1Sam 3:3b-10.19
1Kor 6:13c-15a.17-20
Yoh 1:35-42

Mari dan Lihatlah

Minggu ini kita berjumpa dengan Samuel. Samuel adalah hakim terbesar dan terakhir dari bangsa Israel. Ia mengakhiri era hakim-hakim dan membawa masuk Israel dalam sistem kerajaan. Samuel adalah anak dari Elkana dan istrinya Hana yang sempat lama mandul. Sejak awal Hana berjanji akan mempersembahkan Samuel kepada Tuhan. Dan Benar, setelah lahir, Samuel diserahkan ke Bait Allah dan hidup di bawah bimbingan seorang imam, Eli. Eli sendiri punya anak-anak yang dursila, tidak mengindahkan Tuhan, suka berbuat seenaknya di Bait Allah (1Sam 2:11). Sementara Samuel sendiri bertumbuh menjadi pelayan Tuhan dengan baik. 

Melalui Eli pula, Samuel yang tidur di dalam Bait Suci dibimbing mengenali suara Allah. “Bersabdalah Ya Tuhan, hamba-Mu ini mendengar”. Allah berfirman kepada Samuel dalam penglihatan. Isinya terutama mengenai hukuman bagi keluarga Eli yang tidak mengindahkan Tuhan. 

Ada satu hal yang menarik. Dalam 1Sam 3:15 disebutkan, “Samuel segan memberitakan penglihatan itu kepada Eli”. Bagi saya, sikap ini wajar. Samuel hidup bertumbuh di bawah bimbingan Eli. Masak dia tega memberitakan nubuat bahwa keluarga Eli akan dihukum Allah. Bukan hanya itu, anak-anak Eli –  Phineas dan Hofni akan mati. Tapi apa yang disampaikan Allah itu, harus disampaikan Samuel kepada Eli tanpa ada kata yang disembunyikan (1Sam 3:18). Eli menerima nubuat Allah itu terjadi dengan lapang hati. 

Sejak itu Samuel mengambil tugas perutusan sebagai hakim dan nabi bagi bangsa Israel. 

Sempat muncul dalam diri saya, apakah sejak awal Eli mempersiapkan Samuel menjadi hakim dan nabi? Saya kira Eli telah melakukan tugas sesuai porsinya, membimbing Samuel bertumbuh dengan Tuhan. Allah sendiri yang memanggil Samuel menjadi hakim dan nabi bagi orang Israel. 

Injil Minggu Biasa ke-2 hari ini diambil dari Injil Yohanes. Dalam Injil Yohanes, buah-buah pertama Pembaptisan Yesus adalah murid-murid Yesus yang pertama. Proses panggilan para murid yang pertama terjadi dalam proses estafet. Semuanya diawali oleh Yohanes Pembaptis yang mengenali turunnya Roh Kudus setelah membaptis Yesus, sang Anak Domba Allah. Kesaksian Yohanes atas Yesus membuat dua muridnya pergi mengikuti Yesus. Kedua Murid itu tinggal bersama dengan Yesus. Mereka melihat di mana Yesus tinggal, apa yang Ia buat dan bagaimana Yesus mengajar. Salah satu murid yang tinggal yakni Andreas meyakini ia melihat Yesus adalah Mesias. Andreas menjumpai Simon saudaranya dan memberitakan kabar gembira itu dan membawanya kepada Yesus. 

Semua terjadi begitu saja. Tanpa paksaan. Semuanya hanya tawaran yang datang dari mereka yang telah mengalami Tuhan. “Lihatlah”, “Mari dan kamu akan melihatnya” adalah sebuah tawaran yang menantang kemerdekaan dan otonomi kita.

Zaman sekarang, tawaran-tawaran semacam itu itu pun sering kita dengar, “Minggu ke gereja bareng yuk”, “eh besok ikut rosario lingkungan yuk”, “eh, bantuin romo di seksi komsos yuk, elu kan bisa multimedia”, “Ini ada retret kebangkitan rohani, bulan depan, ikutan yuk”. Dan masih banyak lagi. 

Kita pun berhak untuk tidak melihat dan tidak datang. Tapi agaknya, mengatakan “tidak” pada panggilan Tuhan akan melenyapkan kesempatan kita untuk melihat hal-hal yang lebih besar dari biasanya. 

Samuel dibimbing oleh Eli untuk mengenali suara Tuhan. Begitu pula dengan Rasul Paulus. Dari kejauhan, Paulus menulis nasihat kepada jemaat Korintus untuk menjauhi percabulan – dosa pencemaran tubuh. Sebab tubuh adalah bait Roh Kudus, maka muliakanlah Allah dengan tubuh. Dengan tubuh pula kita berbicara, berjalan, dan bekerja. Maka semoga dengan tubuh pula kita membawa semakin banyak orang kepada Tuhan. Tuhan memanggil kita, seluruhnya, juga dengan tubuh kita untuk memuliakan Dia dengan karya dan pelayanan. 

Jadi, Kamu Gimana?

RA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here