Home Blog Page 117

Ketika Azan dan Lonceng Bersahutan Penuh Harmoni di Kampung Sawah

Azan zuhur berkumandang merdu dari Masjid Al Jauhar milik Yayasan Pendidikan Fisabilillah (YASFI) yang berlokasi di Kampung Sawah, Kelurahan Jati Murni, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis pekan lalu. Dalam waktu hampir bersamaan, dentang lonceng terdengar dari belakang masjid. Sekitar 200 meter dari sana berdiri Gereja Kristen Pasundan.

“Lonceng bunyi, kita di sini azan, sudah menjadi hal biasa,” ujar pendiri YASFI Rahmadin Afif saat berbincang dengan  di rumahnya. Suasana seperti itu di Kampung Sawah sudah terjadi sejak zaman Belanda. Meski berbeda agama, kerukunan antara umat Nasrani dan Islam dapat tercipta begitu kuat. Rahmadin juga mengatakan kebudayaan Kampung Sawah tidak banyak memiliki perbedaan dengan adat Betawi meski secara geografis tidak masuk wilayah Jakarta. Dia membenarkan kelompok Nasrani menggunakan simbol-simbol Betawi untuk melestarikan budaya. “Karena bahasanya juga sama sih. Di sini kan omongnya sama dengan Betawi,” katanya. “Makanya gereja Katolik ini menghidupkan budaya Betawi.”

Tradisi Berpakaian dan Balikin Rantang

Rahmadin tidak menampik ada penolakan dari komunitas Islam saat kalangan Katolik mengenakan simbol-simbol Betawi dan Islam. Tetapi masyarakat akhirnya dapat menerima setelah mendapat penjelasan dari kelompok Katolik. “Kalau baju muslim kan jilbab, dia pakai kerudung, kebaya. Ada juga baju koko,” ujarnya. “Baju koko itu baju China, cuma dipakai orang Betawi.”

Rahmadin mengakui toleransi antar umat beragama telah mengakar di sana. Ini lantaran setiap orang terikat identitas sama, yakni penduduk Kampung Sawah. “Karena masih satu keturunan, bahasanya sama dan penduduk asli, jadi kita tidak ada masalah. Saling menghormati dan menghargai,” katanya.

Sekretaris Kelurahan Jati Murni Mohamad Ali menjelaskan kadang warga dari masing-masing agama saling bertukar makanan saat hari raya tertentu. Dia mencontohkan saat Natal jemaat Nasrani memberi makanan kepada orang Islam. Begitu juga sebaliknya, orang Islam berbagi hal serupa atau istilahnya balikin rantang.

Alhasil, suasana kehidupan beragama di Kampung Sawah berjalan kondusif. Bahkan mereka saling menjaga keamanan dan ketertiban saat tiap penganut agama beribadah. Misalnya kalau Natal ada organisasi kemasyarakatan Islam menjaga parkir jemaat Nasrani. Begitu pula sebaliknya ketika Idul Fitri. “Itu berjalan alami dan tanpa dikomandoi,” kata Ali.

“Kebiasaan Kampung Sawah ini bisa dibilang unik,” kata Mohamad Ali, dia mengatakan itu lantaran melihat sendiri sesuatu mungkin tidak ditemukan di desa lain. Jemaat Nasrani beribadah menggunakan pakaian khas Betawi. Padahal Betawi terlanjur identik dengan nilai-nilai Islam.

Paguyuban Umat Beragama (PUB) Sangat Berperan Aktif Menjaga Kerukunan Beragama

Untuk menjaga dan meningkatkan komunikasi antar penganut agama terdapat wadah bernama Paguyuban Umat Beragama (PUB). Lembaga ini digunakan warga untuk kegiatan sosial kemasyarakatan di Kecamatan Pondok Melati, khususnya di Kampung Sawah. “Pengurusnya dari Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha. Jadi (kegiatan) sifatnya sosial, tidak ada hubungannya dengan akidah,” tutur Jacobus Napiun, yang merupakan salah satu pengurus PUB Pondok Melati. Lelaki asli Kampung Sawah ini bahkan berani bertaruh identitas semacam itu tidak ada di daerah lain. “Tradisi Kampung Sawah bukan produk dari generasi sekarang, melainkan sejak nenek moyang kami,” ucapnya.

Tradisi Sedekah Bumi

Ia juga menjelaskan kelompok Katolik dan Protestan di Kampung Sawah kadang menggunakan simbol adat Betawi dalam peribadatan tertentu. Beberapa perayaan menjadi tradisi Betawi juga menjadi kebiasaan di gereja.

“Ada sebuah tradisi berkembang di masyarakat seperti kenduri. Kami sebut itu sedekah bumi,” ujar Jacobus. “Itu ditempatkan dalam sebuah ritual. Ini kan tema pokoknya bersyukur baik dalam komunitas kecil atau besar.”

Ritual sedekah bumi ini digelar umat Katolik di Gereja Santo Servatius saban 13 Mei. Saat peringatan ini, seluruh jemaat mengenakan pakaian adat Betawi, kebaya dan kerudung bagi perempuan serta baju jawara atau baju koko bagi laki-laki.

Jacobus mengungkapkan hal ini merupakan bagian dari upaya melestarikan kebudayaan Betawi sudah lama ada di Kampung Sawah. “Tradisi Kampung Sawah memang identik dengan Betawi, tapi ada juga pengaruh Sunda,” tuturnya.

Dia pun akrab dengan busana tradisional Betawi. Dia sering berbaju koko dan berpeci tidak hanya saat beribadah, melainkan juga ketika menghadiri undangan hajatan. Bahkan dandanannya itu kerap disebut lebih ustaz ketimbang ustaz beneran.

Dia tidak sependapat dengan pandangan menyebut simbol kebudayaan Betawi di Kampung Sawah adalah ajaran Islam. “Kami tidak mau ada dikotomi seolah ini produk orang muslim. Ini produknya orang Kampung Sawah.”

Kebiasaan ini tidak hanya dijalankan oleh orang asli dan keturunannya. Warga pendatang diwajibkan mengikuti tradisi Kampung Sawah dan tidak boleh memaksakan kebiasaan daerah asalnya. “Kalau orang datang dan sudah minum air Kampung Sawah maka dia harus menjadi orang Kampung Sawah.”

Sungguh indah menyaksikan secara nyata bahwa masih ada sebuah tempat yang betul-betul menjadikan kerukunan beragama sebagai bagian dari tradisi asli masyarakatnya yang heterogen. Kiranya kita wajib proaktif dengan segala cara untuk meningkatkan kerukunan beragama di wilayah kita masing-masing, jangan hanya berpangku tangan saja menunggu hal itu terjadi. Bukankah kewajiban Hukum Cinta Kasih Tuhan dijalankan pertama-tama dalam bentuk perbuatan aksi nyata? (Merdeka.Com)

VIDEO Paus Fransiskus pada Piala Dunia 2014: Ini bisa menjadi sebuah Perayaan Solidaritas Damai Masyarakat Dunia

pesan paus untuk piala dunia, video paus, world cup 2014, jadwal pertandingan piala dunia 2014, jadwal piala dunia 2014 Knock Out, KO, brazil 2014

pesan paus untuk piala dunia, video paus, world cup 2014, jadwal pertandingan piala dunia 2014, jadwal piala dunia 2014 Knock Out, KO, brazil 2014
 

Paus Francis menyampaikan pesan resmi berbentuk Video kepada para penyelenggara, pemain, fans dan seluruh dunia yang berpartisipasi dalam turnamen akbar Piala Dunia 2014 di Brasil. Disampaikan dalam bahasa Portugis, pesan tersebut mengungkapkan harapan Bapa Suci, bahwa di samping perayaan olahraga, Piala Dunia 2014 ini bisa menjadi sebuah Perayaan Solidaritas antara Masyarakat Dunia.

Pesan selanjutnya mengatakan olahraga tidak hanya suatu bentuk hiburan, tetapi juga sebagai alat untuk mengkomunikasikan nilai-nilai yang mempromosikan kebaikan pribadi manusia dan membantu untuk membangun koeksistensi yang lebih damai penuh persaudaraan.

Bapa Suci juga menyinggung pentingnya olahraga terutama dalam Pendidikan Moral, karena semangat olahraga sejatinya juga mengajarkan perlunya disiplin, usaha dan pengorbanan terus menerus untuk berhasil dan mencapai kemenangan – hal ini mengingatkan kita bahwa hal yang sama terutama pengorbanan, juga diperlukan untuk tumbuh dalam kebajikan yang membangun karakter baik seseorang.

“Sepakbola, bisa dan harus menjadi sekolah bagi pembentukan ‘Budaya Perjumpaan’ dengan sesama dari berbagai golongan dan status, yang mengarah ke harmoni dan perdamaian di antara masyarakat”, tegas Bapa Suci. Ia juga berkata bahwa Sepakbola juga mengajarkannilai fair play dan usaha jujur tim. Tanpa mempelajari semua nilai itu dan menerapkannya dalam hidup bermasyarakat sehari-hari, maka tatanan harmoni masyarakat bisa rusak.

Bhineka Tunggal Ika Terancam!

kekerasan agama, intoleransi beragama, bhineka tunggal ika terancam

kekerasan agama, intoleransi beragama, bhineka tunggal ika terancam

Kian meningkatnya kasus kekerasan terhadap kelompok minoritas dalam empat bulan terakhir, merupakan peringatan bahwa Indonesia saat ini dalam kondisi darurat kekerasan terhadap keberagaman.

“Apabila pemerintah tidak segera melindungi kelompok minoritas, negara kita akan hancur,” kata Direktur Eksekutif Human Rights Working Group (HRWG), Rafendi Djamin, kepada SH, sesaat setelah Konferensi Pers Keprihatinan Pelapor Khusus Dewan HAM PBB tentang Kebebasan Berkumpul Minoritas Agama di Indonesia, di kantornya di Jakarta, Selasa (10/6).

Ia menegaskan, sejak didirikan pada 1945, hakikat Indonesia adalah negara kebinekaan. Apabila, penghargaan terhadap perbedaan dan keberagaman tidak ada lagi, otomatis Indonesia tidak lagi eksis karena telah kehilangan hal yang paling hakiki.

“Ingat, negara kita dibangun berdasarkan Pancasila, yang menjunjung tinggi penghargaan terhadap perbedaan dan keberagaman,” ujar Rafendi.

Perlindungan Minim

Menurutnya, perlindungan pemerintah yang minim terhadap kelompok minoritas telah makin menyuburkan tumbuhnya kelompok intoleransi, bahkan kelompok-kelompok yang menggunakan kekerasan.

Ia mencontohkan, kekerasan terhadap kelompok minoritas yang terjadi hingga enam kali dalam satu bulan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Mei 2014. Rafendi menyesalkan tindakan intoleran oleh sekelompok massa terhadap sejumlah kaum minoritas di DIY tersebut tidak ditindaklanjuti dengan serius oleh pemerintah setempat.

Ia mencontohkan pernyataan antipluralisme dari seorang tokoh muslim di Yogyakarta baru-baru ini, yang tidak mendapat tanggapan serius dari pemerintah setempat. Kondisi tersebut, menurutnya, sangat mengkhawatirkan karena gerakan antipluralisme dapat menghancurkan Indonesia.

“Gerakan antipluralisme adalah gerakan anti-Indonesia. Jadi, pemerintah jangan diam saja,” ujar Rafendi.

Selain itu, HRWG menanggapi keprihatinan Pelapor Khusus Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Maina Kiai, tentang kondisi kebebasan berkumpul minoritas agama di Indonesia yang tidak dijamin negara. Untuk itu, HRWG mengimbau pemerintah yang masih memiliki waktu tiga bulan lagi sebelum melepaskan jabatan agar membuat langkah konkret untuk melindungi kaum minoritas.

Pemerintah, terutama Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Luar Negeri, dan pejabat-pejabat penegak hukum agar menanggapi serius masalah kebebasan beragama. Kementerian dan lembaga terkait harus serius menjamin dan melindungi kebebasan beragama dan berorganisasi bagi kelompok-kelompok minoritas.

“Harus ada sense of urgency bahwa situasi darurat harus ditangani dengan cepat. Nah, itu yang belum ada sampai sekarang,” kata Rafendi.

Pernyataan Sikap

Menanggapi maraknya kekerasan pada Mei di DIY, Direktur Eksekutif Jaringan Kerja Lembaga Pelayanan Kristen (JKLPK) Indonesia, Woro Wahyuningtyas mengatakan, JKLPK baru saja menyerukan sebuah pernyataan sikap. Pernyataan sikap tersebut berisi seruan agar pemerintah menjalankan tugasnya secara sungguh-sungguh melindungi warga negaranya, terutama kaum minoritas, termasuk di DIY.

“Kita semua mengenal DIY sebagai daerah yang sangat toleran, mampu menampung semua golongan suku, agama, dan penganut kepercayaan,” kata Woro, akhir pekan lalu.

DIY, menurutnya, juga menjadi barometer kedamaian dan toleransi bagi bangsa Indonesia. Ia menyayangkan saat kondisi ini terkoyak dengan maraknya kekerasan berbasis agama, bahkan dalam sebulan terjadi hingga enam kasus kekerasan di wilayah ini.

“Perlu kita pertanyakan, masihkah DIY bisa kita sebut sebagai daerah toleran? Apa sikap negara terhadap kasus ini?” ucapnya.

Woro, dalam keterangan persnya beberapa hari sebelumnya menyebutkan, telah terjadi enam kekerasan berbasis agama di DIY selama Mei 2014. Kejadian tersebut antara lain berupa intimidasi dan kekerasan yang dialami Ketua Forum Lintas Iman Gunung Kidul, Amiludin Azis; penghambatan Paskah Adiyuswa (lanjut usial lansia) Sinode Gereja Kristen Jawa (GKJ) di Gunung Kidul; serta kekerasan fisik pada umat yang sedang beribadah di Sleman. “Di mana kehadiran negara dalam situasi seperti ini?” ujarnya. (Indonesia.Ucanews.com)

Gathering “Sahabat POSITIF!”

Keuskupan Agung Jakarta, kaj

Keuskupan Agung Jakarta, kaj
 
 
Sahabat POSITIF! yang dibentuk oleh Komisi Komsos KAJ, mengundang semua aktivis/penggiat Komunikasi Sosial Paroki dan wartawan media cetak/elektronik Katolik dalam acara:

Gathering “Sahabat POSITIF!

dengan tema :

“MENGHORMATI KEHIDUPAN DAN PENGHARGAAN

TERHADAP MARTABAT MANUSIA”

Pewartaan gaya baru Keuskupan Agung Jakarta persembahan KOMSOS KAJ

Sabtu, 21 Juni 2014, Pk. 15.00 – 18.00 wib

@ HOTEL CEMARA (Lt.5)  JL.Cemara no 1, Menteng, Jakarta Pusat, Telp. 021-3908215

Agenda :

– Coffee Break and Snacks

– Penjelasan Pewartaan gaya baru

Keuskupan Agung Jakarta

– Sosialisasi Kegiatan Sahabat POSITIF!

– Pembagian Goodie bag

Besar harapan kami, anda semua dapat meluangkan waktu untuk hadir dalam acara gathering ini. Kita semua adalah promoter dalam usaha turut menggaungkan pewartaan gaya baru Keuskupan Agung Jakarta ini di komunitas/paroki/kelompok kita masing-masing. Atas kerja samanya, kami mengucapkan terimakasih, Tuhan memberkati. Amin.
 
Jakarta, 7Juni 2014
 
Hormat kami,
Rm. Steve Winarto, Pr
Ketua Sahabat POSITIF!
 
Mengetahui,
Rm. Harry Sulistyo, Pr
Ketua Komisi KOMSOS KAJ
 
 
NB:
Setiap Paroki mohon mengirimkan maksimal 2 orang
Konfirmasi kehadiran, selambat-lambatnya Rabu, 18 Juni 2014: Priscilla (087809000200) atau Maria Fonge (081316098734)
 

Para Pemenang Lomba Pra-Paskah dan Paskah Hijau 2014 Keuskupan Agung Jakarta

GREEN EASTER
 
Dalam rangka pra-paskah dan paskah 2014, Keuskupan Agung Jakarta mengadakan berbagai lomba antar paroki/sekolah dan juga untuk katekis/guru agama. Pemenang dari berbagai lomba itu diumumkan dalam kesempatan INMI Awards 2014 Sabtu 31 Mei 2014, dan hasilnya sebagai berikut:
 
 LOMBA DEKORASI PASKAH ANAK-ANAK

  1. BIA (Bina Iman Anak) St. Maria Imakulata
  2. BIA St. Paskalis
  3. SD Tarakanita 3, Jakarta

 
 LOMBA GREEN-MOB REMAJA

  1. BIR (Bina Iman Remaja) St. Agustinus
  2. BIR St. Aloysius Gonzaga
  3. BIR St. Arnoldus

 
 LOMBA KREATIVITAS PENGAJARAN IMAN-LINGKUNGAN HIDUP
(untuk guru agama/katekis)

  1. Timy Taufiya Yamagi (guru BIA paroki St. Agustinus)
  2. Emiliana M. Tarigan (guru SD Tarakanita 3)
  3. Petrus Danan Widharsana (katekis stasi Albertus)

 
7 Nominee (10 besar):

  1. Sr. Beatrix, FCL (SD Caritas Pondok Labu)
  2. M. Magdalena Suwarsih
  3. Brigita Kartikaningrum
  4. Guru-guru BIA Paroki Salib Suci
  5. Tim Guru KB/TK Tarakanita 4 Pluit
  6. Caecilia Purwa Andini
  7. Yohanes Wahyanto

 
 LOMBA GREEN-CLIP
(untuk Seksi Komsos paroki)

  1. Komsos Paroki St. Agustinus
  2. Komsos Paroki St. Gregorius
  3. Komsos Stasi St. Maria Imakulata

 
salam
RP. Andang B, SJ/panitia

Para Pemenang INTER MIRIFICA (INMI) AWARDS ke-3 Keuskupan Agung Jakarta

Inilah para pemenang INTER MIRIFICA (INMI) AWARDS ke-3. Lomba Media Cetak 2014 se-Keuskupan Agung Jakarta yang dianugerahkan untuk mengevaluasi dan mengapresiasi karya para pengelola Majalah dan Lembar Warta Mingguan Paroki.  Ajang ini diselenggarakan dalam rangka merayakan HARI KOMUNIKASI SOSIAL SEDUNIA ke-48. Para pemenang setiap kategori mendapatkan Tropi, Sertifikat, dan uang @ Rp.1.000.000,00. Khusus pemenang Best of the Best (Majalah Paroki Terbaik) mendapatkan uang Rp 2.000.000,00.

 
BERITA TERBAIK 2014:
“Berbela Rasa di Sekolah Anak Kolong” WARTA RC, Paroki St. Regina Caeli – Pantai Indah Kapuk
 
ARTIKEL ROHANI/REFLEKSI TERBAIK 2014:
“Menelisik Pembabtisan dalam Gereja Katolik”  dari KABAR, Paroki  St. Mikael – Kranji
 
FEATURE TERBAIK 2014:
“Rahmat di Balik Aneurisme” dari KOMUNIKA, Paroki St. Monika – Serpong
 
FOTO/ILUSTRASI TERBAIK 2014:
“Nasi Murah dan Solidaritas” dari KOMUNIKA, Paroki St. Monika – Serpong
 
DESAIN COVER TERBAIK 2014:
“Bahagia di Usia Senja” dari KARITAS, Paroki St. Maria de Fatima – Toasebio
 
PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA TERBAIK 2014:
SUARA CLARA, Paroki St. Clara – Bekasi Utara
 
DESAIN LAY OUT TERBAIK 2014:
WARTA ANDREAS, Paroki St. Andreas – Kedoya
 
LEMBARAN WARTA MINGGUAN PAROKI TERBAIK 2014:
WARTA MONIKA, Paroki St. Monika – Serpong
 
BEST OF THE BEST 2014:
KOMUNIKA, Paroki St. Monika – Serpong
 
Proficiat kepada para pemenang.
Dan yang saat ini belum mendapat anugerah INMI AWARDS, tetaplah optimis dan semangat untuk berkarya lebih baik. Dua tahun lagi, siapa tahu giliran Anda!
Secara khusus kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada para juri:
Bapak Mayong Suryo Laksono, Bapak Trias Kuncahyono, dan Ibu Hermien Y. Kleden.
Tuhan memberkati Bapak/Ibu sekeluarga. Amin.
 
 
Salam
tetap semangat KARENA TUHAN
harry pr – Komisi Komsos KAJ
 

Program BKSY bagi Mereka yang Kecil, Lemah, Miskin, Terpinggirkan dan Difabel di KAJ

HIDUPKATOLIK.Com - Mgr-Suharyo-sebagai-peserta-pertama-Program-BKSY-membayar-iuran-premi

“Menjadi orang Katolik tidak boleh netral, tetapi harus berpihak yaitu kepada yang KLMTD (Kecil, Lemah, Miskin, Terpinggirkan dan Difabel)… Hendaknya kamu berbelarasa sama seperti Bapamu berbelarasa,” tegas Uskup Agung Jakarta, Mgr. I. Suharyo saat meresmikan program belarasa Keuskupan Agung Jakarta, yang diberi nama “Berkhat Santo Yusup (BKSY)” di aula Paroki Katedral Jakarta (30/11/2013).

Nama ini berasal dari kepanjangan “Belarasa Kesehatan dan Kematian”, sedangkan Santo Yusup digunakan sebagai nama Santo Pelindung program tersebut.  Program BKSY merupakan program santunan kesehatan dan kematian bagi para anggotanya. Tujuan utama program ini adalah menghadirkan Kerajaan Allah secara konkrit kepada umat yang sangat membutuhkan bantuan pada saat mengalami kesusahan karena sakit atau meninggal.

BKSY terinspirasi dari kisah Injil “Orang Samaria yang Baik Hati” (Luk 10:33 dan 36), sekaligus menerjemahkan amanat Arah Dasar Pastoral KAJ (2011-2015) yang mencita-citakan bertumbuhnya iman kepada Yesus Kristus, membangun Persaudaraan Sejati melalui Pelayanan Kasih di Masyarakat. BKSY berharap agar dengan iuran tak terlalu besar, umat bisa mendapat manfaat yang besar.

Hanya dengan iuran Rp 80.000,-/tahun Anda akan mendapatkan santunan Rp 100.000,-/ hari untuk rawat inap jika sakit dan santunan Rp 10 Juta bagi ahli waris jika meninggal dunia akibat kecelakaan, sakit, atau lanjut usia. Itulah program BKSY yang bekerja sama dengan Asuransi Central Asia (ACA).

Program yang didorong oleh Bapak uskup ini adalah gerakan nyata di bidang kesehatan dan kematian khusus bagi umat Katolik sebagai alat peduli dan berbagi terutama kepada yang KLMTD (Kecil, Lemah, Terpinggirkan, Difabel). Wadah bagi semua umat, khususnya bagi yang mampu, bukan hanya menjadi peserta aktif tetapi juga mau menjadi Penyandang Dana Iuran bagi mereka yang kurang mampu di lintas Lingkungan, Wilayah maupun lintas Paroki. Paroki Pionir yang ikut mengawali program BKSY, yaitu St.Servatius Kampung Sawah, Kalvari Lobang Buaya, St.Maria Regina Bintaro Jaya, St Perawan Maria Ratu Blok-Q, St Barnabas Pamulang, St Fransiskus Asisi Tebet, St.Bartolomeus Galaxi.

Untuk info lebih lengkap dan ingin menjadi anggota dan penyantun iuran dalam program bela rasa BKSY ini, silakan hubungi Sekretariat BKSY KAJ (Berkhat Santo Yusup Keuskupan Agung Jakarta), Jl. Masjid V No. 18, Penjompongan Jakarta Pusat; telp: 021-3686 5542.

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-5/3/2014

Info Gembala Baik KAJ Edisi Ke-5/3/2014

Lihat di Google

Doa-Doa Islam dilantunkan di Vatikan

20131018050

Doa malam akan menjadi “jeda dalam politik” dan tidak memiliki tujuan politik selain menghidupkan kembali keinginan perdamaian Israel-Palestina pada tingkat politik dan lainnya.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, doa dan bacaan Islam dari Al-Qur’an dilantunkan di Vatikan pada hari Minggu (8/6), dalam sebuah langkah yang digawangi oleh Paus Fransiskus untuk mengantarkan perdamaian antara Israel dan Palestina.

Fransiskus membagikan undangan kepada Presiden Israel Shimon Peres dan Presiden Otorita Palestina Mahmoud Abbas dalam kunjungannya pekan lalu ke Yordania, Israel, dan Otoritas Palestina.

Abbas, Peres, dan Fransiskus bergabung dengan para pemimpin agama Yahudi, Kristen dan Islam, disebutkan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicara Peres kepada Times of Israel, seperti dilansir Al Arabiya pada Sabtu (07/06).

Pejabat Tahta Suci mengatakan, doa malam menjadi “jeda dalam politik” dan tidak memiliki tujuan politik selain menghidupkan kembali keinginan perdamaian Israel-Palestina pada tingkat politik dan lainnya, sebagaimana dilansir Associated Press.

Tetap Berharap Walau Rendah

Vatikan menyiarkan secara live acara doa bersama ini agar bisa didengar oleh pemirsa di seluruh dunia. Namun, menurut Wahyu Pierbattista Pizzaballa, salah satu penjaga properti Gereja Katolik di Tanah Suci, harapan untuk acara ini tetap ada walaupun rendah.

Tidak seorang pun harus berpikir, “tiba-tiba perdamaian akan terwujud pada hari Senin, atau lebih cepat lagi,” kata Wahyu seperti dilaporkan AP. (AP.org)

Uskup Agung Semarang: Tindak tegas pelaku kekerasan

0605a

Uskup Agung Semarang Johannes Pujasumarta menegaskan, aksi kekerasan merupakan solusi yang buruk untuk membangun masyarakat yang baik. Selain itu aksi penyerangan telah mencederai Yogyakarta sebagai city of tolerance.

“Apapun itu, jika sudah melakukan penyerangan dan melukai itu sudah melanggar hukum. Pihak berwajib yang mempunyai wewenang untuk menindak tegas dan harus ditindak,” kata Uskup Agung Semarang Johannes Pujasumarta saat menemui wartawan di Kantor Gubernur DIY, Rabu (4/6/2014).

Mgr Pujasumarta mengungkapkan, Jogja City of Tolerance harus dijaga secara bersama-sama. Dinamika persaudaraan, perdamaian, saling menghargai dalam perbedaan itu yang perlu dilestarikan dan dikuatkan kembali.

“Kekerasan merupakan solusi yang buruk untuk membangun masyarakat yang baik di Yogyakarta. Saya rasa aksi-aksi itu telah menciderai dan melukai Yogyakarta sebagai city of tolerance,” ujarnya.

Terkait peristiwa penyerangan pada Kamis (29/05/2014), Uskup Pujasumarta mengaku telah menghubungi Romo Paroki Banteng untuk terlibat aktif dalam dialog dengan beberapa pihak.

Dengan dialog tersebut diharapkan hati yang terbuka untuk mencari solusi yang baik. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah para korban. Ada tiga korban, Julius korban yang paling parah bahkan pundaknya patah dan telah dioperasi. Lalu Nur Wahid dan anak berusia 8 tahun. Mereka sampai saat ini trauma dan ketakutan untuk kembali ke rumah.

“Nanti selanjutnya akan kita upayakan, saya harap masih ada kehendak baik dari siapa pun,” tandasnya.

Uskup Agung Pujasumarta, kemarin pagi menemui Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Kantor Kepatihan. Kedatangannya dalam rangka mengundang Sri Sultan untuk meresmikan Gua Maria Sendangsono. (Kompas.com)

Terbaru

Populer