Home Blog Page 8

RENUNGAN MINGGU BIASA XXVII, 6 Oktober 2024

Bacaan Pertama, Kej 2:18-24

Beginilah Firman Tuhan Allah: ”Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”

Lalu Tuhan Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu.

Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia.

Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.

Lalu berkatalah manusia itu: ”Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.”

Bacaan Kedua, Ibr 2:9-11

Saudara-saudari, untuk waktu yang singkat Yesus telah direndahkan di bawah malaikat-malaikat, tetapi oleh derita kematian-Nya ia telah  dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.

Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah – yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan –, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan.

Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,”
‭‭Ibrani‬ ‭2‬:‭9‬-‭11‬ ‭TB‬‬

Bacaan Injil, Mrk 10:2-16

Sekali peristiwa,  datanglah orang-orang Farisi untuk mencobai Yesus. Mereka bertanya kepada-Nya: ”Bolehkah seorang suami menceraikan isterinya?”

Tetapi jawab-Nya kepada mereka: ”Apa perintah Musa kepada kamu?” Jawab mereka: “Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai.”

Lalu kata Yesus kepada mereka: ”Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu.

Lalu kata-Nya kepada mereka: ”Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah.”

Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: ”Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.” Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.”

Renungan Singkat

Anda tau, ada satu sifat orang yang kadang mengesalkan hati saya. Sifat Ignorance. Tak peduli. Mementingkan kepentingan diri sendiri sehingga keras kepala. Mengapa bikin kesal? Ya karena sifat seperti itu menyusahkan yang lain. Kalau mau bikin susah, cukup bikin susah diri sendiri aja, jangan ajak orang lain. 

Seperti pertanyaan yang dilontarkan orang Farisi hari ini kepada Yesus, “Bolehkah seorang suami menceraikan istrinya?”. Ini pertanyaan aneh, karena memang seharusnya tidak perlu ditanyakan lagi. Ini seperti ada jalan ditutup/ferboden karena ada perbaikan, lalu ada orang yang bertanya, “Pak, bolehkah saya lewat jalan ini?”. Jelas tidak bisa lewat. Kalau lantas ada orang memaksa untuk bisa terobos, apa alasannya kalau tidak lain demi kepentingan diri sendiri? Biar cepat, malas mutar balik dan sebagainya. 

Karena kehendak Allah sudah jelas. Ia menghendaki persatuan Suami dan Istri. Mereka yang terpanggil menjalankan kehendak itu ya lakukan seperti yang diminta. Karena Allah menghendaki persatuan, bukannya perpisahan/perceraian. Dia tahu bahwa manusia tidak bisa hidup seorang dari. Setiap manusia butuh penolong yang sepadan. 

RA

Perayaan Ekaristi TVRI NASIONAL Minggu, 29 SEPTEMBER 2024, Pk. 11.00 WIB di KAPEL ANGELUS WISMA SAMADI KLENDER bersama RM. F. KRISTI ADI, PR (Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI)

✝ Kami mengundang umat untuk hadir MISA secara Offline (Tanpa Perlu Daftar) dalam: ✝

🔔⛪ Perayaan Ekaristi Minggu, 29 SEPTEMBER 2024, Pk. 11.00 WIB di KAPEL ANGELUS WISMA SAMADI KLENDER ⛪🔔

⛪🙏 Misa dipersembahkan oleh RM. F. KRISTI ADI, PR (Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI)🙏⛪

🎦 🎥 📺 NB: Misa juga akan disiarkan Live di *TVRI Nasional dan Vidio.com serta Youtube KAJ 🎦 🎥 📺

RENUNGAN MINGGU BIASA XXVI, 29 September 2024

Bacaan Pertama, Bil 11:25-29

Sekali peristiwa  turunlah Tuhan dalam awan dan berbicara kepada Musa. Kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, penuhlah mereka dengan Roh seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi.

Pada waktu itu masih ada dua orang tinggal di tempat perkemahan; yang seorang bernama Eldad, yang lain bernama Medad. Mereka itu termasuk orang-orang yang dicatat, tetapi tidak turut pergi ke kemah. Ketika Roh itu hinggap pada mereka, maka penuhlah mereka itu dengan Roh seperti nabi di tempat perkemahan.

Lalu berlarilah seorang muda memberitahukan kepada Musa: ”Eldad dan Medad penuh Roh seperti nabi di tempat perkemahan.”

Maka menyahutlah Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa: ”Tuanku Musa, cegahlah mereka!” Tetapi Musa berkata kepadanya: ”Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, kalau seluruh umat Tuhan menjadi nabi, oleh karena Tuhan memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!””

Bacaan Kedua, Yak 5:1-6

Hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu! Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api.

Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir. Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu. Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari penyembelihan. Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu.”

Bacaan Injil, Mrk 9:38-43.45.47-48

Pada suatu hari Yohanes berkata kepada Yesus: ”Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.”

Tetapi kata Yesus: ”Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya.” 

Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.

Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan. Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam.”

Renungan Singkat

Perjalanan menjadi murid Yesus tidak mudah. Minggu lalu kita mendengar para murid yang gagal paham. Sementara Yesus sedang memberitakan tentang pemberian diri-Nya melalui penderitaan dan wafat-Nya, murid-murid malah mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Kita bisa bayangkan, saat mereka meributkan hal itu mereka saling menyombong peran dan jasa mereka masing-masing di komunitas, siapa yang paling dan terhebat. 

Minggu ini pun para murid masih gagal paham. Mereka mengadu, karena ada orang luar ikut mengusir setan demi nama Yesus – meski bukan dari pengikut mereka. Para murid rupanya menyimpan sikap narsistik kelompok  dalam diri mereka. Sikap justru menghalangi keadilan Kasih Allah bagi semua orang. 

Ada banyak lagi sikap-sikap yang dapat menyesatkan, membatasi menghalangi keadilan kasih Allah. Yesus dengan tegas mengatakan, penggalah, buanglah, cungkillah semua itu. 

RA

HARI ANAK KAJ – 5 OKTOBER 2024

             https://youtu.be/1kcb7DZKBPw           

Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) meneladani kepedulian Paus Fransiskus terhadap nasib anak-anak di seluruh dunia.

Paus Fransiskus bersama dengan 50 ribu anak perwakilan dari seluruh dunia menyerukan perdamaian dalam acara World Children’s Day (WCD) pada 25-26 Mei 2024 di Stadion Olimpic, Roma, Italia. Paus Fransiskus mendesak masyarakat global untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi dunia anak-anak, dunia tanpa perang dan konflik.

“Saya ingin agar anak-anak di seluruh dunia mendapatkan haknya secara penuh untuk hidup, mendapatkan makan, bermain, pergi ke sekolah. Segala sesuatu tentang anak-anak adalah kehidupan, harapan, dan masa depan yang lebih baik,” – Paus Fransiskus.

Dengan semangat yang sama, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) didukung oleh 5P Kids akan mengadakan:
Hari Anak KAJ
Jakarta, 5 Oktober 2024.

Mengangkat tema “Sehat, Bersahabat, Jadi Berkat”, 1.000 anak dari berbagai latar belakang akan saling menyapa, bermain dan belajar bersama saudara-saudaranya; merayakan anak-anak Indonesia yang riang, ramah, dan membawa berkat bagi sesama.

#HariAnakKAJ
#SehatBersahabatJadiBerkat
#5PKids

Lomba LOGO ARDAS APP 2025, Buruan Langsung Kirim Sebelum 20 Oktober 2024

LOMBA DESAIN LOGO ARDAS/APP TAHUN 2025

KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

tema:

“KEPEDULIAN LEBIH KEPADA SAUDARA YANG LEMAH DAN MISKIN”

 

 PENGANTAR TAHUN ARDAS/APP 2025

 Tema Ardas/APP KAJ 2025 adalah ” KEPEDULIAN LEBIH KEPADA SAUDARA YANG LEMAH DAN MISKIN ”  merupakan aspek keberlanjutan dari tema sebelumnya yaitu:

“SUBSIDIARITAS DAN SOLIDARITAS” (2024), “KESEJAHTERAAN BERSAMA” (2023) dan “PENGHORMATAN MARTABAT MANUSIA” (2022).

Disadari dalam berbagai refleksi dan evaluasi karya, bahwa kerap kali kita belum maksimal mewujudkan apa yang diharapkan dalam gerakan pasti setiap tahunnya. Kita tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendalami dan mengembangkan apa yang sudah dicanangkan karena kita sudah sibuk beralih ke tema atau gerakan berikutnya.

GERAKAN KAJ 2025

Fokus pada aksi nyata oleh paroki dan komunitas untuk menolong yang lemah dan miskin, dengan prinsip “Non Multa Sed Multum” (lebih sedikit program, namun efektif).

Gereja terlibat dalam memerangi perdagangan manusia dan perlindungan korban.

Memperkuat solidaritas dan subsidiaritas: mendukung kesejahteraan bersama.

Aksi nyata: edukasi kesehatan, pencegahan stunting, dan pemberian bantuan bagi yang membutuhkan.

PEMBERDAYAAN YANG LEMAH DAN MISKIN

Pemberdayaan menuju kemandirian melalui pendidikan, ekonomi, dan politik.

Menggalang dana sebagai bentuk pewartaan dan pelayanan.

Memperluas Kerajaan Allah dengan mencintai dan melayani orang miskin.

HARAPAN DAN AJAKAN

Kutipan Matius 25:35-36 tentang kepedulian kepada yang lemah. Ajakan memperkuat solidaritas dan subsidiaritas melalui kreativitas, inovasi, dan kolaborasi.

Gerakan pastoral evangelisasi berbasis data untuk mendukung umat prasejahtera.

Contoh inisiatif: pencegahan stunting dan pemberdayaan lingkungan.

Kemiskinan adalah Realitas Kompleks: Mencakup kemiskinan materi, sosial, dan struktural.

Peran Gereja: Gereja diharapkan menjadi komunitas pengharapan yang aktif melayani dan membantu kaum miskin dan lemah, mengikuti spiritualitas inkarnasi dan teologi belarasa.

LOGO HARUS MENCERMINKAN:

 Semangat yang MENGGERAKKAN orang untuk semakin bersikap Lebih Peduli Kepada Sesama Saudara Yang Lemah Dan Miskin .

Logo Menampilkan cita-cita umat Katolik KAJ yang menunjukkan AKSI NYATA UNTUK MENOLONG YANG LEMAH DAN MISKIN.

Untuk itu LOGO yang dibuat HARUS mengandung MAKNA dan juga TULISAN Tema KEPEDULIAN LEBIH KEPADA SAUDARA YANG LEMAH DAN MISKIN”.

Inspirasi LOGO dapat mengambil dari Kisah Orang Samaria Yang Baik Hati, Luk 10:25-37

KETENTUAN SELENGKAPNYA BISA DI DOWNLOAD DI BAWAH INI:

RENUNGAN MINGGU BIASA XXV, 22 September 2024

Bacaan Pertama, Keb 2:12.17-20

Orang-orang fasik berkata satu sama lain, “Marilah kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita ia menjadi gangguan serta menentang pekerjaan kita. Pelanggaran-pelanggaran hukum dituduhkannya kepada kita, dan kepada kita dipersalahkannya dosa-dosa terhadap pendidikan kita.

Coba kita lihat apakah perkataannya benar dan ujilah apa yang terjadi waktu ia berpulang.

Jika orang yang benar itu sungguh anak Allah, niscaya Ia akan menolong dia serta melepaskannya dari tangan para lawannya.

Mari, kita mencobainya dengan aniaya dan siksa, agar kita mengenal kelembutannya serta menguji kesabaran hatinya.

Hendaklah kita menjatuhkan hukuman mati keji terhadapnya, sebab menurut katanya ia pasti mendapat pertolongan.”

Bacaan Kedua, Yak 3:16-4:3

Saudara-saudara yang terkasih,  di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.

Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.

Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?

Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi.

Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.

Bacaan Injil, Mrk 9:30-37

Setelah Yesus dimuliakan di atas gunung, Ia dan murid-murid-Nya melintas di Galilea. Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya.

Ia berkata kepada mereka: ”Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.”

Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya. Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: ”Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?”

Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu.

Kata-Nya kepada mereka: ”Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka: ”Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.””

Renungan Singkat

MENJADI RENDAH

Dalam perjalanan dari pastoran ke kantor saya sudah jarang sekali memakai kendaraan bermotor pribadi. Pilihan saya, antara gowes sepeda atau naik angkutan bis umum plus jalan kaki sedikit. Alasan utamanya, membawa kendaraan bermotor pribadi sudah tidak masuk akal bagi saya sekarang ini. Jalanan Jakarta sangat padat dan macet serta banyak pengendara lain yang tidak bisa dipercaya. Kondisi itu menyebabkan saya – mungkin kita juga – lebih cepat stres pikiran dan batin. Akibatnya kita bisa menyikapi apa yang terjadi di jalan dengan lebih emosional. Tak jarang kita temukan perkelahian di tengah jalan hanya karena kendaraannya berserempetan. Anehnya, kendaraannya lecet sementara pengemudinya yang baik-baik saja malahan berkelahi. 

Ada alasan lain juga mengapa saya lebih memilih angkutan umum atau sepeda. Tidak perlu pikir bayar pajak kendaraan, servis berkala atau isi bahan bakar. Tidak pusing juga untuk mencari parkir saat mengunjungi satu tempat. Ini lebih damai buat saya. Damai seperti ini lebih mudah kita lakukan, karena hal-hal yang mengganggu itu datang dari luar. Kita lebih mudah dengan tidak memilih apa yang mengganggu itu.

Rasul Yakobus dalam bacaan kedua tidak bicara soal gangguan dari luar. Tapi godaan yang datang justru dari dalam hati setiap orang. Iri hati dan mementingkan diri sendiri. Godaan ini yang menyebabkan kita jatuh dalam kekacauan dan segala perbuatan jahat. Kata Yakobus, “kamu mengingini sesuatu tapi tak bisa mendapat lalu membunuh. Kamu iri hati, namun tak mencapai tujuanmu lalu bertengkar dan berkelahi”. 

Hikmat yang datang dari Allah – apapun jenisnya akan selalu berbuah damai.

Dalam Injil murid-murid digambarkan gagal paham atas pengajaran yang baru saja diberikan oleh Yesus. Sementara Yesus menyatakan diri-Nya akan memberikan diri dalam penderitaan dan wafat, murid-murid-Nya malah sibuk memperdebatkan siapa yang terhebat dan terbesar di antara mereka. 

Sekali lagi, kita bisa memilih, untuk jatuh pada godaan iri hati dan mementingkan diri sendiri atau sebaliknya. 

Tapi susah romo, gimana caranya?

Yesus mengajari kita murid-murid-Nya dalam bacaan Injil. Menjadi rendah seperti pelayan menjadi cara untuk melawan iri hati dan mementingkan diri sendiri. Menjadi pelayan bagi semuanya. Mementingkan orang lain daripada diri sendiri. Bersyukur atas keberhasilan orang lain daripada menginginkan yang sama. Rela tidak terlihat dan tidak menjadi pusat perhatian.

Mau menjadi rendah.. itu kuncinya. Bagi dunia, menjadi rendah itu kebodohan. Tapi bagi Allah, itu hal yang terbesar. 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

RENUNGAN MINGGU BIASA XXIV, 15 September 2024

Bacaan Pertama, Yes 50:5-9a

“Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.

Tetapi Tuhan Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu. Dia yang menyatakan aku benar telah dekat. Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Marilah kita tampil bersama-sama! Siapakah lawanku beperkara? Biarlah ia mendekat kepadaku! Sesungguhnya, Tuhan Allah menolong aku; siapakah yang berani menyatakan aku bersalah?

Bacaan Kedua, Yak 2:14-18

Saudara-saudaraku, apakah gunanya kalau seorang mengatakan, bahwa ia beriman, tapi tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: ”Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu?

Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. Tetapi mungkin ada orang berkata: ”Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan”, aku akan menjawab dia: ”Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku.””

Bacaan Injil, Markus 8:27-35

Pada suatu hari Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi.

Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: ”Kata orang, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: ”Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Ia bertanya kepada mereka: ”Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”

Maka jawab Petrus: ”Engkau adalah Mesias!” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia.

Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.

Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: ”Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: ”Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.”

RENUNGAN SINGKAT

Ada kata kerja “mengakui” dalam bahasa Indonesia yang berarti menyatakan. Kata itu berasal dari kata “aku” yang menunjuk pada saya sebagai orang pertama tunggal. Kata ini menarik utk dikenali. Artinya, secara tersirat, mengakui berarti menyatakan bahwa sesuatu itu menjadi bagian dari diriku. Pada saat bersamaan, mengakui juga berarti tentang penegasan diriku dan identitasku.

Dengan demikian, ketika Petrus “mengakui” Yesus sebagai mesias, berarti bahwa Petrus, dalam dirinya, menegaskan identitas Yesus sekaligus menegaskan identitasnya sebagai orang yang percaya pada Yesus. Petrus menyakini dengan sungguh bahwa Yesus adalah mesias. Pengakuan Petrus ini mengandung konsekuensi nyata. Pengakuan Petrus ini mesti utuh, tidak boleh setengah-setengah. Yesus yang mesias adalah Ia yang mesti menderita. Hal ini yang tidak mudah dipahami oleh Petrus. Ia menolak pemahaman bahwa mesias yang gagah perkasa itu harus menderita, wafat, dan bangkit. Bagi Petrus, ini tidak mungkin.

Dalam situasi ini, Yesus berkata “Enyahlah, Setan!” Sebenarnya, dalam teks Latin, yang tertulis bukanlah kata “enyah”, tetapi “pergilah ke belakang-Ku”. “Vade retro me” atau “Get behind me”. Artinya adalah bahwa Yesus tidak mengusir Petrus. Tetapi, Yesus meminta Petrus untuk mengikuti Yesus dan belajar memahami misteri Allah yang ingin ditunjukkan kepadanya. Para ahli Kitab Suci mengatakan, bahwa inilah momen panggilan kedua Petrus utk mengikuti Yesus setelah ia dipanggil di pinggir danau untuk ikuti Yesus.

Pada titik inilah, kita disadarkan bahwa kadang kala kita seperti Petrus yang berani berkata “Yesus adalah mesias. Yesus adalah andalanku” namun terkadang gagal mengakuiNya ketika kita dalam kesusahan dan bahaya. Mudah berkata “Iya” padaNya, tetapi tak mudah menghidupinya di tengah tantangan hidup ini. Ada momen derita, susah, dilupakan, ditinggalkan, cinta yang keliru, keinginan tak terarah, kesepian, dan sebagainya dalam hidup kita.

Di sinilah, Yesus mengajak kita untuk tak henti mengakui-Nya dan berada di belakang-Nya untuk mengikuti-Nya. Ia tak akan membiarkan kita masuk dalam jurang kematian dan kehancuran. Ia mengantar kita untuk lebih berani membuka mata pada misteri kehidupan yang kita hadapi. Ia mengajak kita untuk melihat secara lebih luas dan mendalam tentang kehadiran-Nya dalam setiap momen hidup ini.

Jangan berhenti mengakui-Nya. Jangan berhenti berharap dan berbuat baik. Lelah itu wajar, tapi jangan menyerah. Ia akan menyatakan semuanya tepat pada waktu terbaik untuk kita semua. Semoga pengakuan iman kita makin terus hidup dan berkobar seiring dengan tindakan-tindakan baik kita. Berjuang untuk banyak hal baik dilakukan karena kita paham persis bahwa pengakuan iman kita pada-Nya tak pernah sia-sia. Selamat hari Minggu. Selamat berbuat baik.

Anton Baur Pr

 

RENUNGAN MINGGU BIASA XXIII, 8 September 2024

Bacaan Pertama, Yes 35:4-7a

Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: ”Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!” Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air.


Bacaan Kedua, Yak 2:1-5

Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.

Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan kamu menghormati orang yang berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: ”Silakan tuan duduk di tempat yang baik ini!”, sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: ”Berdirilah di sana!” atau: ”Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!”, bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?

Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?

Bacaan Injil, Mrk 7:31-37

Sekali peristiwa Yesus meninggalkan daerah Tirus dan lewat Sidon pergi ke danau Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis.

Di situ orang membawa kepada-Nya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepada-Nya, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: ”Efata!”, artinya: Terbukalah!

Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapa pun juga. Tetapi makin dilarang-Nya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata: ”Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata.””

EFATA

Saya kira, kita hari ini masih mengalami kegembiraan berkat Kunjungan Paus Fransiskus di Jakarta, Indonesia. Saya yakin, kunjungan ini masih akan jadi pembicaraan di antara kita maupun di media sosial. Teladan kesederhanaannya menunjukkan kepada kita bahwa siapapun kita pada akhirnya tergantung dari pilihan-pilihan yang kita buat. Pilihan-pilihan itu juga tergantung dari bagaimana cara kita melihat. 

Paus Fransiskus adalah orang yang melihat, matanya terbuka akan realitas masih banyak orang miskin dan menderita. Menjadi Paus, dia berhak mendapatkan fasilitas terbaik dari Vatikan. Tapi dia menolak itu semua, justru karena matanya terbuka bahwa jabatan dan kehormatan bukan untuk dipamerkan. Banyak orang lebih membutuhkan beliau sebagai sahabat, saudara tanpa jarak – daripada seorang pemimpin tertinggi yang tak dapat digapai. Untuk itulah pilihan-pilihan sederhana beliau ambil. Pesawat komersial, mobil biasa, penginapan biasa, sepatu yang biasa dia pakai dan sebagainya. 

Sebaliknya, masih banyak orang buta akan apa yang ada di hadapannya. Banyak orang hanya melihat dengan mata fisik, tapi tidak melihat dan memperhatikan dengan hati. Yakobus dalam suratnya menegaskan itu, janganlah imanmu itu kamu amalkan dengan memandang muka. 

Tuhan datang menyembuhkan orang yang tuli dan gagap. Orang itu tidak mampu mendengarkan kabar gembira sehingga akhirnya sulit mewartakan kabar gembira karena gagap. Tuhan datang menghilangkan hambatan itu. Agar setiap orang mampu mendengarkan kabar sukacita yang masuk ke dalam hati. 

Mari kita memohon hikmat dan rahmat dari Allah agar kita memiliki keterbukaan hati. 

Kamu gimana?

RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XXII, 1 September 2024

Bacaan Pertama, Ul 4:1-2.6-8
Di padang gurun seberang Sungai Yordan Musa berkata kepada bangsanya, “Hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek moyangmu. Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya, dengan demikian kamu berpegang pada perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu.

Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi. Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadanya seperti Tuhan, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepada-Nya? Dan bangsa besar manakah yang mempunyai ketetapan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?”


Bacaan Kedua, Yak 1:17-18.21b-22.27
Saudara-saudaraku yang terkasih, setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.

Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.

Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.”


Bacaan Injil Mrk 7:1-8.14-15.21-23
Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya.

Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.

Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: ”Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?” Jawab-Nya kepada mereka: ”Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”

Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: ”Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya. Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”

Renungan Singkat

Kalau anda membaca harian Kompas, di awal minggu ini disajikan reportase investigasi yang bikin emosi. Isinya tentang adanya sindikat penipuan para pencari kerja. Kelompok ini membuat lowongan kerja fiktif sedemikian rupa sehingga meyakinkan para korban. Alih-alih diterima kerja, para korban malah dimintai uang jaminan yang cukup besar. Lalu mereka diminta datang ke tempat-tempat tertentu untuk wawancara. Saat datang ke tempat wawancara, hanya gedung kosong yang mereka jumpai. Habis waktu, tenaga dan dana, sementara pekerjaan yang mereka harapkan hanya angan-angan belaka. 

Membaca reportase ini hati saya jengkel sekali. Kok bisa ada orang sejahat itu. Para pencari kerja adalah orang-orang membutuhkan pertolongan dan bantuan. Tapi masih ada segelintir orang yang memanfaatkan kebutuhan itu dan menipu mereka. Menipu orang biasa saja sudah jahat, ini lagi menipu orang-orang yang seharusnya dibantu. Jahat sekali. Tidak punya hati. 

Rekan-rekan sekalian, pada minggu ini Sabda Tuhan mengingatkan kita betapa pentingnya memurnikan hati. Hati yang baik menjadi pusat kebaikan hati manusia. Bukan apa yang dari luar yang masuk, tapi apa yang dari dalam hati yang keluar itulah yang menajiskan kita. Kalau hati di dalam sudah baik dan tulus, keburukkan apapun dari tidak akan menggoyahkan. Tapi kalau hati sudah busuk, kebaikan apapun akan dimanfaatkan untuk kepentingan jahat. 

Dalam Kitab Ulangan, Musa – berulang kali mengingatkan bangsa Israel, supaya ketetapan dan peraturan yang telah Tuhan berikan kepada mereka itu ditanam baik-baik dalam hati mereka. Jangan ditambah-tambah, jangan dikurangi. Lakukan dengan setia. 

Pun dalam bacaan kedua, Rasul Yakobus juga memberi pesan yang persis sama. Buang segala yang kotor dari dalam hati. Tanam Firman Tuhan baik-baik dalam hati. Tak cukup itu. Jadilah pelaku firman, bukan hanya pendengar. Jangan hanya jadi orang katolik wacana doang. Do the word of God!. 

Kritik Yesus kepada orang Farisi dan Ahli Taurat dalam Injil juga seputar iman lahiriah atau iman batiniah. Banyak aturan-aturan lahiriah yang sebetulnya tak ada substansinya dipelihara. Cuci tangan bersih-bersih baik demi higienitas kesehatan, tak perlu ditarik ke ranah iman. Apa gunanya rajin bersih-bersih yang kelihatan tapi hati penuh kebusukan. Bagi Yesus, jauh lebih penting kita menata juga apa yang ada di dalam setiap hati manusia. Hati yang bersih dan baik, apalagi penuh akan firman Tuhan akan mengeluarkan perbendaharaan kata dan tindakan yang baik. Sebaliknya, hati yang penuh dosa dan kejahatan akan menajiskan. 

Bulan September ini kita masuk dalam Bulan Kitab Suci Nasional. Inilah waktu yang disediakan bagi umat beriman untuk meluangkan waktu khusus menimba kekayaan mendalam Firman Tuhan dalam Kitab Suci. Tanamkan Firman Tuhan dalam hati, dan laksanakan dalam hidup sehari-hari. 

Jadi, kamu gimana?

RA

 

Terbaru

Populer