Home Blog Page 11

RENUNGAN MINGGU BIASA KE- 32, 10 November 2024

Bacaan Pertama, 1Raj 17:10-16

Sekali peristiwa Nabi Elia bersiap-siap, lalu pergi ke Sarfat. Ketika ia tiba di dekat  gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: ”Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.” Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: ”Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.”

Perempuan itu menjawab: ”Demi Tuhan, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.”

Tetapi Elia berkata kepadanya: ”Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.

Sebab beginilah firman Tuhan, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu Tuhan memberi hujan ke atas muka bumi.”

Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman Tuhan yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.”
‭‭

Bacaan Kedua, Ibr 9:24-28

Saudara-saudara, Kristus telah masuk ke dalam tempat kudus yang bukan buatan tangan manusia, yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita. Ia pun tidak berulang-ulang masuk untuk mempersembahkan diri-Nya sendiri, sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus dengan darah yang bukan darahnya sendiri.

Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korban-Nya. Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.
‭‭

Bacaan Injil, Mrk 12:38-44

Pada suatu hari, dalam pengajaran-Nya, Yesus berkata kepada orang banyak: ”Waspadalah terhadap ahli-ahli Taurat! Mereka suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.

Pada suatu hari lain, sambil duduk berhadapan dengan peti persembahan,  Yesus memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.

Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.
‭‭

RENUNGAN SINGKAT

Pada Minggu lalu kita telah merenungkan makna jauh dan dekat. Ternyata kalau dirasa, jauh dan dekat itu bukan soal jarak, tapi bagaimana kita tau arah yang kita tuju dan jalan yang akan kita lalui. Kalau kita tau arah tujuan dan kenal jalan yang kita lalui – perjalanan jarak berapapun – akan terasa dekat dan tidak jauh. Itulah mengapa Yesus berkata kepada Ahli Taurat, “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah”. Bukan karena jarak Kerajaan Allah tidak jauh, tapi menjadi tidak jauh  karena Ahli Taurat itu mengetahui arah dan jalan hidupnya seturut perintah utama Taurat. Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hati dan kekuatanmu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 

Minggu ini, Yesus tidak bicara soal jauh dan dekat, tapi soal banyak dan sedikit. Apa yang di mata dunia banyak, di mata Tuhan itu sedikit. Apa yang di mata dunia sedikit, tapi bagi Tuhan itu sudah sangat banyak. 

Tuhan memuji persembahan seorang janda miskin yang hanya dua peser, satu duit. Jauh lebih sedikit dari persembahan orang kaya yang juga datang pada waktu itu. Janda itu memberi dari kekurangannya, seluruh nafkahnya untuk Tuhan. Sedang yang lain, mungkin hanya sedikit presentase kekayaannya – meski jumlahnya lebih banyak dari janda itu.

Tuhan memandang apa yang tidak dilihat manusia. Ia melihat apa yang ada dalam hati. Bukan soal jumlah – tapi kesungguhan hati dan pemberian diri yang utuh. Itulah yang berkenan di hadapan-Nya. 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

🔔⛪ Perayaan Ekaristi Minggu, 10 NOVEMBER 2024, Pk. 11.00 WIB di KAPEL ANGELUS WISMA SAMADI KLENDER ⛪🔔 🙏 Misa dipersembahkan oleh RM. YAKOBUS SRIYATMOKO, SX 🙏

✝ Kami mengundang umat untuk hadir MISA secara Offline (Tanpa Perlu Daftar) dalam: ✝

🔔⛪ Perayaan Ekaristi Minggu, 10 NOVEMBER 2024, Pk. 11.00 WIB di KAPEL ANGELUS WISMA SAMADI KLENDER ⛪🔔

🙏 Misa dipersembahkan oleh RM. YAKOBUS SRIYATMOKO, SX 🙏

🎼🎻 Koor dan petugas liturgi dari SMP KATOLIK SANG TIMUR JAKARTA 🎻🎼

NB: Misa juga akan disiarkan Live di *TVRI Nasional dan Vidio.com serta Youtube KAJ

RENUNGAN MINGGU BIASA KE-31, 3 November 2024

Bacaan Pertama, Ul 6:2-6

Sekali peristiwa Musa berkata kepada bangsanya, “Seumur hidup hendaknya engkau dan anak cucumu takut akan Tuhan, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu. Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah ketetapan dan perintah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan Tuhan, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.

Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,”
‭‭Ulangan‬ ‭6‬:‭2‬-‭6‬ ‭TB‬‬

Bacaan Kedua, Ibr 7:23-28

Saudara-saudara, dalam jumlah yang besar mereka telah menjadi imam, karena mereka dicegah oleh maut untuk tetap menjabat imam. Tetapi, karena Ia tetap selama-lamanya, imamat-Nya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah.

Sebab Ia hidup lestari untuk menjadi Pengantara mereka. Sebab Imam Agung yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya.

Hal itu sudah dilakukan Yesus untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban. Hukum Taurat menetapkan orang-orang yang diliputi kelemahan menjadi Imam Agung.

Tetapi sesudah hukum Taurat itu, diucapkanlah sumpah, yang menetapkan Anak, yang telah menjadi sempurna sampai selama-lamanya menjadi Imam Agung. 


Bacaan Injil, Mrk 12:28b-34
Pada suatu hari datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus dan bertanya: ”Perintah manakah yang paling utama?”

Jawab Yesus: ”Perintah yang paling utama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan yang esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.

Dan perintah yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua perintah ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: ”Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada Allah yang lain kecuali Dia.

Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan.”

Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: ”Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.”
‭‭

Renungan Singkat

Perintah utama dalam Kitab Suci adalah perintah kasih! Kasihilah. 

Kasih adalah anugrah yang diberikan Allah – hanya kepada manusia. Jika disadari, hanya manusia yang mampu mengasihi. Sementara – mungkin – mahkluk hidup lain bertindak atas dasar nalurinya. 

Pertanyaannya, kepada siapa kita perlu mengasihi. 

Kepada Allah, dengan segala akal budi, kehendak dan kekuatanmu. Allah menganugerahkan akal budi, kehendak dan kekuatan agar dengan segala itu kita mencari Dia, berusaha mengenal Dia dan akhirnya mencintai Dia. Bukan dengan paksaan atau ketakutan. Tetapi dengan keputusan sadar dan bebas mau mencintai Dia. Sadar akan kebaikan dan cinta-Nya, maka kita dengan sadar pula mencintai-Nya lebih dari pada yang lain. 

Kepada sesama – sebagaimana kita juga mencintai diri sendiri. 

Sudahkah kamu mencintai dirimu sendiri? Menyayangi, mencari yang terbaik untuk pertumbuhan tubuh, jiwa dan rohani mu sendiri? Atau jangan-jangan kamu lupa mencintai dirimu, karena saking sibuknya mencintai sesamamu. 

Perintah utama inilah yang menjadi orientasi dan tujuan hidup kita. Kalau kita kehilangan kesadaran akan perintah-perintah ini jadinya hidup kita bisa kehilangan arah. Tidak lagi mencintai Allah dan sesama, tapi jatuh pada cinta terhadap uang, kehormatan dan kekuasaan. Kita semakin jauh pada Kerajaan Allah, semakin dekat pada kematian. 

Perintah ini adalah tujuan sekaligus arah dan dasar kita. Bahwa kita diciptakan oleh Allah untuk meluhurkan dan memuliakan Dia dengan menggunakan segala sarana yang tersedia. 

RA 

 

RENUNGAN MINGGU BIASA KE-30, 27 Oktober 2024

Bacaan Pertama, Yer 31:7-9

Beginilah firman Tuhan “Bersorak-sorailah bagi Yakub dengan sukacita, bersukarialah tentang pemimpin bangsa-bangsa! Kabarkanlah, pujilah dan katakanlah: Tuhan telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa Israel! Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan; dalam kumpulan besar mereka akan kembali ke mari!

Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku.”

Bacaan Kedua, Ibr 5:1-6

Saudara-saudara, setiap imam agung, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa.

Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan, yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri.

Tidak seorang pun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi dipanggil untuk itu oleh Allah, seperti yang telah terjadi dengan Harun.

Demikian pula Kristus! Ia tidak mengangkat diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Agung, tetapi diangkat oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: ”Anak-Ku Engkau! Pada hari ini Engkau telah Kuperanakkan”, atau seperti firman-Nya dalam suatu nas lain: ”Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.””

Bacaan Injil, Mrk 10:46-52

Pada suatu hari Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Yerikho. Ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, duduklah di pinggir jalan seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus.

Ketika didengarnya bahwa yang lewat itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: ”Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: ”Anak Daud, kasihanilah aku!”

Maka Yesus berhenti dan berkata: ”Panggillah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: ”Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.” Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Yesus bertanya kepadanya: ”Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: ”Rabuni, supaya aku dapat melihat!”

Yesus lalu berkata kepadanya: ”Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.”

Renungan Singkat

Saudara-saudari, kisah tentang Bartimeus buta yang disembuhkan Yesus dapat kita lihat sebagai proses perjalanan seseorang disembuhkan oleh iman. Kita semua orang buta pada awalnya. Bukan buta dalam arti fisik, tetapi buta dalam mata batin dan kemampuan kita melihat dengan kacamata iman. 

Seperti Bartimeus, tahap pertama dalam langkah pertumbuhan iman adalah MENDENGAR. Iman memang lahir dari pendengaran. Itulah yang membuat Bartimeus berdiri dan bergerak memanggil Yesus. Bartimeus lebih dahulu mendengar bahwa yang lewat di depannya dia adalah Yesus. 

Bartimeus menanggalkan jubahnya. Jubah itu adalah pakaian yang selama ini membuat dirinya nyaman duduk di pinggir jalan. Mungkin satu-satunya baju perlindungan yang ia kenakan. Perjumpaan dengan Yesus membuat dia meninggalkan apa yang selama ini menjadi perlindungannya. Bartimeus sadar, hanya Yesus andalannya untuk memperoleh kesembuhan. 

Di hadapan Yesus, Bartimeus tidak minta kekayaan atau kebutuhan lainnya. Namun,  ia meminta satu hal yang menjadi kerinduannya selama ia hidup. Ia minta supaya dapat melihat. 

Setelah melihat, Bartimeus memutuskan untuk mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sikap ini berbeda dengan tokoh lain, misal seorang kusta, yang setelah disembuhkan, pergi memberitakan kabar itu kepada orang banyak.

Bartimeus yang melihat tidak membuatnya puas diri. Bukan hanya mendengar, Bartimeus juga kini mampu untuk melihat Yesus dan semua yang Ia lakukan. Mengikuti Yesus dengan lebih sempurna. 

Dari Bartimeus kita pun belajar banyak. Kita memiliki Tuhan yang peduli dengan kesulitan dan kesusahan kita. Ia mengerti akan kerinduan kita yang paling dalam. Maka, setialah untuk terus mendengar Dia, panggilah Dia, dan utarakan kerinduanmu dalam doa. 

RA

‭‭

RENUNGAN MINGGU BIASA KE-29, 20 Oktober 2024

Bacaan Pertama, Yes 53:10-11

Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Tetapi apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban silih, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak Tuhan akan terlaksana karena dia. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas. Sebab Tuhan berfirman: Hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.”

Bacaan Kedua, Ibr 4:14-16

Saudara-saudara, kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah. Maka baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Agung yang kita punya, bukanlah imam agung yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya Ia sama dengan kita. Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah dengan penuh keberanian, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”
‭‭

Bacaan Injil, Mrk 10:35-45

Sekali peristiwa, Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: ”Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!”

Jawab-Nya kepada mereka: ”Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?”

Lalu kata mereka: ”Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.”

Tetapi kata Yesus kepada mereka: ”Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?” Jawab mereka: ”Kami dapat.”

Yesus berkata kepada mereka: ”Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan.”

Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: ”Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu.

Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Renungan Singkat

Jalan yang disediakan Yesus bagi kita untuk mencapai kemuliaan adalah jalan yang juga Yesus lakukan semasa hidup-Nya di dunia. Jalan itu adalah jalan pemberian diri sehabis-habisnya atas dasar kasih. Jalan ini mencapai puncak penyelesaiannya pada wafat-Nya di kayu salib. Itulah kemuliaan yang Yesus tawarkan. 

Yang Yesus tawarkan, Ia tunjukkan, Ia pula lakukan itu dengan setia akhir. Surat kepada orang Ibrani menegaskan pula Yesus sebagai Imam Agung. Imam yang juga turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Termasuk pula kematian. Dia pun turut dicobai, hanya tidak berbuat dosa. 

Yesus mengajari murid-murid-Nya juga demikian. Agar mereka tumbuh sebagai komunitas yang didasar oleh semangat Kristus sendiri. Ia yang datang bukan untuk dilayani, tapi untuk melayani dan menjadi tebusan bagi banyak orang. Maka, Gereja juga wajib terus berusaha untuk terus tumbuh sebagai Gereja yang melayani. Di dalamnya adalah orang-orang – siapapun dia – yang juga mau hidup seperti Yesus sebagai pelayan. Yang turut merasakan kelemahan sesamanya, ikut aktif dalam mencari jalan keluar bagi kesulitan dan penderitaan saudaranya. 

Jadi, kamu gimana?

RA

RENUNGAN MINGGU BIASA Ke-28, 13 Oktober 2024

Bacaan Pertama, Keb 7:7-11

Aku berdoa, dan akupun diberi pengertian, aku bermohon dan roh kebijaksanaan pun datang kepadaku. 

Dialah yang lebih kuutamakan daripada tongkat kerajaan dan takhta; dibandingkan dengannya, kekayaan kuanggap bukan apa-apa. Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya, dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya. 

Kebijaksanaan kukasihi lebih daripada kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia daripada cahaya, sebab kemilaunya tak kunjung henti. Namun demikian besertanya datang pula kepadaku segala harta milik, dan kekayaan tak tepermanai ada di tangannya. 
‭‭

Bacaan Kedua, Ibr 4:12-13

Saudara-saudara, firman Allah itu hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun.

Firman itu menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum.

Firman itu sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggung-jawab.

Bacaan Injil, Mrk 10:17-30

Pada suatu hari Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya.

Maka datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia bertanya: ”Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”

Jawab Yesus: ”Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!”

Lalu kata orang itu kepada-Nya: ”Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.”

Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: ”Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: ”Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: ”Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: ”Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata: ”Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.”

Berkatalah Petrus kepada Yesus: ”Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!”

Jawab Yesus: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.”

Renungan singkat

Harta di surga atau di dunia?


‭‭Firman Allah itu hidup, kuat dan tajam dan lebih tajam dari pedang bermata dua manapun. Sabda Yesus pun demikian. Sabda-Nya tajam dan memisahkan jiwa-jiwa dari segala keterikatan. 

Orang muda yang malang – kalau boleh saya katakan demikian. Ia datang kepada Yesus – bukan untuk mengikutinya pertama-tama. Tapi ia bertanya, “bagaimana caranya memperoleh kehidupan kekal”. Sangkanya, kehidupan kekal bisa diperoleh, bisa dibeli atau ditukar dengan apapun di dunia ini. 

Yesus menuntut lebih. Segala hal keterikatan yang menghalangi dan memberatkan untuk mengikuti Yesus itulah yang harus dilepaskan. Baginya, melaksanakan segala perintah Allah bukan hal yang sulit. Tapi rupanya, perintah Yesus untuk menjual segala miliknya itu yang membuatnya sedih bukan kepalang. Melepaskan diri dari harta di dunia, untuk memperoleh dan mengikatkan diri kepada harta di surga. Itu tawaran Yesus, yang rupanya sulit untuk dilakukan. 

Memang tidak mudah. Mungkin karena kita melihat apa yang di depan mata. Kita menaruh harapan dan jaminan hari depan pada apa yang sudah pasti dan jelas. Sementara itu, terkadang bagi kita jaminan keselamatan Yesus masih terlalu jauh, tidak bisa dihitung secara matematis, sehingga mengandalkan iman saja. Tapi saya kira, kita tidak boleh menelan kisah ini mentah-mentah, sehingga kita menjual semuanya, benar-benar jadi miskin – sementara masih ada tanggung jawab keluarga yang wajib dipenuhi. 

Kisah Injil di atas memang tulis dengan gaya Injil Markus yang lugas, tegas, keras dan apa adanya. Lewat Injil yang ditujukan para katekumen ini seolah-olah Markus mau menantang kepada siapapun pembacanya. Jalan untuk sampai kehidupan kekal hanya ada pada Kristus. Segalanya atau tidak sama sekali. 

RA

Sabtu, 19 Oktober 2024, API KARUNIA TUHAN, BAPA KARDINAL MENGAJAR

*API KARUNIA TUHAN*
*BAPA KARDINAL MENGAJAR*
Tema:

AKU INI HAMBA TUHAN

Renungan awal oleh:
Tempat : AULA SMA SANTA URSULA JAKARTA
Jl.Lap Banteng No 10A, Jakarta Pusat
Hari/Tanggal : Sabtu/ 19 Oktober 2024
Waktu : Pk 09.00 – Pk 12.00
Biaya pendaftaran ditransfer ke:
*BCA 4552988888*
a.n SUSANNA/ LUCIANA
*Biaya : Rp. 50.000/ orang*
**Harap menuliskan nama peserta di kolom berita transfer
*Link Pendaftaran :*
Dibuka untuk UMUM
_(kuota terbatas)_
Pendaftaran akan ditutup tanggal 10 OKTOBER 2024 atau *jika kuota sudah PENUH terlebih dahulu*
*Informasi (WA ONLY):*

RENUNGAN MINGGU BIASA XXVII, 6 Oktober 2024

Bacaan Pertama, Kej 2:18-24

Beginilah Firman Tuhan Allah: ”Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”

Lalu Tuhan Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu.

Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.

Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.

Lalu berkatalah manusia itu: ”Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”

Bacaan Kedua, Ibr 2:9-11

Saudara-saudari, untuk waktu yang singkat Yesus telah direndahkan di bawah malaikat-malaikat, tetapi oleh derita kematian-Nya ia telah  dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.

Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah – yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan –, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan.

Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,”
‭‭Ibrani‬ ‭2‬:‭9‬-‭11‬ ‭TB‬‬

Bacaan Injil, Mrk 10:2-16

Sekali peristiwa,  datanglah orang-orang Farisi untuk mencobai Yesus. Mereka bertanya kepada-Nya: ”Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?”

Tetapi jawab-Nya kepada mereka: ”Apa perintah Musa kepada kamu?” Jawab mereka: “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.”

Lalu kata Yesus kepada mereka: ”Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu.

Lalu kata-Nya kepada mereka: ”Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah.”

Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: ”Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.”

Renungan Singkat

Anda tau, ada satu sifat orang yang kadang mengesalkan hati saya. Sifat Ignorance. Tak peduli. Mementingkan kepentingan diri sendiri sehingga keras kepala. Mengapa bikin kesal? Ya karena sifat seperti itu menyusahkan yang lain. Kalau mau bikin susah, cukup bikin susah diri sendiri aja, jangan ajak orang lain. 

Seperti pertanyaan yang dilontarkan orang Farisi hari ini kepada Yesus, “Bolehkah seorang suami menceraikan istrinya?”. Ini pertanyaan aneh, karena memang seharusnya tidak perlu ditanyakan lagi. Ini seperti ada jalan ditutup/ferboden karena ada perbaikan, lalu ada orang yang bertanya, “Pak, bolehkah saya lewat jalan ini?”. Jelas tidak bisa lewat. Kalau lantas ada orang memaksa untuk bisa terobos, apa alasannya kalau tidak lain demi kepentingan diri sendiri? Biar cepat, malas mutar balik dan sebagainya. 

Karena kehendak Allah sudah jelas. Ia menghendaki persatuan Suami dan Istri. Mereka yang terpanggil menjalankan kehendak itu ya lakukan seperti yang diminta. Karena Allah menghendaki persatuan, bukannya perpisahan/perceraian. Dia tahu bahwa manusia tidak bisa hidup seorang dari. Setiap manusia butuh penolong yang sepadan. 

RA

Perayaan Ekaristi TVRI NASIONAL Minggu, 29 SEPTEMBER 2024, Pk. 11.00 WIB di KAPEL ANGELUS WISMA SAMADI KLENDER bersama RM. F. KRISTI ADI, PR (Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI)

✝ Kami mengundang umat untuk hadir MISA secara Offline (Tanpa Perlu Daftar) dalam: ✝

🔔⛪ Perayaan Ekaristi Minggu, 29 SEPTEMBER 2024, Pk. 11.00 WIB di KAPEL ANGELUS WISMA SAMADI KLENDER ⛪🔔

⛪🙏 Misa dipersembahkan oleh RM. F. KRISTI ADI, PR (Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI)🙏⛪

🎦 🎥 📺 NB: Misa juga akan disiarkan Live di *TVRI Nasional dan Vidio.com serta Youtube KAJ 🎦 🎥 📺

Terbaru

Populer