Home Blog Page 110

Orientasi Aktivis HAAK Paroki Se-KAJ

HAAK

 

Akhir pekan 12-14 Desember 2014 lalu 78 orang aktivis Seksi HAAK (Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan) dari berbagai paroki di KAJ berkumpul di Wisma Canossa Bumi Serpong Damai, Tangerang. Hajatan ini diinisiasi oleh Seksi HAAK KAJ guna memberikan orientasi dasar kepada seluruh pegiat HAAK yang ada di KAJ. Tampil sebagai nara sumber adalah Rm. Prof. BS Mardiatmadja, SJ,  Yohanes Haryono Darudono (Ketua Komisi HAAK KAJ), P. Krissantono, Harry Tjan Silalahi, Sebastian Salang dan Rm. DR. Al. Andang L. Binawa, SJ.

Selain membekali para peserta mengenai dasar-dasar teologis dan biblis kegiatan kemasyarakatan, dalam orientasi dasar ini juga dipaparkan mengenai kondisi kemasyarakatan dan politik kita saat ini serta bagaimana harusnya kita menanggapinya. “Sebagai saksi  (martiria) bukan berarti kita harus mati untuk Kristus sebaliknya kita harus hidup untuk Kristus secara total  hingga mati sekalipun oke,” tandas Rm. Mardiatmadja.

Jadi, lanjut Rm. Mardi, menjadi murid  Kristus kita harus mampu memberi kesaksian iman  melalui  ibadat (liturgia), lewat persatuan (koinonia), pelayanan sosial (diakonia) dan lewat bimbingan rohani (polmenik) atau pengajaran kepada pihak lain. Setelah menjadi murid yang telah mendapatkan pengajaranNya kita juga diharapkan menjadi rasul (utusan). Utusan berarti menjadi pembawa kabar gembira itu kepada setiap mahluk. Pegangan kita adalah pesan Kitab Suci yaitu kita diutus untuk meujudkan persaudaraan sejati yang kongkrit bukan teoritis dan abastrak. (Kis 2:41-47).  Sebab ciri semangat Kristiani kita menyatakan ke dalam kita kuat dan kokoh dan keluar kita membawa kabar sukacita yang menyejahterakan semua orang.

“Saya punya contoh kongkrit ketika dalam ibadat penguburan orang meninggal disaksikan oleh kerabat non katolik. Mereka kagum melihat betapa ibadat kita itu sangat memberi kesan menghargai jasad orang meninggal. Jadi doa dan ibadat kita menjadi sebuah kesaksian,” ungkap Rm. Mardi.

Tetapi di lain pihak Rm. Mardi mengungkapkan bahwa tujuan aktivis HAAK bukan mengkatolikkan orang lain. “Semangat kita adalah untuk meujudkan gereja  yang lebih hidup dengan meujudkan persaudaraan sejati di Indonesia. Untuk itu kita perlu berdialog dengan pihak agama lain untuk mengatasi dan menanggapi seluruh aspek kehidupan kita sehari-hari. Sehingga peziarahan hidup kita  menuju tanah air surgawi atau rumah abadi dengan cara agama masing-masing berjalan dengan baik,” ungkap Rm. Mardi. Rm. Mardi menandaskan bahwa agama kita berbeda-beda tetapi kebutuhan  hidup kita sama. “Tidak ada beras katolik, tidak ada gula katolik atau ikan katolik. Artinya semua sama dan karenanya hubungan kita satu sama lain juga erat. Yang membedakan kita adalah pola laku, cara bicara, cara sembahyang atau cara kita melayani,” lanjutnya.

Sebagai warga negara Indonesia, para aktivis HAAK perlu memahami secara mendalam mengenai idiologi negara kita yaitu Pancasila. Lewat bahasa Pancasila dan bukan bahasa Injil kita akan lebih mudah untuk membangun komunikasi dan meujudkan persaudaraan sejati itu. “Apalagi hingga kini belum ada tafsir Pancasila yang baku. Kita bisa saling berdialog,” lanjut Rm. Mardi. Hal serupa juga ditekankan oleh Harry Tjan Silalahi. “Pancasila butuh tafsir dan penjelasan yang baru. Selain itu perlu juga ditegaskan bahwa negara bukan mengatur agama tetapi menjamin kehidupan umat beragama,” tandasnya.

Persaudaraan sejati itu bisa terujud dengan baik apabila kita mampu membangun komunikasi satu lainnya. “Karena banyak pihak yang harus kita ajak berdialog dan berkomunikasi, ada baiknya kita juga mempersiapkan semakin banyak kader yang mampu mengemban tugas dialog ini mewakili gereja ke tengah masyarakat,” tandas Haryono, Ketua Seksi HAAK KAJ.

Ujud kehadiran kader-kader itu bisa dalam bentuk formal seperti menjadi anggota legislative, eksekutif maupun yudikatif. “Dengan kehadiran kader kita di semua lembaga itu akan memungkinkan kita berdialog dengan kalangan yang  lebih luas pula,” tambah Haryono.

Krissantono juga mengatakan bahwa kehadiran para aktivis HAAK ini akan menjadi perpanjangan tangan gereja ke pihak luar. “Gereja adalah kekuatan moral dan spiritual dan bukan pelaku politik. Lewat Komisi HAAK ini gereja mencoba memberikan semangat kepada para umatnya yang peduli akan politik dan bahkan sudah menggeluti politik. Karena itu akan sangat disayangkan kalau masih ada paroki yang belum memiliki seksi HAAK. Bahkan masih ada paroki yang menganggap seksi HAAK ini sekedar ada saja tak diurus,” tandas Krisantono. Krisantono mencontohkan berbagai persoalan yang berkembang di masyarakat. Adanya pelarangan pernikahan yang berbeda agama, penutupan akses jalan ke gereja, pembakaran gereja, lahirnya ide meniadakan kolom agama di KTP yang harus direspon dengan baik secara bersama-sama dengan pihak lain. “Dialog ini hanya bisa dilakukan bila sudah jauh-jauh hari ada tercipta jalur komunikasi yang baik. Jalur komunikasi itulah yang harus dibangun para aktivis HAAK,” tandas Krissantono.

Menurut Krissantono ada beberapa dasar-dasar dialog yang harus diketahui dengan baik antara lain prinsip : dalam hal prinsip harus bersama-sama, dalam segala hal dilandasi cintakasih), dalam kebenaran ada kebebasan. “Ketiga prinsip ini lahir dari St. Agustinus dan ditekankan oleh Mgr. Soegjapranoto,” ungkap Krisantono. Dia juga mengungkapkan bahwa Mgr. Ign. Suharyo telah diperkenalkan istilah konsolidasi komitmen politik. Tujuannya untuk mencari para politisi katolik yang menjadi utusan.

Krissantono juga menanggapi ungkapan  bahwa politik itu kotor. “Yesus tahu bahwa dunia itu kotor karena dosa. Tetapi dia datang untuk memberesihkan. Demikian juga para anggota legislatif katolik sadar bahwa banyak permainan kotor di politik, karena itu mereka harus membersihkannya setelah lebih dahulu mereka bersih. Seperti tidak mendapat reward melainkan salib para legislator pun harus berani dan mau menerima salib itu,” tandas Krissantono. Untuk itu sejak jauh hari sebelum pemilu gereja sudah harus menciptakan kader-kader tangguh itu. Kader tangguh itu ibarat semut ireng yang ketika berhadapan dengan kendala berani mengambil jalan lain. “Jadi jangan seperti siput begitu disentil langsung masuk cangkang dan mutung,” tandas Krisnatono.

Di lain pihak Sebastian Salang mengemukakan bahwa hingga kini situasi politik Indonesia masih belum menentu. “Kita terus dalam masa transisi sejak reformasi,” ungkapnya.   Namun ada hal positif yang menyejukkan bahwa pertentangan partai agama dan nasionalis semakin menurun.  Kondisi ini mungkin akan bisa semakin memikat para generasi muda untuk terlibat dalam politik.

Tak kalah penting dari potret dunia politik makro Rm. Andang juga mengatakan politik mikro juga sangat penting. Bahkan menurutnya antara kondisi perpolitikan makro dan mikro hampir tidak ada korelasinya. “Kehidupan di masyarakat bawah berjalan sendiri. Jadi para aktivis HAAK perlu memberi perhatian khusus karena inilah yang paling dekat dengan kehidupan umat beriman sehari-hari,” ungkap Rm. Andang. Kehadiran para aktivis HAAK adalah membuat tanah persamaian itu makin subur sehingga iman para umat semakin berbuah banyak dan baik. Tanah persamaian dimaksud kondisi kemasyarakatan yang harmonis, bersaudara dan berbelarasa. “Para aktiis HAAK harus mampu menciptakan berbagai kegiatan dan melibatkan semakin banyak umat dalam menjalin kehidupan dialogis yang karib, guyub dan cair,” ungkap Rm. Andang. Bahkan Rm. Andang akan  segera menandatangani persetujuan bila Komisi HAAK mengajak WKRI bekerjasama. Perbedayaan semua umat baik di kategorial maupuan di paroki masing-masing,” ungkap Rm. Andang.

Ada tiga masalah utama yang perlu mendapat perhatia seksi HAAK dan seluruh umat pada umumnya yaitu masalah lingkungan, kemiskinan dan intolernasi. Ketiga masalah ini tercantum dalam salib Kristus. Vertikan ke atas meujudkan cinta akan Tuhan. Vertikal ke bawah meujudkan cinta kita kepada bumi dan alam semesta (lingkungan). Salib horizontal ke kanan meujudkan cinta kita kepada sesama yang miskin sedangkan ke kiri cinta kepada sesama kita yang memusihi kita (intoleran).

HAAK terutama berkutat di salib horizontal ke kiri dan ke kanan. “Untuk membuka hubungan kita ke sesama ini,  kita harus lebih peka akan apa yang mereka butuhkan. Langkah paling mudah untuk ikut berbaur dengan cair dalam lingkungan sekitar RT, RW, Kelurahan, Kecamatan bahkan kabupaten atau kota,” lanjut Rm. Andang.

Setelah orientasi dasar ini, Komisi HAAK juga berencana untuk mengadakan orientasi lanjutan dengan pokok bahasan yang lebih luas. Seperti pengenalan mengenai Islam (islamonologi) dan berbagai topik lain yang semakin memampukan para aktivis HAAK mengembang tugasnya.

Islam-Katolik Berkomitmen Bekerja Bersama-sama Melayani Sesama

Dialog Islam-Katolik selalu di kembangkan. Beberapa tokoh dari ke-2 agama berkumpul mengulas beragam kemungkinan bentuk hubungan kerja untuk melayani sesama. Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama (Pontifical Council) bekerja bersama dengan gerakan Common Word (Kalimatun Sawa) berpusat di Amman, Jordania, memotori terselenggaranya aktivitas Komunitas Catholic- Muslim. Aktivitas dua tahunan ini adalah dialog komunitas beberapa tokoh Katolik serta Muslim didunia.

din-syamsuddin-paus-fransiskus-hidupkatolik

Pada Selasa-Kamis, 11-13/11, The Third Catholic-Muslim Community diadakan di Vatikan. Sekitar 13 tokoh Katolik serta Muslim ambillah bagian dalam komunitas ini. Pihak Katolik diwakili, diantaranya Ketua PCID Kardinal Jean- Louis Tauran, Sekretaris PCID Pastor Miguel Ángel Ayuso Guixot MCCI, Ketua untuk Rekanan dengan Islam PCID Mgr Khaled Akasheh, serta Guru Besar dari Kampus Kepausan Lateran Roma, Vincenzo Buonomo.

Sementara dari pihak Islam, ada diantaranya Prof S. Abdallah Schleifer (Senior Fellow of the Royal Aal al-Bayt Institute for Islamic Thought and Editor-in-Chief of the Muslim 500), Prof Mustafa Ceric (Former Grand Mufti of Bosnia and Herzegovina), Imam Yahya Sergio Yahe Pallavicini (Vice President Islamic Religious Community, Italia) serta Prof M. Din Syamsuddin (Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, serta Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia).

Dalam komunitas dialog Islam-Katolik, beberapa peserta mengelaborasi tema“Working Together to Serve Others”, seperti ditulis Vatican Information Service (13/11). Topik itu terdiri dari tiga subtema sebagai gosip utama serta bahan bahasan dalam komunitas ini. Yaitu, bagaimanakah bekerja bersama untuk memberi pelayanan untuk golongan muda, serta meningkatkan dialog antaragama, dan melayani orang-orang.

img-7695

Tema topik itu dibicarakan dengan mendatangkan narasumber dari pihak Islam ataupun Katolik. Din Syamsuddin jadi salah satu pembicara dalam The Third Catholic-Muslim Komunitas ini. Din mewakili pihak Muslim pada session ketiga perihal kerja sama melayani orang-orang. Ia menuturkan tentang perspektif teologis kerja sama antarumat beragama serta argumen sosiologis tentang pentingnya hubungan kerja itu di kembangkan.

Beberapa narasumber memberi banyak pandangan dari semua belahan dunia perihal bagaimanakah umat Islam serta Katolik bekerjasama di beragam bagian, seperti pendidikan, sosial kemasyarakatan, serta budaya.

Selesai presentasi makalah dari narasumber, acara dilanjutkan dengan diskusi dalam situasi kebersamaan serta persaudaraan. Beberapa peserta lalu merumuskan perjanjian berbarengan dalam rencana wujudkan kerja sama. Beberapa delegasi setuju untuk berbarengan berupaya meredam perseteruan serta membuat perdamaian, juga mengajak semakin banyak pihak untuk hentikan perseteruan. Diluar itu mereka juga setuju untuk memberi pendidikan untuk beberapa golongan muda bakal utamanya perdamaian serta bangun kerja sama, dan dialog antaragama.

AFP3685606_Articolo

Pada Rabu, 12/11, Paus Fransiskus kemudian terima beberapa peserta dalam audiensi. Bapa Suci mensupport usaha serta prinsip mereka untuk bekerja bersama serta melayani orang-orang. Bapa Suci juga mengapresiasi buah-buah yang dihasilkan dari pertemuan itu, dan mengharapkan supaya prinsip itu dapat diimplementasikan dalam kehidupan keseharian. Harapannya, kerja sama antaragama dapat selalu dipupuk serta di kembangkan. Ia juga mengharapkan pertemuan-pertemuan seperti itu selalu diselenggarakan. (HidupKatolik.com)

Seksi Komsos Paroki Se-KAJ bergerak bersama menyambut Tahun Syukur dan APP 2015

Romo Vikjen Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Rm. Samuel hadir dalam Temu Pegiat (aktivis) Komunikasi Sosial (Komsos) dari seluruh paroki KAJ pada 30 November 2014 di Katedral Jakarta. Dalam kesempatan itu Vikjen mensosialisasikan struktur organisasi baru di KAJ serta sosialisasi Tahun Syukur dan Tahun Hidup Bakti 2014-2015.  “Seluruh perubahan struktur organisasi di KAJ ini  bertujuan untuk lebih membuka peluang dan mengajak seluruh umat, seluruh kelomopok ikut serta berpartispasi, bersinergi guna meujudkan tranformasi yang progressif dalam mengabdi kepada umat Allah dan masyakat. Jadi umat Allah adalah bos dan kita semua aktivis termasuk para romo dan uskup adalah pelayan. Tetapi kita tidak sekedar melayani melainkan melakukan karya gereja membangun kerajaan Allah dengan sukacita Injili,” tandas Rm. Samuel.

TK11-1
Sutradara dan Artis Film Layar Lebar “NADA untuk ASA”

 
 

Dalam hal inilah Komsos memegang peran penting. Komsos harus menjadi pelaksana fungsi marketing sehingga umat mau dan tahu serta mampu melaksanakan dan meujudkan misi ini. Paus Fransiskus telah menunjukkan peran kenabian itu dengan menerjemahkan segala kebijakan dan pewartaannya menggunakan bahasa yang sederhana. Bahasa sederhana dimaksud adalah bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti oleh umatnya. Ini sebuah terobosan yang luar biasa. “Komsos pun harus berani dan mampu melakukan hal itu. Para pegiat ini harus mampu menghangatkan dinamika menggereja yang selama ini masih terasa dingin. Bila perlu harus mampu memperdebatkan hakikat iman itu sendiri, sehingga semakin dalam dimengerti dan semakin mudah dibahasakan dan disebarkan kepada umat. Berani menerobos sekat-sekat yang selama ini kurang menggambarkan keadilan,” tandas Rm. Samuel.

TK09-1
Sutradara dan Artis Film Layar Lebar “NADA untuk ASA”

 

Lantas Rm. Samuel memberi contoh langkah seorang romo untuk membuka hubungan dengan umat Islam dengan membagikan kain kafan. Ide ini sangat kreatif dan mengena. Terobosan-terobosan seperti inilah yang kita butuhkan guna samakin menjadi persaudaraan sejati dengan pihak lain. Komsos juga harus berani mempertanyakan mengapa tidak semua umat yang meninggal dan hanya orang terkenal yang disemayamkan di gereja? Bukankah ini bertentangan dengan evangelisasi Yesus yang tanpa diskriminasi melainkan dengan sukacita injili dan keberanian? Apakah dengan prinsip evangelisasi injili yang penuh sukacita pegiat Komsos masih terus mengangkat berita-berita perpecahan, berantam (seperti Golkar)? Mengapa umat lebih ringan tangan membantu pendanaan pembangunan gereja ketimbang membantu pendanaan umat yang hendak melaksanakan retret? Apakah kita mau seperti kejadian di Eropa yang memiliki gedung-gedung gereja mewah tetapi tak memiliki umat?

Agar semangat evangelisasi Yesus itu bertumbuh dengan baik, Rm. Samuel juga menganjurkan Komsos harus berani membuat perubahan struktur sesuai kebutuhan. Juga yang tak kalah penting adalah para pegiat harus terus mengembangkan sumber daya manusia di Komsos. “Sehingga tidak ada hukum ketergantungan hidup matinya Komsos di tangan Anda,” tandas Rm. Samuel. Dia berharap akan semakin banyak pihak yang terlibat di Komsos akan semakin memudahkan kita menyebarluaskan kabar gembira Yesus Kristus. Intinya kaderisasi pegiat Komsos harus terus dikembangkan sekaligus evaluasinya. “Saya berharap para pegiat Komsos tidak seperti orang yang baru pulang dari pemakaman. Sebaliknya para pegiat Komsos harus tetap penuh sukacita,” harap Rm. Samuel.

TK07-1
Sutradara dan Artis Film Layar Lebar “NADA untuk ASA” bersama Rm Vikjen, RD. Samuel Pangestu, serta Pengurus Komsos KAJ

 

Dalam waktu dekat KAJ mengharapkan seluruh paroki sudah memberikan hasil evaluasi pelaksanaan Arah Dasar Pastoral (ARDAS) 2011-2015. Hasil evaluasi itu sudah harus masuk ke KAJ sebelum 31 Mei 2015. Berdasarkan hasil evaluasi ini KAJ akan menyusun ARDAS baru paling lambat sudah selesai Juli 2015. “Disini pun peran pegiat Komsos sanagt diharapkan mulai pengumpulan data, risetnya serta membantu membuatkan laporan evaluasi itu. Jadi kehadiran seksi Komsos di paroki itu sangat berguna,” ungkap Rm. Samuel.

Peran lain yang diungkapkan oleh Ketua Komisi Komsos KAJ Rm. Harry Sulistio adalah peran aktif komsos paroki dalam ber-evangelisasi lewat media-media sosial maupun komersil. Rm. Harry mengungkap contoh kongkrit yang dilakukan oleh Komsos Paroki Maria Bunda Karmel. “Setiap hari mereka meng-upload renungan harian  yang dibawakan romo di youtube lengkap dengan naskah bacaan Kitab Sucinya. Ini sesuatu yang sangat membanggakan. Ini semua gratis karena memanfaatkan media sosial yang ada untuk menyampaikan kabar gembira ke seluruh dunia,” puji Rm. Harry.

Rm. Harry juga mengatakan bahwa kini telah ada komunitas baru pendamping Komsos KAJ yaitu Sahabat Psositif. Komunitas ini  keanggotaanya terbuka, Komsos KAJ ingin mengajak lebih banyak orang terlibat dalam Pastoral Evangelisasi. “Lewat sarana ini kita mencoba keluar dari kelompok seiman dan masuk ke kelompok terbuka. Lewat komunitas ini kita mencoba terus menggerakkan banyak orang  untuk mengembangkan nilai-nilai universal. Contoh kongkrit yang dalam waktu dekat akan dirilis film “Nada dan Asa” yang terma utamanya adalah menghormati kehidupan dan menghargai martabat manusia. Film ini pun dibintangi artis-artis dari berbagai latarbelakang agama karena nilai yang dibawakan adalah nilai universal. Para pegiat Komsos silahkan masuk sebagai anggota,” tandas Rm. Harry.

TK08
RD. Harry Sulistyo, Ketua Komsos KAJ (Saat memberikan Presentasi tentang Peran Penting Komsos bagi Evangelisasi Baru”

 

Selain itu Komsos KAJ juga telah menjalin banyak kerjasama dengan berbagai media nasional baik radio maupun televise. Untuk mengisi jam tayang itu semua diharapkan partisipasi dari komsos-komsos paroki maupun dekanat. “Silahkan Komsos paroki maupun dekanat membuat program untuk mengisi jam tayang yang sudah kita punya,” ajak Rm. Harry.

Dalam kesempatan itu juga Rm. Harry mengungkapkan dalam rangka penutupan tahun pelayanan 2014 dan membuka tahun syukur dan hidup bakti 2015 Komsos telah menyiapkan sebuah acara khusus yaitu perayaan ekaristi bersama pada 3 Januari 2015. Dalam ekaristi tersebut akan diundang seluruh imam yang berkegiatan di KAJ  berjumlah sekitar 400 orang. “Pada kesempatan itu akan dilakukan pelepasa burung merpati dan pembagian Salib Gembala Baik ke seluruh paroki se-KAJ,” jelas Rm. Harry. Salib ini adalah salib yang tidak tegak berdiri melainkan terlentang di altar.

 

Sonar Sihombing.

Pameran Fotografi dan Pembukaan Kembali Museum Katedral Jakarta

“FOUR ANGLES”

Katedral Jakarta

Perupa Foto: R. Haryanto, Kun Tanubrata, Sjaiful Boen dan Dian Rosita

 

Undangan Khusus:

Jumat, 12 Desember 2014

Pk. 19.30 WIB (Mohon hadir 30 Menit sebelumnya)

dibuka oleh Mgr. Ignatius Suharyo (Uskup Agung Jakarta)

di Museum Gereja Katedral, Lt. 2, dalam Gereja Katedral.

Turut mengundang: R, S. Bratakartana, SJ (Kepala Paroki Gereja Katedral Jakarta)

 

Selanjutnya untuk Umum Buka:

13-22 Desember 2014

(Senin – Jumat: Pk. 10.00-12.00)

(Sabtu: Pk. 10.00-15.00)

(Minggu: Pk. 12.30-15.00)

Tanggal 5-31 Januari 2015 detail di lokasi

 

Jl. Katedral no. 7 B, Pasar Baru, Jakarta Pusat 10710

Telp. 021-345 7746, 021-351 9186

www.katedraljakarta.or.id

Email: sekretariat@katedraljakarta.or.id

unnamed

SURAT KELUARGA DESEMBER 2014: Menyambut Adven Dan Natal Kita

Keluarga-Keluarga yang terkasih

Ijinkan saya menyampaikan salam Adven kepada Anda semua yang sedang menjalani masa adven di wilayah maupun lingkungan Anda. Semoga semangat Adven memberikan sukacita istimewa untuk Anda dan keluarga. Kesempatan satu kali dalam setahun yang diberikan untuk keluarga kita ini sungguh luar biasa! Ada perhatian Gereja untuk mengasuh keluarga kita masing-masing. Semoga Anda menjalaninya dengan suka hati.

Sudah tiga tahun kita menjalani masa Adven yang diperuntukkan khusus untuk seluruh keluarga. Semoga seluruh keluarga dapat memanfaatkan kesempatan istimewa ini. Anda hanya perlu memberi kesempatan, memberi waktu, memberi pencerahan kepada seluruh keluarga untuk belajar dan merenung bersama dalam rekoleksi seluruh keuskupan kita.

Ada banyak pertanyaan berkaitan dengan bulan penyadaran aborsi yang disampaikan dalam bentuk doa untuk janin yang diaborsi. Indonesia mempunyai angka aborsi yang tidak kurang tinggi. Angka 2-2,5 juga adalah angka yang pantas kita cermati bersama. Ada sekian juta yang dikorbankan tanpa salah, karena kepentingan pasangan yang kurang bertanggungjawab atas hidupnya sendiri. Alasan kekuatiran dan keengganan untuk “repot” karena punya anak adalah sebab banyaknya janin dibunuh sia-sia.Ketika mendoakan, setiap keluarga, baik yang pernah melakukan ataupun yang tidak, memperoleh kesadaran bahwa janin yang dibuang itu, menurut Gereja, adalah manusia yang pantas kita hormati hidupnya.

1471140_10152424061124638_411422291_n

Mereka bukan kesia-siaan, mereka adalah makhluk Tuhan yang tidak berdosa dan dibuang karena dianggap mengganggu dan mengkhawatirkan masa depan. Mendoakan secara berulang itu membangun kesadaran dan mengingatkan juga bahwa Tuhan sangat sedih atas kematian sia-sia janin-janin itu.

Kita menantikan saat Yesus Kristus dilahirkan. Kita mengalami kegembiraan karena Keluarga Kudus yang menanggung tugas berat membesarkan bayi Yesus yang di kemudian hari menjadi Juruselamat untuk kita. Mereka berjuang, mereka menderita, mereka bersukacita, dan mereka adalah manusia seperti kita juga. Mereka memberi pengharapan justru karena siap membawa amanat Bapa yang mengutus Putera-Nya melalui keluarga mereka. Inilah kemuliaan suatu perjuangan hidup.

Kita sering membuat hidup justru menjadi semakin sulit, karena kita mau mengaturnya secara berlebihan. Sangat baik merencanakan hidup keluarga kita. Sangat mulia mendambakan suatu keluarga bahagia dengan perencanaan serta meminimalisir masalah di masa depan. Akan tetapi, seringkali campur tangan kita terlalu besar, kita memutuskan hanya berdasarkan akal sehat manusiawi.

Decoration Mother Daughter

Kita kurang bertanya pada hati nurani dan membaca situasi dengan iman yang tangguh kepada Allah yang Mahakuasa. Ketakutan kita berujung pada keputusan tergesa-gesa dan dalam ketakutan serta kegelisahan. Anak-anak yang lahir di dalam keluarga perlu kita sambut dengan sukacita. Kita mengikuti teladan Keluarga Kudus dari Nazaret, Yosef dan Maria, yang menyambut, dalam situasi serba berjuang, bayi Yesus dengan sukacita kebapaan dan keibuannya. Mereka diberkati Allah bukan terutama untuk kelimpahan harta benda, tetapi dengan sukacita dan semangat iman yang membuat mereka menjadi pahlawan-pahlawan iman untuk kita semua.

Keluarga-keluarga Katolik yang terkasih, Adven selalu membawa suasana tersendiri buat kita. Suasana hangat, suasana gembira, ceria, dan suasana tobat juga. Keunikan suasana adven berbeda dari suasana prapaskah yang membawa pada suasana tobat dan merenung dalam keprihatinan akan dosa-dosa. Kita menjalani masa adven terutama dengan pengharapan akan kedatangan Yesus di hari Natal nanti. Kita menjalaninya dengan sukacita.

116490e30

Ingatlah bahwa lilin ketiga dalam masa Adven berwarna Pink (Merah Jambu) yang artinya sukacita. Kita harus memastikan bahwa kita bersama keluarga mengalami sukacita dan mempersiapkan Natal dengan perasaan gembira itu. Saya yakin jika Anda tidak sendirian, sukacita akan lebih berlimpah dan menggembirakan Anda. Saya berdoa untuk Anda semua.Selamat menjalani masa Adven. Selamat merayakan Natal juga untuk Anda dan seluruh keluarga. Tidak ada keindahan yang lebih indah daripada membayangkan Anda semua beserta seluruh keluarga melakukan rekoleksi dan mengalami rekreasi rohani sambil mempersiapkan Natal dengan gembira. Saya dan seluruh anggota Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) mengucapkan : Selamat Memasuki Adven, Memasuki Tahun Liturgi Baru.

Sekaligus, saya dan rekan-rekan KomKK KAJ mengucapkan:

SELAMAT NATAL UNTUK ANDA DAN KELUARGA

YESUS, MARIA, DAN YOSEF MEMBERKATI

Rm. Alexander Erwin Santoso MSF

Rosario Khusus buat Janin Aborsi

Dalam pandangan Gereja Katolik terkait dengan aborsi yaitu kita menolak tegas dilakukannya aborsi. Sudah banyak dokumen Gereja yang berbicara tentang penghargaan atas kehidupan dan bahkan yang secara khusus dan tegas mengatakan menolak aborsi dengan alasan apa saja!

Sebagai kelanjutan dari kepedulian Uskup Agung Jakarta akan tingginya angka aborsi di Indonesia, dan juga sejalan dengan Doa Janin Aborsi pada materi Bulan Keluarga 2014 (Materi pendalaman Adven yang dikeluarkan oleh Komisi Kerasulan Keluarga KAJ), terlampir kami sampaikan bahan Rosario Khusus buat Janin Aborsi yang dibuat oleh Komisi Kesehatan KAJ.

 

 

 
KAJ download
 
 

KWI : Pelarangan Pernikahan Berbeda Agama Merupakan Bentuk Pelanggaran Hak Asasi Manusia

1126c

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mensupport revisi UU Perkawinan yang menyebutkan perkawinan sah bila dikerjakan menurut hukum semasing agama serta kepecayaan.

“Penting digarisbawahi bahwa siapa saja juga tak dapat memaksakan seorang untuk berpindah agama supaya dapat menikah dengan pasangannya yang lain agama”, kata Romo Yohanes Purbo Tamtomo dari KWI waktu berikan kesaksian sebagai Saksi Ahli dalam sidang sengkata UU Perkawinan dihadapan majelis hakim Mahkamah Konstitusi, Senin (24/11/2014).

Pasal 2 ayat I dari UU ini yang digugat oleh oleh 4 mahasiswa Kampus Indonesia, menyebutkan, “Perkawinan yaitu sah, jika dikerjakan menurut hukum semasing agamanya serta kepercayaannya itu”, dikira berimplikasi pada tak sahnya perkawinan yang dikerjakan diluar hukum semasing agama serta keyakinan.

Damian Agata Yuvens, salah satu mahasiswa menyebutkan, bunyi ayat itu tunjukkan bahwa negara memaksa supaya tiap-tiap warga negaranya untuk mematuhi hukum agama serta keyakinan semasing dalam perkawinan.

Mereka meminta MK memberi pemaknaan baru pada ketetapan itu dengan menyebutkan bahwa perkawinan yaitu sah jika dikerjakan menurut hukum semasing agama, selama ketentuan sah itu diserahkan pada penilaian semasing agama.

Dalam keterangannya Romo Purbo menyebutkan, UU ini menjadikan orang susah untuk menikah bila pasangan berbeda agama.

Ia menuturkan, isi serta rumusan pasal 2 ayat 1 mesti disimpulkan bahwa dalam rencana perkawinan butuh dijunjung tinggi dua hak mendasar dari tiap-tiap pribadi yakni kebebasan hati nurani untuk memilih pegangan hidup (agama) serta hak untuk menikah.

“Tidak bisa apabila dua hal ini bertemu, maka lalu menyebabkan salah satu mesti dikorbankan. Dalam soal perkawinan ketetapan yang berlaku mesti memungkinakn dua hal itu terus dihormati serta dibela, ” tegasnya.

Selesai sidang, Romo Purbo menyampaikan, pada prinsipanya, KWI akan mengutamakan penghormatan pada HAM.

“Kita pada intinya tidak ingin, bahwa agama menghambat orang untuk menikah, bahkan juga ada yang tidak ingin menikah cuma lantaran berbeda agama. Itu pengalaman riil yang kita temui”.

“Justru bila kita memaksa beda agama yang menikah dengan orang Katolik untuk masuk menjadi Katolik, itu bertentangan dengan kepercayaan kami, bahwa pilihan agama adalah hak asasi”, tuturnya.

Ia menyatakan, pengalaman bahwa sampai kini banyak orang Katolik yang nikah beda agama.

“Dan sangat banyak dari mereka yang membina rumah tangga dengan baik. Hal semacam itu juga merupakan argumen Gereja untuk menerima pernikahan beda agama, ” tuturnya.

“Justru lantaran banyak maka dari itu kami terasa bahwa kesusahan ini mesti dibantu, ” tuturnya.

Tetapi, yang pasti, tuturnya, Gereja Katolik, terus mengingatkan tiap-tiap pasangan yang lain agama untuk mulai sejak awal pikirkan seluruhnya konsekwensi saat sebelum menikah, termasuk juga bagaimanakah mereka berikan pendidikan iman untuk anak-anak.

“Mereka harus pikirkan apa yang paling baik untuk anaknya. Kerap dalam soal ini yang diperlukan adalah keterbukaan serta perbincangan berdua”, tuturnya.

Tetapi, ia menyatakan, Gereja Katolik tak mewajibkan anak-anak dari orang Katolik yang nikah lain agama, masuk Katolik.

“Itu bergantung dari perbincangan orangtua mereka. Yang kami tuntut yaitu orang-tua bertanggungjawab atas pendidikan iman anak-anak mereka. Apabila anak mereka tak masuk Katolik, tak bermakna mereka tak melakukan tanggung jwab, atau sebaliknya”, tuturnya.

Ia menuturkan, untuk menjamin supaya suatu perkawinan sukses, jadi aspek kualitas pribadi sangatlah utama.

“Pada saat orangnya sunggguh-sunggguh masak memutuskan, jadi pilihannya menikah lain agama, bukanlah juga sebagai kendala, namun bakal dipandang juga sebagai kekayaan untuk sama-sama melengkapi, anugerah untuk sama-sama melengkapi”, tuturnya.

Sikap sama juga nampak dari Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin), yang membolehkan pernikahan lain agama.

“Perbedaan memahami, kelompok, bangsa, budaya, etnis, sosial, politik ataupun agama tak jadi penghalang dilangsungkannya perkawinan”, kata Uung Sendana Linggaraja dari Matakin.

Tetapi, terang dia, untuk yang menikah lain agama, akan tidak dikerjakan tata upacara perkawinan atau Li Yuan, seperti ada pada Konghucu, namun cuma pemberian restu juga sebagai pernyataan serta pemberitahuan sudah dikerjakannya perkawinan.

Sidang di MK pada hari ini merupakan kelanjutan dari sidang sebelumnya, yang mendengar sikap dari masing-masing Saksi Ahli agama-agama.

Dalam sidang pada 5 November, perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia menyebutkan sikap tegas menampik pernikahan lain agama.

Pesan Sidang Tahunan 2014 KWI: Mewartakan Sukacita Injil

 

1117b1

Saudara-saudara seiman yang terkasih,

Sukacita Injil, Seruan Apostolik Paus Fransiskus, 24 November 2013, ditujukan kepada para waligereja, imam dan diakon, kaum religius serta umat beriman. Dengan penuh sukacita kami, para waligereja Indonesia menyambut seruan apostolik tersebut, mempelajarinya, membuka hati, budi dan pikiran untuk memahaminya. Kami merasa berkewajiban meneruskannya kepada seluruh umat, agar hati kita berkobar untuk mewartakan sukacita Injil kepada Indonesia dewasa ini.

Agar Injil dapat kita wartakan secara tepat, kita perlu mengenal kenyataan Indonesia dewasa ini yang dari waktu ke waktu mengalami perubahan-perubahan semakin cepat, yang mencengangkan dan sekaligus mencemaskan. Dalam terang Injil kita ingin mengalami hati yang penuh sukacita karena perjumpaan dengan Kristus. Berkat daya Roh Kudus kita ingin menerima kasih Allah sebagai Bapa bagi semua. Sukacita Injil mewarnai cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia.

Saudari-saudara seiman yang terkasih,

Perubahan-perubahan semakin cepat

Kita sedang menyaksikan perubahan-perubahan semakin cepat karena arus globalisasi yang melanda Indonesia. Perubahan-perubahan tersebut berdampak pada kenyataan Indonesia.

Kita bersyukur atas kemajemukan budaya yang merupakan anugerah hidup bersama sebagai bangsa. Keanekragaman suku, agama, ras, dan golongan tumbuh dalam semangat bhineka tunggal ika. Perjuangan bersama sebagai bangsa merekatkan perbedaan menuju persatuan bangsa berlandaskan Pancasila. Perkembangan sikap saling menghormati demi kebaikan bersama ditempuh melintasi perubahan-perubahan zaman yang dari waktu ke waktu semakin cepat karena arus globalisasi.

Kita berprihatin karena arus globalisasi yang ditandai oleh komunikasi lintas batas negara dan budaya menggoncangkan tata nilai dan hubungan antar manusia. Batas-batas wilayah dan batas-batas budaya yang menjadi dasar jatidiri suatu bangsa menjadi kabur. Komunikasi dan pertukaran informasi yang semakin mudah dan cepat menawarkan banyak pilihan. Ketidakpastian menggantikan nilai-nilai luhur yang dipegang sebagai warisan leluhur. Hati manusia dipenuhi dengan ketamakan. Orang mencari kepuasan diri dan menganggap sesama sebagai saingan. Pola hubungan antar manusia sebagai pribadi berubah menjadi pola hubungan untung rugi, yang merendahkan martabat pribadi manusia.

Dalam hubungan antar manusia yang tidak bermartabat itu orang yang tidak memiliki kemampuan akan tertinggal, tersingkir dan tidak berdaya. Akibatnya, terjadilah ketergantungan ekonomi, kesenjangan sosial, ketidakseimbangan antara alam, manusia dan tradisi. Pertumbuhan ekonomi yang memakmurkan rakyat mengubah masyarakat menjadi konsumeris. Hadirnya penanam-penanam modal di daerah-daerah pedalaman, yang semestinya menumbuhkan semangat kerja, justru menimbulkan berbagai pertikaian dan kecemburuan sosial. Kemajuan teknologi komunikasi yang memberi peluang kerjasama malah menjadikan masyarakat semakin egois dan menutup diri. Pembangunan yang seharusnya menyejahterakan seluruh rakyat mengakibatkan kerenggangan hubungan antar manusia dan kerusakan lingkungan hidup.

Kerinduan untuk bersaudara, yang berakar pada kemanusiaan terdalam, dan bertumbuh dari keluarga sulit berkembang karena menyempitnya rasa setiakawan. Orang cenderung menghindari tanggungjawab dan mementingkan diri sendiri atau kelompok. Kemanusiaan mengalami kerusakan karena hubungan antarsuku menumpulkan hati nurani. Hubungan antarumat beragama seringkali memudarkan cita-cita membangun persaudaraan sejati. Kesenjangan ekonomi-sosial yang makin lebar mengakibatkan orang kecil, lemah, miskin, tersingkir semakin tidak diperhitungkan. Manusia menciptakan berhala baru, yaitu uang, dan dengan begitu Allah disingkirkan, dan hidup manusia menjadi kosong dari pengalaman rohani.

Saudari-saudara seiman yang terkasih,

Penuh sukacita karena perjumpaan dengan Kristus

Di tengah-tengah segala perubahan yang kita saksikan, kita temukan ada yang tetap sama, tidak berubah, yaitu Yesus Kristus. “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” (Ibrani 13:8) Pada-Nya kita belajar berdoa kepada Bapa, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga” (Mat. 6:10). Kita berdoa, agar Kerajaan Allah datang, dan kehendak-Nya terjadi di bumi Indonesia seperti di surga. “Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Roma 14: 17).

Mengawali seruan apostoliknya Bapa Suci menyatakan, bahwa “sukacita Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus” (EG. 1). Di dalam perjumpaan dengan Yesus, Sang Putra, dan dalam perjumpaan kita sebagai saudara, kita mengalami Allah, Bapa yang maharahim, suatu pengalaman rohani yang menjadi daya kekuatan bagi kita untuk mewartakan sukacita Injil kepada semua bangsa.

Dengan penuh syukur dan sukacita kita terima amanat perutusan Tuhan, “…. pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (Mat. 28:19). Agar Kerajaan Allah hadir secara nyata, dan Injil Kerajaan Allah tetap diwartakan, Kristus mendirikan Gereja-Nya, himpunan orang beriman Kristiani berkat baptisan air. Baptisan air tersebut menjadikan seseorang anggota Gereja, tubuh Kristus. Kita berdoa dan bersyukur, karena rahmat-Nya Gereja tumbuh, berakar, mekar dan berbuah di bumi Indonesia. Kristus membaptis dengan Roh Kudus (bdk. Mrk. 1: 8),

Roh Kudus mengubah manusia lama yang dikuasai dosa menjadi manusia baru “Roh Kudus dapat dikatakan memiliki kreativitas tak terbatas, tepat untuk pikiran ilahi, yang tahu bagaimana melonggarkan simpul-simpul permasalahan manusia, bahkan yang paling rumit dan sulit dipahami” (EG. 178) Karena daya Roh Kudus itulah yang berbeda menjadi tidak berlawanan, melainkan terpadu saling melengkapi, yang jauh tidak menjadi terpisah, melainkan menjadi dekat, yang asing menjadi saling mengenal satu sama lain sebagai saudara. Karya Roh Kudus itu kita kenali dalam peristiwa-peristiwa hidup yang mempersatukan banyak suku yang berbeda, aneka budaya dan beragam bahasa untuk membangun persaudaraan sejati, karena kesediaan melaksanakan kehendak Allah. Yesus Kristus melaksanakan kehendak Allah, Bapa-Nya, secara tuntas dengan bersedia menapaki jalan salib menuju kematiaan-Nya di Golgota. Di puncak Golgota itulah diakui, bahwa Yesus Kristus sungguh Anak Allah. Karena itu, meskipun dibunuh Ia tetap hidup.

Allah yang Mahakudus memanggil semua orang kepada kekudusan. Panggilan kepada kekudusan adalah panggilan yang mempersatukan manusia dengan Allah, dengan sesama dan dengan semua makhluk, bukan memisahkan dan menceraiberaikannya. Pengalaman manusia akan Yang Kudus membangun dalam hati setiap orang sikap kasih dan hormat kepada Allah, yang menjadi dasar bagi sikap kasih dan hormat kita kepada sesama dan semua makhluk.

Di bumi Indonesia yang majemuk beriman berarti beriman dalam kebersamaan dengan yang lain, yang berbeda agama, suku, ras dan golongan. Dialog antaragama memerlukan “sikap terbuka terhadap kebenaran dan terhadap kasih” (EG. 250) Karena itu, membangun persaudaraan sejati tidak cukup dengan sikap toleran, suatu sikap sekedar menerima yang lain karena ada. Lebih daripada sikap toleran dibutuhkan sikap kasih seorang akan yang lain, dan hormat menghormati untuk mewujudkan persaudaraan sejati antar sesama manusia dan semua makhluk, di mana Alllah menjadi Bapa bagi semua.

Allah Bapa mengangkat kita menjadi saluran kasih untuk menjumpai sesama kita terutama yang jatuh menjadi korban-korban terluka di pinggiran jalan salib kehidupan manusia. Mereka adalah kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan yang terlupakan, yang menjadi korban tatanan sistim politik, ekonomi, budaya, dan komunikasi yang tidak adil. Setiap orang beriman kristiani diutus untuk mewartakan sukacita Injil dengan hadir di dalam dunia, dan mengubahnya dari dalam laksana ragi dengan nilai-nilai Injil.

Kita umat Kristiani dipangil untuk memperhatikan mereka yang lemah di bumi, untuk melindungi dunia yang rapuh di mana kita hidup, dan semua orang di dalamnya (Bdk. EG. 209-216). Pengalaman pendampingan terhadap mereka yang lemah, yang tersisih, seperti orangtua tunggal, penderita HIV/AIDS, pengungsi, korban penyalahgunaan narkoba, anak jalanan, orang miskin dan yang terabaikan membuka kesadaran kita, bahwa dalam perubahan-perubahan yang begitu menggoncangkan itu masih ada orang yang menghargai perbedaan dan kesetaraan antarsesama manusia. Mereka itu digerakkan oleh keyakinan bahwa setiap pribadi adalah jauh lebih berharga daripada seluruh dunia. Sikap yang perlu ditumbuhkan dalam kemanusiaan kita adalah menghormati, menghargai dan membuka ruang perjumpaan.

Saudari-saudara seiman yang terkasih,

Cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia

Faham Gereja menurut Konsili Vatikan II, yaitu Gereja sebagai sakramen keselamatan dan persekutuan, diwujudkan dalam gereja setempat di Indonesia dengan mengembang-kan jati dirinya sebagai persekutuan komunitas-komunitas murid-murid Kristus yang menghadirkan Kerajaan Allah. Agar kehadiran Gereja menjadi sukacita bagi warganya dan masyarakat, Gereja Katolik tetap melanjutkan upayanya untuk mencari dan melaksanakan cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia.

Gereja sebagai persekutuan komunitas-komunitas umat beriman lahir dari persekutuan Tritunggal Mahakudus. Oleh sebab itu, hendaklah Gereja masuk ke dalam misteri persekutuan dengan Allah, mengalami dan merasakan perjumpaan pribadi dengan Allah sendiri melalui doa, kontemplasi, dan sakramen-sakramen terutama Ekaristi, sumber dan puncak hidup beriman, serta sakramen tobat. Perjumpaan dan persekutuan pribadi dengan Allah dan dengan yang lain menjadi sumber sukacita sejati yang menjiwai dan mendorong Gereja untuk mewartakan kabar sukacita kepada segala bangsa. Kabar sukacita yang diwartakan hendaklah bertumbuh dari Kristus sendiri yang berbicara dan menyapa manusia melalui Kitab Suci.

Persekutuan dengan Allah mendorong Gereja untuk keluar dari dirinya sendiri, melewati lorong-lorong kehidupan untuk merangkul semua orang, dan menjumpai mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan yang terabaikan. Kepada siapa pun yang dijumpai, Gereja diutus untuk membawa cintakasih dan kegembiraan, perdamaian dan keadilan, persatuan dan persaudaraan sejati. Pintu Gereja terbuka untuk siapa saja, Gereja adalah rumah bagi semua orang. Di dalam Gereja Kristus tidak ada orang asing, karena semua orang adalah saudara.

Dalam menjalankan perutusannya untuk mencari dan menjumpai orang lain dan dunia sekitarnya Gereja berupaya menampilkan wajah Allah yang maharahim dan berbe-laskasih, peka terhadap bimbingan Roh Kudus untuk selalu menyadari misteri ilahi di tengah segala kenyatan dan peristiwa yang terjadi. Roh Kudus menjadi daya kekuatan bagi kita untuk memantapkan iman, meneguhkan harapan akan masa depan yang lebih baik, dan memancarkan kasih yang mempererat tali persaudaraan antar semua orang, di mana Allah menjadi segala bagi semua.

Agar dapat melaksanakan perutusan tersebut, Gereja harus bersedia membarui diri terus-menerus dalam bimbingan Roh Kudus, dan membenahi tata organisasinya. Gereja menjadi bermakna bagi dunia dewasa ini dan tidak kehilangan kredibilitasnya. Kehadiran dan pelayanan Gereja semakin berbuah sukacita bagi siapa saja dan apa saja. Pembaruan diri Gereja semakin berdampak, bila para gembala menjadi teladan dalam pelayanan bagi seluruh umat. Keteladanan para pemimpin yang sederhana membangkitkan harapan akan kehidupan yang lebih bermutu. Pendidikan nilai dan suara hati yang dilakukan sejak dini mewujud dalam Gereja yang merangkul setiap perbedaan demi persaudaraan sejati.

Saudari-saudara seiman yang terkasih,

Seruan Apostolik “Sukacita Injil” kami harapkan menjadi bahan pembelajaran yang berkelanjutan bagi kami sendiri para waligereja, para imam dan diakon, kaum religius serta umat beriman untuk mencecap kesegaran dari Injil, sumber suka cita bagi kita yang menjadi saksi Kristus pada zaman sekarang ini

18. Kita bersyukur bersama Maria, bunda evangelisasi, yang telah menerima kabar sukacita dari malaikat Tuhan, dan mewartakan kabar sukacita itu pertama-tama kepada Elisabeth, dan selanjutnya kepada Gereja dan melalui Gereja kepada seluruh dunia. Sesuai dengan teladannya marilah kita semua bertekun dan setia menapaki jalan salib kehidupan, dan secara kreatif mengembangkan cara baru menjadi Gereja Katolik Indonesia, sehingga Gereja menjadi sukacita bagi dunia. Terpujilah Yesus Kristus kini dan sepanjang masa!

Jakarta, 5 November 2014

Konferensi Waligereja Indonesia,

Mgr. Ignatius Suharyo
K e t u a

Mgr. Johannes Pujasumarta
Sekretaris Jenderal

Sumber: mirifica.net

Panti Asuhan ABHIMATA MITRASAMAYA

Ada bayi yang ditemukan karena dibuang oleh orang tuanya yang tidak mampu secara ekonomi untuk menghidupinya, ada yang disingkirkan karena hasil hubungan gelap, dibuang karena sakit cacat, dan yang tak kalah menyedihkan, ada bayi-bayi gagal aborsi. Untuk bayi-bayi itu, di bawah koordinasi C. Nanik Purwoko, dirintislah Panti Asuhan Abhimata Mitrasamaya pada 14 November 1996.

Sesuai namanya, Abhimata berarti Kasih dan Mitrasamaya berarti Persaudaraan, panti asuhan ini berusaha memberikan asupan kasih sayang dan perhatian yang cukup bagi bayi-bayi ini. Tantangan utama, ialah bahwa kehadiran para bayi ini tidak dikehendaki, maka kondisi mereka sangat memprihatinkan. Butuh cinta dan pengorbanan yang sangat besar untuk memberi kehidupan kembali.

Saat ini ada 320 anak, dari usia 5 hari sampai 15 tahun dan ada 60 anak yang sudah masuk sekolah di Santa Ursula, Strada, Santa Monika Bunda & Santa Angela, semuanya di daerah BSD City serta di kota: Muntilan, Madiun, Pringsewu Lampung, dan Kota Bumi Sumsel.

Tuhan menggerakkan hati anda untuk berbelas kasih? Hubungi Panti Asuhan Abhimata: Jl. Mertilang IV Blok KA II No. 31 – 37, Bintaro Jaya Sektor 9, Tangerang 15229. Telp. No. 021 – 748 64418; Fax no.: 021 – 748 64419. Rekening bank Yayasan Abhimata Mitrasamaya: a.n. Yayasan Abhimata Mitrasamaya, BCA Bintaro Utama: No. 603 030 1933.

Intoleransi masih tetap dibiarkan

1120e

“Budaya impunitas masih tetap menyelimuti semua masalah pelanggaran kebebasan beragama serta berkeyakinan, baik dalam soal cara pandang, praktik-praktik di lapangan, ataupun administrasi pengelolaan negara, ” kata Atikah Nuraini, aktivis hak asasi manusia (HAM) dari Asia Juicetice and Rights, di Jakarta, Rabu (19/11).

Negara serta aparat penegak hukum dinilai mengaplikasikan kultur impunitas atau pembiaran, pada beragam masalah pelanggaran kebebasan beragama serta berkeyakinan di Tanah Air.

Menurut dia, kultur impunitas yaitu warisan Orde Baru yang lakukan kontrol, ingindalian, serta penyeragaman kehidupan politik, sosial, budaya, serta agama warga Indonesia. Atikah mencontohkan, praktik-praktik impunitas yang dikerjakan negara, terlebih aparat di lapangan, dalam masalah intoleransi. Pemerintah sering membiarkan kekerasan pada grup minoritas berlangsung.

Bukan sekedar itu, pemerintah bahkan juga turut ikut serta lakukan kriminalisasi pada korban-korban kekerasan beragama. Penyegelan, larangan berkumpul atau beribadah, adalah contoh-contoh keterlibatan pemerintah.

Memberi Teladan

Di segi lain, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menyampaikan, Indonesia mesti jadi misal untuk negara lain dalam melindungi kerukunan hidup umat beragama. Oleh karenanya, pemerintah mesti hentikan kekerasan.

“Pemerintah mesti menanggung tiap-tiap warganya untuk melaksanakan ibadah sesuai sama kepercayaannya tidak ada paksaan, ” kata Alissa. Ia juga menagih janji Presiden Joko Widodo yang pernah menyebutkan akan tidak menoleransi kekerasan beragama.

Direktur Pusat Studi Agama serta Demokrasi Paramadina, Ihsan Ali memiliki pendapat, tanggung jawab melindungi kerukunan umat beragama bukan sekedar dapat diserahkan seutuhnya pada negara.

“Urusan toleransi tak dapat cuma diakukan oleh negara. NU (Nahdlatul Ulama) serta Muhamadiyah (juga sebagai organisasi keagamaan) mesti mendorong negara agar lebih tegas, ” papar Ihsan. (sinarharapan. com)

Terbaru

Populer

Open chat
Butuh Bantuan?
Adakah yang bisa kami bantu?