Home Blog Page 2

SAGKI 2025: Berjalan Bersama sebagai Peziarah Pengharapan

Hasil SAGKI V — Ancol, Jakarta, 3–7 November 2025

Berjalan Bersama sebagai Peziarah Pengharapan

Menjadi Gereja sinodal yang misioner untuk perdamaian — ringkasan hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia 2025, disusun untuk publikasi paroki.
📅 3–7 November 2025
🕊️ Tema: Sinodal • Misioner • Perdamaian

Intisari: SAGKI 2025 mengajak Gereja Katolik Indonesia untuk hidup sebagai Gereja yang mendengarkan, terlibat, dan menghadirkan harapan — melalui sinodalitas, perutusan misioner, dan kerja nyata untuk perdamaian dan keadilan sosial.

Gereja yang Mendengarkan dan Menyembuhkan

Gereja diundang menjadi rumah yang terbuka — tempat mereka yang terluka, miskin, dan terpinggirkan diterima. SAGKI menekankan spiritualitas belarasa dan pembedaan roh sebagai dasar pelayanan pastoral yang memulihkan.

Menghidupkan Kembali Semangat Misioner

Warisan para misionaris menginspirasi Gereja untuk terus menyalakan api iman: bekerja di tengah budaya lokal, hadir dalam pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial, serta mewartakan Injil lewat kesaksian hidup sehari-hari.

Sinodalitas: Gaya Hidup Gereja

Sinodalitas adalah cara hidup bersama dalam Roh: mendengarkan, berdialog, dan mengambil keputusan secara partisipatif. SAGKI mendorong penguatan budaya perjumpaan dari tingkat paroki sampai nasional.

Panggilan Misioner untuk Semua

SAGKI menegaskan perutusan bagi seluruh umat, termasuk:

  • Orang muda: ruang dialog, pendampingan, dan keterlibatan nyata.
  • Perempuan: pengakuan peran dan kepemimpinan yang setara.
  • Lansia: penghormatan atas kebijaksanaan dan peran lintas generasi.
  • Difabel: inklusivitas penuh dalam kehidupan sakramental dan pelayanan.

Suara Kenabian Gereja di Tengah Bangsa

Gereja dipanggil menjadi jembatan moral: memperjuangkan keadilan sosial, melawan korupsi dan eksploitasi, serta melindungi anak-anak, masyarakat adat, dan kelompok terpinggirkan.

Merawat Rumah Kita Bersama

SAGKI mendorong tindakan konkret untuk menangani krisis lingkungan: pengurangan plastik sekali pakai, pengelolaan sampah, reboisasi, dan pengembangan spiritualitas ekologis dalam kehidupan sehari-hari umat.

Pentingnya Pembinaan Iman

Pembinaan (formatio) yang terpadu adalah kunci agar Gereja tumbuh sebagai komunitas beriman matang. Ditekankan perlunya formasi katekis, pendampingan keluarga, dan dukungan bagi guru agama Katolik.

Melanjutkan Peziarahan Bersama

SAGKI bukan akhir — melainkan panggilan untuk meneruskan peziarahan sinodal di tingkat regio, keuskupan, dan paroki. Dengan doa dan kerja bersama, Gereja berjalan dalam harapan bahwa Roh Kudus akan meneruskan karya-Nya.

UNDUH HASIL LENGKAP SAGKI 2025

 

Seminari Wacana Bhakti Rayakan Ulang Tahun ke-38 dengan Misa Syukur Mingguan di Katedral Jakarta Disiarkan Live di TV Nasional!

Suasana khidmat dan penuh sukacita menyelimuti Katedral Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, Jakarta, pada Minggu, 9 November 2025. Perayaan Ekaristi Minggu kali ini menjadi istimewa karena dimeriahkan oleh koor Seminari Menengah Wacana Bhakti dan siswa-siswi Sekolah Abdi Siswa Jakarta yang mempersembahkan lantunan pujian indah sepanjang misa.

Misa dilaksanakan secara konselebrasi dengan Romo Thomas Septi Widhiyudana, SJ sebagai konselebran utama, Homili yang dibawakan oleh Romo Cosmas Wahyu Kristian Wijaya, Pr.. Perayaan ini juga bertepatan dengan Pesta Pemberkatan Basilika Santo Yohanes Lateran—basilika tertua di dunia yang menjadi Gereja Katedral bagi Sri Paus, sekaligus dijuluki “Induk Semua Gereja”. Basilika bersejarah itu didirikan oleh Kaisar Konstantinus Agung pada tahun 324 M dan diberkati oleh Paus Silvester I.

Dalam homilinya, Romo Wahyu Pr menegaskan makna mendalam dari perayaan kali ini, yakni sebagai ungkapan syukur atas ulang tahun ke-38 Seminari Menengah Wacana Bhakti yang jatuh pada 3 November lalu. “Selama 38 tahun, Wacana Bhakti telah menjadi tempat formasi yang melahirkan banyak imam tangguh dan penuh semangat pelayanan,” ujar Romo Wahyu dengan penuh haru.

Beberapa imam alumni Wacana Bhakti yang disebut antara lain Romo Yus Ardianto, Romo Vano, Romo Linus, dan Romo Bernard, yang kini aktif melayani di berbagai keuskupan. Saat ini, 71 seminaris sedang menempuh pendidikan di Seminari Menengah Wacana Bhakti. Mereka berasal dari 32 paroki di Keuskupan Agung Jakarta serta empat keuskupan lain, yakni Bogor, Timika, Jayapura, dan Samarinda.

Menariknya, Misa Syukur Mingguan ini juga disiarkan secara langsung di TVRI Nasional, serta dapat diikuti melalui Vidio.com dan kanal YouTube resmi Katedral Jakarta, sehingga umat di seluruh Indonesia bisa turut bersyukur dan merasakan semangat kebersamaan iman.

Perayaan yang penuh makna ini tidak hanya menjadi momen syukur bagi para seminaris dan umat KAJ, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya panggilan pelayanan dalam Gereja dan peran besar lembaga formasi seperti Seminari Menengah Wacana Bhakti dalam menumbuhkan benih-benih imam masa depan.

MINGGU PESTA PEMBERKATAN GEREJA BASILIKA LATERAN, 9 November 2025

Bacaan Pertama, Yeh 47:1-2.8-9.12
Sekali peristiwa aku dibawa malaikat Tuhan ke pintu Bait Suci, dan sungguh, ada air keluar dari bawah ambang pintu Bait Suci itu dan mengalir menuju ke timur; sebab Bait Suci juga menghadap ke timur; dan air itu mengalir dari bawah bagian samping kanan dari Bait Suci itu, sebelah selatan mezbah. Lalu diiringnya aku ke luar melalui pintu gerbang utara dan dibawanya aku berkeliling dari luar menuju pintu gerbang luar yang menghadap ke timur, sungguh, air itu membual dari sebelah selatan.
Ia berkata kepadaku: ”Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan, dan bermuara di Laut Asin, air yang mengandung banyak garam dan air itu menjadi tawar, sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup. Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup.
Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat.”
‭‭Bacaan Kedua, 1Kor 3:9b-11.16-17
Saudara-saudara, kamu adalah ladang Allah dan bangunan-Nya. Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.”
Bacaan Injil, Yoh 2:13-22
“Ketika sudah dekat hari raya Paskah orang Yahudi, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ”Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: ”Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku.”
Tetapi orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: ”Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” Jawab Yesus kepada mereka: ”Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: ”Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?” Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.”
Renungan padat
Gereja Basilika Lateran adalah Basilika pertama di dunia. Gereja ini menjadi Katedral kota Roma – Kursi tahta Uskup Roma yang tidak lain adalah Paus Leo XVI sendiri. Sebulan lalu saya berkesempatan mengunjungi basilika ini saat ziarah Porta Sancta Roma. Basilika Lateran menjadi salah satu di mana Pintu Suci nya dibuka bersamaan dengan Basilika lain: Basilika St Petrus Vatikan, Basilika St Maria Maggiore, Basilika St Paulus. Mungkin sedikit gambar bisa saya bagikan berikut, seperti apa Basilika Lateran itu:
Karena ini adalah Basilika pertama di dunia maka posisinya menjadi begitu spesial. Sebab mulai dari bangunan inilah lahir bangunan-bangunan basilika – gereja sampai ke pelosok penjuru dunia. Mulai dari bangunan kokoh dan gereja-gereja besar lainnya sampai ke bangunan yang seadanya.
Semoga bangunan-bangunan gereja kita bagaimana pun bentuknya digunakan sebagaimana maksud itu dibangun. Menjadi tempat doa. Tempat di mana umat datang untuk berjumpa dengan Tuhan – mencicipi suasana surgawi dalam setiap ibadat yang dilakukan. Dari sanalah kita membawa bekal rohani untuk setiap perjuangan kehidupan. Sehingga kita yang menerima Tuhan di bangunan bait Allah juga menjadi Bait Allah yang hidup. Sebab Tuhan tidak tinggal di tabernakel di gereja, tapi ia ada dalam diri kita – di hati, jiwa, pikiran serta dalam setiap perbuatan baik yang kita lakukan.
Jadi, kamu gimana?
RA

HR Pengenangan Arwah Semua Umat Beriman – 2 November 2025

Bacaan Pertama, 2Mak 12:43-46
Setelah menguburkan tentara yang gugur dalam pertempuran, Yudas, panglima Israel, menyuruh mengumpulkan uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka.
Bacaan Kedua, 1Kor 15:20-24a.25-28
Saudara-saudara, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.
Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.
Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya.
Tetapi kalau dikatakan, bahwa ”segala sesuatu telah ditaklukkan”, maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya.
Dan kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.
Bacaan Injil, Yoh 6:37-40
Dalam rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.
Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
Renungan Padat
Minggu ini, Gereja seluruh dunia mengaplikasikan seluruh perayaan ekaristi yang dirayakan untuk arwah semua orang beriman. Kita tau, Ekaristi adalah kurban silih penebus dosa, terkhusus bagi mereka yang sedang dimurnikan dalam api penyucian. Mereka menanti saatnya kapan terbebas dari pemurnian suci itu sampai akhirnya diperkenankan dalam kehidupan kekal dalam Kerajaan Bapa di surga. Perayaan Ekaristi dipersembahkan bagi mereka, agar membantu menghapus dosa-dosa yang masih harus dibersihkan.
Berhadapan dengan tradisi di atas kita boleh bertanya: mengapa masih perlu api penyucian? Bukankah kita telah dibaptis, mendapat jaminan keselamatan dalam Kristus akan kehidupan kekal?
Kita perlu tau dulu, seperti apa api penyucian. Ia bukan neraka. Bukan siksaan kekal. Api penyucian adalah pemurnian, saat di mana luka-luka, dosa-dosa kita sedang dibersihkan oleh kasih kerahiman Allah. Bagaimana rasanya? Mungkin mirip ketika kita sedang mengobati luka baru. Perih, sakit, tapi penuh harapan karena kita tahu pengobatan yang dilakukan akan berbuah kesembuhan pada waktunya.
Lalu mengapa setiap orang beriman – kebanyakan – harus mampir dulu ke sana? Tidak langsung saja dibawa masuk ke Kerajaan Surga. Jawabannya sederhana. Kita tidak sesempurna itu. Kita tidak sesempurna kehidupan Para Kudus.
Paulus menegaskan kembali, semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Masalahnya, benar kita telah dipersatukan dengan-Nya dalam pembaptisan. Tapi dalam perjalanan berikutnya, persekutuan kita dengan-Nya tidak selalu sempurna. Sering terjadi karena kelalaian, ketidaksetiaan, ketidaktaatan dari pihak kita sendiri. Jatuh lagi dalam dosa, diampuni, jatuh lagi, diampuni begitu terus. Namun, kita boleh percaya terus memperbaiki diri karena Bapa menghendaki siapa yang percaya pada Kristus akan beroleh hidup yang kekal. Api penyucian adalah one step closer to heaven. 
Dan kita sedang membantu mereka yang sedang berjuang di sana. Mari kita datang misa weekend ini ramai-ramai. Bawa foto mereka yang mau kita doakan, sebut nama mereka. Ini tanda, bahwa kematian bukanlah akhir yang memisahkan tapi justru sebuah awal kehidupan baru bagi mereka yang akan menerima janji kerahiman Allah.

Jadi, kamu gimana?
RA

Libera Siap Gelar Konser Perdana di Indonesia Bersama The Resonanz Children’s Choir

Paduan suara anak laki-laki asal London Selatan, Libera, yang dikenal sebagai Voice of Angels, dipastikan akan menggelar konser perdana mereka di Indonesia pada Sabtu, 1 November 2025. Konser yang dipromotori oleh Springboard ini akan berlangsung di JIEXPO Convention Center & Theater dengan dua jadwal pertunjukan, pukul 16.00 WIB dan 19.30 WIB. Tidak hanya menghadirkan suara harmoni khas mereka yang telah memikat jutaan penikmat musik di seluruh dunia, Libera juga menyiapkan kolaborasi spesial bersama paduan suara anak-anak kebanggaan Indonesia, The Resonanz Children’s Choir (TRCC).

Libera, yang beranggotakan anak laki-laki berusia 7 hingga 16 tahun, dikenal luas melalui perpaduan musik klasik dan kontemporer dengan nuansa ethereal. Berawal dari St. Philip’s Boys Choir, grup ini sempat dikenal dengan nama “Angel Voices” sebelum mendunia dengan nama Libera. Mereka telah tampil di berbagai ajang internasional bergengsi, termasuk di hadapan Paus pada acara World Youth Day, serta merilis album yang berhasil menembus tangga lagu dunia.

Di panggung Jakarta nanti, Libera akan tampil bersama TRCC yang didirikan oleh maestro Avip Priatna pada tahun 2007 dan kini dibina oleh konduktor Devi Fransisca. TRCC telah mengukir prestasi gemilang di berbagai kompetisi internasional, mulai dari Bali International Choir Competition (2012), Hong Kong International Youth and Children’s Choir Competition (2013), hingga kemenangan di Hungaria (2014) dan Amerika Serikat (2015). Puncaknya, TRCC berhasil meraih juara pertama di Tolosa Choral Competition, Spanyol (2017), serta memenangkan trofi bergengsi European Grand Prix for Choral Singing di Slovenia (2018).

Kolaborasi antara Libera dan TRCC dipastikan akan menghadirkan pengalaman musikal yang memadukan harmoni indah dari dua paduan suara ternama. Tiket konser “Libera Live in Jakarta” sudah resmi dijual dan dapat dibeli melalui tiket.com.  

Harga tiket belum termasuk admin dan pajak:
Diamond Rp 2.000.000.
VVIP Rp. 1.850.000.
VIP Rp. 1.650.000.
CAT 1 Rp. 1.450.000.
CAT 2 Rp. 1.050.000.
CAT 3 Rp. 850.000.

RENUNGAN MINGGU BIASA XXX, 26 Oktober 2025

Bacaan Pertama, Sir 35:12-14.16-18

Tuhan adalah Hakim yang tidak memihak. Ia tidak memihak dalam perkara orang miskin, tetapi doa orang yang terjepit didengarkan-Nya. Jeritan yatim piatu tidak diabaikan-Nya, ataupun jeritan janda yang mencurahkan permohonannya.

Tuhan berkenan kepada siapa yang dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya, dan doanya naik sampai ke awan. Doa orang miskin menembusi awan, dan ia tidak akan terhibur sampai mencapai tujuannya. a tidak berhenti hingga Yang Mahatinggi memandangnya, dan memberikan hak kepada orang benar dan menjalankan pengadilan.

Bacaan Kedua, 2Tim 4:6-9.16-18

Saudaraku terkasih, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorang pun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku – kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka –, tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa. Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di sorga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.”

Bacaan Injil, Luk 18:9-14

Sekali peristiwa Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: ”Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.

Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.

Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

RENUNGAN PADAT

Kita telah merenungkan nasihat-nasihat Tuhan mengenai iman. Muaranya minggu lalu ketika Ia meminta kita untuk berdoa tidak jemu-jemu. Semoga doa-doa kita menjadi cara kita untuk memelihara iman.

Namun, Yesus tidak berhenti di sana. Minggu ini Ia mengingatkan agar iman yg kita miliki harusnya pada saat yang sama menjadikan kita semakin rendah hati. Perumpamaan yg Yesus berikan dilandasi karna adanya sikap beberapa yang menggangap dirinya benar dan memandang rendah orang lain.

Bagi saya, sikap ini menunjukkan satu hal. Kita tidak bisa mengganggap diri benar. Kita tidak bisa membenarkan diri kita. Karna kita adalah orang yg selalu salah, selalu saja ada kurangnya. Justru karna itu, hanya Allah yang bisa membenarkan kita. Dan kita dibenarkan oleh karna perendahan diri Kristus di kayu salib sampai pada kematian-Nya.

Jadi kalau kita sendiri dibenarkan oleh Allah, mengapa masih menganggap rendah orang lain?

RA

RENUNGAN MINGGU BIASA XXIX, 19 Oktober 2025

Bacaan Pertama, Kel 17:8-13
“Lalu datanglah orang Amalek dan berperang melawan orang Israel di Rafidim. Musa berkata kepada Yosua: ”Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku.” Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit. Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang.”
‭‭
Bacaan Kedua, 2Tim 3:14-4:2
“Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya: Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.”
Bacaan Injil, Luk 18:1-8
“Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: ”Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan: ”Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?
Renungan Padat
Kapan kita berdoa?  Bagaimana kita berdoa? Apa yang kita ungkapkan dalam doa? Mungkin pertanyaan itu sepintas muncul saat kita merenungkan Sabda Tuhan minggu ini. Minggu lalu kita merenungkan tentang iman yang menyelamatkan. Iman milik seorang Samaria yang taat pada perintah Yesus dan membuahkan pentahiran. Minggu ini Yesus mengajar kita. Ia memberi perintah lagi – “berdoalah dengan tak jemu-jemu”.
Mungkin satu pertanyaan dasar yang pernah kita lontarkan: untuk apa kita berdoa? Kita bisa menjawab dengan banyak alasan. Tapi kalau kita lihat pola pesan sabda Tuhan beberapa minggu ini, sepertinya apa yang mau disampaikan masih berhubungan dengan Iman.
Dua Minggu lalu kita diajar untuk memiliki iman sebesar biji sesawi aja. Dan itu sudah cukup untuk melakukan hal yang nampaknya mustahil untuk dikerjakan. Minggu lalu kita juga belajar dari kisah 10 orang kusta yang disembuhkan. Iman yang menggerakkan untuk menggapai keselamatan – dalam berbagai macam bentuknya. Iman yang membawa kita untuk selalu bersyukur memuliakan Allah. Iman yang membawa kita untuk selalu datang bersujud di depan Tuhan Yesus.
Minggu ini, kita diajak untuk melihat bahwa tanda orang beriman adalah doa yang tak kunjung putus. Atau dengan kata lain, berhenti berdoa – anda berhenti beriman. Harusnya doa menjadi ungkapan iman kita. Bahkan ketika berhadapan dengan satu hal yang mustahil terjadi, Tuhan ingin kita tetap berdoa. Seperti gambaran seorang hakim yang tidak mungkin mengabulkan permohonan si janda, tapi akhirnya membenarkan karna si janda selalu menyusahkan.
Namun, di akhir Injil tadi, Yesus mengatakan, “ketika Anak Manusia datang adakah ia mendapati iman di bumi?”. Akhirnya memang, konsisten dengan bacaan minggu-minggu lalu Yesus menghendaki agar iman bertumbuh. Iman yang dari biji sesawi itu tumbuh, karena mukjizat, karena kesembuhan, kesehatan, karena doa yang tak jemu-jemu.
Jadi, kamu gimana?
RA

 

 

RENUNGAN MINGGU BIASA XXVIII, 12 Oktober 2025

Bacaan Pertama, 2Raj 5:14-17
Sekali peristiwa, turunlah Naaman, Panglima raja Aram ke sungai Yordan, lalu membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai itu, sesuai dengan perkataan Elisa abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir.
Kemudian kembalilah ia dengan seluruh pasukannya kepada abdi Allah itu. Setelah sampai, tampillah ia ke depan Elisa dan berkata: ”Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hambamu ini!”
Tetapi Elisa menjawab: ”Demi Tuhan yang hidup, yang di hadapan-Nya aku menjadi pelayan, sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa.” Dan walaupun Naaman mendesaknya supaya menerima sesuatu, ia tetap menolak. Akhirnya berkatalah Naaman: ”Jikalau demikian, biarlah diberikan kepada hambamu ini tanah sebanyak muatan sepasang bagal, sebab hambamu ini tidak lagi akan mempersembahkan korban bakaran atau korban sembelihan kepada allah lain kecuali kepada Tuhan.”
Bacaan Kedua, 2Tim 2:8-13
Saudaraku terkasih, ingatlah akan ini: Yesus Kristus, keturunan Daud, yang telah bangkit dari antara orang mati, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. Karena pewartaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi sabda Allah tidak terbelenggu. Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.
Benarlah sabda ini: ”Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita; jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”
Bacaan Injil, Luk 17:11-19
Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: ”Yesus, Guru, kasihanilah kami!”
Yesus lalu memandang mereka dan berkata: ”Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang di antara mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: ”Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?”
Lalu Ia berkata kepada orang itu: ”Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”
RENUNGAN PADAT
Sepuluh orang kusta ini sejak awal memang sudah tau dan sadar bahwa mereka sakit. Tentu mereka mengharapkan kesembuhan. Maka begitu melihat Yesus, mereka sadar tidak datang mendekat. Mereka berdiri agak jauh dan berteriak, Yesus, Guru, Kasihanilah Kami.
Yesus mendengar teriakan mereka, Ia memandang mereka lalu memberi perintah berikut: pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam. Kita bisa bertanya, apa yang yang ada dalam pikiran mereka saat mendengar perintah itu? Bisa jadi ada yang bertanya-tanya, kok malah disuruh pergi ke imam, sembuh saja belum. Mengapa Yesus tidak datang menemui dan menyentuh kita? Kalau kita ikut perintah-Nya, bagaimana kalau ternyata keadaan tidak berubah, yang ada kita ditolak mentah-mentah oleh para imam. Ini perjudian. Karena semuanya mungkin dan bisa terjadi apapun. Tapi ternyata, mereka pergi juga. Itu faktanya. Di tengah keragu-raguan dan muncul tanda tanya, mereka memutuskan untuk taat pada perintah Yesus.
Coba bandingkan dengan kisah penyembuhan lain di Lukas 5:12. Ada orang kusta juga yang disembuhkan juga oleh Yesus – tapi caranya berbeda. Yesus datang dan menjamah-Nya dan kustanya sembuh seketika. Di akhir kisah itu disebutkan, banyak orang berbondong-bondong datang kepada Yesus minta disembuhkan. Yesus lantas hanya dianggap menjadi tukang bikin sembuh aja. Sementara itu di Lukas 17 ini, Yesus tidak menjamah lagi. Mungkin Yesus sadar, kesembuhan seketika hanya berbuah kesembuhan saja, tidak menghasilkan iman. Oleh karena itu kali ini Ia memberi perintah. Kesembuhan terjadi bukan karena sentuhan Yesus, tapi ketaatan untuk menjalankan perintah-Nya. Itulah iman.
Sementara mereka berjalan, terjadi mukjizat. Mereka semua menjadi tahir. Sakit kustanya hilang. Kita tidak tahu persis di mana terjadinya ini. Lukas menyebut, seorang di antara mereka melihat dirinya – menyadari kesembuhannya, lalu kembali kepada Yesus. Sambil memuliakan Allah, tersungkur di depan Yesus dan mengucap syukur kepada Yesus. Ia memuliakan Allah dengan sujud syukur kepada Yesus. Yesus yang tadinya disebut sebagai “guru” – kini ia anggap sebagai Allah. Orang itu adalah orang Samaria, orang asing. Selain kesembuhan, orang ini dapat iman, juga ketaatan kepada Allah.
Tapi menarik apa dikatakan Yesus di akhir kisah ini. “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau”. Iman orang itu yang menyelamatkan dan menyembuhkannya. Iman yang membuatnya menaati perintah Tuhan. Iman yang membuatnya kembali dan sujud syukur. Iman yang membuatnya mampu berdiri dan pergi sebagai orang yang diselamatkan.
Jadi bagi saya sendiri, pusat kisah ini bukan tentang mukjizat kesembuhannya, atau juga ajakan untuk selalu bersyukur. Dua itu baik. Namun, yang paling mendasar adalah apakah kita sungguh memiliki iman sedemikian, sehingga kita yakin bahwa imanku menggerakkanku untuk menggapai keselamatan – dalam berbagai macam bentuknya.
Jangan-jangan kesembuhan kita terletak bukan melulu pada jamahan Yesus, tapi pada kemauan kita menaati perintah Yesus – bergerak menuju arah keselamatan.
Tuhan mau saya jadi sehat, kuat, menjadi berkat. Tuhan tidak ingin saya jadi orang sakit, bahkan lama-lama bersama dengan yang sakit. Tuhan ingin saya ingin selamat sehingga saya wajib mengusahakan segala yang baik bagi hidupku, dan keluargaku. Berkarya untuk kesejahteraan bersama, bagi banyak orang dan makhkluk hidup lainnya. Itulah wujud ungkapan syukur terbaik yang bisa terlahir dari iman kita.
Jadi, Kamu gimana?
RA

Terbaru

Populer