Home Blog Page 124

Surat Gembala KWI: “Jadilah Pembela Kehidupan! Lawanlah Penyalahgunaan Narkoba!”

Suasana-Sidang-Tahun-KWI-Tahun-2013Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) telah mengeluarkan Surat Gembala 2013 dengan tema yaitu “Jadilah Pembela Kehidupan! Lawanlah Penyalahgunaan Narkoba!” pada Jumat, 15/11. Surat Gembala ini ditandatangani Ketua Presidium KWI Mgr Ignatius Suharyo dan Sekretaris Jenderal KWI Mgr Johannes Pujasumarta.

Setelah mengadakan studi mengenai narkoba dengan tema Komitmen dan Peran Nyata Gereja Katolik Indonesia dalam Menyikapi Masalah Narkoba, para uskup di seluruh Indonesia mengajak umat untuk membela dan mencintai kehidupan dengan memerangi narkoba. Hari studi tersebut dilatarbelakangi keprihatinan yang mendalam para uskup atas semakin luas penyalahgunaan narkoba di negeri ini. Penyalahgunaan narkoba merupakan kejahatan dan masalah sosial yang merusak sendi-sendi kehidupan baik bagi pengguna, keluarga maupun masyarakat.

Dalam Surat Gembala tersebut dituliskan, terhadap kejahatan dan masalah sosial ini Gereja tidak boleh diam. Seturut Sabda Tuhan, “Aku datang, agar mereka semua mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10b), para uskup mengajak seluruh umat melawan kejahatan sosial ini. Para uskup juga mengatakan, penyalahgunaan narkoba merupakan pelanggaran serius terhadap harkat dan martabat manusia. Narkoba telah merusak pribadi manusia yang diciptakan Allah menurut citra-Nya.

Maka, para uskup melalui Surat Gembala ini mengajak umat Katolik bergerak bersama menjadi pembela dan pencinta kehidupan dengan melawan penyalahgunaan narkoba. Gerakan anti-narkoba harus dimulai dari dalam Gereja dengan melibatkan pribadi-pribadi, keluarga, sekolah, kelompok, tim kerja serta komisi-komisi pada tingkat paroki, keuskupan maupun nasional. (HidupKatolik.Com

KAJ download

Ziarek dan Penanaman Pohon Langka OMK Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu Di Goa Maria Kaliori

Pada 22-24 November 2013 merupakan hari yang menggembirakan bagi OMK Paroki Keluarga Kudus Pasar Minggu (PKKPM), Jakarta Selatan. Sekitar 80 orang muda berangkat menggunakan dua bis menuju Purwokerto untuk mengikuti kegiatan Ziarek yang diadakan oleh OMK PKKPM. Ziarah kali ini dilakukan dengan  cara yang unik. OMK PKKPM tidak hanya melakukan ziarah, Jalan Salib, devosi kepada Maria, tetapi juga melakukan penanaman pohon dan membuat lobang biopori di sekitar area Goa Maria Kaliori.
Aksi nyata ini disambut gembira oleh Bruder Ambrosius, OMI, selaku pengelola Goa Maria Kaliori. Menurut beliau ziarah yang dilakukan OMK PKKPM merupakan terobosan baru bagi penyelamatan lingkungan hidup, tidak hanya berdoa tetapi juga melakukan aksi nyata bagi lingkungan hidup.  Bibit pohon yang ditanam merupakan bibit pohon yang unik, langka, dan berumur panjang  antara lain pohon Gandaria, pohon Kepel, pohon Alkesah, pohon Nagasari, dan pohon Damar.
Kegiatan inipun memenuhi kerinduan untuk dapat berziarah, Ziarah ini juga dapat mengusir kepenatan dan kejenuhan akan aktivitas di ibukota, sekaligus mendapatkan pengalaman dan teman-teman baru serta dapat berbagi dalam upaya penghijauan. Senyum pun terlihat di wajah ketua panitia, Yanto Bugu, yang senang karena acara ziarah berjalan dengan lancar dan sukses.
Selain dapat menikmati rekreasi wisata Baturaden, peserta juga mengikuti dinamika kelompok dan latihan dasar kepimimpinan yang dikemas dengan cara happy dan fun oleh pendamping OMK. Meskipun acara sunguh padat namum tak lupa untuk mengikuti perayaan Ekaristi di Katedral Purwokerto.  Selamat dan sukses, maju terus Gereja muda. (Bernardus B Depe dari OMK PKKPM)

Bahan Pegangan Umat Advent 2013 KAJ: “Bertumbuh di Nazareth”

Adven telah tiba dan memberi nuansa keluarga bagi kita semua di Keuskupan Agung Jakarta tercinta ini. Seolah-olah semua yang kita lakukan sepanjang tahun mendapat liburannya di masa menantikan Natal ini. Kami ingin mengajak keluarga-keluarga semua di Keuskupan tercinta ini untuk bersama mengembangkan keluarga dan merenungkannya sebagai suatu pertumbuhan hidup.

Tema “Bertumbuh di Nazareth” mendapat tempat di hati kita sesudah kita melaksanakan Adven tahun lalu bersama keluarga juga. Keluarga
yang mempunyai dinamikanya perlu mendapat perhatian setiap tahun melalui aktivitas Gerejani bersama-sama, secara istimewa melalui
peristiwa Adven setiap tahun. Setiap keluarga kembali mempersiapkan diri bersama-sama menyambut kelahiran Tuhan Yesus melalui acara yang mempersatukan kita semua.

Semoga kita semua bertumbuh dalam iman, pengharapan, kasih dan dalam hidup bersama. Semoga cita-cita mengembangkan semangat persaudaraan di dalam keluarga terwujud juga melalui permenungan Adven ini.

 
Tuhan memberkati…
Rm A. Erwin Santoso, MSF
Ketua Komisi Kerasulan Keluarga
Keuskupan Agung Jakarta
 

 SILAHKAN DOWNLOAD BUKU PEGANGAN UMAT ADVEN 2013 KAJ:

“Bertumbuh di Nazareth”


 
KAJ download
 

Makanan Halal: Renungan Senin, 25 November 2013

Pekan Biasa XXXIV; Dan 1:1-6.8-20; MT Dan 3:52,53,54,55,56;Luk 21:1-4
Kitab Daniel merupakan kitab pengajaran dan dalam rangka mengajar itulah kitab ini menampilkan kisah-kisah menarik, lagi dramatis (Dan 1-6). Di perkirakan disusun pada 169-164 SM, Kitab Daniel muncul ketika orang Yahudi sedang menderita akibat ditindas Raja Antiokhus IV Epifanes.
Raja Antiokhus berusaha menghapus tradisi Yahudi. Orang Yahudi diminta meninggalkan Taurat. Sunat dilarang, hari Sabat tak boleh lagi dirayakan, mereka juga dipaksa menajiskan diri dengan makan makanan haram. Hukuman bagi orang yang melanggar ketetapan itu sangat berat, yakni hukuman mati.
Dalam situasi seperti itu, layakkah seseorang mempertaruhkan hidupnya dengan terus menaati Taurat? Menurut Kitab Daniel, sangat layak. Sebuah kisah menyangkut makanan pun disajikan sebagai pembuka, bercerita tentang Daniel dan rekan-rekannya, kaum buangan yang dipekerjakan di istana raja Babel. Meski hidup di negeri asing, mereka tetap menjaga yang mereka makan dan minum. Hasilnya, Tuhan melindungi mereka, menjadikan mereka lebih baik dari yang lain. Ia pun menganugerahi mereka pengetahuan, kepandaian, dan hikmat.
Bagi kita, ketetapan Taurat perihal makanan yang halal dan haram tidak lagi relevan. Walaupun demikian kisah ini tetap bermakna, sebab mengajarkan kepada kita untuk meletakkan kehendak Tuhan di atas segala sesuatu. Meskipun berat, kehendak Tuhan pada akhirnya senantiasa berbuah manis bagi mereka yang rela menaati.
Johannes Jarot Hadianto
(www.hidupkatolik.com)

Mari Kita Berbela Rasa dengan Gereja Filipina yang tertimpa Bencana Topan Haiyan!

Pada Jumat, 8 November 2013, telah terjadi bencana kemanusiaan yang disebabkan oleh topan Haiyan yang sangat dahsyat, yang menimpa saudara-saudari kita di Filipina, khususnya di Pulau Leyte dan sekitarnya.

Diperkirakan lebih dari 10 ribu orang tewas, ribuan orang yang masih hilang, ratusan ribu orang harus meninggalkan kota yang hancur karena topan ini dan hidup dalam pengungsian dan di antara para korban adalah anak-anak.

Korban bencana diperkirakan mencapai 4 juta jiwa. Sebagian diantara mereka kini berjuang mengatasi lapar dan haus serta hidup tanpa aliran listrik dan tempat berlindung yang memadai. Untuk membantu mereka yang tertimpa bencana tersebut, maka GEREJA KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA mengajak Paroki-Paroki, Komunitas-Komunitas, dan segenap Putra-Putri Bunda Gereja di KAJ untuk berbela rasa dan berbagi dengan cara:

1. Mengadakan Kolekte II di semua Gereja, Stasi dan Kapel pada Sabtu-Minggu, 16-17 November 2013 yang diperuntukkan bagi bantuan bencana tsb. Apabila pada hari tersebut paroki sudah mempunyai komitmen dengan pihak lain, maka kami serahkan pada kebijakan paroki untuk menyelenggarakan di waktu lain.

2. Komunitas-komunitas Kategorial dapat ikut serta dalam gerakan solidaritas ini dengan upaya penggalangan dana yang disesuaikan dengan waktu pertemuan mereka.

3. Bagi mereka yang secara pribadi terpanggil untuk berbela rasa dapat melalui ke dua wadah di atas, atau jika dalam jumlah besar dapat melalui rekening Keuskupan Agung Jakarta.

4. Seluruh hasil Kolekte dan Penggalangan Dana agar dikirimkan ke Ekonomat Keuskupan Agung Jakarta melalui transfer:

Bank BCA, KCP Jl. Biak

No. Rek. 544-0305778

An. Keuskupan Agung Jakarta

Bukti Transfer mohon di Fax: (021) 3441205

Info selengkapnya terkait Penggalangan Dana ini Hubungi:

Ekonomat KAJ, (021) 3519193, eks. 410

5. Hasil penggalangan dana ini akan diteruskan kepada Gereja Katolik Filipina, khususnya kepada keuskupan-keuskupan yang berada di wilayah bencana tersebut.

6. Hendaknya dimasukkan Doa Khusus ke dalam Doa Umat dalam Perayaan Ekaristi untuk para korban baik yang meninggal atau yang menderita.

Demikian pemberitahuan kami. Semoga kesediaan kita untuk berbela rasa dan berbagi dapat meringankan penderitaan saudara-saudara kita yang sedang tertimpa bencana. Terima Kasih.

Misa Konselebrasi Bersama 5 Uskup: “OMK Gathering 2013: The Joy of Indonesian Catholic Youth”

imagesHi Orang Muda Katolik!
Mari berkumpul bersama merayakan penutupan tahun iman! “OMK Gathering 2013: The Joy of Indonesian Catholic Youth” Entry Pass Gratis sudah sangat TERBATAS!
Segera hubungi:
Natalia 089693745373 (Jkt Utara -Pluit) Veliska 082211992907(Jkt Timur), Yoseph 081283821532 (Jkt Utara dan Unika Atma Jaya), Larry 08997469889 (Jkt Pusat), Hanny 081381910661 (Jkt Barat), Claudia 081382386492 (Jkt Selatan), Felicia 085946800264 (Tangerang), Rano 081808187754 (Bekasi)
atau E-Mail nama, HP & Paroki  ke omkgathering@yahoo.com
Waktu: Sabtu, 23 November, 11.00-19.00
Tempat: Skenoo Hall, Gandaria City Performances: ImagoDei, Light of Jesus Worship, Nugie, GAMSta, St. Ursula, Tarakanita, Pangudi Luhur, Archangeli Epsilandri, etc .
Dialog & Misa konselebrasi bersama:
Stanislaw Cardinal Rylko dari Vatikan (ketua  Dewan Kepausan utk Kerawam dan Kepemudaan Vatikan), Mgr Cosmas M. Angkur OFM, Mgr Petrus C. Mandagi MSC, Mgr Y. Hardjosusanto MSF, & Mgr J. P. Saklil.
Thanks and see you there,
Berkah Dalem

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-10/2013

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-10/2013

Lihat di Jendela Lain

 

Spiritualitas Inkarnatoris: Sebuah Pengantar Uskup Mgr. Suharyo Pada Rapat Kerja Komisi-Komisi dan Pemikat KAJ

Rapat Kerja Komisi-Komisi Dan Pengurus Pemikat Kaj

Wisma Samadi Klender, Jum’at-Minggu, 25-27 Oktober 2013

“Saya meyakini bahwa perjumpaan ini adalah persis untuk penegasan bersama. Semoga perspektif ini dapat menjadi cakrawala pembicaraan kita”. Demikian dikatakan Uskup Agung KAJ MGr. I. Suharyo ketika memberikan pengantar pada pembukaan Rapat Kerja Komisi-komisi dan Pemikat KAJ yang diselenggarakan di Samadi Klender, 25-27 Oktober 2013. Raker tersebut dihadiri oleh 55 peserta yang terdiri dari para ketua komisi dan pemikat beserta para pengurus, Kuria KAJ, Tim Karya Pastoral KAJ dan panitia penyelenggara.  Membuka pengantarnya Bapak Uskup menyapa dan berterima kasih kepada bruder, suster para peserta muda yang dengan satu dan lain cara turut mengembangkan karya pastoral di keuskupan agung Jakarta.

IMG-20131025-00430Lebih lanjut Mgr Suharyo memaparkan adanya tiga hal yang dapat diperhatikan dalam mengembangkan karya pastoral, yakni jati diri Gereja, kualitas dan gerakan. Pertama, jati diri Gereja merupakan hal penting karena dapat memberi arah pada pilihan-pilihan dan dapat dipakai untuk memilih prioritas. Bila gagasan Gereja sebagai communio yang pernah dikemukakan beberapa waktu yang lalu tersebut dieksplisitkan menjadi gereja sebagai gerakan, maka hal ini adalah untuk menunjukkan adanya usaha menjadi semakin baik. Namun istilah gereja sebagai gerakan tersebut berdasarkan teologi alkitabiah adalah mengenai Kerajaan Allah yang tidak statis dan memang ‘gerakan’.

Sementara menurut buku, Gereja sebagai dinamika adalah gereja yang bergerak terus menuju sesuatu yang tidak kelihatan. “Tentu ada banyak hal yang dapat dibicarakan tentang eklesiologi, tetapi SPIRITUALITAS APA yang ingin kita suburkan di KAJ, karena spiritualitas ini yang menjadi gerakan. Seringkali dipakai istilah spiritualitas inkarnatoris atau inkarnasi, yang intinya adalah Allah telah meninggalkan surga mulia masuk ke dalam hiruk pikuk kehidupan manusia. Yang dipersiapkan dalam sejarah begitu panjang dimulai dengan para nabi akhirnya muncullah AnakNya. Konsekuensinya adalah bahwa dunia ini bukan merupakan sesuatu yang harus ditinggal lari, meskipun menakutkan dan menggetarkan, karena spiritualitas inkarnatoris mengajak kita untuk masuk dalam-dalam ke dalam dunia”, kata Bapak Uskup.

Dalam pengamatannya di tengah umat, sejauh ini yang dimaksud ‘spiritualitas’ adalah doa, rekoleksi, retret yang dicari di tengah dunia yang ramai. Dalam spiritualitas dapat dicari 3 hal: doa, rasa dan budi. Doa atau devosi merupakan sesuatu yang membawa kita ke arah mana. Dalam doa, permohonan damai sejahtera pasti kita doakan. Tetapi pernahkah diPIKIRkan ketika berdoa, orang memohon kegelisahan.

“Di masa sekarang ada istilah ‘zona nyaman’. Bila dikaitkan dengan spiritualitas yang dimaksud, maka sebenarnya kita belum merasa tenteram bila belum menemukan panggilan HATI NURANI yang beku. Dalam praksis dapat kita lihat misalnya, dari retret muncul suatu kegelisahan. Buah kegelisahan dapat menjadi skenario ‘Selubung Perempuan’. Mestinya hati kita seperti hati Yesus yang gelisah. Jadi ada tiga hal: doa, afektif/ rasa dan budi yang dapat menjadi unsur spiritualitas itu”, ungkap Mgr. Suharyo.

Kedua, tentang unsur KUALITAS, Mgr Suharyo memberikan gambaran dengan pengalaman beragama. Kalau orang terlalu banyak berdoa dapat menjadi terlalu saleh. Bila orang tidak memperhatikan intelektualitas dalam iman, pilihannya bisa mengejutkan. Ilustrasinya, ada dokter dan pasien, sang dokter malah meminta pasiennya pergi ke ‘orang pintar’. Melalui ilustrasi tersebut uskup mengarahkan pada pemahaman spiritualitas yang mengandaikan intelektualitas. Supaya dengan intelektualitas itu kita dapat memahami bagaimana dunia ini bermain. Bila tidak, maka pilihan pastoral kita dapat keliru. Dengan pemahaman seperti itu kita dapat mencari cara untuk mencari jalan permainan yang sesuai.

Tentang ‘permainan’ dalam realitas masyarakat, misalnya di bidang hukum, dapat dilihat kekuatan politik ekonomi mempunyai kekuatan dalam merealisasikan pembuatan undang-undang. Pengalaman Bruder Heribertus Sumardjo memperjuangkan Undang-undang Pendidikan adalah kenyataan tersebut, karena ternyata UU yang keluar berbeda. Termasuk UU Tembakau dapat masuk, tentulah merupakan permainan baru.

Unsur ketiga adalah gerakan atau ‘ada yang BERGERAK’ , yakni lembaga dan orang. Dengan unsur ketiga ini barulah suatu ‘gerakan’ itu dapat dikatakan bergerak. Gereja adalah peristiwa, tetapi melalui proses spiritual dan intelektual. Sesuatu dalam iman diterjemahkan secara intelektual dan dilaksanakan dalam tindakan. Kerajaan Allah menjadi real bila digerakkan oleh komunitas dan pribadi.

“Beberapa hari yang lalu  saat Rm Adi Prasojo memberi hari studi di Paroki Vianey Cilangkap menceritakan bahwa paroki tersebut tidak dipakai kata SEKSI tetapi TIM. Bagi saya pribadi, SEKSI adalah bahasa organisasi. TIM adalah bahasa gerakan. Itu salah satu contoh. Bagi saya semboyan yang bagus dan terbukti didalami dapat membuat semakin beriman, bersaudara dan berbelarasa. Kalau boleh, rumusan ini jangan diubah, karena merupakan subjudul yang sudah dekat dengan umat”, kata Mgr. Suharyo.

Tentang komisi, sejauh pengetahuan Mgr Suharyo, KWI belum berhasil merumuskan fungsi komisi yang ada di KWI dengan tepat, sehingga pada bulan Nopember akan dibuat suatu assesment. KWI dengan sistem seperti itu akan berjalan terus atau mau membuat assesment, misalnya adakah bentuk lain yang dapat membuat KWI menjadi lebih gesit?. Kalau mau, bagaimana kemungkinan-kemungkinannya? Mungkinkah lebih baik?. Saya duga hal ini juga sama bagi KAJ. Assesment KAJ yang terakhir adalah komisi HAAK dan KERAWAM disatukan, melalui pertimbangan yang tak cukup memakan waktu semalam. Assesment tersebut tentu mempertimbangkan kalau dijadikan SATU akan menjadi lebih ramping dan lebih gesit. Hal ini bukanlah masalah abadi, tetapi hal bisa dipikirkan.

Dalam rangka melayani lebih baik, seperti Vikjen katakan: ‘pusat pastoral itu ada di paroki’. Dalam hal ini Fungsi KOMISI adalah menawarkan pelayanan kepada paroki dan dekenat, bila tidak tentu paroki merasa terlalu dibebani. Seperti vikjen katakan bahwa komisi bukan diatas paroki. Tetapi bagi uskup posisi komisi-komisi adalah menawarkan pastoral. Konsekuensinya adalah Program Komisi harus menjadi terlebih dahulu dibanding Program Paroki. Tentu, peranan komisi dalam rangka mewujudkan cita-cita keuskupan adalah bekerjasama untuk menemukan pelayanan ‘gerakan’ keuskupan. Gerakan pertama pertama adalah gerakan paroki. Gerakan kedua adalah gerakan keuskupan. Contoh Program Keuskupan adalah Aksi Puasa Pembangunan yang dimotori oleh Komisi PSE, dan komisi-komisi yang lain berdiskusi tentang tema apa yang akan diluncurkan KAJ. Pelaksana utama tetap Komisi PSE, namun dalam pelaksanaannya dibantu oleh komisi yang lain.

Melalui satu refleksi bernada canda, uskup melemparkan pertanyaan: Apa sesudah sekian lama nama PSE perlu diubah? Apa unsur ekonomi atau sosialnya? Di ASIA PSE itu tidak ada, yang ada adalah Office of Human Development. Tentang komisi, bagi uskup Suharyo, pertama, Komisi melayani paroki & dekenat. Dan kedua, Komisi membangun bersama arah pastoral dengan fokus pastoral dengan Judul dan subjudul profokatif apa yang dapat menggerakkan menggetarkan orang.

“Terakhir, Bila GEREJA adalah GERAKAN, maka Komisi berperan dalam rangka yang tadi: APA yang paling penting? Yang paling penting adalah KOMUNIKASI. Apa arti komunikasi? Pertama, Komunikasi Communio mesti MEMPERSATUKAN orang dan kegiatan, ini yang akan dicoba dengan SEKAR. Salah satu wujudnya adalah supaya komunikasi dengan komisi-komisi itu lancaar. Kedua, SALING MENEGUHKAN. Contoh:  Leaflet TAHUN PELAYANAN. Bila dilihat pada kalimat: MEMBERDAYAKAN (bukan sekedar aksi karitatif …dll…), kalimat ini bukan MENEGUHKAN, malah mengecilkan orang yang suka karitatif. Alangkah lebih baik, misalnya diubah menjadi: ‘Aksi karitatif dan MEMBERDAYAKAN yang memampukan orang …. dll.’ Pokoknya semua kata dan kalimat saya bersifat meneguhkan orang. Contoh lain kata ‘proyek’ itu adalah kata yang tidak bagus. Konotasi kata tersebut adalah menghabiskan anggaran seperti yang ada di departemen. Maka mungkinkah dicari, dipikirkan sungguh-sungguh supaya kata-kata itu meneguhkan, memberdayakan. Kalimat ‘Proyek sosial penanda tahun pelayanan’ di lembar leaflet diganti dengan kalimat profokatif yang lebih bagus. Asosiasinya kira-kira seperti itu. Terima kasih”, kata uskup menutup pengantarnya.

MEWARTAKAN KESELAMATAN: Sebuah Sharing Pengalaman

Komplit00Sejak tahun 2004, Keuskupan Agung Jakarta mengutus beberapa imamnya untuk melayani umat di pegunungan Mapiha, kampung Bomomani, wilayah pedalaman Papua di kabupaten Nabire dan Dogiyai dengan jumlah umat sekitar dua ribu tiga ratus orang.
Karya-karya yang dilakukan amatlah sederhana. Teman-teman itu mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, pelatihan di bidang pertanian dan peternakan, asrama dan rumah bina tani untuk anak-anak Papua yang ingin belajar dan melakukan berbagai program kreatif lainnya.
Saudara-saudari yang tinggal di Jakarta dan saudara-saudari yang tinggal di Bomomani menggunakan kata yang sama, misalnya “pendidikan, asrama, bina tani”. Jangan dibayangkan pendidikan, asrama dan pembinaan yang ada di tempat pelayanan itu mirip dengan yang ada di Jakarta. Kata yang dipakai boleh sama, tetapi realitas amat berbeda dan saya tidak sampai hati untuk membahasakannya.
Semuanya itu dijalankan dalam rangka tugas pelayanan kegerejaan yang dimengerti sebagai pewartaan Kerajaan Allah, pewartaan keselamatan. Setelah bekerja beberapa tahun di tempat itu,  kepada masing-masing teman ini diberikan nama oleh penduduk setempat yang mereka layani.
Nama Enakidabi diberikan kepada Rama Johan Ferdinand karena menurut pengamatan penduduk setempat semua yang ia kerjakan berhasil dan membawa kebaikan bagi masyarakat. Nama Enanapode mengungkapkan kematangan dalam tindakan sehingga  pekerjaan yang baik yang dilakukan oleh pendahulunya menjadi lebih baik. Nama ini diberikan kepada Rama Michael Wisnu. Sedang nama Idegaiyabi diberikan kepada Rama Yustinus Kesaryanto yang sekarang masih berada di Bomomani. Sebelum menyediakan diri untuk diutus ke tempat itu, ia sudah datang lebih dahulu dan melihat keadaan wilayah pelayanannya yang berat dan penuh tantangan. Kendati demikian ia mau datang dan sekarang bekerja dengan gembira di tempat yang tidak bagus yang sudah ia ketahui sebelumnya.
Kehadiran mereka adalah wujud inkarnasi yang amat nyata. Buahnya adalah keselamatan yang amat nyata pula. Ini semua tidak lepas dari dukungan yang besar dari Mitra Misi Domestik (=MMD) yang terdiri dari para awam di Jakarta maupun Papua yang merasa terketuk hatinya untuk ikut mewartakan Kerajaan Allah, membawa keselamatan yang nyata bagi masyarakat pedalaman Papua. Semoga Tuhan semakin dimuliakan dan semakin banyak orang mengalami keselamatan karena pelayanan kita dengan cara yang berbeda-beda. Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda semua, keluarga-keluarga dan komunitas Anda. + I. Suharyo. (*)
 

Terbaru

Populer