DOWNLOAD TEKS LAGU APP dan TAHUN SYUKUR 2015 KAJ: “Tiada Syukur Tanpa Peduli”
DOWNLOAD LAGU MP3 APP dan TAHUN SYUKUR 2015 KAJ: “Tiada Syukur Tanpa Peduli”
Hasil File Download MP3 ini berbentuk ZIP, silahkan diekstrak dulu agar bisa didengarkan
Arti Logo:
1. Obyek visual sangat dinamis yang menandakan semangat dan keinginan bahwa bersyukur itu bukan terpekur. Ungkapan syukur itu tidak selalu identik dengan doa atau menyembah. Syukur bisa bermakna lebih aktif untuk membagikan karunia yang telah kita terima.
2. Setangkup tangan yang membentuk merpati dengan daun/biji gandum/padi dan ketiganya saling berhubungan sehingga tercipta lingkaran yang tak terputuskan, dapat melambangkan:
DOWNLOAD LOGO APP dan TAHUN SYUKUR 2015 KAJ
DOWNLOAD LEAFLET TAHUN SYUKUR 2015 KAJ
Pada tahun 2015, Gereja KAJ hendak BERSYUKUR melalui EVALUASI-REFLEKSI ArDasPas KAJ 2011-2015, PENGEMBANGAN KERASULAN AWAM dan HIDUP BAKTI dan KADERISASI RASUL AWAM.
Bersyukur adalah sikap dasar penting bagi umat beriman. Yesus bergembira dalam Roh Kudus dan berkata, “Aku bersyukur kepadaMU, Bapa, Tuhan langit dan bumi,…” (Luk 10:21). Kepada para murid-Nya, Yesus mengajarkan doa Bapa Kami yang diawali dengan bersyukur, memuji dan memuliakan Allah.
Mengucap syukur juga adalah sikap dasar dari Jemaat Perdana yang membuat mereka menjadi Gereja yang disukai oleh banyak orang (Kis 2:41-47). Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi berkata, “Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali mengingat kamu” (Fil 1:3).
Dalam rangka merayakan Tahun Syukur diharapkan umat KAJ mendoakan Doa Tahun Syukur dan menyanyikan lagu tema “Tiada Syukur tanpa Peduli pada setiap kesempatan yang dirasa baik.
Selamat merayakan Tahun Syukur 2015. Semoga kita makin menunjukkan rasa syukur kita dengan semakin peduli kepada sesama terutama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel juga dengan upaya membangun keutuhan ciptaan serta lebih tekun mendukung pengembangan generasi muda dan panggilan biarawan-biarawati.
DOWNLOAD LEAFLET TAHUN SYUKUR 2015 KAJ
Bapa yang penuh kasih,
Kami seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta bersyukur atas peziarahan kami selama tahun Iman, tahun Persaudaraan, dan Tahun Pelayanan.
Teristimewa kami bersyukur atas karya agung keselamatanMu, yang Engkau kerjakan bagi kami melalui hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan kami Yesus Kristus. Dia menjadi Tuhan, Guru dan sumber inspirasi untuk menjadi anak-anak Mu.
Bimbinglah kami dengan terang Roh KudusMu,
Agar kami dapat menimba inspirasi dari peziarahan selama ini: supaya kami semakin mencintai Engkau, semakin tulus peduli kepada sesama, dan semakin gembira melayani sesama.
Tuntunlah kami untuk mewujudkan syukur dengan peduli kepada mereka yang lemah, kecil, miskin, dan tersisih; juga dengan upaya membangun keutuhan ciptaan serta lebih tekun mendukung pengembangan generasi muda dan panggilan biarawan-biarawati.
Bunda Maria, Bunda Gereja, Bunda kami semua, doakanlah kami untuk selalu bersyukur dan peduli kepada sesama seperti Engkau bersyukur dan peduli.
Demi Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
Amin.
DOWNLOAD LEAFLET DOA TAHUN SYUKUR 2015 KAJ
Akhir pekan 12-14 Desember 2014 lalu 78 orang aktivis Seksi HAAK (Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan) dari berbagai paroki di KAJ berkumpul di Wisma Canossa Bumi Serpong Damai, Tangerang. Hajatan ini diinisiasi oleh Seksi HAAK KAJ guna memberikan orientasi dasar kepada seluruh pegiat HAAK yang ada di KAJ. Tampil sebagai nara sumber adalah Rm. Prof. BS Mardiatmadja, SJ, Yohanes Haryono Darudono (Ketua Komisi HAAK KAJ), P. Krissantono, Harry Tjan Silalahi, Sebastian Salang dan Rm. DR. Al. Andang L. Binawa, SJ.
Selain membekali para peserta mengenai dasar-dasar teologis dan biblis kegiatan kemasyarakatan, dalam orientasi dasar ini juga dipaparkan mengenai kondisi kemasyarakatan dan politik kita saat ini serta bagaimana harusnya kita menanggapinya. “Sebagai saksi (martiria) bukan berarti kita harus mati untuk Kristus sebaliknya kita harus hidup untuk Kristus secara total hingga mati sekalipun oke,” tandas Rm. Mardiatmadja.
Jadi, lanjut Rm. Mardi, menjadi murid Kristus kita harus mampu memberi kesaksian iman melalui ibadat (liturgia), lewat persatuan (koinonia), pelayanan sosial (diakonia) dan lewat bimbingan rohani (polmenik) atau pengajaran kepada pihak lain. Setelah menjadi murid yang telah mendapatkan pengajaranNya kita juga diharapkan menjadi rasul (utusan). Utusan berarti menjadi pembawa kabar gembira itu kepada setiap mahluk. Pegangan kita adalah pesan Kitab Suci yaitu kita diutus untuk meujudkan persaudaraan sejati yang kongkrit bukan teoritis dan abastrak. (Kis 2:41-47). Sebab ciri semangat Kristiani kita menyatakan ke dalam kita kuat dan kokoh dan keluar kita membawa kabar sukacita yang menyejahterakan semua orang.
“Saya punya contoh kongkrit ketika dalam ibadat penguburan orang meninggal disaksikan oleh kerabat non katolik. Mereka kagum melihat betapa ibadat kita itu sangat memberi kesan menghargai jasad orang meninggal. Jadi doa dan ibadat kita menjadi sebuah kesaksian,” ungkap Rm. Mardi.
Tetapi di lain pihak Rm. Mardi mengungkapkan bahwa tujuan aktivis HAAK bukan mengkatolikkan orang lain. “Semangat kita adalah untuk meujudkan gereja yang lebih hidup dengan meujudkan persaudaraan sejati di Indonesia. Untuk itu kita perlu berdialog dengan pihak agama lain untuk mengatasi dan menanggapi seluruh aspek kehidupan kita sehari-hari. Sehingga peziarahan hidup kita menuju tanah air surgawi atau rumah abadi dengan cara agama masing-masing berjalan dengan baik,” ungkap Rm. Mardi. Rm. Mardi menandaskan bahwa agama kita berbeda-beda tetapi kebutuhan hidup kita sama. “Tidak ada beras katolik, tidak ada gula katolik atau ikan katolik. Artinya semua sama dan karenanya hubungan kita satu sama lain juga erat. Yang membedakan kita adalah pola laku, cara bicara, cara sembahyang atau cara kita melayani,” lanjutnya.
Sebagai warga negara Indonesia, para aktivis HAAK perlu memahami secara mendalam mengenai idiologi negara kita yaitu Pancasila. Lewat bahasa Pancasila dan bukan bahasa Injil kita akan lebih mudah untuk membangun komunikasi dan meujudkan persaudaraan sejati itu. “Apalagi hingga kini belum ada tafsir Pancasila yang baku. Kita bisa saling berdialog,” lanjut Rm. Mardi. Hal serupa juga ditekankan oleh Harry Tjan Silalahi. “Pancasila butuh tafsir dan penjelasan yang baru. Selain itu perlu juga ditegaskan bahwa negara bukan mengatur agama tetapi menjamin kehidupan umat beragama,” tandasnya.
Persaudaraan sejati itu bisa terujud dengan baik apabila kita mampu membangun komunikasi satu lainnya. “Karena banyak pihak yang harus kita ajak berdialog dan berkomunikasi, ada baiknya kita juga mempersiapkan semakin banyak kader yang mampu mengemban tugas dialog ini mewakili gereja ke tengah masyarakat,” tandas Haryono, Ketua Seksi HAAK KAJ.
Ujud kehadiran kader-kader itu bisa dalam bentuk formal seperti menjadi anggota legislative, eksekutif maupun yudikatif. “Dengan kehadiran kader kita di semua lembaga itu akan memungkinkan kita berdialog dengan kalangan yang lebih luas pula,” tambah Haryono.
Krissantono juga mengatakan bahwa kehadiran para aktivis HAAK ini akan menjadi perpanjangan tangan gereja ke pihak luar. “Gereja adalah kekuatan moral dan spiritual dan bukan pelaku politik. Lewat Komisi HAAK ini gereja mencoba memberikan semangat kepada para umatnya yang peduli akan politik dan bahkan sudah menggeluti politik. Karena itu akan sangat disayangkan kalau masih ada paroki yang belum memiliki seksi HAAK. Bahkan masih ada paroki yang menganggap seksi HAAK ini sekedar ada saja tak diurus,” tandas Krisantono. Krisantono mencontohkan berbagai persoalan yang berkembang di masyarakat. Adanya pelarangan pernikahan yang berbeda agama, penutupan akses jalan ke gereja, pembakaran gereja, lahirnya ide meniadakan kolom agama di KTP yang harus direspon dengan baik secara bersama-sama dengan pihak lain. “Dialog ini hanya bisa dilakukan bila sudah jauh-jauh hari ada tercipta jalur komunikasi yang baik. Jalur komunikasi itulah yang harus dibangun para aktivis HAAK,” tandas Krissantono.
Menurut Krissantono ada beberapa dasar-dasar dialog yang harus diketahui dengan baik antara lain prinsip : dalam hal prinsip harus bersama-sama, dalam segala hal dilandasi cintakasih), dalam kebenaran ada kebebasan. “Ketiga prinsip ini lahir dari St. Agustinus dan ditekankan oleh Mgr. Soegjapranoto,” ungkap Krisantono. Dia juga mengungkapkan bahwa Mgr. Ign. Suharyo telah diperkenalkan istilah konsolidasi komitmen politik. Tujuannya untuk mencari para politisi katolik yang menjadi utusan.
Krissantono juga menanggapi ungkapan bahwa politik itu kotor. “Yesus tahu bahwa dunia itu kotor karena dosa. Tetapi dia datang untuk memberesihkan. Demikian juga para anggota legislatif katolik sadar bahwa banyak permainan kotor di politik, karena itu mereka harus membersihkannya setelah lebih dahulu mereka bersih. Seperti tidak mendapat reward melainkan salib para legislator pun harus berani dan mau menerima salib itu,” tandas Krissantono. Untuk itu sejak jauh hari sebelum pemilu gereja sudah harus menciptakan kader-kader tangguh itu. Kader tangguh itu ibarat semut ireng yang ketika berhadapan dengan kendala berani mengambil jalan lain. “Jadi jangan seperti siput begitu disentil langsung masuk cangkang dan mutung,” tandas Krisnatono.
Di lain pihak Sebastian Salang mengemukakan bahwa hingga kini situasi politik Indonesia masih belum menentu. “Kita terus dalam masa transisi sejak reformasi,” ungkapnya. Namun ada hal positif yang menyejukkan bahwa pertentangan partai agama dan nasionalis semakin menurun. Kondisi ini mungkin akan bisa semakin memikat para generasi muda untuk terlibat dalam politik.
Tak kalah penting dari potret dunia politik makro Rm. Andang juga mengatakan politik mikro juga sangat penting. Bahkan menurutnya antara kondisi perpolitikan makro dan mikro hampir tidak ada korelasinya. “Kehidupan di masyarakat bawah berjalan sendiri. Jadi para aktivis HAAK perlu memberi perhatian khusus karena inilah yang paling dekat dengan kehidupan umat beriman sehari-hari,” ungkap Rm. Andang. Kehadiran para aktivis HAAK adalah membuat tanah persamaian itu makin subur sehingga iman para umat semakin berbuah banyak dan baik. Tanah persamaian dimaksud kondisi kemasyarakatan yang harmonis, bersaudara dan berbelarasa. “Para aktiis HAAK harus mampu menciptakan berbagai kegiatan dan melibatkan semakin banyak umat dalam menjalin kehidupan dialogis yang karib, guyub dan cair,” ungkap Rm. Andang. Bahkan Rm. Andang akan segera menandatangani persetujuan bila Komisi HAAK mengajak WKRI bekerjasama. Perbedayaan semua umat baik di kategorial maupuan di paroki masing-masing,” ungkap Rm. Andang.
Ada tiga masalah utama yang perlu mendapat perhatia seksi HAAK dan seluruh umat pada umumnya yaitu masalah lingkungan, kemiskinan dan intolernasi. Ketiga masalah ini tercantum dalam salib Kristus. Vertikan ke atas meujudkan cinta akan Tuhan. Vertikal ke bawah meujudkan cinta kita kepada bumi dan alam semesta (lingkungan). Salib horizontal ke kanan meujudkan cinta kita kepada sesama yang miskin sedangkan ke kiri cinta kepada sesama kita yang memusihi kita (intoleran).
HAAK terutama berkutat di salib horizontal ke kiri dan ke kanan. “Untuk membuka hubungan kita ke sesama ini, kita harus lebih peka akan apa yang mereka butuhkan. Langkah paling mudah untuk ikut berbaur dengan cair dalam lingkungan sekitar RT, RW, Kelurahan, Kecamatan bahkan kabupaten atau kota,” lanjut Rm. Andang.
Setelah orientasi dasar ini, Komisi HAAK juga berencana untuk mengadakan orientasi lanjutan dengan pokok bahasan yang lebih luas. Seperti pengenalan mengenai Islam (islamonologi) dan berbagai topik lain yang semakin memampukan para aktivis HAAK mengembang tugasnya.
Dialog Islam-Katolik selalu di kembangkan. Beberapa tokoh dari ke-2 agama berkumpul mengulas beragam kemungkinan bentuk hubungan kerja untuk melayani sesama. Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama (Pontifical Council) bekerja bersama dengan gerakan Common Word (Kalimatun Sawa) berpusat di Amman, Jordania, memotori terselenggaranya aktivitas Komunitas Catholic- Muslim. Aktivitas dua tahunan ini adalah dialog komunitas beberapa tokoh Katolik serta Muslim didunia.
Pada Selasa-Kamis, 11-13/11, The Third Catholic-Muslim Community diadakan di Vatikan. Sekitar 13 tokoh Katolik serta Muslim ambillah bagian dalam komunitas ini. Pihak Katolik diwakili, diantaranya Ketua PCID Kardinal Jean- Louis Tauran, Sekretaris PCID Pastor Miguel Ángel Ayuso Guixot MCCI, Ketua untuk Rekanan dengan Islam PCID Mgr Khaled Akasheh, serta Guru Besar dari Kampus Kepausan Lateran Roma, Vincenzo Buonomo.
Sementara dari pihak Islam, ada diantaranya Prof S. Abdallah Schleifer (Senior Fellow of the Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought and Editor-in-Chief of the Muslim 500), Prof Mustafa Ceric (Former Grand Mufti of Bosnia and Herzegovina), Imam Yahya Sergio Yahe Pallavicini (Vice President Islamic Religious Community, Italia) serta Prof M. Din Syamsuddin (Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, serta Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia).
Dalam komunitas dialog Islam-Katolik, beberapa peserta mengelaborasi tema“Working Together to Serve Others”, seperti ditulis Vatican Information Service (13/11). Topik itu terdiri dari tiga subtema sebagai gosip utama serta bahan bahasan dalam komunitas ini. Yaitu, bagaimanakah bekerja bersama untuk memberi pelayanan untuk golongan muda, serta meningkatkan dialog antaragama, dan melayani orang-orang.
Tema topik itu dibicarakan dengan mendatangkan narasumber dari pihak Islam ataupun Katolik. Din Syamsuddin jadi salah satu pembicara dalam The Third Catholic-Muslim Komunitas ini. Din mewakili pihak Muslim pada session ketiga perihal kerja sama melayani orang-orang. Ia menuturkan tentang perspektif teologis kerja sama antarumat beragama serta argumen sosiologis tentang pentingnya hubungan kerja itu di kembangkan.
Beberapa narasumber memberi banyak pandangan dari semua belahan dunia perihal bagaimanakah umat Islam serta Katolik bekerjasama di beragam bagian, seperti pendidikan, sosial kemasyarakatan, serta budaya.
Selesai presentasi makalah dari narasumber, acara dilanjutkan dengan diskusi dalam situasi kebersamaan serta persaudaraan. Beberapa peserta lalu merumuskan perjanjian berbarengan dalam rencana wujudkan kerja sama. Beberapa delegasi setuju untuk berbarengan berupaya meredam perseteruan serta membuat perdamaian, juga mengajak semakin banyak pihak untuk hentikan perseteruan. Diluar itu mereka juga setuju untuk memberi pendidikan untuk beberapa golongan muda bakal utamanya perdamaian serta bangun kerja sama, dan dialog antaragama.
Pada Rabu, 12/11, Paus Fransiskus kemudian terima beberapa peserta dalam audiensi. Bapa Suci mensupport usaha serta prinsip mereka untuk bekerja bersama serta melayani orang-orang. Bapa Suci juga mengapresiasi buah-buah yang dihasilkan dari pertemuan itu, dan mengharapkan supaya prinsip itu dapat diimplementasikan dalam kehidupan keseharian. Harapannya, kerja sama antaragama dapat selalu dipupuk serta di kembangkan. Ia juga mengharapkan pertemuan-pertemuan seperti itu selalu diselenggarakan. (HidupKatolik.com)
Romo Vikjen Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Rm. Samuel hadir dalam Temu Pegiat (aktivis) Komunikasi Sosial (Komsos) dari seluruh paroki KAJ pada 30 November 2014 di Katedral Jakarta. Dalam kesempatan itu Vikjen mensosialisasikan struktur organisasi baru di KAJ serta sosialisasi Tahun Syukur dan Tahun Hidup Bakti 2014-2015. “Seluruh perubahan struktur organisasi di KAJ ini bertujuan untuk lebih membuka peluang dan mengajak seluruh umat, seluruh kelomopok ikut serta berpartispasi, bersinergi guna meujudkan tranformasi yang progressif dalam mengabdi kepada umat Allah dan masyakat. Jadi umat Allah adalah bos dan kita semua aktivis termasuk para romo dan uskup adalah pelayan. Tetapi kita tidak sekedar melayani melainkan melakukan karya gereja membangun kerajaan Allah dengan sukacita Injili,” tandas Rm. Samuel.
Dalam hal inilah Komsos memegang peran penting. Komsos harus menjadi pelaksana fungsi marketing sehingga umat mau dan tahu serta mampu melaksanakan dan meujudkan misi ini. Paus Fransiskus telah menunjukkan peran kenabian itu dengan menerjemahkan segala kebijakan dan pewartaannya menggunakan bahasa yang sederhana. Bahasa sederhana dimaksud adalah bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti oleh umatnya. Ini sebuah terobosan yang luar biasa. “Komsos pun harus berani dan mampu melakukan hal itu. Para pegiat ini harus mampu menghangatkan dinamika menggereja yang selama ini masih terasa dingin. Bila perlu harus mampu memperdebatkan hakikat iman itu sendiri, sehingga semakin dalam dimengerti dan semakin mudah dibahasakan dan disebarkan kepada umat. Berani menerobos sekat-sekat yang selama ini kurang menggambarkan keadilan,” tandas Rm. Samuel.
Lantas Rm. Samuel memberi contoh langkah seorang romo untuk membuka hubungan dengan umat Islam dengan membagikan kain kafan. Ide ini sangat kreatif dan mengena. Terobosan-terobosan seperti inilah yang kita butuhkan guna samakin menjadi persaudaraan sejati dengan pihak lain. Komsos juga harus berani mempertanyakan mengapa tidak semua umat yang meninggal dan hanya orang terkenal yang disemayamkan di gereja? Bukankah ini bertentangan dengan evangelisasi Yesus yang tanpa diskriminasi melainkan dengan sukacita injili dan keberanian? Apakah dengan prinsip evangelisasi injili yang penuh sukacita pegiat Komsos masih terus mengangkat berita-berita perpecahan, berantam (seperti Golkar)? Mengapa umat lebih ringan tangan membantu pendanaan pembangunan gereja ketimbang membantu pendanaan umat yang hendak melaksanakan retret? Apakah kita mau seperti kejadian di Eropa yang memiliki gedung-gedung gereja mewah tetapi tak memiliki umat?
Agar semangat evangelisasi Yesus itu bertumbuh dengan baik, Rm. Samuel juga menganjurkan Komsos harus berani membuat perubahan struktur sesuai kebutuhan. Juga yang tak kalah penting adalah para pegiat harus terus mengembangkan sumber daya manusia di Komsos. “Sehingga tidak ada hukum ketergantungan hidup matinya Komsos di tangan Anda,” tandas Rm. Samuel. Dia berharap akan semakin banyak pihak yang terlibat di Komsos akan semakin memudahkan kita menyebarluaskan kabar gembira Yesus Kristus. Intinya kaderisasi pegiat Komsos harus terus dikembangkan sekaligus evaluasinya. “Saya berharap para pegiat Komsos tidak seperti orang yang baru pulang dari pemakaman. Sebaliknya para pegiat Komsos harus tetap penuh sukacita,” harap Rm. Samuel.
Dalam waktu dekat KAJ mengharapkan seluruh paroki sudah memberikan hasil evaluasi pelaksanaan Arah Dasar Pastoral (ARDAS) 2011-2015. Hasil evaluasi itu sudah harus masuk ke KAJ sebelum 31 Mei 2015. Berdasarkan hasil evaluasi ini KAJ akan menyusun ARDAS baru paling lambat sudah selesai Juli 2015. “Disini pun peran pegiat Komsos sanagt diharapkan mulai pengumpulan data, risetnya serta membantu membuatkan laporan evaluasi itu. Jadi kehadiran seksi Komsos di paroki itu sangat berguna,” ungkap Rm. Samuel.
Peran lain yang diungkapkan oleh Ketua Komisi Komsos KAJ Rm. Harry Sulistio adalah peran aktif komsos paroki dalam ber-evangelisasi lewat media-media sosial maupun komersil. Rm. Harry mengungkap contoh kongkrit yang dilakukan oleh Komsos Paroki Maria Bunda Karmel. “Setiap hari mereka meng-upload renungan harian yang dibawakan romo di youtube lengkap dengan naskah bacaan Kitab Sucinya. Ini sesuatu yang sangat membanggakan. Ini semua gratis karena memanfaatkan media sosial yang ada untuk menyampaikan kabar gembira ke seluruh dunia,” puji Rm. Harry.
Rm. Harry juga mengatakan bahwa kini telah ada komunitas baru pendamping Komsos KAJ yaitu Sahabat Psositif. Komunitas ini keanggotaanya terbuka, Komsos KAJ ingin mengajak lebih banyak orang terlibat dalam Pastoral Evangelisasi. “Lewat sarana ini kita mencoba keluar dari kelompok seiman dan masuk ke kelompok terbuka. Lewat komunitas ini kita mencoba terus menggerakkan banyak orang untuk mengembangkan nilai-nilai universal. Contoh kongkrit yang dalam waktu dekat akan dirilis film “Nada dan Asa” yang terma utamanya adalah menghormati kehidupan dan menghargai martabat manusia. Film ini pun dibintangi artis-artis dari berbagai latarbelakang agama karena nilai yang dibawakan adalah nilai universal. Para pegiat Komsos silahkan masuk sebagai anggota,” tandas Rm. Harry.
Selain itu Komsos KAJ juga telah menjalin banyak kerjasama dengan berbagai media nasional baik radio maupun televise. Untuk mengisi jam tayang itu semua diharapkan partisipasi dari komsos-komsos paroki maupun dekanat. “Silahkan Komsos paroki maupun dekanat membuat program untuk mengisi jam tayang yang sudah kita punya,” ajak Rm. Harry.
Dalam kesempatan itu juga Rm. Harry mengungkapkan dalam rangka penutupan tahun pelayanan 2014 dan membuka tahun syukur dan hidup bakti 2015 Komsos telah menyiapkan sebuah acara khusus yaitu perayaan ekaristi bersama pada 3 Januari 2015. Dalam ekaristi tersebut akan diundang seluruh imam yang berkegiatan di KAJ berjumlah sekitar 400 orang. “Pada kesempatan itu akan dilakukan pelepasa burung merpati dan pembagian Salib Gembala Baik ke seluruh paroki se-KAJ,” jelas Rm. Harry. Salib ini adalah salib yang tidak tegak berdiri melainkan terlentang di altar.
Sonar Sihombing.