kanan Basilika. Di belakangnya duduk Sekretaris pribadi, Mons. Georg Gaenswein, yang sudah ditahbiskan Paus menjadi Uskup Agung pada 6 Januari lalu dan merangkap Kepala Rumah Tangga (Prefettura) Sri Paus.
Ketika melihat Papa Mobil, massa semakin kuat dan ramai meneriakkan yel-yel seraya bertepuk tangan meriah. Setelah melewati beberapa blok untuk menyalami massa dan disaluti oleh Musik Militer dari wilayah kelahirannya, Bavaria, Jerman, beliau naik ke Singgasana, sebuah Kursi putih yang sudah akrab dengannya sejak 8 tahun ini. Seperti biasa, sebelum duduk, beliau merentangkan kedua tangan ke arah para hadirin, seolah-olah ingin merangkul umat yang hadir satu persatu. Saat-saat itu keharuan mulai terasa.
Laporan P. Markus Solo, SVD
Langsung dari Tahta Suci, Vatikan
 
 
(Source:http://www.hidupkatolik.com/2013/02/28/vatikan-200-ribu-peziarah-hadiri-perpisahan-benediktus-xvi)

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2013

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2013

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2013                     

SURAT GEMBALA PRAPASKAH 2013

 

(dibacakan sebagai pengganti kotbah,pada Misa Sabtu/Minggu, 9/10 Februari  2013)

 

“MAKIN BERIMAN, MAKIN BERSAUDARA,

MAKIN BERBELARASA”

 
 
Para Ibu dan Bapak,
Suster, Bruder, Frater,
Kaum muda, remaja dan anak-anak yang terkasih dalam Kristus,
 
1. Pertama-tama saya ingin mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek kepada saudari/saudara yang merayakannya. Kita semua tahu, Tahun Baru Imlek pada mulanya berkaitan dengan syukur para petani atas datangnya musim semi, musim yang indah dan menjadi lambang munculnya kembali kehidupan setelah musim dingin yang beku. Kalau pun tidak semua dari antara kita merayakan Tahun Baru Imlek, bolehlah kita semua ikut masuk ke dalam suasana sukacita dan syukur atas berseminya harapan akan masa depan baru, berkat pembaharuan hidup.
 
2. Sementara itu bersama dengan seluruh Gereja, pada hari Rabu yang akan datang, kita akan memasuki masa Prapaskah, dengan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan kita masing-masing sebagai pribadi, sebagai keluarga maupun sebagai komunitas. Prapaskah adalah masa penuh rahmat, ketika kita bersama-sama mengolah pengalaman-pengalaman dan mengusahakan pembaharuan hidup agar dapat semakin mantap dan setia mengikuti Yesus Kristus sampai sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Untuk kepentingan masa Prapaskah tahun ini, sudah disediakan sarana-sarana pembantu antara lain buku yang berjudul “Retret Agung Umat – Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbelarasa”. Semoga bahan-bahan yang sudah disediakan ini, dapat membantu seluruh umat untuk membuat masa Prapaskah semakin bermakna dan berbuah.
 
3. Kisah panggilan Simon yang dibacakan pada hari ini (Luk 5:1-11) memberikan kepada kita contoh bagaimana kita dapat mengusahakan dan mengalami pembaharuan hidup. Pembaharuan itu ditunjukkan dalam perubahan nama yang disandang oleh Simon. Pada awal kisah, nama yang dipakai untuk menyebut dirinya adalah Simon (ay 3.4.5). Dalam perjalanan waktu nama itu berubah: ia disebut Simon Petrus (ay 8). Kita semua tahu, dalam Kitab Suci, perubahan nama adalah tanda perubahan pribadi berkat pembaharuan hidup. Pembaharuan hidup itu tampak juga dalam cara Simon menyapa Yesus : ketika ia tampil sebagai Simon, Yesus ia panggil dengan julukan Guru (ay 5). Sementara ketika ia tampil sebagai Simon Petrus, Yesus ia sebut dengan gelar Tuhan (ay 8). Artinya, pembaharuan hidupnya terjadi berkat pengalamannya akan Yesus. Yesus ia alami bukan lagi sekedar sebagai Guru yang mengajar, tetapi sebagai Tuhan yang menguasai dan menyelenggarakan kehidupan.
 
4. Perubahan nama itu tampaknya sederhana dan cepat. Tetapi dalam kenyataan, perubahan nama yang mencerminkan pembaharuan hidup merupakan proses yang panjang dan tidak sederhana. Pada awal kisah, kepercayaan Simon kepada Sang Guru diuji. Ternyata Simon berani mengambil risiko : meskipun sebagai nelayan ia tahu persis bahwa waktu mencari ikan sudah lewat, ia turuti perintah Gurunya. Ia berani melangkah lebih jauh daripada perhitungan-perhitungan yang aman. Ternyata langkah yang penuh risiko ini membawanya masuk ke dalam pengalaman yang menakjubkan dan yang tak terkirakan yaitu pernyataan kuasa ilahi dalam bentuk tangkapan ikan yang berlimpah. Simon masuk ke dalam pengalaman yang menentukan dalam hidupnya : pernyataan kuasa ilahi di hadapannya ini bukannya membuat dia membusungkan dada, melainkan membuatnya sadar bahwa dirinya adalah orang berdosa. Proses pembaharuan hidup pada tahap ini membawa Simon kepada kesadaran yang benar akan dirinya sebagai pendosa. Injil menceritakan, “Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata, “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa” (ay 8). Simon berharap Yesus akan pergi, tetapi ternyata pada waktu itulah justru kepadanya diberikan tugas perutusan :”Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia” (ay 10). Menjadi jelaslah bahwa  kesadaran akan dosa tidak membuat Simon terpuruk atau kehilangan harga diri. Sebaliknya kesadaran inilah yang merupakan awal dari hidup baru, yang merupakan kesimpulan dari kisah ini :”Sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu lalu mengikut Yesus” (ay 11).
 
5. Dengan demikian kisah penangkapan ikan yang ajaib ini dapat kita mengerti sebagai undangan bagi kita semua untuk setiap kali kembali kepada pengalaman akan kuasa dan kasih ilahi yang akan membawa kita kepada kesadaran diri yang benar sebagai orang berdosa, sebagai saat yang menentukan dalam proses pembaharuan hidup. Prapaskah adalah masa khusus yang disediakan bagi kita agar kita dapat mengalami kuasa dan kasih Allah yang membaharui kehidupan kita.
 
Saudari-saudaraku yang terkasih,
 
6. Kita semua umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta diajak untuk menggunakan masa Prapaskah ini juga untuk membaharui kehidupan : agar kita menjadi pribadi-pribadi yang makin beriman, makin bersaudara dan makin berbelarasa. Beriman berarti semakin setia mengikuti Yesus Kristus, seperti Simon Petrus. Ketika iman kita menjadi semakin sejati, dengan sendirinya kita akan semakin bersaudara. Oleh karena itu salah satu tanda yang amat penting untuk menguji kedalaman iman kita adalah apakah iman itu berbuah persaudaraan. Sementara itu persaudaraan yang benar dan sejati dengan sendirinya akan berbuah belarasa. Hidup bersama yang tidak membuahkan belarasa tidak bisa disebut persaudaraan, melainkan sekedar kelompok atau bahkan komplotan. Begitulah proses pembaharuan hidup itu terjadi dalam bentuk lingkaran yang tidak akan pernah putus, semakin lama semakin bermutu.
 
7. Mengakhiri surat ini,  bersama-sama dengan para imam, diakon dan semua pelayan umat, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para Ibu/Bapak/Suster/Bruder/ adik-adik kaum muda, remaja dan anak-anak semua yang dengan satu dan lain cara ikut terlibat dalam perutusan Gereja Keuskupan Agung Jakarta, baik untuk kebaikan Gereja sendiri maupun untuk kebaikan bersama dalam masyarakat yang lebih luas. Seperti Simon Petrus dan kawan-kawannya, kita pun dengan cara yang berbeda-beda, dipanggil dan diutus untuk menjadikan siapa pun yang kita jumpai dalam hidup kita, makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa. Banjir belarasa sebagai reaksi terhadap bencana banjir yang beberapa waktu yang lalu menimpa, menunjukkan bahwa semboyan yang diangkat dalam masa Prapaskah ini bukanlah semboyan kosong, melainkan cermin berjalannya pembaharuan hidup. Semoga demikianlah seterusnya. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda semua, keluarga dan komunitas Anda.
 
 
+ I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta

PERATURAN PANTANG DAN PUASA KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA UNTUK TAHUN 2013

PERATURAN PANTANG ,PUASA KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA UNTUK TAHUN 2013

PERATURAN PANTANG ,PUASA  KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA  UNTUK TAHUN 2013

PERATURAN PANTANG DAN PUASA

KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

UNTUK TAHUN 2013

 

TEMA: “Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin berbelarasa

 

 

            Masa Prapaskah/Waktu Puasa Tahun 2013 dimulai pada hari Rabu Abu, 13 Februari sampai dengan hari Sabtu, 30 Maret 2013.
“Semua orang beriman kristiani menurut cara masing-masing wajib melakukan tobat demi hukum ilahi’ (KHK k.1249).  Dalam masa tobat ini Gereja mengajak umatnya “secara khusus meluangkan waktu untuk berdoa, menjalankan ibadat dan karya amalkasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang”(ibid).   Semua orang beriman diajak untuk merefleksikan pengalaman hidup dan mengadakan pembaharuan untuk semakin setia sebagai murid Yesus.
Dalam rangka pertobatan dan pembaharuan hidup beriman, Gereja mengajak kita semua untuk mewujudkannya, terutama dalam masa prapaskah ini dengan memperhatikan beberapa ketentuan berikut ini :
Dalam Masa Prapaskah kita diwajibkan:
–          Berpantang dan berpuasa pada hari Rabu, 13 Februari dan hari Jumat Suci, 29 Maret 2013.  Pada hari Jumat lain-lainnya dalam Masa Prapaskah hanya berpantang saja.
–          Yang diwajibkan berpuasa menurut Hukum Gereja yang baru adalah semua yang sudah dewasa sampai awal tahun ke enam puluh (KHK k.1252).  Yang disebut dewasa adalah orang yang genap berumur delapanbelas tahun (KHK k.97 §1).
–          Puasa artinya: makan kenyang satu kali sehari.
–          Yang diwajibkan berpantang: semua yang sudah berumur 14 tahun ke atas (KHK k.1252).
–          Pantang yang dimaksud di sini:  tiap keluarga atau kelompok atau perorangan memilih dan menentukan sendiri, misalnya: pantang daging, pantang garam, pantang jajan, pantang rokok.
–          Dalam rangka mewujudkan pertobatan ekologis, kita diajak untuk ambil bagian dalam gerakan pantang plastik dan styrofoam.
Untuk memaknai masa prapaskah ini marilah kita mengusahakan orientasi dan perilaku yang membuat kita semua makin beriman, makin bersaudara dan makin berbelarasa.  Kita usahakan agar suasana tobat dan syukur mewarnai masa penuh rahmat ini.  Sangat dianjurkan agar berbagai kegiatan yang bersuasana pesta, misalnya: perkawinan, tidak dilakukan dalam kesempatan ini.  Namun jika ada alasan yang berat untuk melakukannya, hendaklah tetap dilaksanakan secara sederhana.
Semoga dengan menjalani masa prapaskah ini, iman kita semakin diteguhkan.  Kita percaya dengan-Nya persaudaraan kita akan semakin diakrabkan dan pada gilirannya kita semakin berbelarasa terhadap saudara-saudara kita yang menderita.
 

                                                                                                      Jakarta, 9 Februari 2013

                                                                                                            Mgr. Ignatius Suharyo

                                                                                                            Uskup Keuskupan Agung Jakarta

Sebuah Refleksi dari Rm. Marya, SJ “Hendaklah Kamu Murah Hati”

Refleksi dari Rm. Marya SJ, Hendaklah Kamu Murah Hati

Refleksi dari Rm. Marya SJ, Hendaklah Kamu Murah Hati“Hendaklah kamu murah hati”
(Dan 9:4b-10; Luk 6:36-38)
“Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” “Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” (Luk 6:36-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
Murah hati secara harafiah kiranya boleh diartikan sebagai hatinya dijual murah alias senantiasa memberi perhatian kepada siapapun tanpa pandang bulu. Sebagai orang beriman jika kita mawas diri secara benar dan jujur kiranya akan mengakui dan menghayati diri sebagai orang yang telah menerima perhatian secara melimpah ruah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita melalui aneka cara dan bentuk, tentu saja pertama-tama dan terutama telah kita terima melalui orangtua kita masing-masing, khususnya ibu kita yang telah mengandung, melahirkan, menyusui dst.. alias mengasihi kita tanpa batas, sebagaimana tertulis dalam lagu “Kasih itu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”.

Maka marilah kita saling bermurah hati satu sama lain, dan tentu saja kami berharap kepada anda sekalian untuk lebih memperhatikan mereka yang kurang menerima perhatian alias yang tersingkir dan terpinggirkan. Kami percaya di lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing pasti ada orang-orang atau pribadi-pribadi yang kurang menerima perhatian, maka perhatikan mereka. Kita juga diingatkan agar tidak mudah mengadili atau menghukum orang lain, dengan kata lain hendaknya jangan terlalu melihat dan membesar-besarkan kelemahan dan kekurangan orang lain, melainkan hendaknya lebih memperhatikan kelebihan dan kebaikannya, sebagaimana seorang ibu senantiasa lebih melihat dan membesarkan kelebihan dan kebaikan anak-anaknya. Kami berharap kepada para pemimpin atau atasan untuk senantiasa bermurah hati kepada anggota atau bawahannya.
· “Ya Tuhan, Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau.Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia, dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya” (Dan 9:7-10).

Kutipan ini kiranya dapat menjadi acuan bagi kita semua untuk mengakui dan menghayati diri sebagai orang berdosa, dan mungkin kita kurang memperhatikan mereka yang harus diperhatikan. Secara khusus kami mengingatkan para orangtua untuk sungguh memperhatikan anak-anaknya alias dengan rela dan hati berkorban memboroskan waktu dan tenaga kepada anak-anaknya khususnya pada usia balita. Usia balita adalah masa yang rawan dan rentan, entah itu balita anak-anak, balita suami-isteri, balita imam, pastor, bruder atau suster maupun pekerja.

Masa-masa ini banyak godaan dan rayuan yang merongrong kesetiaan kita sebagai orang yang terpanggil, maka kepada para senior kami ajak untuk memperhatikan mereka yang masih `balita’. Kita semua juga diingatkan untuk senantiasa mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib dan aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

Kami harap ketika ada tegoran atau peringatan dari saudara-saudari kita atas pelanggaran yang kita lakukan, dengan rendah hati menerimanya serta berusaha memperbaiki diri. Berterima kasih dan bersyukur kepada mereka yang menegor dan mengingatkan anda, jangan melawan atau memberontak. Marilah kita saling mendengarkan satu sama lain, sehingga terjadilah kebersamaan hidup yang menyenangkan, mempesona dan memikat bagi orang lain.
“Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami; kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemah kami. Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu! Biarlah sampai ke hadapan-Mu keluhan orang tahanan; sesuai dengan kebesaran lengan-Mu, biarkanlah hidup orang-orang yang ditentukan untuk mati dibunuh” (Mzm 79:8-9.11)
Ign 25 Februari 2013

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-2/2013

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-2/2013


 

GERAKAN PAN-TIK-FOAM (Pantang Plastik dan Styrofoam)

GERAKAN PAN-TIK-FOAM, Pantang Plastik dan Styrofoam, Tema APP, Aksi Puasa Pembangunan, Keuskupan Agung Jakarta tahun 2013,Makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa

 GERAKAN PAN-TIK-FOAM, Pantang Plastik dan Styrofoam, Tema APP, Aksi Puasa Pembangunan, Keuskupan Agung Jakarta tahun 2013,Makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa

 

Tema APP (Aksi Puasa Pembangunan) Keuskupan Agung Jakarta tahun 2013 ini adalah “Makin beriman, makin bersaudara, makin berbelarasa.” Termaktub di dalamnya bahwa iman, yang berarti meyakini cinta Tuhan pada manusia, akan mengalir dalam persaudaraan dengan sesama dan akan menumbuhkan belarasa pada yang menderita. Pantang, puasa dan derma bisa dilihat dalam upaya untuk mengasah belarasa itu. Artinya, pantang dan puasa juga dipahami sebagai upaya lebih menghemat dan dengan kemudian memberikan hasil penghematan itu pada yang lebih menderita.
Dalam hal ini, makin kita sadari bahwa penderitaan manusia juga diakibatkan oleh bumi yang makin rusak. Orang kehausan juga disebabkan oleh air bersih yang makin mahal. Orang kelaparan juga disebabkan oleh tanah yang kurang subur lagi dan tanaman yang rusak. Orang sakit juga disebabkan oleh udara dan air yang terpolusi.
Orang dipenjara bisa juga karena berebut air dan/atau sumber-daya alam lain yang makin langka. Pendeknya, penderitaan manusia tidak lepas dari ‘penderitaan’ yang dialami bumi seisinya. Dengan kata lain, belarasa kita tidak hanya langsung pada sesama yang menderita, tetapi juga melalui belarasa pada ciptaan Tuhan yang lain.
Kepedulian pada lingkungan hidup, atau yang sering disebut ‘go green’ memang juga bersemangat kristiani, yaitu semangat menjaga ciptaan sebagai mitra Allah. Banyak upaya bisa dilakukan, tetapi sebagai upaya bersama, perlu dicarikan fokus yang lebih jelas. Sehubungan dengan hal itu, untuk tahun 2013 ini, dalam semangat sebagai mitra Allah tadi, kita mau bersama melakukan gerakan sederhana, yaitu pantang plastik dan styrofoam. Kita tahu bahwa pada jaman modern ini, salah satu yang mengotori dan merusak alam adalah plastik dan styrofoam yang tidak dikelola dengan baik. Karena itu, gerakan ini lebih mengajak umat Katolik agar lebih mampu mengelola pemakaian plastik dan styrofoam dalam semangat belarasa tadi.
Supaya pantang plastik dan styrofoam ini didasari oleh suatu pemahaman yang benar, booklet itu diterbitkan. Isinya adalah pengetahuan ringkas tentang plastik dan bahayanya bagi bumi dan manusia, lalu diakhiri dengan beberapa gagasan bagaimana kita bisa menghemat plastik dan styrofoam. Bagian akhir itu lebih berupa gagasan, bukan kewajiban, karena yang paling pokok adalah bagaimana dengan tindakan yang sederhana kita mewujudkan kepedulian dan cinta kita.
Tidak sedikit upaya dan kreativitas yang belum disebutkan disini, dan juga bisa berkembang lebih jauh. Karena itu, gagasan ini lebih bersifat
pemancing, supaya bisa ditindaklanjuti dan dikembangkan sesuai konteks masing-masing. Pun, sebagai sebuah booklet sederhana, bukan teksbook, paparan yang ada di dalamnya sangat terbatas, hanya diambil dari sumber yang juga relatif terbatas, yaitu internet. Tujuan informasi itu bukan untuk pengetahuan semata, tetapi lebih untuk mendorong dan memotivasi umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta.
Dengan kata lain, booklet ini hanya untuk kalangan sendiri dan tidak diperjualbelikan, serta tidak ada copyright. Jika ada yang menginginkannya, soft-copy juga akan disediakan. (Untuk ini, terimakasih atas partisipasi aktif rekan Kartini dari paroki Don Bosco yang mengedit dan Jana Broto dari paroki St. Stefanus yang menata-letak booklet ini.)
Karena itu, jika ada masukan untuk dikembangkan, atau juga sharing pengalaman bagaimana menghemat plastik dan styrofoam, atau bisa juga pertanyaan, sila menghubungi kami di pemukat@gmail.com. Akhirnya, selamat kembali menjadi mitra Allah dengan hal yang sederhana, dan semoga upaya sederhana ini memang sungguh membuat iman kita bertumbuh dan berbuah, karena, seperti dikatakan oleh St. Yakobus, “iman tanpa perbuatanperbuatan adalah mati” (Yak 2: 26)!
 
Salam Al. Andang L. Binawan, SJ Koordinator Gerakan Hidup Bersih dan Sehat
Keuskupan Agung Jakarta

Terbaru

Populer