Kej 15:1-6,21:1-3

Ibr 11:8.11-12.17-19

Luk 2:22-40

KELUARGA TAAT KEPADA ALLAH

Bapak Ibu dan saudara-saudari terkasih, SHALOM. 

Satu Minggu setelah kita merayakan Natal, hari ini kita merayakan Pesta Keluarga Kudus: Yesus, Maria dan Yusuf. Oleh karena itu kita diajak untuk menyadari betapa kudusnya panggilan untuk berkeluarga. 

Sejak awal dunia diciptakan, Allah telah menghendaki laki-laki dan perempuan bersatu menjadi suami istri. Allah menyertai mereka, dan memberi mereka tugas perutusan untuk beranak cucu dan memenuhi, merawat dan menjaga bumi. Karena Allah menghendaki persatuan suami istri, maka berkeluarga adalah panggilan menyetujui kehendak Allah – bukan kewajiban. Berkeluarga adalah menanggapi panggilan akan tugas perutusan dari Allah. Apa yang kita lakukan seturut dengan kehendak Allah ini akan menjadi berkat. 

Karena hidup berkeluarga adalah panggilan kehendak Allah, maka setiap orang yang mau menanggapi panggilan itu harus hidup seturut Dia yang memanggil. Hidup keluarga harus dijalankan seturut kehendak Allah yang memanggil. Dengan kata lain, baik Laki-laki dan Perempuan serta anak yang dianugerahkan taat kepada Allah. 

Kapan tugas perutusan itu selesai?

Tak jarang, kita berjumpa dengan para lansia yang tinggal seorang diri di rumah, ditemani oleh seorang perawat. Anak-anaknya sudah membentuk keluarga baru . Mereka semua terpencar di pinggir-pinggir kota. Anak-anaknya meninggalkan rumah yang sebenarnya hendak diwariskan orangtuanya. Tapi anak-anaknya semua memilih untuk membeli rumah baru sesuai keinginan mereka. Bagi saya, para opa oma lansia ini boleh berbahagia. Para lansia ini telah selesai melaksanakan panggilan perutusan dari Allah dengan membantu anak-anak mereka menemukan panggilan hidupnya, entah menikah, selibat atau menjadi imam biarawati. Membantu anak-anak menjaga iman dan ketaatannya kepada Allah. 

Kita menemukan sikap taat kepada Allah itu dalam kisah-kisah Sabda Tuhan hari ini. Pertama, kita diperdengarkan kisah Abraham, dalam bacaan pertama. Ketaatan Iman Abraham diganjar berkat melimpah oleh Tuhan, yakni janji keturunan sebanyak bintang di langit. Janji tersebut dipenuhi mulai dari lahirnya Ishak dari Sara, istri Abraham. Ishak lahir pada masa tua mereka berdua. Kisah ini direfleksikan lebih lanjut oleh Surat kepada Orang Ibrani dalam bacaan kedua. Apa yang kita lakukan seturut dengan kehendak Allah ini akan menjadi berkat. 

Surat kepada orang Ibrani menegaskan kembali keutamaan iman Abraham, ketaatannya pada setiap perutusan dari Allah. Ketaatan kepada Allah membawa kerelaan untuk berkorban, dan kehilangan segala hal yang mengenakkan dan menyenangkan. 

Abraham dipanggil untuk pergi menuju negeri yang dijanjikan – meski tidak tahu ke mana yang ia tuju. Ia berangkat dari tempat yang sudah ia kenal, menuju tempat yang sama sekali baru. Dan itu tidak menyenangkan. 

Di masa tuanya, Abraham dan Sara menerima perutusan dari Tuhan untuk melahirkan Ishak. Mereka yakin, jika ini yang dikehendaki Allah – Dia juga akan menemani seumur hidup. Melahirkan dan mendidik anak di masa tua tentu tidak mudah. 

Oleh ketaatan iman, Abraham rela mempersembahkan Ishak, Anaknya yang tunggal. Siapa yang ingin mempersembahkan anaknya sendiri? Yang susah payah didapat di masa tua penuh penantian. Namun, Abraham tetap taat kepada Allah, Abraham percaya bahwa kematian bukanlah akhir. Allah membangkitkan orang meski sudah mati. 

Hal yang sama dihidupi oleh Keluarga Kudus Nazaret. Maria dan Yusuf membawa kanak-kanak Yesus ke umpan Allah dan mempersembahkannya kepada Tuhan. Ini sebuah tanda penyerahan dan pengabdian bahwa Kanak-kanak Yesus dan hidupnya dipakai seturut kehendak Tuhan. Dalam kesempatan itu, Simeon bernubuat kepada Maria – suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri. Perjalanan Maria bersama keluarganya tidak sepenuhnya mulus dan menyenangkan. 

Mari kita bertanya juga dalam diri kita masing-masing. Bagi anda yang ingin menikah, sadari bahwa menikah adalah panggilan Allah bagimu untuk sebuah perutusan. Membentuk keluarga yang kudus dan suci, baik dan benar. Mengatakan iya pada panggilan itu berarti Anda siap untuk memberikan diri, berkorban banyak, kehilangan banyak hal. Inilah kekudusan, berani kehilangan diri demi terwujudnya kehendak Allah dalam keluarga. 

Jadi, kamu bagaimana?

RA

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here